• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan implikasinya terhadap usulan topik-topik family gathering.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan implikasinya terhadap usulan topik-topik family gathering."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI DALAM PERNIKAHAN PADA GURU SMP PANGUDI LUHUR SE-KABUPATEN KLATEN DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK FAMILY GATHERING

Rima Taradhintawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data deskripsi penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan implikasinya terhadap usulan topik-topik family gathering. Subjek penelitian ini adalah 35 guru di SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini meggunakan kuesioner penyesuaian diri dalam pernikahan. Kuesioner yang disusun terdiri dari 56 item berdasarkan 7 aspek penyesuaian diri dalam pernikahan menurut Schneiders (dalam Indrawati dan Fauziah, 2102), yaitu: (1) ketiadaan emosi yang berlebihan, (2) ketiadaan mekanisme psikologis, (3) ketiadaan perasaan frustrasi pribadi, (4) pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction), (5) kemampuan untuk belajar, (6) kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu, (7)sikap realistik dan obyektif. Pengukuran validitas dan realibilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan berdasarkan penilaian Azwar (2009). Kategori tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan digolongkan menjadi

lima, yaitu: “Sangat Baik”, “Baik”,”Cukup Baik”,”Kurang Baik”, dan “Tidak Baik”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten masuk dalam kategori baik. Hal ini dapat diketahui bahwa guru yang memiliki penyesuaian diri

dalam pernikahan :”sangat baik” 48,6%, “baik” 51,4%, “cukup baik” 0%, “kurang baik” 0%, dan “tidak baik” 0%. Berdasarkan hasil analisis instrumen terdapat 4

butir item yang masuk dalam kategori sedang. Item tersebut terseber dalam indikator-idikator, yaitu: mampu mengontrol emosi, mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan, dan mampu mengatur perasaan secara efisien. Berdasarkan indikator yang ada, maka topik-topik yang diusulkan dalam kegiatan

(2)

ABSTRACT

The Description of Self-Adaptation in the Marriage of Pangudi Luhur Junior High School Teachers in Klaten Regency and Its Implications Towards

Family Gathering Suggested Topics. Rima Taradhintawati

Sanata Dharma University Yogyakarta

2015

This research aims to figure out the data of self-adaptation description in the Marriage of Pangudi Luhur Junior High School teachers in Klaten regency and its implications towards family gathering suggested topics. The research subjects are 35 Pangudi Luhur Junior High School teachers in Klaten regency.

This research belongs to quantitative descriptive research. The data are collected through the questionnaire of self-adaptation in the marriage. The questionnaire consists of 56 items. It is based on 7 self-adaptation aspects in the marriage proposed by Schneiders (Cited in Indrawati and Fauziah, 2012). Those are: (1) no excessive emotion, (2) no psychological mechanism, (3) no personal frustration feeling, (4) rational consideration and self-direction ability, (5) learning ability, (6) using past experience ability, and (7) realistic and objective attitude. Validity and reliability measurements are conducted by applying SPSS 16.0 for Window program. The data analysis technique employed is the categorization of self-adaptation level in the marriage according Azwar (2009). It

is classified into 5 categories. Those are “Very Good”, “Good”, “Quite Good”, “Less Good”, and “Not Good”.

The result of this research shows that self-adaptation in the marriage of Pangudi Luhur Junior High School teachers in Klaten regency is good. Through this research, it can be figured out that the self-adaptation in the marriage of

(3)

PADA GURU SMP PANGUDI LUHUR SE-KABUPATEN

KLATEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK FAMILY GATHERING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Rima Taradhintawati NIM 101114030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PADA GURU SMP PANGUDI LUHUR SE-KABUPATEN

KLATEN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK FAMILY GATHERING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Rima Taradhintawati NIM 101114030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

 Tuhan Yang Maha Esa

 Orang tuaku Bp. Danang Walduri dan Ibu Rosanawati

 Adikku tercinta Ria Karenina Varinduri

 Keluarga Besar dan Sanak saudara

 Para sahabat dan Teman-teman

(8)

v

MOTTO

Apa yang kamu lakukan tidak ada yang sia-sia selama hal itu baik untuk

orang lain (R.T)

Tuhan telah merencanakan semuanya, dengan berusaha kita hanya tinggal

menunggu kapan tiba hari baik itu, karena semua akan indah pada waktunya (R.T)

Jangan takut menghadapi kesulitan, karena disitulah orang bijak, orang
(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

DESKRIPSI PENYESUAIAN DIRI DALAM PERNIKAHAN PADA GURU SMP PANGUDI LUHUR SE-KABUPATEN KLATEN DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK FAMILY GATHERING

Rima Taradhintawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data deskripsi penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan implikasinya terhadap usulan topik-topik family gathering. Subjek penelitian ini adalah 35 guru di SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini meggunakan kuesioner penyesuaian diri dalam pernikahan. Kuesioner yang disusun terdiri dari 56 item berdasarkan 7 aspek penyesuaian diri dalam pernikahan menurut Schneiders (dalam Indrawati dan Fauziah, 2102), yaitu: (1) ketiadaan emosi yang berlebihan, (2) ketiadaan mekanisme psikologis, (3) ketiadaan perasaan frustrasi pribadi, (4) pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction), (5) kemampuan untuk belajar, (6) kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu, (7)sikap realistik dan obyektif. Pengukuran validitas dan realibilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Window dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan berdasarkan penilaian Azwar (2009). Kategori tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan digolongkan menjadi

lima, yaitu: “Sangat Baik”, “Baik”,”Cukup Baik”,”Kurang Baik”, dan “Tidak Baik”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten masuk dalam kategori baik. Hal ini dapat diketahui bahwa guru yang memiliki penyesuaian diri

dalam pernikahan :”sangat baik” 48,6%, “baik” 51,4%, “cukup baik” 0%, “kurang baik” 0%, dan “tidak baik” 0%. Berdasarkan hasil analisis instrumen terdapat 4 butir item yang masuk dalam kategori sedang. Item tersebut terseber dalam indikator-idikator, yaitu: mampu mengontrol emosi, mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan, dan mampu mengatur perasaan secara efisien. Berdasarkan indikator yang ada, maka topik-topik yang diusulkan dalam kegiatan

(12)

ix ABSTRACT

The Description of Self-Adaptation in the Marriage of Pangudi Luhur Junior High School Teachers in Klaten Regency and Its Implications Towards

Family Gathering Suggested Topics. Rima Taradhintawati

Sanata Dharma University Yogyakarta

2015

This research aims to figure out the data of self-adaptation description in the Marriage of Pangudi Luhur Junior High School teachers in Klaten regency and its implications towards family gathering suggested topics. The research subjects are 35 Pangudi Luhur Junior High School teachers in Klaten regency.

