i
TERHADAP USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Nadia Fitriansyah
NIM : 021114070
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
mu, bahwa Dia tidak melupakan mu tetapi hanya memberi mu waktu untuk beristirahat agar
dapat berpikir sejenak sebelum kamu harus bangkit kembali untuk meneruskan hidup mu.
Titik awal semua keberhasilan adalah keinginan (~Napoleon Hill~)
Kemajuan mustahil tanpa perubahan, & mereka yang tidak bisa mengubah pikiran mereka
tidak bisa mengubah apapun (~George Bernard Shaw~).
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang dicapai seseorang, tetapi dengan penentangan
yang dihadapinya dan keberanian yang dimiliki untuk mempertahankan perjuangan melawan
kekuatan yang jauh lebih besar (~Charles A Lidenbergh~).
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
vi
TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Nadia Fitriansyah
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mengenal emosi
dan mengelola emosi para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Tahun
Ajaran 2007/2008. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian
ini adalah (1) Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam
mengenal emosi? (2) Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam
mengelola emosi? 3) Topik-topik bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk
meningkatkan kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi pada para siswa
kelas X tahun ajaran 2007/2008?
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakan
adalah kuesioner kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi yang disusun
oleh penulis. Subjek penelitian adalah para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.
vii
ACADEMIC YEAR 2007/2008 AND ITS IMPLICATION
TO GUIDANCE TOPICS PROPOSAL
Nadia Fitriansyah
Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research aimed to describe emotional awareness and emotional
management of the 10
thgrade student in Pangudi Luhur Senior High School
Sedayu for the academic year 2007/2008. There were some problems in this
research (1) what is the level of emotional awareness of the 10
thgrade Pangudi
Luhur Sedayu Senior high School student academic year 2007/2008? (2) What is
the level of management emotional of the 10
thgrade Pangudi Luhur Sedayu
Senior high School student academic year 2007/2008? (3) What is the most
appropriate guidance topic to develop the emotional awareness and emotional
management of the 10
thgrade student in Pangudi Luhur Senior High School
Sedayu for the academic year 2007/2008?
This research was descriptive. In order to collect the data, the writer applied
emotional awareness and management emotional questionnaires, which were
developed by the writer. The subject of this research was the 10
thgrade student in
Pangudi Luhur Senior High School Sedayu for the academic year 2007/2008.
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Nadia Fitriansyah
Nomor Mahasiswa
: 021114070
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
DESKRIPSI KEMAMPUAN MENGENAL EMOSI DAN MENGELOLA EMOSI
PADA SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain. mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain utnuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantum nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2008
Yang menyatakan
ix
dengan baik. Terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai. Terimakasih yang tulus
diucapkan kepada:
1.
Dra. M.J Retno Priyani, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan motivasi dengan sepenuh hati.
2.
A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., sebagai intereter dalam pembuatan
angket.
3.
C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., sebagai intereter dalam pembuatan angket.
4.
Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengetahuan selama masa perkuliahan dan
penulisan skripsi.
5.
Keluarga Besar SMA Pangudi Luhur Sedayu, yang telah memberi
kesempatan untuk melakukan penelitian.
6.
Orangtuaku yang selalu memberikan semangat dan dukungan.
7.
Pacarku Edi yang siap sedia jika aku membutuhkan bantuan dan telah
mendampingiku sampai sekarang.
8.
Sepupuku Rusyad atas kesediaannya mendengarkan keluh kesah ku dan selalu
memberikan semangat.
x
M.Nina, Ci Melie, dan M.Imel atas dukungan dan semangat yang selalu
diberikan selama proses penulisan skripsi.
12.
Teman-temanku di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2002.
Uning, Sari, Paula, Andre, Petrus, Anton, Ferdi, Tuti, Eka, Eni, Arya, Ima,
Emma, Mega, Nana, Sr. Vero, Sr. Noren, Sr. Frederica, Fr Paul, Br Edi, dan
kawan-kawan lainnya.
13.
Ina dan Esti atas semangat dan kebersamaannya selama mengerjakan skripsi.
14.
Mas Humam yang bersedia di foto untuk pembuatan angket.
15.
Sahabat-sahabatku! Prinses, Sherly dan Yala.
16.
Semua pihak yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan.
xi
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...
HALAMAN PENGESAHAN ...
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ...
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
ABSTRAK ...
ABSTRACT ...
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GRAFIK...
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I : PENDAHULUAN ...
A.
Latar Belakang Masalah...
B.
Rumusan Masalah ...
C.
Tujuan Penelitian ...
D.
Manfaat Penelitian ...
E.
Batasan Istilah...
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...
xii
2.
Kecerdasan Emosional ...
a.
Pengertian Kecerdasan Emosional ...
b.
Unsur-unsur Kecerdasan Emosional ...
1)
Mengenal Emosi ...
2)
Mengelola Emosi ...
3)
Kecenderungan - kecenderungan dalam
menangani emosi. ...
B.
Siswa Kelas X ...
C.
Bimbingan ...
1.
Pengertian Bimbingan ...
2.
Pengertian Bimbingan Klasikal ...
3.
Tujuan Bimbingan ...
D.
Peran bimbingan dalam meningkatkan kemampuan
mengenal emosi dan mengelola emosi dan cara-cara
meningkatkannya ...
1.
Peran bimbingan dalam meningkatkan kemampuan
mengenal emosi dan mengelola emosi...
2.
Cara-cara meningkatkan kemampuan mengenal
emosi dan mengelola emosi...
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN...
xiii
D.
Prosedur Pengumpulan Data...
E.
Teknik Analisis Data...
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A.
Hasil Penelitian...
B.
Pembahasan...
BAB V : USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DAN
SATUAN
LAYANAN
BIMBINGAN
DAN
KONSELING...
A.
Usulan Topik Bimbingan Klasikal...
B.
Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan...
BAB VI : RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A.
Ringkasan...
B.
Kesimpulan...
C.
