• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI KETERAMPILAN MENDENGARKAN AKTIF PARA SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2007 2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI KETERAMPILAN MENDENGARKAN AKTIF PARA SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2007 2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN KEGIATAN BIMBINGAN"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI KETERAMPILAN MENDENGARKAN AKTIF

PARA SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU

TAHUN AJARAN 2007/ 2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Mega Sarianne

021114005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bapa kami yang ada di surga

Dimuliakanlah namamu datanglah kerajaanmu

Jadilah kehendakmu

Diatas bumi seperti di dalam surga

Berilah kami rezeki pada hari ini

Dan ampunilah kesalahan kami

Seperti kamipun mengampuni

Yang bersalah kepada kami

Dan janganlah masukkan kami dalam pencobaan

Tetapi bebaskan kami dari yang jahat

Sebab Engkaulah raja yang mulia dan berkuasa

Untuk selama-lamanya”

(Mat 6: 9 – 13 )

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Almarhum Ayahku Sarprihadi Eyang Satirah

Ibuku tercinta Natalia Wiwik S Simbah Siti Aminah

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(7)

ABSTRAK

PERSEPSI KETERAMPILAN MENDENGARKAN AKTIF PARA SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2007/ 2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

Mega Sarianne

Universitas Sanata Dharma, 2008

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran dari keterampilan mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/ 2008 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008 dalam mendengarkan aktif.

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode survey. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 94 siswa. Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah persepsi keterampilan mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008? (2) Usulan kegiatan bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/ 2008 dalam mendengarkan aktif?

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 52 butir pernyataan, yang mengungkap 4 aspek keterampilan mendengarkan aktif, yaitu: (1) kemampuan mendengar dan mengerti pesan (pendapat/ pikiran) pembicara, (2) kemampuan mendengar dan mengerti perasaan pembicara, (3) kemampuan mengungkapkan/ memantulkan kembali pesan (pendapat/ pikiran) pembicara, dan(4) kemampuan mengungkapkan/ memantulkan kembali perasaan pembicara.

Teknik analisis data yang digunakan adalah penggolongan keterampilan mendengarkan aktif berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Tingkat keterampilan mendengarkan aktif digolongkan menjadi lima kualifikasi, yaitu :”sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup tinggi”,”rendah”,”sangat rendah”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: menurut persepsi siswa yang keterampilannya dalam mendengarkan aktif berkualifikasi sangat tinggi ada 1 siswa (1,1%), yang keterampilannya dalam mendengarkan aktif berkualifikasi tinggi ada 6 siswa (6,4%), yang keterampilannya dalam mendengarkan aktif berkualifikasi cukup tinggi ada 85 siswa (90,4%), yang keterampilannya dalam mendengarkan aktif berkualifikasi rendah ada 2 siswa (2,1%), dan tidak ada siswa (0%) yang memiliki keterampilan mendengarkan aktif berkualifikasi sangat rendah.

(8)

ABSTRACT

THE PERCEPTION ON THE GRADE X STUDENTS’ ACTIVE LISTENING SKILL IN SMA PANGUDI LUHUR ACADEMIC YEAR 2007/2008 AND ITS IMPLICATION ON THE COUNSELING ACTIVITIES

PROPOSAL

Mega Sarianne

Sanata Dharma University, 2008

The purpose of this research is was gain the picture of the grade X students’ active listening skill in SMA Pangudi Luhur Sedayu, academic year 2007/2008 and its implication on the counseling activities proposal to develop the grade X students’ skill on the active listening in SMA Pangudi Luhur Sedayu, academic year 2007/2008.

The type of this research was descriptive by using survey method. The population of the research was the 94 students at SMA Pangudi Luhur Sedayu, academic year 2007/2008. The questions to be answered in this research were: (1) how was the perception on the grade X students’ active listening skill in SMA Pangudi Luhur Sedayu, academic year 2007/2008? (2) What kind of appropriate counseling proposal to develop the grade X students’ active listening skill in SMA Pangudi Luhur Sedayu, academic year 2007/2008?

The instrument of this research was questionnaire which was arranged by the writer. This questionnaire had 52 question items, which revealed four skill aspects in active listening, which are: (1) the ability to listen and understand the speaker’s message (opinions/ thoughts) (2) the ability to listen and understand the speaker’s feeling, (3) the ability to express/ reflect the speaker’s message (opinions/ thoughts), (4)the ability to express/ reflect the speaker’s feeling.

The data analysis technique used was the active listening skill grouping based on Penilaian Acuan Patokan (PAP) type I. the listening active level is classified into five qualifications, which are: very high, high, moderately high, low, very low.

The result of this research showed that: there was one student (1.1%) with very high qualification, there were 6 students (6.4%) with high qualification, there were 85 students (90.4%) with moderately high qualification, there were 2 students (2.1%) with high qualification, and no student (0 %) had very low qualification.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, kekuatan dan dukungan yang begitu besar, yang menyertai penulis sepanjang proses studi sampai dapat menyusun skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis sadar bahwa ada banyak pihak yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung, dan ikut memberikan andil yang besar kepada penulis dalam mendalami, mengolah dan menyusun skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si, sebagai ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini. 2. Dra. C. L. Milburga, CB, M. Ed, sebagai dosen pembimbing yang telah

mendampingi, mengarahkan, memberikan sumbangan pikiran dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A. Selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk melengkapi kekurangan skripsi penulis. 4. Drs. Y. B. Adimassana, M. A. Selaku Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan masukan untuk melengkapi kekurangan skripsi penulis. 5. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mendidik

dan memberikan bekal hidup yang berharga kepada penulis dalam menjalani tugas studi

6. Keluarga Besar SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah memperlancar proses pengumpulan data.

(10)

8. Orang Tua terkasih (Ibu Wiwik dan Mbah Siti), yang sudah memberikan dukungan lewat doa, cinta,materi, serta kesabaran yang begitu luar biasa. 9. Mas Sunu yang selalu memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang dan

doanya.

10.Teman-teman angkatan 2002 yang telah memberikan suka cita dan persahabatan yang indah selama proses belajar.

11.Buat sahabat-sahabat terkasih: Ima (yang telah sabar dan selalu memberikan dukungan, semangat dan persahabatan yang begitu indah), Ida (yang tegas dan selalu mengingatkan penulis bila melakukan kesalahan dan selalu siap saat penulis membutuhkan bantuan), Uthe dan Uning (yang selalu membukakan pintu kosnya untuk berbagi cerita dan menemani untuk penelitian), Yaya (yang sering memberikan semangat meskipun dari jauh), Ina (walaupun jarang ketemu tetapi tetap dalam persahabatan gestalt), Mama Rianita (yang selalu memberikan doa, semangat dan persaudaraan yang begitu luar biasa).