This research belongs to quantitative descriptive research. The data are collected through the questionnaire of self-adaptation in the marriage. The questionnaire consists of 56 items. It is based on 7 self-adaptation aspects in the marriage proposed by Schneiders (Cited in Indrawati and Fauziah, 2012). Those are: (1) no excessive emotion, (2) no psychological mechanism, (3) no personal frustration feeling, (4) rational consideration and self-direction ability, (5) learning ability, (6) using past experience ability, and (7) realistic and objective attitude. Validity and reliability measurements are conducted by applying SPSS 16.0 for Window program. The data analysis technique employed is the categorization of self-adaptation level in the marriage according Azwar (2009). It is classified into 5 categories. Those are “Very Good”, “Good”, “Quite Good”,

“Less Good”, and “Not Good”.

The result of this research shows that self-adaptation in the marriage of Pangudi Luhur Junior High School teachers in Klaten regency is good. Through this research, it can be figured out that the self-adaptation in the marriage of

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Deskripsi Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan Pada Guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten Dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Family Gathering. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

(14)

xi

5. Br. Savio G.N, FIC, selaku Ketua Yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Klaten yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data penelitian.

6. Guru-guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten ( SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Gantiwarno, SMP PL Cawas, SMP PL Bayat) yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengisi koesioner dengan baik.

7. Orangtuaku Bapak Danang Walduri dan Ibu Rosanawati yang selalu setia memberikan cinta kasih, dukungan, doa, perhatian, pengertian demi terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

8. Ria Karenina Varinduri, adikku tercinta yang telah mendukung dan mendengarkan cerita penulis.

9. Keluarga besar Simbah Veronica Sundari Yoga Wasana dan Simbah Soeyono yang selalu memberiakn dukungan kepada penulis.

10.Keluarga Simbah Djoko Soebroto. Khususnya simbah kakung, simbah putri dan mbak Indah yang selalu memberikan petuah dan wejangan kepada penulis agar selalu semangat dan segara menyelesaikan skripsi ini.

(15)
(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

(17)

xiv BAB II LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

1. Definisi Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan... 8

2. Jenis-jenis Penyesauain Diri Dalam Pernikahan... 11

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri DalamPernikahan... 14

4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN... 20

B. SUBJEK PENELITIAN... 20

C. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kuesioner... 21

2. Format Pernyataan Skala... 22

3. Penentuan Skor... 22

4. Kisi-kisi Item... 23

5. Uji coba alat a. Validitas... 24

b. Reliabilitas... 28

6. Teknik Pengambilan Sampel... 29

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA 1. Persiapan dan Pelaksanaan... 30

2. Pengumpulan Data... 31

3. Teknik Analisis Data... 31

(18)

xv

2. Hasil Skor Tiap Item Tingkat Penyesuaian Diri Dalam

Pernikahan... 39

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

Pada Guru... 41 2. Item-item Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan ... 45 C. Usulan Topik Family Gathering... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 53 B. Saran... 54

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Subjek Penelitian... 21

Tabel 2 Pemberian Skor dalam Skala Likert ... 23

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan... 23

Tabel 4 Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Subjek Uji Coba Terpakai... 25

Tabel 5 Jumlah Item-Item yang Valid dan Tidak Valid... 27

Tabel 6 Kategorisasi Nilai Reliabilitas Menurut Guilford... 29

Tabel 7 Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian... 32

Tabel 8 Kategorisasi Subjek Penelitian... 33

Tabel 9 Norma Kategorisasi Skor Item... 34

Tabel 10 Kategorisasi Skor Item... 35

Tabel 11 Kategorisasi Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan ... 37

Tabel 12 Kategorisasi Skor Item Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan... 39

Tabel 13 Item-item Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan yang tegolong sedang... 41

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Penelitian... 58

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian... 59

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penyesuaian

Diri Dalam Pernikahan... 64

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Penyesuain Diri

Dalam Pernikahan... 72

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Calhoun (1990) menyatakan bahwa, penyesuaian diri merupakan interaksi individu secara kontinyu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Permasalahan muncul apabila proses penyesuaian diri mulai bertentangan dengan diri individu, dimana individu terpengaruh dengan dirinya sendiri untuk melakukan hal-hal yang individu harapkan namun tidak pernah individu lakukan, atau merasakan berbagai hal yang tidak ingin individu rasakan.

Haber & Rayon (dalam Indrawati dan Fauziah, 2012) menyatakan bahwa, penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung terus-menerus untuk mengubah perilaku setiap individu, dengan harapan dari hasil proses tersebut individu memiliki hubungan yang semakin sesuai dengan diri individu. Penyesuian diri yang dilakukan secara tepat, dapat meminimalkan konflik yang terjadi di dalam diri individu. Hal ini juga terjadi dalam hubungan pernikahan.

(23)

ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita yang bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dipersatukan dalam hubungan pernikahan tetaplah dua individu yang memiliki karakteristik berbeda.

Pasangan suami dan istri perlu belajar untuk menerima dan memahami perbedaan yang ada dengan cara melakukan penyesuaian diri dalam pernikahan. Hurlock (1980) menyatakan bahwa, awal-awal tahun pertama dan kedua masa pernikahan, mengharuskan mereka untuk melakukan penyesuaian diri. Sementara pasangan sedang melakukan penyesuain diri, sering timbul ketegangan emosional dan ini dipandang sebagai periode balai keluarga muda.

Menurut Hurlock (1980) terdapat empat jenis penyesuaian yang harus dilakukan oleh pasangan dalam pernikahan, yaitu: penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuian dengan pihak keluarga pasangan. Keempat hal tersebut yang akan membantu pasangan suami dan istri dalam menciptakan keharmonisan dalam hubungan pernikahan.

(24)

untuk belajar, 6) kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu, 7) sikap realistik dan obyektif. Jika dalam hubungan pernikahan ketujuh aspek tersebut dapat terpenuhi, maka pasangan suami dan istri dapat saling menyesuaikan diri dan terciptalah kehidupan rumah tangga yang harmonis. Bilamana salah satu aspek tidak terpenuhi, maka akan muncul konflik dalam pernikahan.

Konflik yang kerap muncul antara lain: perbedaan pendapat, adanya ketidak percayaan, berdiam diri (tidak berkomunikasi) dengan pasangan, ketidak setiaan antara pasangan. Pasangan yang tidak segera meyelesaikan konflik tersebut, maka hubungan pernikahan mereka dapat bermuara ke arah perceraian.

(25)

Tingginya angka perceraian dalam pernikahan salah satunya dapat disebabkan oleh ketiadaan penyesuaian diri dalam pernikahan. Penyesuaian diri yang baik dalam pernikahan, contohnya: meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan pasangan, mampu memahami karakteristik pribadi serta pasangan, menciptakan suasana nyaman agar pasangan lebih terbuka dalam mengungkapkan segala sesuatu, memiliki penghargaan diri yang baik dengan pasangan, mendukung pengembangan potensi pribadi dan pasangan, memiliki kemandirian dalam menjalankan perannya sebagai sumai dan istri.