Saran...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
59
60
63
63
67
75
76
79
85
85
87
89
91
xiv
Sedayu TA 2007/2008... 50
Tabel 2 :
Jumlah Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur
Sedayu yang mengikuti penelitian... 51
Tabel 3 :
Kisi-kisi Item Kuesioner Kemampuan Mengenal
Emosi dan Mengelola Emosi... 52
Tabel 4 :
Kategori Tingkat Kemampuan Mengenal Emosi
dan Mengelola Emosi... 59
Tabel 5 :
Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengenal
Emosi dan Mengelola Emosi... 61
Tabel 6 :
Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengenal Emosi... 62
Tabel 7 :
Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi... 62
Tabel 8 :
Penggolongan Kemampuan Mengenal Emosi dan
Mengelola Emosi Para Siswa Kelas X... 63
Tabel 9 :
Penggolongan Kemampuan Mengenal Emosi
Para Siswa Kelas X... 64
Tabel 10 :
Penggolongan Kemampuan Mengelola Emosi
Para Siswa Kelas X... 65
Tabel 11 :
Persentase 51% Siswa yang Dapat Menjawab
Item Soal... 66
Tabel 12 :
Deskripsi Persentase Jawaban Siswa yang Belum
xv
Mengelola Emosi Para Siswa Kelas X... 63
Grafik 2 :
Penggolongan Kemampuan Mengenal Emosi
Para Siswa Kelas X... 64
Grafik 3 :
Penggolongan Kemampuan Mengelola Emosi
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang tahapan hidup seseorang tahap perkembangan yang
paling berkesan adalah masa remaja (Setiyono, 2002). Pada masa remaja
terdapat berbagai macam permasalahan yang menarik untuk di jadikan topik
diskusi. Berbagai macam permasalahan remaja yang di jadikan topik diskusi
yaitu dalam rangka membantu remaja melewati masanya, dengan memberikan
berbagai bekal pengetahuan tentang banyak hal yang berkaitan dengan masa
remaja agar mereka dapat melewati masa tersebut dengan baik.
Masa remaja merupakan suatu masa yang berkesan dalam tahapan
perkembangan hidup seseorang dan menjadi suatu topik yang menarik untuk
dibicarakan, karena masa remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam dimensi kognitif,
perubahan dalam dimensi biologis, perubahan dalam dimensi psikologis, dan
perubahan dalam dimensi moral (Setiyono, 2002). Perubahan-perubahan
tersebut terjadi akibat tuntutan dari lingkungan sekitar dan dari dalam diri
remaja itu sendiri karena remaja akan memasuki masa dewasa atau tahapan
perkembangan selanjutnya dalam kehidupan. Perubahan-perubahan dalam diri
remaja inilah yang akan membentuk remaja nantinya ketika mereka memasuki
masa dewasa.
orang tua, senang mencoba-coba segala sesuatu yang baru entah hal tersebut
positif atau negatif, mengalami gejolak emosi yang besar akibat perubahan
hormon yang ada didalam tubuh, dan kebingungan-kebingungan dalam
bersikap karena dianggap sebagai orang dewasa tetapi belum diberi
kepercayaan penuh oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Berbagai macam
masalah yang ada dalam diri remaja membuat remaja membutuhkan
bimbingan untuk dapat melewati masa transisi tersebut agar kelak dalam diri
remaja terbentuk sikap yang positif ketika dewasa.
sebaya, lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan berbagai macam aktivitas
yang dilakukan oleh remaja (Mu'tadin, 2002).
Guru pembimbing di sekolah sangat diperlukan dalam membantu para
siswanya agar para siswa sebagai remaja memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam mengatasi kelebihan energi yang dimiliki ke arah yang
positif. Seorang guru pembimbing memiliki peran penting dalam memantau
perkembangan diri siswa-siswi sebagai remaja, karena sebagian besar waktu
siswa-siswi dihabiskan di sekolah dan memang sudah menjadi tugas dan
tanggung jawab dari seorang guru pembimbing untuk membantu
siswa-siswinya agar dapat berhasil melewati masa remajanya.
Kecerdasan emosional adalah salah satu kecerdasan yang harus di
kembangkan oleh para siswa sebagai remaja agar mereka memiliki bekal
pengetahuan kemampuan untuk mengarahkan dan untuk menyalurkan energi
emosi secara tepat. Mengingat masa remaja adalah tahapan perkembangan
manusia ke masa dewasa, maka dengan mengasah kecerdasan emosional sejak
remaja diharapkan kelak mereka dapat berhasil dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti dalam keluarga, di tempat kerja, dan lain-lain. Beberapa
komponen kecerdasan emosional menurut Cherniss & Goleman (1998) ada
dua yaitu kompetensi personal dan kompetensi sosial, karena segala sesuatu
dimulai dari dalam diri seseorang maka skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
kompetensi personal siswa-siswi kelas X SMA sebagai dasar dari kecerdasan
emosional. Kompetensi personal terdiri dari dua komponen yaitu mengenal
Mangunhardjana, dkk (2002) melakukan penelitian tentang pengaruh
pelatihan emosional literacy terhadap kecerdasan emosional dengan subjek
yang berusia sekitar 16-21 tahun. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa
kemampuan kesadaran diri atau mengenal emosi masih kurang optimal dan
kemampuan manajemen diri atau mengelola emosi belum tampak adanya
perubahan walaupun setelah pelatihan. Hasil penelitian yang telah di lakukan
oleh Mangung hardjana dan kawan-kawan merupakan salah satu motivasi di
lakukannya penelitian dalam skripsi ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi (kompetensi personal) para
siswa sebagai remaja. Melalui penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat
menjadi dasar dalam memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan
remaja akan kompetensi personal.
B.
Perumusan Masalah
1.
Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam mengenal
emosi?
2.
Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam mengelola
emosi?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Mendeskripsikan tingkat kemampuan mengenal emosi pada siswa-siswi
kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.
2.
Mendeskripsikan tingkat kemampuan mengelola emosi pada para siswa
kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.
3.
Memberikan usulan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk para siswa
kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008 dalam
meningkatkan kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti.
Memperoleh gambaran kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi
pada siswa-siswi kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran
2007/2008.
2.
Bagi Guru BK
Memberikan informasi bagi pihak sekolah melalui guru BK, tentang
gambaran kemampuan personal (mengenal emosi dan mengelola emosi)
siswa-siswinya. Sehingga pihak sekolah dapat memberikan topik bimbingan
yang tepat bagi siswa-siswinya.
3.
Bagi Peneliti Lain.
E.
Batasan Istilah
1.
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara
jelas dan terinci.
2.
Emosi adalah tergugahnya perasaan yang ditandai dengan perubahan
keadaan fisiologis tertentu.
3.
Mengenal emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali perasaan
sesuai dengan apa yang terjadi, mampu memantau perasaan dari waktu ke
waktu dan merasa selaras dengan apa yang dirasakan.
4.
Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menangani perasaan sehingga
perasaan
dapat
diungkapkan
dengan
tepat,
kemampuan
untuk
menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan dan
kemarahan yang menjadi-jadi.
5.
Siswa-siswi adalah para pelajar kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu.