12.Teman-teman Prodi Bimbingan dan Konseling: John Page, Siprianus, Tunggul, Botol, Pimpom, Agam, Tian yang memberikan waktu untuk berbagi pengalaman di Prodi Bimbingan dan Konseling, dan Ema Ratna yang telah meminjamkan buku-buku yang sesuai dengan judul skripsi penulis.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini, Semoga Tuhan selalu memberkati.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang berminat di bidang Bimbingan dan Konseling. Terima kasih.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

(12)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

B. Keterampilan Mendengarkan Aktif 1. Pengertian ... 11

2. Syarat-syarat Mendengarkan Aktif ... 14

3. Manfaat Mendengarkan Aktif... 15

4. Hambatan-hambatan Dalam Mendengarkan Aktif ... 16

5.Ciri-ciri Mendengarkan Aktif ... 22

C. Remaja 1. Pengertian ... 22

2. Ciri-ciri Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas ... 24

3. Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas Sebagai Remaja ... 25

D. Keterampilan Para Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008 dalam Mendengarkan Aktif ... 27

E. Bimbingan 1. Pengertian... 28

2. Tujuan Bimbingan... 29

3. Materi Bimbingan ... 30

4. Bimbingan dan Konseling di SMA Pangudi Luhur Sedayu ... 30

5. Kegiatan Bimbingan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 32

(13)

1. Kuesioner mendengarkan aktif ... 33

2. Skala Pengukuran... 34

3. Penentuan Skor ... 34

4. Aspek-aspek Keterampilan Mendengarkan Aktif... 34

5. Validitas dan Reliabilitas Alat ... 37

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan ... 41

2. Tahap Pelaksanaan ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan... 47

BAB V USULAN KEGIATAN BIMBINGAN SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2007/ 2008... 54

BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN A. Ringkasan... 66

B. Kesimpulan... 68

C. Saran-saran ... 68

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Anggota PopulasiMenurut Kelas X SMA Pangudi Luhur

SedayuTahun Ajaran 2006/2007... 33

Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner Keterampilan Mendengarkan Aktif ... 36

Tabel 3 : Rekapitulasi uji coba validitas instrumen ... 39

Tabel 4 : Indeks Korelasi Reliabilitas ... 41

Tabel 5 :Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I... 45

Tabel 6 : Penggolongan Tingkat Keterampilan Mendengarkan Aktif Menurut siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008 ... 46

Tabel 7 : Jadwal Kegiatan Week End Hari Pertama ... 57

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Uji Coba ... 72

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian... 77

Lampiran 3 : Tabulasi Skor Uji Coba ... 81

Lampiran 4 : Tabulasi Skor Uji Coba dengan Skala Diskrit... 87

Lampiran 5 : Tabulasi Skor Penelitian... 91

Lampiran 6 : Hasil Analisis Uji Validitas... 99

Lampiran 7 : Hasil Pengolahan Validitas dan Reliabilitas ... 101

Lampiran 8 : Tabulasi Uji Coba Skor Gasal dan Genap... 104

Lampiran 9 : Tingkat Keterampilan Mendengarkan Aktif Para Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/ 2008 ... 105

Lampiran 10 : Penggolongan Item dari Skor Tertinggi sampai Skor Terendah 107 Lampiran 11 : Modul Week End Keterampilan Mendengarkan Aktif ... 109

Lampiran 12 : Power Point Keterampilan Mendengarkan Aktif ... 114

Lampiran 13 : Contoh – Contoh Materi Kegiatan Week End... 116

Lampiran 14 : Surat Izin Uji Coba... 117

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan individu. Dalam tahap ini, remaja mulai mengembangkan sikap berinteraksi dengan orang lain, baik di keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Remaja mulai belajar mengungkapkan pendapatnya. Masa ini merupakan bagian kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu dan merupakan masa transisi dari masa anak-anak kearah perkembangan masa dewasa.

Masa remaja merupakan tahap pencarian identitas diri sehingga remaja perlu berelasi dengan lingkungan sosialnya. Relasi remaja dengan lingkungan sosialnya merupakan hubungan timbal balik antara individu secara pribadi dengan lingkungannya.

Mendengarkan aktif merupakan modal dasar bagi terjalinnya relasi yang baik dengan siapa pun kita berkomunikasi. Relasi yang baik dapat di bangun dalam keluarga, komunitas, tempat kerja, maupun pergaulan di mana pun kita berada (Sawitri, 2005).

(17)

pertama adalah pengalaman pribadi penulis yang merasa kurang didengarkan dan diperhatikan ketika melaksanakan bimbingan klasikal pada saat Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMA. Pada saat penulis akan memulai bimbingan klasikal di kelas, keadaan di kelas tersebut sangat ramai karena para siswa baru saja menempuh ulangan harian matematika. Penulis mencoba menegur para siswa agar keadaan kelas dapat tenang kembali, tetapi para siswa masih saja sibuk dan acuh tak acuh menyikapi teguran. Melihat sikap para siswa di kelas tersebut, penulis merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai.

Alasan kedua adalah dalam kehidupan remaja saat ini keterampilan mendengarkan aktif belumlah seperti yang diharapkan. Sebagian besar remaja masih belum sepenuhnya mampu untuk mendengarkan aktif karena mereka lebih sering menghakimi, memaksakan kehendak, dan kurang menghargai orang lain, sehingga menimbulkan konflik. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya konflik antara lain: adanya kecurigaan, sikap iri, egois, merasa kurang diperhatikan, kurang didengarkan dan dihargai oleh remaja lain. Mendengarkan aktif dapat terhambat apabila orang bersikap acuh tak acuh, iri, egois, dan curiga terhadap orang lain.

(18)

Penulis berpendapat pelatihan mendengarkan aktif perlu diberikan pada masa remaja mengingat pada masa ini remaja sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam pembentukan kepribadian, sehingga sangat rentan dimasuki oleh hal-hal yang dapat berpengaruh dalam pembentukan kepribadiannya. Juga berubahnya nilai-nilai pada remaja mengakibatkan hal-hal yang dianggap penting pada masa anak-anak tidak lagi menjadi hal-hal penting pada masa remaja. Sebagai contoh, remaja lebih banyak berada di luar rumah, mereka lebih suka bergaul dengan teman-teman sebayanya daripada keluarganya sendiri. Pergaulan yang baik ditentukan oleh komunikasi yang baik. Hal ini juga berlaku bagi remaja yang duduk di tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Para siswa perlu dibimbing dan dilatih untuk mendengarkan aktif dalam pergaulannya.

Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa banyak bertemu dan banyak bergaul dengan teman-teman sebayanya. Salah satu contoh untuk menunjang pergaulan siswa adalah guru pembimbing memberikan pelatihan komunikasi khususnya pelatihan mendengarkan aktif misalnya dalam bentuk bimbingan kelompok dalam kegiatan week end.

(19)

Penelitian ini lebih memusatkan perhatian pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, dengan berbagai pertimbangan: (1) kelas X adalah warga baru SMA Pangudi Luhur, sehingga baru dalam tahap penyesuaian terhadap keadaan dan lingkungan sekolah, (2) kelas XI sudah cukup mampu mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhannya, sudah cukup mampu beradaptasi dan sudah cukup mengenal keadaan dan lingkungan sekolah terutama hubungan dengan warga sekolah, (3) kelas XII lebih memfokuskan diri pada ujian akhir mengingat sebentar lagi mereka akan meninggalkan sekolah.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dalam keterampilan mendengarkan aktif dan untuk membuat usulan kegiatan bimbingan. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah persepsi keterampilan mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui persepsi siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dalam keterampilan mendengarkan aktif. 2. Membuat usulan kegiatan bimbingan untuk meningkatkan

keterampilan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dalam mendengarkan aktif.

D. Manfaat Penelitian

1. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sekolah dalam bidang Bimbingan dan Konseling, khususnya dalam melihat permasalahan remaja yang berkaitan dengan keterampilan mendengarkan aktif.

2. Guru Pembimbing

Dapat memberikan gambaran mengenai keterampilan mendengarkan aktif dan membantu dalam mengembangkan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam mendengarkan aktif.

3. Peneliti Lain

(21)

4. Penulis

Penelitian ini menjadi kesempatan untuk berlatih meneliti, cermat dan berpikir kritis dalam menganalisis, mengolah dan mengambil keputusan dari setiap gejala yang diteliti.

E. Definisi Operasional

1. Persepsi adalah pendapat siswa tentang kemampuannya dalam mendengarkan aktif.

2. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik.

3. Mendengarkan aktif adalah berusaha mengerti dan memahami perasaan dan arti/ maksud pembicara, kemudian merumuskan pengertiannya dalam kalimat dan mengirimkan kembali kepada pembicara. Pendengar tidak mengirimkan pesannya sendiri, misalnya dengan memberikan penilaian, pendapat nasehat, analisa dan pertanyaan yang diumpanbalikkan hanyalah apa yang dianggapnya sebagai arti pesan sesuai dengan sudut pandang pembicara.

4. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini, peneliti menyajikan hasil tinjauan pustaka yang dapat memperjelas topik penelitian, yaitu: (A) Hakekat persepsi yang meliputi: pengertian persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi; (B) Keterampilan mendengarkan aktif yang meliputi: pengertian, syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan aktif, manfaat mendengarkan aktif, hambatan-hambatan dalam mendengarkan aktif, dan ciri-ciri mendengarkan aktif; (C) Remaja yang meliputi: pengertian remaja, ciri-ciri remaja, tugas-tugas perkembangan remaja; (D) Keterampilan para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dalam mendengarkan aktif; (E) Bimbingan yang meliputi: pengertian bimbingan, tujuan bimbingan, materi bimbingan, Bimbingan dan Konseling di SMA Pangudi Luhur Sedayu, dan kegiatan bimbingan.

A. Hakekat Persepsi

1. Pengertian persepsi

Pengertian persepsi telah diuraikan oleh para tokoh di bidang psikologi dalam aneka rumusan, antara lain:

(23)

bersangkutan. Adanya rangsang dari luar individu mengakibatkan suatu proses dalam diri individu, dan pada akhirnya individu akan memberikan tanggapan (Kartini Kartono, 1984: 57).

b. Proses mengorganisir dan menggabungkan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari sekelilingnya, termasuk dirinya sendiri (Davidoff, 1988: 232).

c. Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1985: 64).

d. Persepsi juga diartikan sebagai pandangan, pengamatan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang ditemuinya sehari-hari (Mulyono, 1978: 22).

e. Kata lain untuk persepsi adalah paradigma yang artinya cara orang memandang sesuatu, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu (Covey, 2001: 31)

(24)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi merupakan suatu hasil yang dialami seseorang terhadap suatu objek, peristiwa atau pengalaman tertentu yang dapat diterima dan dimengerti oleh penerima rangsang atau stimulus sehingga menghasilkan pengetahuan tentang lingkungan sekitar. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor sehingga organisme menjadi aktif (Walgito, 2004: 87). Stimulus dapat berasal dari dalam dan dari luar individu, tetapi kebanyakan berasal dari luar individu.

Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: (a) perhatian yang selektif, (b) ciri-ciri rangsang, (c) nilai-nilai dan kebutuhan individu, dan (d) pengalaman terdahulu (Irwanto, dkk, 1988: 76 – 77). Masing-masing faktor dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perhatian yang Selektif

(25)

b. Ciri-ciri Rangsang

Dalam melakukan persepsi, rangsang yang diterima harus kuat sampai melewati ambang rangsang, minimal dapat diterima oleh individu (Walgito, 2004: 46). Rangsang yang berubah-ubah lebih mudah diterima oleh individu dari pada rangsang yang statis. Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara berulang-ulang, semakin memudahkan individu untuk menerimanya (Irwanto, dkk, 1988: 76).

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Davidoff (Walgito, 2004: 89) mengemukakan bahwa persepsi itu bersifat individual, sehingga persepsi individu yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Perbedaan ini ditentukan oleh nilai dan kebutuhan individu itu sendiri. Nilai dan kebutuhan menjadi objek perhatian individu dalam menerima rangsangan.

d. Pengalaman terdahulu.

(26)

B. Keterampilan Mendengarkan Aktif

1. Pengertian

Menurut Sinurat (Subagyo, 2006) keterampilan dapat diartikan secara luas dan sempit. Keterampilan dalam arti sempit ialah kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik, yang juga disebut

manual skill. Dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek manual skill, intellectual skill, dan social skill.

Wursanto (1987) menjelaskan bahwa mendengarkan mempunyai dua macam pengertian, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, mendengarkan adalah usaha memperoleh suatu pengertian terhadap suatu berita atau pesan dengan mempergunakan indera pendengar, terbatas pada penerima pesan secara lisan. Dalam arti luas, mendengarkan adalah usaha untuk memperoleh pengertian dan kemampuan pikiran untuk mengadakan interpretasi terhadap berita atau pesan yang diterima, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian, mendengarkan dalam arti luas dapat terjadi untuk setiap komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis.

(27)

(hearing) sebagai suatu proses fisiologis saja. Kata menerima menegaskan bahwa seseorang menyerap rangsangan (stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu. Mendengarkan menyangkut rangsangan aural yatu, isyarat (gelombang suara) yang diterima oleh telinga. Mendengar mencakup semua isyarat yang dapat didengar tidak hanya kata-kata.

Johnson (Subagyo, 2006) menjelaskan bahwa keterampilan mendengarkan aktif adalah kemampuan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami apa yang dirasakan oleh pembicara dan memberikan tanggapan yang tepat.

Safaria (Sipayung, 2006) menjelaskan bahwa mendengarkan aktif adalah melakukan proses mengirim balik kepada pembicara sesuai dengan apa yang dimaksudkan pembicara baik dari segi isi maupun perasaan. Mendengarkan aktif melibatkan sikap empati dari pendengar.

Gordon (1999) menjelaskan bahwa dalam mendengarkan aktif, pendengar berusaha mengerti arti dari pesan yang dikirim. Pengertian dinyatakan dalam kalimat dan dikirimkan kembali pada pembicara. Pesan yang dikirimkan pendengar hanya apa yang dianggapnya sebagai arti pesan dari pembicara bukanlah berupa penilaian, pendapat, analisa, atau pertanyaan.

Menurut Paleg (2004), ada tiga cara yang perlu diperhatikan dalam keterampilan mendengarkan aktif, yaitu:

(28)

mengkritik, menganalisis atau mencoba memecahkan masalah yang dikatakan oleh pembicara. Pendengar juga menghilangkan kecenderungan untuk memikirkan bentuk respon yang akan pendengar utarakan.pendengar mempertahankan kontak mata, mengangguk ke arah pembicara, tersenyum atau mengernyitkan dahi untuk menunjukkan perhatian sepenuhnya terhadap ungkapan pembicara.

b. Pendengar memperhatikan perasaan pembicara dan bukan kata-katanya saja. Pendengar menyadari adanya perasaan mendalam. Pendengar perlu memperhatikan pesan-pesan non-verbal pembicara seperti ekspresi wajah, nada suara, dan gerak tubuh. Pendengar mencoba memposisikan dirinya berada pada situasi yang sama seperti pembicara.

c. Pendengar secara aktif memahami apa yang didengar. Memahami tidak berarti menyetujui. Memahami berarti membiarkan pembicara tahu secara verbal bahwa pendengar sedang mendengarkan apa yang sedang dikatakan oleh pembicara baik isi maupun perasaannya.

(29)

2. Syarat-syarat Mendengarkan Aktif

Menurut Gordon (1999) agar dapat mendengarkan aktif dengan baik, diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Pendengar harus mempercayai kemampuan pembicara untuk mengatasi perasaan-perasaannya, dan mencari penyelesaian terhadap masalahnya. Tujuan mendengarkan aktif adalah memberikan kesempatan kepada pembicara untuk menemukan pemecahan masalahnya.

b. Pendengar harus benar-benar dapat menerima perasaan-perasaan pembicara, apapun perasaan itu atau walaupun perasaan itu berlainan dengan perasaan pendengar.

c. Pendengar harus menyadari bahwa perasaan hanyalah sementara, tidak permanen. Karena itu ungkapan perasaan tidak perlu ditakutkan; perasaan-perasaan tidak akan selamanya berada dalam diri orang yang bersangkutan.

d. Pendengar harus mau mendengar apa yang akan dikatakan pembicara. Ini berarti pendengar harus meluangkan waktu untuk mendengarkan.

e. Pendengar harus sungguh-sungguh mau menolong pembicara menghadapi masalahnya.

(30)

g. Pendengar harus sadar bahwa banyak orang jarang dapat langsung mengungkapkan masalah yang sesungguhnya dihadapi. Mendengarkan aktif membantu pengirim memperjelas masalahnya, menggali masalahnya secara lebih mendalam.

h. Pendengar harus menghargai “privacy” pengirim dan menjaga rahasianya.