Yayasan Pangudi Luhur merupakan salah satu yayasan yang baik. Hal ini terlihat dari berbagai kegiatan dilakukan untuk membantu perkembangan peserta didik. Kegiatan tersebut, antara lain: tutorial mata pelajran, tutorial siswa berprestasi, kegiatan pramuka, kegiatan basket, kegiatan paduan suara. Semua guru harus terlibat di dalam kegiatan yang ditujukan untuk membantu perkembangan para peserta didik. Ditambah lagi, guru-guru tersebut sudah berada di sekolah maksimal pada pukul 06.40 WIB dan meninggalkan sekolah setelah peserta didik pulang sekolah.

(26)

ini dapat menyebabkan adanya penyesuaian diri yang kurang baik, dan dapat memicu timbulnya konflik dalam kehidupan rumah tangga para guru.

Berdasarkan uraian diatas peneliti memiliki ketertarikan untuk mengetahui penyesuaian diri dalam pernikahan guru-guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Family Gatheting.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian yang muncul dan ingin dicari tahu jawabannya melalui penelitian ini adalah :

1. Seberapa baik penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten ?

2. Berdasarkan hasil analisa instrumen penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten yang tergolong rendah, topik-topik apa sajakah yang dapat diusulkan dalam kegiatan family gathering ?

C. Tujuan Penelitian

1. Memberikan deskripsi mengenai penyesuaian diri dalam pernikahan guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten.

(27)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pada keilmuan Bimbingan dan Konseling, khususnya mengenai penyesuaian diri dalam pernikahan.

2. Manfaat Praktis

a. Yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Kabupaten Klaten

Memberikan referensi usulan topik-topik family gathering kepada pihak Yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Klaten untuk melakukan

family gathering pada guru-guru. b. Guru

Menjadikan para guru untuk lebih dapat lagi mengenal pasangan dari rekan kerjanya dan lebih dapat lagi memahami pasangan mereka.

E. Definisi Operasional

(28)

(29)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

1. Definisi Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

Calhoun (1990) menyatakan bahwa, penyesuaian diri merupakan interaksi individu secara kontinyu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Permasalahan muncul apabila proses penyesuaian diri mulai bertentangan dengan diri individu, dimana individu terpengaruh dengan dirinya sendiri untuk melakukan hal-hal yang individu harapkan namun tidak pernah individu lakukan, atau merasakan berbagai hal yang tidak ingin individu rasakan. Menurut Haber & Rayon (dalam Indrawati dan Fauziah, 2012) penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung terus-menerus untuk mengubah perilaku setiap individu, dengan harapan dari hasil proses tersebut individu memiliki hubungan yang semakin sesuai dengan diri individu.

(30)

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian penyesuaian diri diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha individu untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada dalam diri individu dimana kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam diri, hal ini bertujuan agar dapat terciptanya keselarasaan dan keharmonisan diri dengan lingkungan. Salah satu lingkungan yang dimaksudkan yaitu lingkungan keluarga dalam pernikahan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 (dalam Walgito, 2010) pernikahan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita yang bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Walgito (2010) menyatakan bahwa, dalam pernikahan terdapat ikatan lahir dan batin, dimana ikatan lahir yaitu ikatan yang terlihat berdasarkan peraturan-peraturan yang ada. Ikatan batin merupakan ikatan yang tidak nampak secara langsung, merupakan ikatan psikologis antara pasangan suami dan istri.

(31)

Lasswell & Lasswell (dalam Dewi, 2009) menjelaskan bahwa pernikahan merupakan proses belajar yang terjadi pada dua individu untuk mencocokkan kebutuhan, keinginan dan harapan pasangan suami istri. Hal ini bertujuan untuk mencapai tingkat yang menyenangkan dengan saling memberi dan menerima sehingga tercapai pengenalan dan pengertian yang semakin mendalam antar pasangan dan terciptanya keharmonisan dalam pernikahan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan bersatunya dua individu yaitu seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dan membentuk sebuah keluarga hingga akhir hayat serta bertujuan untuk saling dapat menyesuaikan kebutuhan, keinginan serta harapan satu sama lain sehingga mencapai suatu kebahagiaan.

(32)

Pengertian penyesuaian diri dalam pernikahan di atas telah didukung teori Gunarsa (1990) yang menyatakan bahwa, penyesuaian diri dalam pernikahan adalah suatu usaha tercapainya pengenalan dan pengertian yang lebih mendalam dengan berkurangnya perbedaan-perbedaan maupun sumber permasalahan demi terbinanya kesatuan antara suami istri.

Graham,dkk (dalam Dewi, 2009) menyatakan bahwa penyesuaian diri dalam pernikahan adalah penilaian subjektif mengenai tingkat kepuasaan yang berkaitan dengan bagaimana suami istri berbagi minat, tujuan, nilai dan pandangan mereka dalam hubungan pernikahannya. Le Master (dalam Widyasmara, 2009) menyatakan bahwa penyesuaian pernikahan sebagai kemampuan untuk melakukan adaptasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pernikahan.

2. Jenis-jenis Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

Hurlock (1980) mengungkapkan 4 jenis penyesuaian diri dalam pernikahan, yaitu:

a. Penyesuaian Dengan Pasangan

(33)

kembangkan, dapat bekerja sama dengan orang lain dan mampu menyesuaikan diri dengan baik dalam pernikahannya.

Penyesuaian dengan pasangan jauh lebih penting dalam hubungan pernikahan, dimana kesanggupan dan kemampuan sang suami dan sang istri untuk mampu berhubungan dengan mesra, saling memberi dan menerima cinta. Hidup bersama sebagai pasangan suami dan istri, mengharuskan mereka untuk mampu belajar bagaimana mengatasi berbagai permasalah yang ada dalam hubungan pernikahan secara bersama.

b. Penyesuaian Seksual

Penyesuaian ini merupakan penyesuaian yang paling sulit dalam pernikahan dan salah satu penyebab yang menyebabkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan pernikahan apabila kesepakatan ini tidak dapat dicapai dengan memuaskan. Biasanya pasangan tersebut belum mempunyai cukup pengalaman awal yang berhubungan dengan penyesuaian ini dan mereka cenderung kurang mampu untuk mengendalikan emosi mereka.

(34)

c. Penyesuaian Keuangan

Keadaan keuangan dalam kehidupan berumah tangga mempunyai pengaruh besar dalam penyesuaian diri dalam pernikahan. Banyak istri tersinggung karena dianggap tidak mampu mengendalikan keuangan keluarga. Sedangkan suami juga merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan keuangan, terutama jika istrinya bekerja setelah mereka menikah dan terpaksa berhenti bekerja ketika anak mereka lahir. Bukan pendapatan saja yang berkurang, melainkan suami harus mampu menutupi semua pengeluaran dengan pendapatannya. Penyesuaian keuangan diukur dari bagaimana pengelolaan keuangan keluarga dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan keluraga.

d. Penyesuaian Dengan Pihak Keluarga Pasangan

Memutuskan untuk menjalin hubungan pernikahan, setiap orang dewasa secara otomatis akan memperoleh anggota keluarga baru, mereka adalah anggota keluarga pasangan dengan usia, pendidikan, budaya dan latar belakang yang berbeda-beda. Suami istri harus menyesuaikan diri bila tidak ingin memiliki hubungan yang tegang dengan sanak saudara mereka.