6.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat
memiliki kompetensi personal (kemampuan mengenal emosi dan
mengelola emosi), sehingga siswa-siswi dapat bertindak wajar sesuai
denga tuntutan dan keadaan keluarga serta lingkungan masyarakat.
7.
Bimbingan klasikal adalah proses bimbingan yang diikuti oleh tiap
siswa-siswi perkelas dan dilakukan pada jam pelajaran yang telah disediakan oleh
pihak sekolah.
8.
Usulan topik-topik bimbingan adalah suatu topik yang direncanakan
menjadi bahan bimbingan bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk
membantu siswa-siswi dalam meningkatkan kompetensi personal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Emosi dan Kecerdasan Emosional.
1.
Emosi.
Akar kata emosi adalah dari kata bahasa latin yaitu
movere yang
berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi
arti “bergerak menjauh”, yang menyiratkan kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 2003).
Istilah emosi dalam
reader
mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi
(Sinurat, 1999) yang dikutip dari Oxford English Dictionary adalah setiap
agitasi atau kekacauan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental
yang meluap-luap. Goleman menganggap emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Wijongkongko (1997) mendefinisikan emosi sebagai kekuatan tanpa
batas, energi vital yang dapat dimanfaatkan untuk meraih sukses di tempat
kerja, di rumah, dalam hubungan antar sesama, dan juga sukses dalam
hubungan dengan diri sendiri. Kesuksesan hidup tersebut terletak pada
kemampuan diri untuk mengendalikan emosi secara efektif.
1999) "emosi" bukan terbatas pada perasaan saja tetapi meliputi setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna afektif, baik pada
tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).
Warna afektif adalah perasaan senang atau tidak senang yang selalu
menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari.
Secara garis besar emosi dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang
timbul dan memiliki kekuatan tanpa batas yang dapat dimanfaatkan
disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh kemudian ada
kecenderungan untuk bertindak. Jika para siswa mengetahui emosi yang
sedang dialami dan mampu mengelola emosi tersebut dengan baik maka
para siswa dapat menggunakan kekuatan emosi untuk meraih kesuksesan
dalam hidup, seperti sukses dalam berhubungan dengan diri, sukses dalam
berhubungan dengan keluarga dan antar sesama, sukses di sekolah dan
dunia kerjanya kelak.
Macam-macam Emosi.
Winkel & Hastuti (2004) dalam bukunya yang berjudul
Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan juga menyebutkan
berbagai macam perasaan dan menggolongkannya ke dalam perasaan
senang dan perasaan tidak senang yaitu:
1) Perasaan yang tergolong senang Merasa akrab/dekat
Merasa antusias Merasa bahagia Merasa bebas
Merasa bergairah/ bersemangat
Merasa damai/ tenteram Merasa enak (tidak ada kejanggalan)
Merasa geli Merasa kagum Merasa kerasan/betah Merasa lega (lepas dari sesuatu) Merasa mantap Merasa nyaman Merasa nikmat Merasa optimis Merasa pantas Merasa puas
Merasa penuh harapan Merasa penuh harga diri Merasa riang/gembira berterimakasih Merasa santai/rileks Merasa simpati Merasa sabar Merasa terlindung/aman Merasa terhibur Merasa tenang/kalem Merasa tertarik Merasa terharu Merasa tabah Merasa terpingau/ tertegun/terpukau/terpana Merasa terpesona Merasa tergugah/ terangsang/terlibat (Merasa) suka
2) Perasaan yang tergolong tidak senang Merasa apatis/acuh tak
acuh
Merasa antipati Merasa asing (tak pada tempatnya)
Merasa benci Merasa bingung Merasa bengong
Merasa bosan/jenuh/jemu Merasa berat/berat hati Merasa berkabung/berduka cita Merasa berdosa/ bersalah/sesal Merasa curiga Merasa cemburu Merasa canggung/ malu-malu
Merasa diabaikan/ dibiarkan/ sendirian Merasa dihina/terhina Merasa dendam Merasa dingin/ tak tergugah
Merasa dikejar/di oyak-oyak Merasa gugup/grogi Merasa heran Merasa hambar/hampa Merasa hancur/remuk redam/tercacah
Merasa iri hati /angkuh/sirih
Merasa jengkel/mangkel Merasa jera/kapok Merasa jauh
Merasa khawatir/ gelisah/ cemas/ resah/ was-was/ gundah/ risau/ gusar Merasa kecewa/ frustasi/gagal Merasa kikuk Merasa kesal/ kheki/masgul Merasa kesepian Merasa sebatang kara Merasa kehilangan Merasa iba/kasihan Merasa kecil hati Merasa lesu Merasa lemah/tak berdaya
Merasa malu/kehilangan muka/jengah
Merasa marah/ geram/ ganas/ gerang/ gusar Merasa malas/tak bergairah
Merasa merana (penuh sandungan)
Merasa putus asa/ tanpa harapan
Merasa pasrah (menyerah saja)
Merasa panik Merasa patah hati Merasa panas hati Merasa ragu-ragu/ bimbang Merasa prihatin Merasa risih Merasa rendah diri/minder/tak berharga Merasa sedih/ susah/ sendu/ kuyu/ murung Merasa sakit hati/ pedih Merasa segan /enggan/wegah Merasa sebal/sebel/ masgul Merasa terancam Merasa tertipu/terperdaya Merasa takut/gentar Merasa terkejut/ kaget/ terhenyak/ terhentak Merasa terpukul Merasa tak enak (ada kejanggalan)
Merasa tertekan/ terbebani
Merasa terpaksa (mau tak mau)
Merasa tak sampai hati/ tak tega
Merasa tak mampu Merasa tersinggung Merasa tergerak Merasa tersiksa Merasa tak krasan/ tak betah
Merasa terganggu/ direpotkan
Merasa tersayat/ pilu Merasa terpojok/ terjepit/ terdesak
Merasa tersesat/ kehilangan arah Merasa tercekam/ terkekang Merasa tak sabar Merasa tak berdaya/ kalah
Hein (2006) mengelompokkan berbagai macam perasaan negatif
yang dialami individu sebagai berikut:
Dignity/Respect/Self-Worth,
Freedom/Control, Love/Connection/Importance, Justice/Truth, Safety,
Trust.
2.
Kecerdasan Emosional
a.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Sebelum kecerdasan emosional (EQ) dikenal banyak orang,
sebagian besar orang menganggap kecerdasan intelektual (IQ) adalah
penentu kesuksesan hidup. Setelah dilakukan penelitian oleh para ahli
salah satunya Goleman (2003) dan O'neil (Recker, 2001) mengatakan
bahwa kecerdasan intelektual menyumbang sekitar 20% dalam
kesuksesan hidup seseorang dan 80% sisanya adalah kecerdasan yang
lain.