3. Manfaat Mendengarkan Aktif

Keterampilan mendengarkan aktif memberikan manfaat bagi orang-orang yang sedang mengadakan komunikasi. Menurut Gordon (1999) manfaat mendengarkan aktif antara lain adalah:

a. Mendorong terjadinya katarsis (perasaan negatif berkurang/ hilang dengan jalan mengungkapkannya secara terbuka)

b. Menolong orang untuk menjadi tidak terlalu takut terhadap perasaan-perasaan negatif.

c. Memudahkan pemecahan masalah.

d. Mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan pendapat orang lain.

e. Melatih orang untuk mengarahkan dirinya, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.

(31)

4. Hambatan-hambatan Dalam Mendengarkan Aktif

Devito (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa hambatan dalam mendengarkan aktif, yaitu:

a. Sibuk dengan diri sendiri

Penghambat yang paling serius dan merusak mendengarkan adalah kecenderungan pendengar untuk sebuk dengan diri sendiri, sebagai contoh memusatkan perhatian pada tindak tanduk diri sendiri selama interaksi. Kesibukan dengan diri sendiri timbul karena pendengar menyiapkan peranan sebagai pembicara; pendengar menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan dikatakannya untuk menjawab pembicara. Selama perhatian pendengar berpusat pada diri sendiri, pendengar tidak atau kurang memperhatikan apa yang dikatakan pembicara; pendengar bisa kehilangan pesan yang dimaksud oleh pembicara.

b. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal

(32)

c. Mempertajam (sharpening)

Kecenderungan pendengar untuk mempertajam satu atau dua aspek dari pesan pembicara dapat menjadi penghambat dalam mendengarkan aktif. Pendengar menyoroti/ menekan/ membumbui hal tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan dengan hal-hal lain yang diutarakan oleh pembicara.

d. Mengasimilasi

Kecenderungan pendengar untuk merekonstruksi pesan sedemikian sehingga sesuai dengan prasangka, kebutuhan dan nilai pendengar sendiri dapat menjadi penghambat dalam mendengarkan aktif. Akibatnya, pendengar membuat evaluasi negatif terhadap pesan yang diterimanya.

e. Faktor lawan atau kawan

Pendengar cenderung mudah menerima pesan pembicara apabila hubungan antara pendengar dan pembicara baik/ berteman. Apabila hubungan antara pendengar dan pembicara tidak baik/ bermusuhan, pendengar akan sulit menangkap pesan pengirim secara tepat; pendengar akan cenderung menilai pesan pembicara secara negatif. f. Mendengar yang diharapkan

(33)

pendengar, apabila pesan tersebut merupakan hal-hal yang diharapkan dari pada hal-hal yang tidak diharapkan.

Gordon (1999) menjelaskan lima hambatan dalam mendengarka aktif, yaitu:

a. Pendengar menanggapi dengan bimbingan

Pendengar cenderung mengarahkan pembicara ke suatu arah atau tujuan tertentu. Ini berarti pula pendengar memegang kemudi. Sering kali jika pendengar memegang kemudi dan mengarahkan pembicara kapada suatu arah tertentu, pembicara merasa mendapat perlawanan. b. Membuka pintu kemudian menutupnya

Pendengar pada mulanya mulai dengan tujuan membuka pintu bagi pembicara untuk berkomunkasi, tetapi kemudian pendengar menutup pintu tersebut karena pendengar tidak sabar untuk mendengarkan aktif secara tuntas.

c. Pendengar yang membeo

Pendengar cenderung mengulang atau menirukan apa yang dikatakan oleh pembicara, dan bukan apa yang dirasakan oleh pembicara.

d. Mendengar tanpa empati

(34)

e. Mendengarkan aktif pada saat yang salah

Pendengar cenderung menggunakan mendengarkan aktif pada saat yang tidak tepat. Pendengar begitu bersemangat menggunakan cara mendengarkan aktif, padahal pembicara tidak memerlukan atau tidak ingin diselami perasaannya.

Wright (Subagyo, 2006) juga menjabarkan delapan kendala dalam mendengarkan aktif, yaitu:

a. Pembelaan diri

Pendengar sibuk memenuhi pikiran dengan segala penyangkalan, alasan, atau pengecualian dari yang sedang dikatakan pembicara. Akibatnya, pendengar kehilangan pesan-pesan yang disampaikan pembicara. Respon pembelaan diri dapat berupa:

1) Terlalu cepat menarik kesimpulan

2) Mengartikan kata-kata pembicara sesuai dengan harapan pendengar.

3) Mengulang-ulang respon atau mengaggapi dengan kata-kata tajam.

b. Sikap/ prasangka tertentu yang telah dimiliki pendengar terhadap pembicara.

(35)

pembicara mengingatkan pendengar terhadap seseorang yang tidak menyenangkan pada masa lampau. Karena prasangka tersebut, pendengar menolak pembicara tanpa mau mendengarkan apa yang dikatakannya.

c. Pergumulan di dalam pendengar

Pendengar akan lebih mudah mendengarkan orang lain daripada saudara kandung/ pasangan hidup karena emosi pendengar tidak terlibat dengan masalah orang lain. Mendengarkan pesan juga sulit jika pendengar ikut merasa bersalah atas timbulnya masalah yang dialami pembicara.

d. Interupsi

Pendengar mungkin melakukan interupsi karena pembicara berbicara bertele-tele atau karena pikiran pendengar lebih cepat dan ingin segera mendengarkan informasi yang akan disampaikan pembicara. Pikiran pendengar menerawang dan melaju dengan cepat sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat dimengerti dengan baik. e. Ruang pemikiran pendengar penuh dengan informasi

(36)

f. Ketepatan waktu

Pada saat berbicara, pendengar merasa dikejar-kejar karena masih ada acara lain yang akan dikerjakan. Pendengar sebaiknya memberitahukan dengan jujur, bahwa saat untuk mendengarkan pendengar perlu mencari waktu luang daripada menjadikan pembicaraan tersebut sebagai sampingan.

g. Kelelahan fisik

Kelelahan fisik dapat menggangu seseorang sewaktu mendengarkan. Ada saatnya pendengar perlu memberitahukan orang lain apabila waktunya tidak tepat untuk berbicara dan akan memberitahukan lagi apabila sudah siap untuk mendengarkan.

h. Perhatian selektif

Kecenderungan pendengar untuk menyeleksi informasi yang diterima dapat mengganggu dalam mendengarkan pesan. Pendengar mendengarkan apa yang ingin didengarkan atau hal-hal yang sesuai dengan apa yang ada dipikirannya. Jika pendengar mendengarkan secara selektif, pendengar juga akan mengingat secara selektif. Artinya, mengingat beberapa pernyataan atau situasi dan melupakan yang ditolak.

(37)

5. Ciri-ciri Mendengarkan Aktif

Subagyo (2006) menjelaskan bahwa mendengarkan aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mampu mendengarkan dan mengerti pesan pembicara. b. Mampu mendengarkan dan mengerti perasaan pembicara.

c. Mampu mengungkapkan/ memantulkan kembali pesan pembicara tanpa adanya penilaian, pendapat, analisa atau pertanyaan.

d. Mampu mengungkapkan/ memantulkan kembali perasaan pembicara.

C. Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak–kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab (Basri,1994: 4).

Menurut WHO, remaja adalah sebagai berikut :

1. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukkan tanda-tanda kematangan seksual sekundernya sampai saat kematangan seksualnya. 2. Individu mengalami kematangan psikologis dan pola identifikasi dari

anak-anak menuju dewasa.

(38)

Masa remaja menurut Sarwono (1996:137) adalah suatu perjalanan perkembangan meninggalkan masa kanak – kanak menuju dewasa disertai perubahan, dari segi fisik, psikis dan sosial.