(35)

berusaha ingin mengenal lebih dalam lagi sebagai bentuk penerimaan dari keluarga baru.

3. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri dalam Pernikahan

Hurlock (1980) mengungkapkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dalam pernikahan, yaitu:

a. Menjadi Orang Tua

Pada masa ini, suami dan istri akan mengalami stres dan ketegangan apabila anak pertama mereka lahir. Hal ini disebabkan karena mereka belum memiliki banyak waktu untuk melakukan penyesuaian diri satu sama lain atau mengatur keuangan dalam kondisi yang memuaskan.

b. Kondisi Keuangan

Pasangan suami istri yang tidak memiliki konsep dalam kehidupan berumah tangganya, akan membuat pasangan suami istri merasa kesulitan dalam mengatur keuangan dalam kelurga. Banyak harapan mereka yang ingin dicapai namun mereka tidak memiliki sebuah konsep yang matang untuk mendapatkannya. Hal inilah yang akan membuat segala sesuatunya menjadi tidak realistik dalam kehidupan mereka.

c. Harapan Pernikahan

(36)

kurang menyadari begitu banyak masalah dan tanggung jawab yang mereka harus emban setelah menikah.

d. Jumlah Anak

Pasangan suami istri yang telah merencanakan jumlah anak dalam pernikahannya, maka lebih mudah dalam melakukan penyesuaian diri dalam pernikahan. Jumlah anak yang mereka inginkan pasti akan mereka bicarakan.

e. Posisi dalam Keluarga

Faktor ini termasuk penting karena hal ini akan menjadikan individu untuk belajar memainkan peran tertentu yang dapat dimanfaatkan dalam situasi pernikahan. Semakin mirip situasi baru dengan situasi lama, maka akan semakin baik pula penyesuaian pernikahan mereka.

f. Hubungan dengan Keluarga Pasangan

Hubungan yang baik dengan keluarga pasangan sangat penting dan besar pengaruhnya pada penyesuaian pernikahan. Pasangan akan lebih mengenal keluarga basar dari masing-masing pihak. Proses ini sangat membantu pasangan dalam melakukan penyesuaian diri dalam pernikahan.

4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri dalam Pernikahan

(37)

a. Ketiadaan emosi yang berlebihan

Penyesuaian yang normal dapat diidentifikasi dengan tidak ditemukannya emosi-emosi yang berlebihan. Individu yang merespon masalah dengan ketenangan dan kontrol emosi memungkinkan individu untuk dapat memecahkan kesulitan yang terjadi secara inteligen. Adanya kontrol emosi membuat individu mampu berpikir jernih setiap masalah yang dihadapinya serta memecahkan masalah dengan cara yang sesuai. Ketiadaan emosi tidak berarti mengindikasikan abnormalitas, akan tetapi merupakan sebuah kontrol dari emosi. Contoh individu yang mampu meniadakan emosi yang berlebihan, yaitu: masalah pekerjaan yang sedang individu hadapi tidak mutlak bersumber dari pasangan, jadi individu tidak selalu meyalahkan pasangan atas masalah yang sedang dihadapi.

b. Ketiadaan mekanisme psikologi

(38)

meniadakan mekanisme psikologis, yaitu: seorang istri tidak merasa malu untuk meminta bantuan suaminya untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

c. Ketiadaan perasaan frustrasi pribadi

Penyesuaian yang baik terbebas dari perasaan frustrasi pribadi. Perasaan frustrasi membuat sulit bereaksi normal terhadap masalah. Individu yang merasa frustrasi akan mengganti reaksi normal dengan mekanisme psikologis atau reaksi lain yang sulit dalam menyesuaikan diri seperti sering marah tanpa sebab ketika bergaul dengan orang lain. Contoh individu yang mampu meniadakan perasaan frustrasi pribadi: apabila pasangan sedang sakit, individu mampu berfikir untuk langsung membawanya ke

puskesmas atau rumah sakit, bukan memabawanya ke “orang

pintar”.

d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)

(39)

mengakibatkan penyesuaian normal. Contoh individu yang mampu melakukan pertimbnagan rasioanal dan mengarahkan diri (self-direction), yaitu: seorang suami yang berani mengeluarkan pendapatnya apabila merasa kurang cocok dengan pendapat seorang istri.

e. Kemampuan untuk belajar

Penyesuaian diri secara normal dikarakteristikkan dengan belajar terus-menerus dalam memecahkan masalah yang penuh dengan koflik, frustrasi atau stres. Contoh individu yang memiliki kemampuan untuk belajar, ytaitu: pasangan suami dan istri yang belajar menghindari sikap egois agar terjadi keharmonisan dalam keluarga.

f. Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu

(40)

g. Sikap realistik dan objektif

Sikap realistik dan objektif berkenaan dengan orientasi individu terhadap kenyataan, mampu menerima kenyataan yang dialami tanpa konflik dan melihatnya secara objektif. Sikap realistik dan objektif digunakan untuk menghadapi peristiwa penting seperti, seseorang suami yang kehilangan pekerjaan tetapi istrinya memberikan motivasi sehingga dapat menerima situasi dan tetap berhubungan secara baik dengan orang lain.

(41)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian. Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskripsi kuantitatif dengan metode survei. Furchan (2005) menjelaskan penelitian deskripsi dengan metode survei merupakan penelitian dengan melakukan pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti secara tepat. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang deskriptif penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten. B. Subjek Penelitian

(42)
[image:42.595.98.517.174.584.2]

Tabel 1

Dafatr Nama Sekolah dan Jumlah Subjek Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Subjek

1. SMP Pangudi Luhur Gantiwarno 6

2. SMP Pangudi Luhur 1 Klaten 9

3. SMP Pangudi Luhur Wedi 5

4. SMP Pangudi Luhur Bayat 7

5. SMP Pangudi Luhur Cawas 8

Jumlah 35

C. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan Pada Guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten. Menurut Sugiyono (2010) kuesioner merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

(43)

2. Format pernyataan skala

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dalam bentuk angket. Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Sugiyono (2010) menjelaskan pula bahwa , pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut digunakan sebagi acuan untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini memuat item-item pernyataan yang bersifat positif

(favorable) dan yang bersifat negatif (unfavorable).

Skala ini dilengkapi dengan 4 alternatif jawaban. Jawaban yang dimaksud adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Menurut Sugiyono (2010) jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif.

3. Penentuan skor

(44)

[image:44.595.99.551.177.764.2]

untuk menganalisis penelitian ini. Pemberian skor didasarkan pada jenis pernyataan. Pemberian skor terdapat pada tabel 2.

Tabel 2

Pemberian Skor dalam Skala Likert

No. Pernyataan

Alternatif Jawaban Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS)

1. Favorable 4 3 2 1

2. Unfavorable 1 2 3 4

4. Kisi-kisi item

Kisi-kisi item disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri dalam pernikahan. Kisi-kisi uji coba, terdapat pada tabel 3.