Goleman (2001) menekankan bahwa kecerdasan intelektual (IQ)
hanya mengalami sedikit perubahan setelah melewati usia remaja,
sedangkan kecerdasan emosional (EQ) lebih banyak diperoleh lewat
belajar dan terus berkembang sepanjang hidup. Pendapat ini sejalan
dengan teori yang diungkapkan oleh John Locke (Sujanto dkk, 1984)
tentang tabula rasa yang mengatakan bahwa manusia lahir seperti
halnya kertas putih. Akan jadi apa kertas putih tersebut tergantung
pada proses yang dialami selanjutnya.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang penting
2000). Kecerdasan emosional perlu untuk dimiliki oleh setiap orang
karena emosi selalu ada dalam diri setiap manusia di manapun manusia
itu berada, baik di tempat kerja, dalam lingkungan keluarga, di
sekolah, dan lain-lain (Bradberry dan Greaves, 2007).
Kecerdasan emosional pertama kali dipelopori oleh seorang
psikolog Israel bernama Reuven Bar-On tahun 1980-an dan
dipublikasikan pada tahun 1990 untuk pertama kalinya oleh John
Mayer, dari The University of New Hampshire dan Peter Salovey, dari
Yale University (Goleman, 2001). Setelah itu pada tahun 1995 Daniel
Goleman mempopulerkan kecerdasan emosional, awalnya dari sebuah
buku yang ditulis dan akhirnya menjadi buku yang paling laris di dunia
(Cherniss, 2000).
Goleman (Singh, 2003) mengartikan kecerdasan emosional
sebagai
"… knowing what feels good, what feels bad, and how to go
from bad to good".
Selanjutnya disebutkan juga bahwa
kesadaran
emosi dan keterampilan untuk memanajemen emosi termasuk dalam
unsur kecerdasan emosional. Kesadaran emosi dan keterampilan untuk
memanajemen
emosi
dapat
membantu
seseorang
untuk
menyeimbangkan emosi yang dirasakan dengan pikiran sehingga
dapat memaksimalkan perasaan positif yang dirasakan.
dapat menyeimbangkan antara emosi yang dirasakan dengan alasan
sehingga dapat meraih kebahagian hidup secara maksimal.
Mayer dan Salovey (1997) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai
"…ability to perceive emotions, to acces and
generate emotions so as to assist thought, to understand emotions and
emotional meanings, and to reflectively regulate emotions so as to
promote both better emotions and thought"
. Kemampuan yang
dimaksud Mayer dan Salovey (1997) yaitu kemampuan untuk dapat
menerima, memahami dan mengartikan emosi yang dirasakan
kemudian mengolah emosi tersebut secara reflektif dengan cara
menghubungkan emosi dan pikiran sehingga didapatkan keseimbangan
antara emosi dan pikiran.
Definisi kecerdasan emosional yang lain menurut Goleman
(2001) adalah kemampuan untuk mengenali emosi dan mengelola
emosinya sendiri dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri dan
mampu mengenali emosi orang lain sehingga dapat membina
hubungan dengan orang lain. Cooper & Sawaf (2001) mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk merasakan,
memahami, dan menerapkan secara efektif kepekaan emosi sebagai
sumber energi, informasi dan koreksi. Schindler (1992) mengartikan
kecerdasan emosional lebih sederhana yaitu kemampuan untuk
mengendalikan emosi dalam kehidupan sehari-hari yang sangat
Dari keenam definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal emosi yang
sedang terjadi kemudian mengelola emosi tersebut dengan baik agar
dapat menyelaraskan antara perasaan dan pikiran yang dapat
memotivasi diri ke arah positif, termasuk juga kemampuan mengenali
emosi yang sedang terjadi pada diri orang lain sehingga dapat
membantu diri kita dalam membina hubungan baik dengan orang lain,
dengan begitu kebahagiaan hidup dapat tercapai secara maksimal.
b.
Unsur-unsur Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional memiliki
beberapa unsur yaitu mengenal emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan
dengan orang lain. Goleman dan Cherniss (1998), Bradberry dan
Greaves (2007) membagi unsur-unsur kecerdasan emosional ke dalam
dua kompetensi yaitu kompetensi personal dan kompetensi sosial.
Kompetensi personal merupakan kemampuan yang lebih ditujukan
kepada diri sendiri yang terdiri dari mengenal emosi dan mengelola
emosi, sedangkan kompetensi sosial merupakan kemampuan yang
lebih ditujukan pada menjalin hubungan dengan orang lain terdiri dari
kesadaran sosial dan manajemen hubungan. Mayer dan Salovey (1997)
membagi kecerdasan emosional dalam empat unsur kemampuan yaitu
intellectual growth"
maksudnya kemampuan untuk mengolah emosi
secara reflektif untuk membantu mengembangkan
perkembangan
perasaan dan pikiran
atas suatu kejadian tertentu,
"understanding and
analyzing emotions; employing emotional knowledge"
maksudnya
kemampuan menggunakan pengetahuan emosi untuk dapat memahami
dan menganalisa emosi yang sedang dialami,
"emotional facilitation of
thingking"
kemampuan memfasilitasi pikiran dengan memanfaatkan
suatu emosi yang sedang dirasakan,
"perception, appraisal and
expression of emotion"
kemampuan untuk mempersepsikan dan
memberikan penilaian terhadap emosi yang sedang dirasakan serta
mengekspresikan emosi yang sedang dialami secara tepat. Hein (2006)
membagi kecerdasan emosional ke dalam empat aspek yang disingkat
B.A.R.E :
"Balance"
yaitu kemampuan untuk dapat menyeimbangkan
antara pikiran dan perasaan sehingga dapat menghasilkan emosi yang
positif;
"Awareness"
yaitu kemampuan untuk menyadari dan
mengetahui perasaan-perasaan negatif dan positif yang dialami agar
dapat memperoleh kebahagiaan hidup. Untuk dapat memiliki
mengenal emosi perlu mengakui perasaan-perasaan yang sedang
terjadi,
menerima
perasaan-perasaan
tersebut
dan
dapat
mengidentifikasi perasaan-perasaan tersebut);
"Responsibility"
yaitu
kemampuan untuk dapat bertanggungjawab terhadap kehidupan yang
dijalani baik secara emosional dan pikiran sebagai seorang warga
berbagai macam emosi yang dirasakan orang lain berdasarkan sudut
pandang orang tersebut.