Masa remaja disebut juga masa ‘physiological learning’ dan ‘social learning’. Maksudnya adalah bahwa pada masa ini pemuda pemudi remaja sedang mengalami suatu pematangan fisik dan pematangan sosial. Kedua hal ini terjadi dalam waktu yang bersamaan. Dalam pematangan fisik, remaja mengalami proses perubahan struktur dan/fungsi jasmaniah (fisiologi) mengarah pada kedewasaan fisik (Rifai,1984:1).

Rifai (1984:1), juga mengemukakan bahwa dalam pematangan sosial, remaja menghadapi proses belajar yaitu mengadakan penyesuaian diri atau

‘adjustment’ pada kehidupan sosial orang dewasa secara tepat. Hal ini berarti pula, bahwa remaja harus belajar pola – pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalam lingkup kebudayaan pada masyarakat di mana mereka hidup.

1. Perkembangan fisik 2. Perkembangan intelektual 3. Perkembangan seksual 4. Perkembangan emosional

(39)

masa remaja. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa kelompok anak muda berusia 10 – 24 tahun sudah termasuk remaja.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa remaja adalah individu yang sudah menyelesaikan masa kanak – kanak yang penuh dengan ketergantungan menuju ke tahap selanjutnya yaitu masa yang penuh dengan kemandirian dan tanggung jawab, berada pada usia 10 – 21 tahun.

2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Siswa SMA sebagai yang berada dalam masa remaja memiliki ciri-ciri perkembangan (Gunarsa dan Gunarsa, 1986) sebagai berikut :

a. Kecanggungan dan kekakuan dalam gerakan akibat perkembangan fisik, menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri. Tetapi juga terlihat perilaku “berlebihan” (overacting) untuk menutupi perasaan tersebut dan memenuhi kebutuhan bergaul.

b. Ketidakseimbangan secara keseluruhan terutama keadaan emosi yang labil. Hal ini menyebabkan kurang tercapainya pengertian orang lain akan diri pribadi remaja. Bahkan terkadang remaja juga tidak mengerti dirinya sendiri.

(40)

mangsa bagi mereka yang tidak memiliki rasa tanggung jawab atas kesejahteraan orang lain.

d. Sikap menentang dan menantang orang tua dan orang dewasa lainnya. Karena adanya keinginan remaja untuk lepas dari pengaruh mereka dan ingin bersikap mandiri.

e. Pertentangan di dalam dirinya menjadi pangkal berbagai pertentangan dengan orang tua dan angota keluarga lainnya.

f. Banyak fantasi, khayalan dan bualan-bualan.

3. Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas Sebagai Remaja

Tugas perkembangan setiap fase berbeda pada fase perkembangan remaja individu memiliki tugas perkembangan yang khas. Tugas perkembangan menurut Garrison (Mammppiare, 1982) adalah :

a. Menerima keadaan jasmaniah

Remaja mengalami perubahan fisik yang cepat dan dibarengi dengan perkembangan sikap dan citra diri. Remaja sering membandingkan dirinya dengan teman-temannya. Remaja pada umumnya khawatir bila dirinya tidak sama dengan model yang diidolakan. Remaja diharapkan dapat menerima dirinya apa adanya.

b. Memperoleh hubungan baru yang lebih matang dengan teman-teman sebaya antara dua jenis kelamin.

(41)

menjadi matang dalam berhubungan dengan teman sebaya lawan jenis dalam kelompok mereka. Remaja yang mendapatkan penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis maupun sesama jenis akan merasa dirinya berharga dan dibutuhkan.

c. Menerima keadaan sesuai jenis kelamin dan belajar hidup seperti kaumnya Remaja mengalami perubahan bentuk tubuh yang cepat. Perubahan bentuk tubuh yang cepat ini seringkali kurang diterima remaja, terutama bila bentuk tubuhnya tidak memuaskan. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan dirinya sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggungjawab sebagai kaumnya.

d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Tugas perkembangan penting yang dihadapkan pada remaja adalah bebas dari ketergantungan pada orang tua dan dewasa lainnya. Remaja memiliki kebebasan emosional akan dapat menemukan rencananya sendiri dan bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri.

e. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal ekonomi

(42)

f. Mendapat perangkat nilai dan falsafah

Pada umumnya remaja tertarik pada persoalan yang menyangkut kehidupan dan falsafah hidup, serta soal-soal keagamaan. Remaja membutuhkan seperangkat nilai dan falsafah hidup sebagai kemudi dalam mengendalikan hidupnya sehingga hidupnya dapat terarah dan bahagia.

D. Keterampilan Para Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun

Ajaran 2007/2008dalam Mendengarkan Aktif

Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 adalah bagian dari kelompok anak yang sedang menjalani masa remaja. Masa ini merupakan masa di mana mereka lebih mempercayai teman sebayanya daripada orang tuanya. Kiranya ini juga menunjukkan bahwa remaja lebih banyak berkomunikasi dengan teman-temannya.

Dalam berkomunikasi siswa memerlukan kemampuan-kemampuan tertentu dari dalam dirinya sendiri dan orang lain. Salah satu kemapuan yang diperlukan dalam berkomunikasi adalah kemampuan untuk mendengarkan. Bakat untuk mendengarkan dengan baik, umumnya dimiliki oleh siswa yang sungguh menyadari keterbatasannya. Semakin siswa menyadari kekurangan diri sendiri, siswa semakin menyadari kebutuhannya untuk menerima sesuatu dari orang lain.

(43)

Remaja juga akan memasuki organisasi tertentu yang sesuai dengan minat yang disukainya. Remaja kiranya akan lebih cenderung bergaul dengan kelompok sosial yang lebih kecil seperti persahabatan dengan beberapa orang dibandingkan dengan banyak orang. Kiranya adalah ideal bagi remaja untuk berlatih mendengarkan aktif untuk mendukung hubungannya, baik dengan kelompok sosial yang kecil maupun kelompok sosial yang besar.

Sebagai remaja, siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 kiranya ideal untuk mengetahui dan memahami cara mendengarkan aktif untuk digunakan dalam pergaulannya dengan kelompok sosialnya karena sebagai remaja mereka juga akan mengalami perkembangan seperti yang telah disebutkan.

E. Bimbingan

1. Pengertian

(44)

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan bimbingan (Sukardi, 1988) adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman diri siswa dalam kemajuannya di sekolah.

b. Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggungjawab.

c. Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain. d. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.

e. Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. f. Mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. g. Menyalurkan dirinya baik dalam bidang pendidikan maupun dalam

bidang-bidang kehidupan lainnya.

(45)

3.Materi Bimbingan

Materi bimbingan dapat diambil atau dijabarkan dari berbagai sumber (Winkel,1997) seperti:

a. Pengetahuan dan pemahaman tenaga bimbingan di berbagai ilmu sosial, seperti sosiologi, ilmu antropologi, dan ilmu psikologi dengan berbagai cabang.

b. Hasil refleksi tenaga bimbingan sendiri dan tokoh-tokoh masyarakat terhadap keadaan masyarakat di berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan sekolah.

c. Perumusan tujuan pendidikan nasional dan perumusan tujuan institusional.

d. Aneka daftar masalah yang dihadapi oleh kaum muda, yang disusun oleh para ahli di bidang pendidikan dan psikologi.

e. Usulan dari para siswa.

f. Hasil penelitian yang diadakan oleh tenaga bimbingan sekolah sendiri, dengan menyebarkan sebuah daftar cek masalah atau kebutuhan siswa ditingkatan kelas tertentu.

g. Pengalaman tenaga bimbingan sendiri.

4.Bimbingan dan Konseling di SMA Pangudi Luhur Sedayu

(46)

bimbingan. Fasisitas BK di SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah ruang BK yang berfungsi sebagai ruang kerja koordinator BK dan stafnya, sekaligus sebagai ruang konseling. Fasilitas lain yang mendukung penyelenggaraan layanan BK terdiri dari kartu pribadi siswa, buku laporan kasus siswa, sosiogram, bagan kemajuan siswa, foto-foto siswa, tata tertib siswa, dan bagan srtuktur organisasi BK. Layanan BK telah dilaksanakan dengan baik di sekolah ini. Guru BK dan siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi, mengenal, dan memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling dengan baik.