Tabel 3

Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan Pada Guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten

No. Aspek Indikator

No Item

Favorable Unfavorable

1. Ketiadaan emosi

yang berlebihan

Menanggapi permasalah pasangan dengan tenang

2, 16 7, 26

Mampu mengontrol emosi 10, 34, 52 14, 48, 60

Berpikir jernih terhadap masalah yang dihadapi dalam pernikahan

23, 44 33, 50

2. Ketiadaan

mekanisme psikologis

Mengakui hambatan-hambatan yang terjadi dalam pernikahan

55 61, 64

Memiliki daya juang untuk mendapatkan sesuatu dalam pernikahan

5, 28 18, 24

3. Pertimbangan

rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)

Mampu mengatasi masalah ekonomi dalam pernikahan

8, 45 57, 58

Mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan

11, 19 32, 43

Mampu menyelesaikan masalah yang timbul dalam pernikahan

20, 63 39, 56

4. Kemampuan

untuk belajar

Mau mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam pernikahan

(45)

No. Aspek Indikator No.Item

Favorable Anfavorable

Menggunakan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah

pernikahan

12, 54 22, 9

5. Kemampuan

menggunakan pengalaman masa lalu

Merefleksikan pengalaman masa lalu dalam kehidupan berkeluarga

6, 13 37

6. Sikap realistik dan obyektif

Mampu menerima kenyataan yang dialami dalam pernikahan

29, 31 40, 42

Mampu menerima keaadaan pasangan

51, 53 1, 62

7. Ketiadaan

perasaan frustrasi pribadi

Mampu mengatur pikiran secara efisien

15, 30 21, 41

Mampu mengatur perasaan secara efisien

36, 59 27, 47

Mamapu mengatur tingkah laku secara efisien

38, 49 4, 17

Jumlah 32 32

64

5. Uji Coba Alat a. Validitas

Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2005). Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi adalah sejauh mana item-item dalam kuesioner yang digunakan mencakup keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur (Azwar, 2009).

(46)

[image:46.595.98.513.196.759.2]

guru, yang terdiri dari 5 sekolah. Rincian daftar subyek yang melakukan uji coba terdapat pada tabel 4.

Tabel 4

Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Subjek Uji Coba T erpakai

No. Nama Sekolah Jumlah

Subjek

1. SMP Pangudi Luhur Gantiwarno 6

2. SMP Pangudi Luhur 1 Klaten 9

3. SMP Pangudi Luhur Wedi 5

4. SMP Pangudi Luhur Bayat 7

5. SMP Pangudi Luhur Cawas 8

Jumlah 35

Selanjutnya peneliti menggunakan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Window, untuk memriksa nilai validitas. Dalam perhitungan ini menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment yaitu dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing subjek dengan skor masing-masing-masing-masing item.

Menentukan valid atau tidaknya item kuesioner digunakan metode korelasi Pearson Product Moment dengan rumus :

Keterangan :

= Koefesien korelasi antara variabel dan variabel = Jumlah perkalian antara skor variabel dan skor

variabel

= Jumlah skor variabel

(47)

= Jumlah subjek

Hasil dari perhitungan rumus tersebut, kemudian digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu: valid dan tidak valid. Penentuan validitas item-item menggunakan patokan koefisien korelasi minimum 0,30. Item yang koefisien korelasinaya < 0,30 maka, item tersebut dinyatakan tidak valid dan gugur. Sehingga item tersebut tidak dapat digunakan sebagai item pengumpul data. Koefisien korelasi ≥ 0,30 maka item tersebut dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan sebagai item pengumpul data (Azwar, 2012).

(48)
[image:48.595.99.560.166.734.2]

Tabel 5

Jumlah Item-Item yang Valid dan Tidak Valid

No. Aspek Indikator

No Item

Favorable Unfavorable

1. Ketiadaan emosi

yang berlebihan

Menanggapi permasalah pasangan dengan tenang

2*, 16 7, 26

Mampu mengontrol emosi 10, 34, 52 14, 48, 60

Berpikir jernih terhadap masalah yang dihadapi dalam pernikahan

23, 44 33, 50

2. Ketiadaan

mekanisme psikologis

Mengakui hambatan-hambatan yang terjadi dalam pernikahan

55* 61, 64

Memiliki daya juang untuk mendapatkan sesuatu dalam pernikahan

5, 28 18, 24

3. Pertimbangan

rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)

Mampu mengatasi masalah ekonomi dalam pernikahan

8, 45 57, 58

Mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan

11, 19 32, 43

Mampu menyelesaikan masalah yang timbul dalam pernikahan

20, 63 39, 56*

4. Kemampuan

untuk belajar

Mau mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam pernikahan

25, 35 3, 46

Menggunakan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah pernikahan

12, 54 22, 9

5. Kemampuan

menggunakan pengalaman masa lalu

Merefleksikan pengalaman masa lalu dalam kehidupan berkeluarga

6, 13 37

6. Sikap realistik dan obyektif

Mampu menerima kenyataan yang dialami dalam pernikahan

29, 31 40, 42

Mampu menerima keaadaan pasangan

51, 53 1*, 62

7. Ketiadaan

perasaan frustrasi pribadi

Mampu mengatur pikiran secara efisien

15, 30 21*, 41

Mampu mengatur perasaan secara efisien

36, 59* 27, 47

Mamapu mengatur tingkah laku secara efisien

38*, 49 4, 17*

Jumlah Item Tidak Valid 4 4

Jumlah Item Valid 28 28

Jumlah Total Item Valid 56

(49)

b. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006) reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup baik. Suatu hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel jika alat pengukur tersebut dapat dipercaya, sehingga mendapatkan hasil yang tetap dan konsisten.

Menurut Arikunto (2006), untuk menguji reliabilitas dengan menggunakan teknik alpha cronbach maka digunakan rumus sebagai berikut :

              

2 2 1 1 11 t b k k r   Keterangan:

r11 =Reliabilitas Instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

b2 = jumlah varians butir

t2 = varians total

(50)
[image:50.595.98.512.102.595.2]

Tabel 6

Kategorisasi Nilai Reliabilitas Menurut Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91-1,00 Sangat tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Cukup

4. 0,21-0,40 Rendah

5. Negatif-0,20 Rendah sekali

Berdasarkan perhitungan menggunakan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Window

diperoleh bahwa reliabilitas dalam instrumen ini 0,964. Berdasarkan kategorisasi menurut Guilford koefisien korelasi termasuk dalam katagori sangat tinggi.

6. Teknik Pengambilan Sampel

(51)

tersebut di sisihkan, kemudian peneliti mengolah pernyataan-pernyataan yang valid untuk dianalisis lebih lanjut.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data:

1. Persiapan dan Pelaksanaan

a. Mempelajari buku-buku mengenai penyesuaian diri dalam pernikahan.

b. Menyusun kuesioner mengenai peran penyesuaian diri dalam pernikahan, dengan mengikuti langkah sebagai berikut:

1) Menetetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian yaitu tentang penyesuaian diri dalam pernikahan.

2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan indikator-indikator.

3) Menyusun item-item yang sesuai dengan aspek-aspek dan indikator.