Dalam penelitian ini unsur kecerdasan emosional yang akan
diungkap adalah kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi
atau lebih kepada kompetensi personal. Alasan mengapa hanya
mengenal emosi dan mengelola emosi saja yang dibahas dalam
penelitian ini, karena segala sesuatu berasal dari dalam diri dahulu baru
kemudian ke lingkungan. Inti dari kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengenali emosi yang terjadi dan dapat mengelola
emosi itu dengan baik pendapat ini diperkuat oleh Mayer dan Salovey
(1997), Socrates (Secapramana, 1999) dan Goleman (2003).
1)
Mengenal emosi
Mengenal
emosi
merupakan
kemampuan
dasar
dari
kemampuan-kemampuan lain yang termasuk dalam kecerdasan
emosional. Mengenali emosi yang terjadi membantu seseorang untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup akan tercapai
jika seseorang mengetahui perasaan-perasaan positif yang dialami.
Untuk dapat membedakan perasaan-perasaan positif dan negatif yang
dialami seseorang harus memiliki kecermatan dalam mengenal
emosinya. Orang yang memiliki kemampuan mengenali emosi dengan
cermat akan dapat memberi nama pada masing-masing emosi yang
dengan cara menyebutkan nama emosi tersebut. Orang yang tidak
dapat mengenali emosi yang sedang dialami dapat dikatakan orang
yang buta emosi. Hal ini akan mempengaruhi kebahagiaan hidupnya.
Goleman (1998), Mayer (Goleman, 2003), Bradberry dan
Greaves (2007) lebih suka menyebut mengenal emosi sebagai
kesadaran diri. Mengenal emosi atau kesadaran diri diartikan sebagai
kemampuan untuk mengenali perasaan yang sedang terjadi tepat pada
waktunya kemudian dapat memperhatikan perasaan tersebut dari
waktu ke waktu tanpa terpengaruh oleh perasaan yang sedang dialami
dan mengetahui kecenderungan diri dalam situasi tersebut. Seseorang
yang memiliki kemampuan dalam meyakini perasaannya merupakan
pilot yang andal dalam kehidupannya, karena mereka tidak dapat
dengan mudah berada dalam kekuasaan perasaan.
Menurut Goleman (1998) mengenal emosi meliputi kompetensi
kesadaran emosi, kompetensi untuk menilai diri secara akurat, dan
kompetensi untuk percaya diri.
a)
Kesadaran emosi
Orang yang sadar dengan emosinya mampu mengakui
perasaannya dan mengetahui kecenderungan dirinya
b)
Menilai diri secara akurat.
belajar dari kesalahan di masa lalu, serta mengetahui saat dirinya
membutuhkan bantuan.
c)
Percaya diri
Orang yang memandang dirinya sendiri sebagai orang yang
produktif dan mampu menghadapi tantangan sehingga mudah
menguasai keterampilan baru biasanya adalah orang yang memiliki
rasa percaya diri yang baik.
Bradberry dan Greaves (2007) menyebutkan unsur-unsur
mengenal emosi sebagai berikut :
a)
Menyadari emosi sekaligus memperhatikan pikiran dan
tanda-tanda fisik yang sedang terjadi pada saat itu juga.
b)
Mampu membedakan intensitas emosi yang sedang dirasakan
(tinggi, sedang, rendah).
c)
Mengetahui kecenderungan diri saat sedang merasakan emosi
tertentu.
menyadari emosi yang sedang dirasakan membutuhkan pengetahuan
tentang emosi. Kemampuan yang termasuk di dalamnya adalah:
a)
"Ability to label emotions and recognize relations among the words
and the emotions themselves, such as relation between liking and
loving"
.
Kemampuan untuk menamai emosi dan mengenali hubungan
antara kata-kata yang diberikan dengan emosi itu sendiri.
Contohnya perasaan jengkel dan marah. Seseorang yang memiliki
kemampuan mengenali hubungan antara kata-kata yang diberikan
dengan emosi yang dialami, dapat mengerti perasaan yang
dirasakan beserta reaksi-reaksi tubuh yang menyertai perasaan
tersebut.
b)
"
Ability to interpret the meanings that emotions convey regarding
relationships, such as that sadness often accompanies a loss".
Kemampuan untuk dapat mengartikan bahwa emosi yang dirasakan
dapat saling berhubungan, misalnya seperti kesedihan biasanya
disertai dengan perasaan kehilangan.
c)
"Ability to understand complex feelings: simultaneous feelings of
love and hate, or blends such as awe as combination of fear and
surprise".
Kemampuan untuk dapat memahami dan membeda-bedakan
berbagai macam perasaan yang timbul secara bersamaan dalam
perempuannya yang pulang terlalu malam. Perasaan yang ada pada
diri ibu tersebut tidak hanya perasaan marah saja tetapi ada
perasaan khawatir dan perasaan sayang.
d)
"Ability to recognize likely transitions among emotions, such as the
transitions from anger to satisfication, or from anger to shame".
Kemampuan untuk mengenali emosi-emosi yang dapat
berubah-ubah setiap saat.
Contohnya perasaan jengkel yang dapat berubah sewaktu-waktu
menjadi sangat marah atau dapat berubah menjadi tidak merasa
jengkel lagi dikarena sesuatu hal.
mengetahui perasaan nyaman dan tidak nyaman tersebut seseorang
dapat meraih kebahagiaan dalam hidup karena mengetahui apa yang
menjadi penyebab ketidakbahagiaannya.
Awareness yang diungkapkan Hein meliputi kemampuan :
a)
"Acknowledging our feelings"
Mengakui perasaan-perasaan yang dialami.
Jika seseorang tidak dapat mengakui perasaan yang dialami
terutama perasaan-perasaan negatif, maka orang tersebut akan
merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kemampuan untuk mengakui perasaan yang sedang dialami akan
membantu merubah perasaan tidak nyaman menjadi nyaman,
karena dapat diketahui penyebab perasaan tidak nyaman tersebut.
Dengan begitu akhirnya seseorang akan dapat hidup bahagia.
b)
"Identifying specific feelings"
Mengidentifikasikan secara jelas perasaan-perasaan yang sedang
dialami.
Kemampuan untuk mampu mengenali secara jelas
perasaan-perasaan yang sedang dialami, akan membantu seseorang untuk
menangkap pesan yang akan disampaikan oleh perasaan tersebut.