5. Kegiatan Bimbingan

Kegiatan bimbingan adalah suatu usaha yang dirancang oleh fasilitator (konselor atau guru pembimbing) untuk sekelompok orang pada tempat dan waktu tertentu sehingga dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

Kegiatan bimbingan dapat diberikan kepada para siswa yang sedang mengikuti program pendidikan di sekolah, dan mereka yang bukan siswa, seperti guru dan orang tua (Winkel, 1997).

Bentuk kegiatan bimbingan siswa antara lain: kegiatan ekstrakurikuler,

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Tujuannya adalah mengtahui persepsi keterampilan mendengarkan aktif siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.

Menurut Sudjana (1989), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

B. Populasi Penelitian

(48)

Tabel 1

Rincian Anggota Populasi

Menurut Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007

Kelas Jumlah Siswa

XA 31

XB 32

XC 31

Total Siswa 94

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini disusun untuk mengetahui tingkat keterampilan mendengarkan aktif siswa.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner yang disusun :

1. Kuesioner mendengarkan aktif

(49)

2. Skala Pengukuran

Ada 4 alternatif jawaban yaitu “Sangat Mampu” , “Mampu”, “Tidak Mampu”, dan “Sangat Tidak Mampu”. Modifikasi skala Likert menjadi empat pilihan jawaban dimaksudkan untuik menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu: karena kategori netral mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral, atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban tengah juga menimbulkan kecenderungan responden menjawab netral (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya (Hadi, 1990).

3. Penentuan Skor

a. Untuk pernyataan positif: skor untuk jawaban Sangat Mampu adalah empat, skor untuk jawaban Mampu adalah tiga, skor untuk jawaban Tidak Mampu adalah dua, dan skor untuk jawaban Sangat Tidak Mampu adalah satu.

b. Untuk pernyataan negatif: skor untuk jawaban Sangat Mampu adalah satu, skor untuk jawaban Mampu adalah dua, skor untuk jawaban Tidak Mampu adalah tiga, dan skor untuk jawaban Sangat Tidak Mampu adalah empat.

4. Aspek-aspek Keterampilan Mendengarkan Aktif.

(50)

a. Kemampuan mendengar dan mengerti pesan (pendapat/ pikiran) pembicara.

b. Kemampuan mendengar dan mengerti perasaan pembicara menurut Goleman (dalam Sinurat, 1999):

1) Amarah (Anger) 2) Kesedihan (Sadness)

3) Kesenangan (Enjoyment) 4) Rasa Takut (Fear) 5) Cinta (Love)

6) Rasa Heran (Surprise) 7) Kejijikan (Disgust) 8) Malu (Shame)

c. Mampu mengungkapkan/ memantulkan kembali pesan (pendapat/ pikiran) pembicara.

d. Mampu mengungkapkan/ memantulkan kembali perasaan pembicara menurut Goleman (dalam Sinurat, 1999):

1) Amarah (Anger) 2) Kesedihan (Sadness) 3) Kesenangan (Enjoyment) 4) Rasa Takut (Fear) 5) Cinta (Love)

(51)

Adapun kisi-kisi kuesioner keterampilan mendengarkan aktif dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Keterampilan Mendengarkan Aktif

Pernyataan No. Aspek-aspek keterampilan

mendengarkan aktif

Positif Negatif

Jumlah

Mampu mendengar dan mengerti pesan (pendapat/ pikiran) pembicara.

1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 12, 13

18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26

18

Mampu mendengar dan mengerti perasaan pembicara:

a. Amarah (Anger) b.Kesedihan (Sadness) c. Kesenangan (Enjoyment) d. Rasa Takut (Fear) e. Cinta (Love)

f. Rasa Heran (Surprise) g. Kejijikan (Disgust) h. Malu (Shame)

16,17 14 15 7 6 8,9 3 2 3

Mampu mengungkapkan/

memantulkan kembali pesan (pendapat/ pikiran) pembicara.

27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39

46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 26 1. 2. 3. 4.

Mampu mengungkapkan/

(52)

pembicara:

a. Amarah (Anger) b. Kesedihan (Sadness) c. Kesenangan (Enjoyment)

d. Rasa Takut (Fear) e. Cinta (Love)

f. Rasa Heran (Surprise) g. Kejijikan (Disgust) h. Malu (Shame)

59 61,63,64 60,62

42,43,44 40,45 41

4 6 3

Jumlah 32 32 64

5. Validitas dan Reliabilitas Alat a. Pengujian Validitas

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2003:267). Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi adalah “suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan.” (Masidjo,1995:243). Pendapat lain, Sukardi (2003:123) menyatakan validitas isi adalah “derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.” Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur.Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

(53)

dengan komputer program SPSS (Statistical Programe for Social Scince) versi 12.0 for Windows agar lebih efektif dan efisien.

Penentuan kesahihan item kuesioner menggunakan kriteria Azwar dan Friedenberg (Azwar, 2005:153) yang mengatakan bahwa skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi 0,30; dengan demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan item yang koefisien korelasinya 0,30 dianggap valid. Namun Azwar (2003:65) juga menjelaskan bahwa: “Apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang ditentukan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria”. Maka dari itu koefisien korelasi < 0,30 akan direvisi atau digugurkan.

Untuk menguji validitas, teknik uji validitas yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson, dengan rumus sebagai berikut :

r xy =

(

)(

)

(

)

{

Ν −

}

{

Ν −

(

)

}

− Ν 2 2 2 2 Y Y X X Y X XY Keterangan :

r xy = koefisien korelasi product moment

X = skor setiap item yang akan diuji validitasnya Y = skor total item per aspek

N = banyaknya subyek

(54)

Tabel 3. Rekapitulasi uji coba validitas instrumen

Tidak Valid No. Aspek-aspek keterampilan

mendengarkan aktif Valid Jumlah No. Item 1. Mampu mendengar dan mengerti

pesan (pendapat/ pikiran) pembicara.

16 2 11, 23

2. Mampu mendengar dan mengerti perasaan pembicara:

a. Amarah (Anger) b. Kesedihan (Sadness) c. Kesenangan (Enjoyment) d. Rasa Takut (Fear)

e. Cinta (Love)

f. Rasa Heran (Surprise) g. Kejijikan (Disgust) h. Malu (Shame)

2 2 3 1 0 0 17 - -

3. Mampu mengungkapkan/

memantulkan kembali pesan (pendapat/ pikiran) pembicara.

19 7 33, 36, 39,

50, 51, 52, 58

4. Mampu mengungkapkan/

memantulkan kembali perasaan pembicara:

a. Amarah (Anger) b. Kesedihan (Sadness) c. Kesenangan (Enjoyment) d. Rasa Takut (Fear)

e. Cinta (Love)

f. Rasa Heran (Surprise)

(55)

g. Kejijikan (Disgust) h. Malu (Shame)

52 12

b. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil (Masidjo,1995:209). Suatu tes dianggap reliabel jika tes tersebut memunculkan hasil yang relatif sama pada subjek yang sama pada dua kesempatan yang berbeda, atau pada kelompok subjek yang berbeda dengan karakteristik yang sama (Azwar, 2003:4).