4) Menghubungi kepala cabang yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Kabupaten Klaten untuk meminta izin mengadakan ujicoba.

5) Melakukan uji coba alat.

6) Pengumpulan dan pengujian data uji coba berupa uji validitas dan reliabilitas.

(52)

2. Pengumpulan Data

Penyebaran kuesioner dilakukan di lima SMP Pangudi Luhur yang berada di Kabupaten Klaten. Lima sekolah tersebut yaitu: SMP PL Gantiwarno, SMP PL 1 Klaten, SMP PL Wedi, SMP PL Bayat, dan SMP PL Cawas. Penyebaran kuesioner ini dilakukan pada tanggal 19-21 November 2014. Kuesioner yang telah diujicobakan kemudian dianalisis sebagai hasil dari penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu:

a. Memastikan semua item telah terjawab

b. Memberikan skor pada setiap alternatif jawaban sesuai dengan pilihan subjek. Pernyataan favorable (positif) diberi skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 3 untuk jawaban Sesuai, skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai, dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Pernyataan unfavorable

(negatif) diberi skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 2 untuk jawaban Sesuai, skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai, dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai.

c. Membuat tabulasi data, menghitung jumlah total untuk setiap item dan membuat rata-rata untuk setiap item.

(53)

1) Menghitunng koefisien item, dengan menggunakan

Pearson Product Moment pada program komputer, yaitu

SPSS 16.0.

2) Menghitung koefisien reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha chornbach pada program komputer, yaitu

SPSS 16.0.

3) Membuat Kategorisasi subjek dan item penelitian tentang penyesuaian diri dalam pernikahan.

a) Kategorisasi subjek penelitian

[image:53.595.100.521.150.679.2]

Norma kategorisasi yang digunakan dengan berpedoman pada norma kategorisasi Azwar (2009) dengan lima katagori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian

Perhitungan skor Keterangan

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Tinggi

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah

Keterangan:

(54)

subjek penelitian dalam skala

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran. µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor

maksimum dan minimum.

Kategorisasi di atas digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendahnya penyesuaian diri guru dalam pernikahan. Perhitungan dalam penggolongan norma katagorisasi disesuaikan dengan jumlah item penelitian sebanyak 56 item. Katagori subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :

X maksimum teoritik : 4 × 56 = 224

X minimum teoritik : 1 × 56 = 56

Luas jarak : 224 - 56 = 168

σ (standar deviasi) : 168 ÷ 6 = 28

µ (mean teoritik) : (224 + 56) ÷ 2 = 140 Setelah dilakukan perhitungan maka didapat katagori skor subjek. Kategorisasi skor subjek dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Kategorisasi Subjek Penelitian

Formula Kriteria Rerata Skor Kategori

µ +1,5 σ <X X > 182 Sangat Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 154 < X ≤ 182 Tinggi µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 126 < X ≤ 154 Sedang µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 98 < X ≤ 126 Rendah

[image:54.595.97.520.88.737.2]
(55)

b) Kategorisasi skor item dalam Skala

[image:55.595.97.536.191.622.2]

Kategorisasi skor item dilakukan dengan tujuan memeriksa item pada skala yang dijadikan dasar penyusunan topik-topik family gathering guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten. Kategorisasi skor item pada skala berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar (2009) yaitu: katagori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada tebel 9.

Tabel 9

Norma Kategorisasi Skor Item

Keterangan

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian dalam skala X minimum teoritik : skor terendah yang diperoleh

subjek penelitian dalam skala σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi

dalam 6 satuan deviasi sebaran. µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor

maksimum dan minimum.

Formula Kriteria Kategori

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Tinggi

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

(56)

Kategorisasi tersebut menjadi acuan dalam menentukan tinggi rendahnya skor item dalam proses penyesuain diri dalam pernikahan. Jumlah subjek 35 guru maka, kategorisasi ini diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 4 × 35 = 140 X minimum teoritik :1 × 35 = 35

Luas jarak : 140 - 35 = 105

σ (standar deviasi) : 105 ÷ 6 =17,5

dibulatkan 18

µ (mean teoritik) : (140 + 35) ÷ 2 =87,5 dibulatkan 88

[image:56.595.94.568.167.692.2]

Setelah dilakukan perhitungan maka didapat kategorisasi skor item. Kategorisasi skor item dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Kategorisasi Skor Item

Formula Kriteria Rerata Skor Kategori

µ +1,5 σ <X > 115 Sangat Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 97 < X ≤ 115 Tinggi µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 79 < X ≤ 97 Sedang µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 61 < X ≤ 79 Rendah

(57)

(58)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian mengenai deskripsi penyesuaian diri dalam pernikahan guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan

[image:58.595.99.561.232.673.2]

Berdasarkan data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar (2009) dapat diketahui penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten seperti dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11

Kategorisasi Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan Guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten

Formula Kriteria Rerata Skor Freku- ensi

Presentase (%)

Katego- Risasi

µ +1,5 σ <X > 182 17 48,6 % Sangat

Baik µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5

σ 154 < X ≤ 182 18 51,4 % Baik

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5

σ 126 < X ≤ 154 - 0 % Cukup Baik

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5

σ 98 < X ≤ 126 - 0 % Kurang Baik

(59)

[image:59.595.102.495.201.682.2]

Kategorisasi tentang penyesuaian diri dalam pernikahan jika digambarkan dalam bentuk histogram dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1

Histogram Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

Berdasarkan tabel 11 dan gambar 1, terlihat bahwa:

a. Terdapat 17 atau 48,6% guru yang memiliki tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan, sangat baik.

b. Terdapat 18 atau 51,4% guru yang memiliki tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan, baik.

c. Tidak ada atau 0% guru yang memiliki tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan, cukup baik.

d. Tidak ada atau 0% guru yang memiliki tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan, kurang baik.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

(60)

e. Tidak ada atau 0% guru yang memiliki tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan, tidak baik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rata-rata penyesuaian diri dalam pernikahan guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten termasuk dalam tingkat kategorisasi baik yaitu sebesar 51,4%.