Dengan begitu dapat diketahui tindakan apa yang akan dilakukan
selanjutnya untuk dapat menyeimbangkan emosi yang dirasakan.
Kecenderungan orang tidak hanya merasakan satu emosi saja tetapi
seorang pria yang merasa cemburu pada saat pacarnya memakai
baju sexy. Perasaan cemburu yang dirasakan pria tersebut
bercampur dengan perasaan cinta, marah, dan menghargai.
c)
"Timing"
.
Kemampuan untuk mengetahui perubahan perasaan yang terjadi
dari waktu ke waktu.
Perasaan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung
situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang. Dengan
mengetahui perubahan-perubahan perasaan tersebut seseorang
dapat belajar tentang situasi dan kondisi seperti apa yang nyaman
dan tidak nyaman. Dengan begitu seseorang dapat memilih
keadaan yang nyaman bagi dirinya sehingga dapat tercapai
kebahagiaan hidupnya.
d)
"Distinguishing between productive and counter-productive
feelings".
Mampu membedakan antara perasaan yang produktif dan tidak
produktif.
Perasaan-perasaan produktif timbul di saat perasaan dan pikiran
dapat berjalan dengan seimbang. Sedangkan perasaan tidak
produktif muncul contohnya di saat seseorang merasa sangat marah
kemudian mengeluarkan reaksi yang pada akhirnya akan membuat
menguasai seseorang maka orang tersebut akan jauh dari
kebahagiaan hidup.
e)
"Ability to forecast feelings".
Kemampuan untuk dapat meramalkan dan memilih perasaan.
Kemampuan untuk meramalkan perasaan yang di maksud di sini
adalah kemampuan untuk berpikir di saat dirinya sedang
mengalami perasaan-perasaan negatif dan mencoba untuk
membayangkan jika dirinya mengubah perasaan negatif tersebut
menjadi perasaan positif. Dengan begitu seseorang dapat memilih
perasaan mana yang dapat membuat dirinya merasa nyaman
dengan situasi dan kondisi tersebut. Hal ini di sebabkan karena
tidak semua hal dapat dipilih sesuai dengan keinginan hati karena
ada kalanya seseorang harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi
yang membuat dirinya tidak nyaman. Tinggal bagaimana caranya
untuk dapat membuat situasi yang tidak nyaman menjadi nyaman
bagi dirinya agar dapat tercapai kebahagiaan hidup.
dapat mengetahui perubahan-perubahan perasaan yang terjadi dari
waktu ke waktu serta kecenderungan diri pada saat perasaan tersebut
muncul dengan menggunakan pengetahuan emosi. Dari unsur-unsur
yang sudah dijabarkan satu persatu di atas disimpulkan bahwa
kemampuan untuk mengenal emosi memiliki unsur-unsur yang
meliputi kemampuan:
a)
Kemampuan untuk menyadari emosi sekaligus memperhatikan
pikiran dan tanda-tanda fisik yang dirasakan pada saat emosi
terjadi serta dapat memberi nama pada emosi tersebut (Goleman,
1998 ; Bradberry dan Greaves, 2007 ; Mayer dan Salovey, 1997 ;
Hein, 2006).
b)
Mampu menilai diri secara akurat.
Orang yang mampu menilai diri secara akurat adalah orang yang
mengetahui kelebihan dan kelemahan diri, bersedia belajar dari
pengalaman, serta mengetahui saat dirinya sedang membutuhkan
bantuan (Goleman, 1998).
c)
Mampu mengetahui kecenderungan diri saat sedang mengalami
suatu emosi (Goleman, 1998 ; Bradberry dan Greaves, 2007).
d)
Mampu membedakan intensitas emosi yang sedang terjadi
(Bradberry dan Greaves, 2007).
f)
Kemampuan untuk mengenali dan mengetahui perubahan perasaan
dari waktu ke waktu (Hein, 2006 ; Mayer dan Salovey, 1997).
g)
Kemampuan untuk dapat membedakan perasaan produktif dan
perasaan tidak produktif (Hein, 2006).
h)
Kemampuan untuk dapat meramalkan perasaan dan memilih
perasaan (Hein, 2006).
i)
Kemampuan untuk dapat mengartikan bahwa emosi yang dirasakan
dapat saling berhubungan, misalnya kesedihan biasanya disertai
dengan perasaan kehilangan (Mayer dan Salovey, 1997).
j)
Memiliki rasa percaya diri (Goleman, 1998).
Seseorang yang memiliki kemampuan mengenal emosi tinggi
memiliki semua unsur kemampuan yang telah disebutkan di atas.
2)
Mengelola emosi
Hein (2005) berpendapat bahwa setiap orang hidup memiliki
kebutuhan tidak hanya kebutuhan pangan, sandang dan papan saja
tetapi kebutuhan emosional juga merupakan kebutuhan manusia untuk
hidup. Jika seseorang mengenali kebutuhan emosionalnya dengan baik
maka hal tersebut akan membantu seseorang untuk dapat mengelola
emosinya dengan baik. Hein (2005) juga diungkapkan bahwa
kebutuhan dasar emosional manusia adalah
"attention"
atau perhatian.
baik itu di saat bahagia, sedih, takut dan marah. Macam-macam
kebutuhan emosional yang diungkapkan oleh Hein (2005):
Accepted
diterima
acknowledged
diakui
admired
dikagumi/dipuji
appreciated
dihargai
approved of
diakui
capable
cakap/mampu/sanggup
challenged
merasakan
tantangan
clear (not confused)
merasa jelas (tidak
memusingkan)
competent
keinginan
untuk bersaing
confident
memiliki
rasa percaya diri
forgiven
dimaafkan
forgiving
memaafkan
Free
bebas
fulfilled
memenuhi
heard
didengarkan
helped
ditolong
helpful
menolong
important
penting
in control
di atur
included
diperhitungkan
listened to
mendengarkan
loved
dicinta
needed
dibutuhkan
noticed
diperhatikan
productive /
usefull
berguna
reassured
tenteram
recognized
dikenal
respected
dihormati
safe / secure
aman
supported
mendukung
treated fairly
diperlakukan
adil
understandng
mengerti
understood
dimengerti
valued
berharga
worthy
berguna
Di saat seseorang memiliki kebutuhan, orang tersebut pasti
mempunyai motivasi agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti
jika seseorang merasa lapar, dia pasti akan mencari makan untuk
memenuhi kebutuhan akan rasa lapar tersebut. Begitu juga dengan
seseorang yang memiliki kebutuhan emosional pasti orang tersebut
akan mencari pemenuhan kebutuhan emosionalnya (Stenberg, 2000).