Metode yang digunakan untuk mengukur taraf reliabilitas instrumen dalam uji coba penelitian dengan mengubah skala ordinal menjadi skala diskrit, kemudian memakai Product Moment, metode belah dua (Split – half Method)

dengan rumus sebagai berikut :

r xy =

(

)(

)

(

)

{

Ν −

}

{

Ν −

(

)

}

− Ν

2 2

2 2

Y Y

X X

Y X XY

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara x dan y

(56)

Setelah koefisien korelasi antara item ganjil–genap didapatkan, kemudian untuk mencari indeks reliabilitas dikenakan rumus Spearman Brown :

r tt = gg gg

r r

+ 1

2

Keterangan :

r tt = Indeks reliabilitas

r gg = Koefisien korelasi item – item belahan ganjil dan genap

Taraf reliabilitas kemudian ditentukan menggunakan pedoman daftar indeks korelasi reliabilitas yang disusun oleh Pearson sebagai berikut :

Tabel 4. Indeks Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi ± 0, 91 – ± 1, 00 Sangat tinggi ± 0, 71 – ± 0, 90 Tinggi ± 0, 41 – ± 0, 70 Cukup tinggi ± 0, 21 – ± 0, 40 Rendah

± 0 – ± 0, 20 Sangat rendah

Atas dasar taraf signifikasi 5 % untuk N = 48 dituntut r xy = 0,284.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh r tt = 0,91. Jadi taraf reliabilitas kuesioner

ternyata signifikan pada taraf signifikasi 5 % (r tt = 0,91 > 0,284) dan termasuk

sangat tinggi (± 0, 91 – ± 1, 00).

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

(57)

peneliti terlebih dahulu menentukan variabel yang digunakan, kemudian dirinci lagi menjadi beberapa aspek; aspek-aspek inilah kemudian dijadikan item-item kuesioner keterampilan mendengarkan aktif. Setelah itu barulah dilakukan uji coba kuesioner. Uji coba dilaksanakan di SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta. Sebelum melaksanakan uji coba peneliti terlebih dahulu menemui pihak sekolah SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta, pada hari Senin 21 Mei pukul 10.00 WIB untuk mengungkapkan maksud dan tujuannya. Kedatangan peneliti diterima oleh koordinator bimbingan dan konseling SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta. Kepada koordinator bimbingan dan konseling peneliti meminta izin dan merencanakan waktu uji coba kuesioner.

Uji coba dilakukan di SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta. Pelaksanaan uji coba berlangsung pada tanggal 25 Mei 2007. Semua responden adalah siswa kelas X. Responden terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas XA yang berjumlah 21 siswa dan kelas XB yang berjumlah 27 siswa. Jadi peserta uji coba kuesioner secara keseluruhan berjumlah 48 siswa. Peneliti menyebarkan kuesioner sejumlah 48 eksemplar. Semua nomor pertanyaan dijawab oleh responden.

2. Tahap Pelaksanaan

(58)

koordinator Bimbingan dan konseling, dan pada hari itu juga ditentukan penelitian akan menggunakan jam mata pelajaran keterampilan sehingga peneliti menemui Sr. Elisa HK. S. Pd, selaku guru pengampu mata pelajaran keterampilan untuk meminta ijin. Setelah itu terjadi kesepakatan pelaksanaan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan pada hari Senin tanggal 30 Juli 2007, jam ke VII pukul 12.00-12.30 WIB di kelas XC; pada hari Selasa tanggal 31 Juli 2007, jam ke VI pukul 10.15-10.45 WIB di kelas XA; dan pada hari Kamis tanggal 2 Agustus 2007, jam ke VII pukul 12.00-12.30 WIB di kelas XB. Pada tahap pelaksanaan peneliti datang ke sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama.

(59)

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan agar diperoleh hasil yang lebih memuaskan, lebih obyektif, dan dapat diketahui sejauh mana penelitian ini dapat menjawab masalah penelitian.

Langkah – langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : 1. Menskor jawaban tiap item.

2. Melakukan tabulasi data penelitian.

3. Menghitung skor yang diperoleh oleh masing-masing subjek.

4. Menentukan rentangan skor berdasarkan penilaian PAP tipe I dengan cara mengkalikan skor yang seharusnya dicapai subjek dengan masing-masing prosentase batas bawah pada patokan PAP tipe I.

5. Menggolongkan skor yang diperoleh masing-masing subjek ke dalam rentang skor.

6. Menghitung frekuensi (banyaknya subjek pada tiap rentangan skor).

7. Menghitung prosentase pada tiap frekuensi (banyaknya subjek) dengan cara membagi banyaknya subjek pada tiap frekuensi dengan banyaknya kubjek seluruhnya (N) dikalikan 100%.

8. Menentukan kategori pada tiap tingkatan sesuai patokan pada tabel 6. 9. Menghitung skor yang diperoleh pada tiap aspek denagn cara

menjumlahkan skor yang diperoleh pada tiap item dalam tiap aspek.

(60)

11.Menggolongkan skor item yang diperoleh masing-masing subjek ke dalam rentangan skor aspek.

12.Menghitung frekuensi (banyaknya subjek pada tiap rentangan skor). 13.Menentukan kategori pada tiap tingkatan sesuai patokan pada tabel 5.

Tabel 5

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

KATEGORI PATOKAN

Sangat Tinggi 90% - 100%

Tinggi 80% - 89%

Cukup Tinggi 65% - 79%

Rendah 55% - 64%

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pertanyaan yang akan di jawab dalam masalah penelitian, yaitu (1) Bagaimanakah persepsi keterampilan mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008? (2) Kegiatan bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam mendengarkan aktif?

A. Hasil Penelitian

Data penelitian keterampilan mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dianalis dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Penilaian Acuan Patokan tipe I menetapkan bahwa untuk mendapatkan skor minimal sebanyak 65% dari skor total. Penggolongan kemampuan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dalam mendengarkan aktif dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.

Penggolongan Persepsi Keterampilan Mendengarkan Aktif Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008

Rumus PAP I Rentang Skor

Frekuensi Prosentase Kualifikasi

90% - 100% 188 – 208 1 1, 1 Sangat Tinggi

80% - 89% 167 - 187 6 6, 4 Tinggi

65% - 79% 136 – 166 85 90, 4 Cukup Tinggi

55% - 64% 114 – 135 2 2, 1 Rendah

(62)

Dari tabel nampak bahwa:

a. Ada satu siswa (1,1%) yang mempunyai tingkat keterampilan mendengarkan aktif yang termasuk berkualifikasi sangat tinggi.

b. Ada 6 siswa (6,4%) yang memiliki tingkat keterampilan mendengarkan aktif yang termasuk berkualifikasi tinggi.

c. Ada 85 siswa (90,4%) yang memiliki tingkat keterampilan mendengarkan aktif yang termasuk berkualifikasi cukup tinggi.

d. Ada 2 siswa (2,1%) yang memiliki tingkat keterampilan dalam mendengarkan aktif yang termasuk berkualifikasi rendah.

B. Pembahasan

Penelitian ini bersifat deskripsi artinya memaparkan keadaan apa adanya yang terjadi dalam lingkup pendidikan. Khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Untuk membatasi pembahasan dan untuk menghindari pengulangan kalimat yang tidak perlu, maka keterampilan mendengarkan aktif yang “Sangat Tinggi” dan “Tinggi” disatukan. Kedua golongan ini dianggap terampil dalam mendengarkan aktif, sedangkan golongan “Cukup Tinggi” dan “Rendah”, dianggap kurang trampil dalam mendengarkan aktif. Dari penjabaran tersebut terlihat bahwa hanya sebagian kecil (7 siswa) yang perolehan skornya bergerak mendekati skor maksimal, yaitu 100%.

(63)

kembali dengan kata-kata sendiri sesuai dengan maksud pembicara secara cepat dan tepat. Kesulitan itu antara lain adalah kurang tersedianya kesempatan /waktu bagi siswa untuk belajar meningkatkan keterampilan mendengarkan aktif. Kurang tersedianya kesempatan dapat terjadi baik dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan sekitar siswa.

Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan keterampilan mendengarkan aktif masing masing anggotanya karena keluarga merupakan pendidikan pertama bagi siswa untuk belajar berkomunikasi. Keluarga merupakan tempat bagi anak untuk belajar bagaimana mendengarkan, bagaimana mengerti pesan dari anggota keluarga yang lain dan bagaimana memantulkan kembali pesan dengan kata-kata sendiri sesuai maksudnya. Suasana keluarga yang harmonis dapat menjadi tempat untuk meningkatkan keterampilan dalam mendengarkan aktif. Keluarga yang mempunyai kebiasaan berkumpul untuk

(64)

mempercayai kemampuan anaknya dalam menyelesaikan masalahnya sendiri sangat mendorong anak untuk lebih dapat terampil dalam mendengarkan aktif.

Sekolah juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dari keluarga dalam meningkatkan keterampilan mendengarkan aktif siswa. Sekolah menjadi tempat bagi anak untuk menghabiskan waktu di luar lingkungan keluarga. Tenaga guru yang menunjang, suasana dan kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar memprioritaskan pelajaran. Dengan mendengarkan aktif pada saat mengikuti pelajaran siswa menjadi mampu untuk memusatkan perhatian pada pelajaran, mendengarkan, mengerti dan memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan dari guru, serta mampu bertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tenaga guru yang kurang menunjang dan suasana kelas yang kurang memberi tempat siswa untuk berlatih memusatkan perhatian pada pelajaran, mendengarkan, mengerti dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas pelajaran dapat menjadi kendala bagi siswa untuk menjadi terampil dalam mendengarkan aktif. Siswa akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan keterampilan mendengarkan aktifnya apabila sekolah juga kurang memberi tempat bagi siswa.

(65)

dapat menjadi tempat yang baik untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan aktif.

Siswa yang persentase perolehan skornya mendekati skor maksimal 100% kemungkinan besar kesulitan-kesulitan mereka sudah agak teratasi. Dalam keluarga kemungkinan besar telah diadakan pertemuan-pertemuan untuk sharing

bersama dan sudah ada penghargaan dari orang tua terhadap anaknya. Di samping itu, di sekolah mungkin anak telah mendapat penanganan secara lebih mendalam dari guru pembimbing, guru walikelas dan guru mata pelajaran. Lingkungan masyarakat sekitar pun juga mendukung meningkatnya keterampilan mendengarkan aktif anak.

Tetapi persentase perolehan skor belum mencapai skor maksimal 100%. Hal itu kemungkinan proses yang diterima belum sempurna. Keadaan dalam keluarga dimana kedua orang tua terlalu sibuk dengan urusan masing-masing jarang memberiwaktu pada keluarga dan pertemuan-pertemuan keluarga pun terkadang menjadi jarang dilakukan. Proses meningkatnya keterampilan mendengarkan aktif menjadi tidak bisa dilakukan secara terus menerus sehingga tidak bisa mencapai hasil yang maksimal.

(66)

Dalam hal mendengarkan aktif, pada aspek mengungkapkan/ memantulkan kembali pesan pembicara siswa kelas X telah memiliki keberanian untuk bertatap muka dengan lawan bicaranya, siswa mampu memberikan perhatian dengan sungguh-sungguh pesan yang diungkapkan lawan bicaranya. Artinya, siswa memiliki kesadaran diri untuk meluangkan waktunya dalam mendengarkan orang lain. Siswa yang mampu memperhatikan setiap pesan dari pembicara kemungkinan juga akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memiliki banyak teman dimanapun siswa tersebut berada.

Pada aspek mengungkapkan/ memantulkan kembali perasaan pembicara, siswa kelas X telah memiliki kemampuan untuk memahami dan mengetahui berbagai jenis perasaan yang dialami lawan bicaranya. Artinya siswa kelas X mampu merefleksikan perasaan yang ada dalam diri pembicara, sehingga siswa dapat mengulangi apa yang dikatakan pembicara sesuai dengan maksud atau artinya walaupun menggunakan kata-kata sendiri dengan penuh kehangatan dan pengertian.

(67)

Pada apek mendengar dan mengerti perasaan pembicara, siswa kelas X telah baik dalam mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh dan empatik. Artinya, siswa dapat menagkap dan memahami berbagai jenis perasaan yang sedang dialami lawan bicaranya. Dalam hal ini, siswa tidak terbelenggu oleh perasaan siswa sendiri, tetapi siswa berusaha memahami perasaan lawan bicaranya. Perasaan-perasaan tersebut tercermin dari kata-kata yang diucapkan, intonasi suara, mimik atau ekspresi wajah pada saat lawan bicara mengucapkan kata-kata tersebut.

Tingkat keterampilan mendengarkan aktif yang masih kurang dimiliki siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/ 2008 adalah pada aspek mendengar dan mengerti perasaan pembicara, tingkat keterampilan yang masih kurang lebih khususnya yaitu pada item “Apabila teman saya mengungkapkan kesedihannya, saya menanggapinya dengan berkata: “Serahkan saja semuanya pada Tuhan!””; dan item “Saya langsung memberikan nasehat kepada teman saya apabila dia mengungkapkan kesedihannya”. Masih kurangnya tingkat mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu kiranya disebabkan oleh hal-hal sebagi berikut: pertama, siswa kurang memahami isi pernyataan item-item kuesioner penelitian dengan cukup baik. Kedua, Siswa kurang menyadari pentingnya keterampilan mendengarkan aktif tersebut untuk diterapkan di dalam dirinya sehingga para siswa kurang menyetujui pernyataan tersebut.

(68)

dengan kata-katanya sendiri apa yang dimaksudkan pembicara dalam mendengarkan.

Kedua, siswa berlatih untuk bersikap sabar dalam mendengarkan sehingga pembicara merasa sungguh-sungguh dipahami, diterima dan dihargai. Ketiga, siswa berlatih agar dapat menangkap maksud pesan non-verbal pembicara seperti nada suara, raut wajah dan sikap badan.

Keempat, siswa berlatih memberikan tanggapan non-verbal untuk menunjukkan bahwa pendengar memperhatikan dan menerima atau menghargai pambicara. Kelima, siswa mengikuti kegiatan sharing dengan teman sebayanya sehingga siswa terlatih dalam meyampaikan pesan dan memahami pesan termasuk perasaan pembicara.

(69)

BAB V

USULAN KEGIATAN BIMBINGAN

SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2007/ 2008

Berdasarkan hasil penelitian, disusunlah suatu usulan kegiatan bimbingan yang dapat menjadi bahan pelayanan bimbingan selama periode tertentu. Usulan kegiatan bimbingan ini merupakan jawaban atas masalah penelitian: “Kegiatan bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/ 2008 dalam mendengarkan aktif?”.

Usulan kegiatan bimbingan ini disusun berdasarkan skor terendah dari item kuesioner mendengarkan aktif yang dicapai oleh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/ 2008.

(70)

Angket Awal Kegiatan Week End

Petunjuk:

Jawablah setiap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jujur, sesuai dengan keadaan dirimu.

1. Data diri

a. Tempat, Tanggal Lahir : ... b. Hobby : ... c. Cita-cita : ... 2. Apakah kamu pernah mengikuti

Gambar

Tabel 1 Rincian Anggota Populasi
Tabel 2
Tabel 3. Rekapitulasi uji coba validitas instrumen
Tabel 4. Indeks Korelasi Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keterbukaan diri dalam komunikasi antar teman sebaya siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun

Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1)Bagaimanakah tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur

Semua suster akan mendapat bimbingan yang bersifat preventif, kuratif dan enrichmen t (pengayaan) sehingga mereka dapat mengembangkan kecerdasan spiritual agar mencapai seperti

Dari keenam definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal emosi yang sedang terjadi kemudian mengelola emosi tersebut

Topik-topik bimbingan klasikal bagi para siswa kelas VIII SMP Marganingsih Muntilan Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah: Cerdas Menonton Televisi, Program Acara Televisi, Dampak

Melalui penelitian ini pula, penulis dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat tanggung jawab para siswi yang akan dijadikan sebagai dasar untuk memberikan usulan