[image:60.595.99.559.251.721.2]

2. Hasil skor tiap item tingkat penyesuaian diri dalam pernikahan Berdasarkan data yang telah terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar (2009) didapat skor-skor item yang masuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Item-item dengan skor yang berada dalam kategorisasi sedang hingga rendah adalah item yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan usulan topik-topik family gathering. Hasil pengkategorisasian item-item skala dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Kategorisasi Skor Item

Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan Pada Guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten

Formula Kriteria Rerata Skor Freku- ensi

Presentase (%)

Katego- Risasi

µ +1,5 σ <X > 115 38 67,86 % Sangat

Tinggi

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 97 < X ≤ 115 14 25 % Tinggi

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 79 < X ≤ 97 4 7,14 % Sedang

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 61 < X ≤ 79 - 0 % Rendah

X ≤µ-1,5 σ X ≤ 61 - 0% Sangat

(61)

[image:61.595.96.525.189.653.2]

Kategorisasi skor item penyesuaian diri dalam pernikahan jika digambarkan dalam histogram dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2

Histogram Skor Item Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan

Berdasarkan tabel 12 dan gambar 2, terlihat bahwa hasil penelitian ini terdapat 38 atau 67,86% item yang berada dalam kategorisasi sangat tinggi, 14 atau 25% item yang berada dalam kategorisasi tinggi, dan 4 item atau 7,14% yang berada dalam kategorisasi sedang. Jadi secara keseluruhan, menunjukan bahwa ketercapaian semua aspek penyesuaian diri dalam pernikahan khususnya dalam penelitian ini termasuk dalam kategorisasi sangat tinggi, yang berarti item tersebut telah terpenuhi secara maksimal. Selain itu, perhitungan skor item diatas dapat dilihat bahwa tidak ada item yang masuk dalam kategorisasi rendah dan sangat rendah. Namun, terdapat 4 butir item atau 7,14% yang berada dalam kategorisasi sedang. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa item yang terendah adalah item yang termasuk dalam kategorisasi sedang. Butir-butir tersebut dapat dilihat pada tabel 13.

0 10 20 30 40

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

Series1 38 14 4 0 0

Ju

m

lah

Ite

m

(62)
[image:62.595.97.562.156.670.2]

Tabel 13

Item-item Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan Pada Guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten yang tergolong sedang

No. Butir Rumusan Pernyataan Aspek Indikator Skor

1. 48 Saya kesal saat pasangan

saya mengganti acara televisi yang saya tonton

Ketiadaan emosi yang berlebih Mampu mengontrol emosi 96

2. 32 Saya memilih tidak

menemui teman kantor pasangan ketika berkunjung ke rumah Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarah diri Mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan 94

3. 43 Saya menjadi ikutan malas

datang ke acara keluarga di saat pasangan saya juga malas untuk pergi kesana

Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarah diri Mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan 97

4. 47 Saya menjadi semakin

jengkel saat pasangan tidak mengerti apa yang saya bicarakan Ketiadaan Perasaan Frustrasi Pribadi Mampu mengatur perasaan secara efisien 97

Item-item di atas yang tergolong sedang dan akan digunakan sebagai dasar pembuatan usulan topik-topik family gathering.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Deskripsi penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru

(63)

Menurut Hurlock (1980) seseorang yang mampu melakukan penyesuaian diri dalam pernikahan dengan sangat baik dan baik mereka telah mampu melakukan penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan keluarga pasangan. Empat jenis penyesuaian diri dalam pernikahan tersebut merupakan empat hal yang pokok yang umum dan paling penting bagi kebahagian pernikahan.

Para guru memiliki kesadaran atas peran mereka sebagai pasangan suami maupun istri, dan juga sebagai orang tua dari anak-anak mereka. Para guru berusaha membina keluarga yang mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pasangan mereka dalam pernikahan, tujuannya agar terjalin keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga.

Penyesuaian diri dalam pernikahan yang bertujuan menjalin keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga merupakan keinginan dari setiap pasangan suami dan istri. Namun, tidak dipungkiri bahwa tidak mudah menciptakan suasan kehidupan keluarga semacam ini. Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi penyesuain diri dalam pernikahan menjadi baik.

(64)

baru dan besar. Kesadaran inilah yang membuat mereka memiliki berbagai harapan dalam pernikahan yang realistik atau nyata. Harapan tersebut misalnya: keinginan memiliki rumah baru, keinginan memiliki kendaraan, keinginan memiliki keturunan, dll. Berbagai keinginan itulah kemudian dikomunikasikan dengan pasangan yang bertujuan mereka menemukan cara bagaimana untuk mendapatkannya. Keadaan semacam ini yang akan membuat hubungan dalam pernikahan semakin harmonis, karena segala sesuatunya di sesuaikan dengan baik.

Faktor yang kedua, hubungan dengan keluarga pasangan. Hubungan yang baik dengan keluarga pasangan sangat penting dan besar pengaruhnya pada penyesuaian diri dalam pernikahan. Pasangan suami istri yang mampu menciptakan hubungan yang baik dengan keluarga pasangan, dapat dipastikan bahwa pasangan ini mampu melakukan penyesuaian diri dalam pernikahan dengan baik. Pasangan yang baik, mereka tidak hanya memiliki ego meminta pasangan untuk menerima kondisi keluarganya saja melainkan juga dapat menerima kondisi dari keluarga pasangannya. Mengenal lebih dekat, menjalin komunikasi dengan keluarga pasangan sangat baik untuk dilakukan dalam penyesuaian dalam pernikahan.

(65)

pendidikan yang sama, maka kondisi inilah yang akan semakin membuat baik penyesuaian diri dalam pernikahan.

Faktor keempat, minat dan kepentingan bersama. Adanya kepentingan yang bersama tentang suatu hal yang dapat dilakukan pasangan secara bersama, cenderung membawa penyesuaian yang baik. Pasangan memiliki kesempatan untuk lebih mengenal aktivitas dari pasangannya. Suatu hal yang dapat dilakukan secara bersama dengan pasangan, membuat hubungan keluarga semakin harmonis. Hal ini disebabkan pasangan akan semakin memahami dan mengerti akan kondisi dan kebutuhan lawan dari pasanganya. Keadaan ini membuat penyesuaian diri dalam pernikahan akan semakin baik.

Faktor kelima, konsep peran. Setiap pasangan pasti memiliki konsep atas peran suami dan istri. Dapat memainkan peran dari pasangannya masing-masing merupakan harapan dari setiap pasangan. Memainkan peran dari lawan pasangan akan membuat lawan dari pasangan merasa bahwa dia selalu dimengerti dalam situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Hal ini dapat memicu semakin baiknya penyesuaian diri dalam pernikahan.

(66)

pribadi yang dia inginkan. Melainkan mengorganisasikan dengan mengkomuniksikan bersama dengan pasangan berbagai hal yang baik untuk keadaan rumah tangga mereka. Kondisi semacam inilah yang membuat penyesuaian dalam pernikahan semakin baik.

2. Item-item penyesuaian diri dalam pernikahan

Berdasarkan hasil penelitian butir item penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten, terdapat 38 item atau 67,68% masuk dalam kategori sangat tinggi, 14 item atau 25% masuk dalam kategori tinggi, dan 4 item atau 7,14% masuk dalam kategori sedang. Item-item yang masuk dalam kategori sangat tinggi dan tinggi diartikan sebagai penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru sudah sangat baik dan baik. Beberapa penyesuaian diri yang telah dilakukan yaitu: pasangan bersedia membatalkan janji untuk jalan-jalan saat pasangannya sedang sakit, mengajak pasangan untuk mencari sumber masalah yang terjadi dalam keluarga, mampu membuat kesepakatan bersama mengenai keuangan keluarga.