Selama semua kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi segala
sesuatu jadi lancar dan manusia akan hidup bahagia. Pada
kenyataanya tidak semua kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi
tersebut tidak dapat terpenuhi semuanya. Kemampuan untuk
mengelola emosi diperlukan untuk dapat mengatasi rasa frustrasi dan
stress karena kebutuhan yang tidak terpenuhi tersebut, agar manusia
dapat menemukan kembali kebahagiaan hidupnya.
Mengelola emosi menurut Goleman (2003) yaitu kemampuan
untuk dapat menghibur diri di saat emosi muncul, tanpa berusaha
untuk menekan emosi yang dirasakan dan juga tidak terlarut dalam
emosi tersebut tetapi berusaha untuk mencari keseimbangan dari emosi
yang dialami. Pemikir psikoanalitis Bowbly dan Winnicott
mengungkapkan seni menghibur diri merupakan salah satu alat
kejiwaan yang paling penting dalam mengelola emosi(Goleman,
2003).
Menurut Goleman (1998) unsur-unsur dalam mengelola emosi
meliputi kompetensi-kompetensi:
a)
Mengontrol emosi.
Seseorang yang dapat mengontrol emosinya tidak akan terpengaruh
dengan situasi stress dan bisa berdamai dengan orang yang
memusuhi dirinya tanpa mempunyai dendam.
b)
Dapat dipercaya.
dan berani mengatakan salah jika memang orang lain berbuat
salah.
c)
Mendengarkan kata hati.
Orang yang mampu mendengarkan kata hatinya, dia mempunyai
displin diri, berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan bertanggung
jawab atas perbuatannya serta cermat/teliti dalam melakukan
sesuatu.
d)
Menyesuaikan diri dalam segala situasi.
Orang yang mampu menyesuaikan diri, lebih terbuka dengan
informasi baru, kreatif, dan tetap dapat merasa nyaman walaupun
dirinya sedang mengalami kecemasan dengan begitu dirinya dapat
berpikir “out of the box”.
e)
Berinisiatif.
Orang yang memiliki inisiatif memiliki sudut pandang yang luas
dan bersikap proaktif.
Bradberry dan Greaves (2007) mengungkapkan unsur-unsur
mengelola emosi sebagai berikut:
a)
Berusaha untuk akrab dengan ketidaknyamanan, karena perasaan
tidak nyaman dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
seseorang sehingga dapat membuat seseorang belajar sesuatu.
b)
Mengelola kecenderungan diri.
d)
Mampu menenangkan diri dan melihat suatu permasalahan yang
sedang dihadapi dengan perasaan netral.
e)
Berhati-hati dan cermat dalam mengambil keputusan.
f)
Mampu berbicara dengan diri sendiri atau melakukan
“self talk”.
g)
Meminta bantuan dari orang lain untuk memberikan pendapat
tentang anda dan situasi yang sedang dihadapi sehingga dapat
memandang suatu masalah dari beberapa sudut pandang. Misalnya
apakah orang lain melihat jika seseorang yang sedang mengalami
suatu permasalahan seringkali terbawa emosi atau tidak? dengan
begitu akan membuka wawasan yang baru, dan lain-lain.
Mayer dan Salovey (1997) menyebutkan salah satu unsur dari
kecerdasan emosional adalah
"perception, appraisal, and expression of
emotion"
maksudnya menanggapi emosi yang sedang dirasakan
kemudian menafsirkannya dan mengekspresikan emosi yang
dirasakan. Jika dilihat dari pengertiannya maka
"perception, appraisal,
and expression of emotion"
dapat melengkapi faktor mengelola emosi
yang diungkapkan oleh Goleman (2001; 2003). Menurut Mayer dan
a)
"Ability to identify emotion in one's pshycal states, feelings, and
thoughts".
Kemampuan untuk mengidentifikasikan emosi yang dirasakan
secara tepat. Contohnya, di saat seseorang merasakan jantungnya
berdebar keras, badannya gemetar dan berkerigat, merasa sulit
bernapas atau tersengal-sengal orang tersebut mengetahui jika
dirinya sedang merasa takut karena dia berpikir bahwa dirinya
sedang dikejar-kejar sesuatu yang akan menyakitinya.
Jika di lihat dari contoh di atas terlihat adanya keselarasan antara
reaksi yang dialami tubuh, perasaan dan pikiran.
b)
"Ability to identify emotions in other people, designs, artwork, etc.
Through language, sounds, appereance, and behavior".
Kemampuan untuk mengidentifikasikan emosi-emosi pada orang
lain, desain, karya seni dan lain-lain. Mengidentifikasikan emosi
pada desain atau karya seni maksudnya pada saat seseorang
membuat suatu desain atau suatu karya seni si pembuat mempunyai
maksud yang ingin disampaikan pada orang lain. Orang yang
mampu mengelola emosi yang ada di dalam diri dapat
mengidentifikasikan emosi yang dirasakan oleh orang lain dan
dapat mengidentifikasikan emosi yang ingin diungkapkan pada
sebuah desain, karya seni dsb.
diungkapkan dengan cara yang sama oleh manusia di seluruh
belahan dunia, yaitu: (dari arah kiri atas ke kanan) ekspresi marah,
takut, jijik ; (dari arah kiri bawah ke kanan) ekspresi terkejut,
bahagia, sedih.
c)
"Ability to express emotions accurately, and to express needs
related to those feelings".
d)
"Ability to discriminate between accurate and inaccurate, or
honest versus dishonest expressions of feeling".
Kemampuan untuk dapat membedakan ekspresi perasaan yang
tepat dan jujur, dan ekspresi yang tidak tepat dan berbohong.
Kecerdasan emosi dimiliki oleh pribadi, dan seseorang yang cerdas
secara emosional dapat mengetahui ekspresi emosi tipuan dengan
ekspresi emosi yang benar.
Dalam Hein (2006)
"balance"
dapat mendukung mengelola
emosi yang diungkapkan oleh Goleman (2003).
"Balance"
diartikan
sebagai kemampuan untuk dapat menyelaraskan pikiran dan perasaan.