(67)

keadaan semacam itu. Schneiders (dalam Indrawati dan Fauziah, 2012) menyatakan bahwa, keadaan dimana pasangan kurang dapat melakukan kontrol emosi dapat memicu timbulnya rasa kesal terhadap pasangan dan menyebabkan masalah muncul dalam kehidupan berumah tangga. Penyesuaian diri dalam pernikahan yang normal, dapat diidentifikasikan dengan tidak ditemukannya emosi-emosi yang berlebihan. Adanya kontrol emosi dimaksudkan untuk membuat suami maupun istri mampu berpikir jernih setiap masalah yang sedang dihadapi serta mampu memecahkan masalah dengan cara yang sesuai.

Kedua, item yang berbunyi “ Saya memilih tidak menemui teman

kantor pasangan ketika berkunjung ke rumah” dan item ketiga yang

berbunyi “Saya menjadi ikutan malas datang ke acara keluarga di saat

(68)

sangat dibutuhkan dalam penyesuaian diri dalam pernikahan, karena hubungan sosial dapat membantu seseorang untuk mengenal lebih luas lagi kehidupan lingkungan pasangan. Lingkungan yang dimaksudkan yaitu lingkungan pekerjaan dan lingkungan keluarga dari pihak pasangan.

Keempat, item yang berbunyi “Saya menjadi semakin jengkel saat

pasangan tidak mengerti apa yang saya bicarakan”. Rendahnya item ini

diindikasikan bahwa para guru kurang mampu mengatur perasaan yang dimiliki. Keadaan inilah yang akan membuat pasangan suami dan istri mengalami kesulitan beraksi secara normal ketika menghadapi permasalahan. Pasangan dengan penyasuaian diri cukup seperti ini akan lebih cenderung cepat merasa putus asa, lelah, kebingungan dalam menghadapi masalah yang ada yang akan bermuara kearah frustrasi dan ketidak harmonisan dalam pernikahan. Schneiders (dalam Indrawati dan Fauziah, 2012) menyatakan bahwa, pasangan suami istri seharusnya sudah lebih mengenal karakteristik pasangan, dengan begitu mereka tahu bagaimana mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan pasangan dan menjadikan hubungan pernikahan mereka lebih harmonis.

(69)

sosial, dan mengatur perasaan. Oleh karena itu agar para guru lebih mampu lagi dalam melakukan penyesuaian diri dalam pernikahan, perlu adanya pendampingan dari pihak Yayasan Pangudi Luhur Perwakilan Kabupaten Klaten dalam bidang family gathering.

C. Usulan Topik Family Gathering

Berdasarkan perhitungan uji item yang telah dilakukan, maka item-item yang masuk dalam kategori sedang akan dijadikan landasan untuk membuat usulan topik-topik family gathering, pada guru SMP Pangudi Luhur SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten. Usulan topik-topik

family gathering ini diharapkan lebih dapat mempermudah tim manajemen

(70)
[image:70.842.73.805.175.500.2]

49 Tabel 14

Usulan Topik-Topik Family Gathering

Berdasarkan Kategori Item Terendah Tentang Peneyesuaian Diri Dalam Pernikahan SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten

No. Item Aspek Indikator

Aspek

Usulan Topik

Tujuan Jenis Kegiatan/ Metode

Sumber Pustaka Pelaku Wak- tu

1. Saya kesal saat pasangan saya mengganti acara televisi yang saya tonton Ketiadaan emosi yang berlebihan Mampu mengontrol emosi Manajeman emosi

Para guru dan pasangan mampu: a. Mengungkapkan pikirannya secara langsung kepada pasangan mereka b. Mengungkapkan perasaannya kepada pasangan mereka

c. Menemukan cara

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada pasangan mereka

(71)

No Item Aspek Indikator

Aspek

Usulan Topik

Tujuan Jenis Kegiatan/ Metode

Sumber Pustaka Pelaku Wak-tu

Jakarta: Gunung Mulia

2. Saya

memilih tidak menemui teman kantor pasangan ketika berkunjung ke rumah Pertimba-ngan rasional dan kemampuan mengarahkan

diri (self- direction) Mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan Menjalin hubungan sosial dalam pernikahan

Para guru dan pasangan mampu: a. Mempraktikkan bagaimana menjalin hubungan sosial dengan pasangan b. Mempraktikkan menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman kerja pasangan

a. Jenis kegiatan: Seminar b. Metode: 1. Penjelasan 2. Berdiskusi 3. Praktik langsung dengan pasangan

(72)

No. Item Aspek Indikator

Aspek

Usulan Topik

Tujuan Jenis Kegiatan/ Metode

Sumber Pustaka Pelaku Wak-tu

3. Saya menjadi

ikutan malas datang ke acara keluarga di saat pasangan saya juga malas untuk pergi kesana Pertimba-ngan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self- direction) Mampu menjalin hubungan sosial dalam pernikahan Pengendali-an Diri

Para guru dan pasangan mampu:

a. Memecahkan dan

mencari solusi bersama dengan pasangan atas kasus yang diberikan ketika kegiatan family gathering.

a. Jenis kegiatan: Seminar b. Metode: 1. Penjelasan 2. berdiskusi 3. Praktik secara lansung dengan pasangan a. Safaria, Triantoro.2009. Manajemen emosi, sebuah panduan cerdas bagaimana mengelola emosi positif dalam hidup anda. Jakarta: Bumi Aksara. b. Hurlock.

(73)

No. Item Aspek Indikator

Aspek

Usulan Topik

Tujuan Jenis Kegiatan/ Metode

Sumber Pustaka Pelaku Wak-tu

4. Saya menjadi

semakin jengkel saat pasangan tidak mengerti apa yang saya bicarakan Ketiadaan perasaan frustrasi pribadi Mampu mengatur perasaan secara efisien Mengharga -i Perbedaan

Para guru dan pasangan mampu:

a. Mempraktikkan

dalam memberikan penghargaan terhadap pasangan

b. Lebih mudah dalam

menemukan cara-cara untuk menghargai pasangan

a. Jenis kegiatan: Retret b. Metode: 1. Penjelasan 2. Diskusi 3. Praktik bersama dengan pasangan a. Gunarsa, Singgih. 1990. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

(74)

53

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini, akan dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran terhadap kegiatan family gathering guru-guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penyesuaian diri dalam pernikahan pada guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten dan implikasinya terhadap usulan topik-topik family gathering dapat disimpulkan bahwa penyesuain diri dalm pernikahan guru SMP Pangudi Luhur Se-Kabupaten Klaten termasuk dalam kategorisasi baik.

(75)

Gambar

Gambar 1 Histogram Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan........................... 38
Tabel 1
Tabel 2 Pemberian Skor dalam Skala Likert
Tabel 4 Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Subjek Uji Coba T erpakai
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas empiris. Validitas konstruk sering juga disebut validitas logis yang berkenaan

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Peristiwa ini, benar-benar merupakan ujian yang sangat besar, sehingga perbuatan menepati janji yang telah dilakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas (ROA), Posisi Kas, Growth, Leverage (DER), dan Likuiditas (CR) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)

Dapat disimpulkan bahwa pada dosis yang sama penggunaan PMSG dengan dosis yang sama dengan FSH menghasilkan tingkat pematangan inti oosit yang lebih rendah, sehingga perlu

[r]