Jika seseorang mampu untuk menyelaraskan antara pikiran dan
perasaan
maka
di
saat
mengambil
keputusan
atau
ingin
mengekspresikan emosi dapat dilakukan dengan tepat tanpa merugikan
siapapun dan akhirnya dapat membawa kebahagiaan hidup. Hein
(2006) memberikan latihan untuk menyeimbangkan pikiran dan
perasaan.
a)
"Cognitive distortions"
.
karena kebahagiaan didapat saat ada keseimbangan antara emosi
dan pikiran
Cara untuk mengatasi
"cognitive distortion" agar dapat
menyeimbangkan perasaan dan pikiran sehingga seseorang dapat
berpikir dengan jernih adalah dengan "self-talk" dan menggunakan
kesadaran untuk melihat emosi yang dialami sebagai sebuah emosi
karena ada suatu kejadian bukan karena biasanya emosi memang
seperti itu.
b)
"Impulse control".
Mampu mengendalikan dorongan hati merupakan kemampuan
yang amat penting dalam kecerdasan emosional.
c)
"Delaying gratification".
Mampu bersabar dalam melakukan sesuatu agar mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi.
d)
"
Emotional detachment".
Mampu tidak terpengaruh oleh emosi yang sedang dialami.
menyeimbangkan emosi yang muncul tanpa berusaha untuk menekan
dan terlarut dalam emosi yang sedang dirasakan kemudian
mengartikan emosi yang dirasakan dan dapat mengekspresikannya
dengan tepat. Terdapat beberapa unsur yang tidak dimasukkan
kedalam kesimpulan mengelola emosi dibawah ini, karena unsur-unsur
tersebut lebih tepat dimasukkan ke dalam kategori meningkatkan
kecerdasan emosional terutama mengelola emosi. Jadi kesimpulan
unsur-unsur mengelola emosi berdasarkan pendapat Goleman (1998),
Bradberry dan Greaves (2007), dan Mayer dan Salovey (1997) yaitu:
a)
Mampu mengontrol emosi.
Orang yang mampu mengontrol emosi tidak akan terpengaruh
dengan situasi stress, mampu menenangkan diri dan bisa berdamai
dengan orang yang memusuhinya tanpa mempunyai dendam.
Dengan kata lain keadaan-keadaan yang disebutkan di atas dapat
disebut juga dengan berusaha akrab dengan keadaan tidak nyaman,
karena keadaan tidak nyaman membawa informasi yang harus
didengarkan. (Goleman, 1998 ; Bradberry & Graves, 2007).
b)
Kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara tepat serta
kebutuhan yang menyertai perasaan tersebut (Mayer dan Salovey,
1997).
d)
Kemampuan untuk mengidentifikasikan emosi yang dirasakan
orang lain, karya seni, dan lain-lain melalui nada bicara, bahasa,
penampilan dan tingkah laku (Mayer dan Salovey, 1997).
e)
Dapat dipercaya.
Orang yang dapat dipercaya mampu menunjukkan keselarasan
antara tingkah laku dengan nilai hidup dan prinsip hidupnya serta
kehendak dan perasaannya. Seseorang yang dapat dipercaya juga
berani mengakui kesalahan yang pernah dilakukan dan berani
mengatakan salah jika ada orang yang berbuat salah (Goleman,
1998).
f)
Mendengarkan kata hati.
Orang yang mendengarkan kata hatinya mempunyai disiplin diri,
berhati-hati dan cermat dalam memutuskan sesuatu, dan
bertanggung jawab atas perbuatannya (Goleman, 1998 ; Bradberry
dan Greaves, 2007).
g)
Mampu mengendalikan diri dalam segala situasi.
Orang yang mampu menyesuaikan diri lebih terbuka dengan
informasi baru, kreatif, berusaha tetap tenang walaupun merasa
cemas sehingga dapat melihat suatu permasalahan yang sedang
dihadapi dengan perasaan netral (Goleman, 1998 ; Bradberry dan
h)
Memiliki inisiatif.
Orang yang berinisiatif memiliki sudut pandang yang luas dan
bersikap proaktif (Goleman, 1998 ; Bradberry dan Greaves, 2007).
3)
Kecenderungan-kecederungan dalam Menangani Emosi
Mayer (Goleman, 2003) mengatakan bahwa orang yang
memiliki kecenderungan diri dalam menangani dan mengatasi emosi
mereka, yaitu:
a)
Sadar diri. Orang yang memiliki kemampuan mengenal emosi lebih
peka dengan suasana hati, memiliki kejernihan pikiran akan emosi,
cenderung berpendapat positif tentang hidup, memiliki kesehatan
jiwa yang bagus, mandiri dan yakin akan batas-batas yang mereka
bangun. Misalnya saat sedang merasakan suasana hati yang jelek
tidak akan mudah terpengaruh dan terlarut di dalamnya. Mereka
lebih mudah melepaskan diri dari suasana itu. Pendek kata
ketajaman pola pikir yang menjadi penolong untuk mengatur emosi.
b)
Tenggelam dalam permasalahannya. Orang yang tenggelam dalam
permasalahan yang dihadapi seringkali merasa dikuasai oleh emosi
dan merasa tak berdaya untuk melepaskan diri, mudah marah dan
amat tidak peka dengan perasaannya, sehingga larut dalam
perasaan-perasaannya tersebut tanpa berusaha untuk mempunyai
pandangan baru. Seolah-olah suasana hati telah mengambil alih diri
berupaya melepaskan diri dari suasana hati yang jelek, sering
merasa kalah dan secara emosional lepas kendali.
c)
Pasrah
.
Orang yang pasrah cenderung peka dengan perasaan yang
dirasakan, menerima suasana hati mereka dan tidak berusaha untuk
mengubahnya. Pasrah terbagi menjadi dua yaitu: orang-orang yang
terbiasa dengan suasana hati senang, dan memiliki motivasi yang
rendah untuk mengubahnya; dan orang-orang yang peka akan
perasaannya, rawan terhadap suasana hati yang jelek tetapi
menerimanya dengan sikap cuek, tidak melakukan apapun untuk
mengubahnya walaupun merasa tertekan.
Bagi orang yang memiliki kecenderungan tenggelam dalam
permasalahannya dan pasrah dalam mengatasi emosi yang sedang
begejolak dalam diri, sangat disayangkan; karena mereka buta dengan
emosi yang terjadi dalam diri mereka. Padahal sesungguhnya emosi itu
dapat dipergunakan sebagai penolong bagi orang yang dapat
memanfaatkannya.
Berbeda
dengan
orang
yang
memiliki
kecenderungan sadar diri dalam mengatasi emosi yang sedang
bergejolak dalam dirinya, akan lebih sukses kehidupannya karena
orang dengan kecenderungan sadar diri peka dengan suasana hatinya
sehingga dapat memanfaatkan emosi yang sedang terjadi sebagai
B.
Siswa Kelas X
Siswa kelas X adalah remaja dengan rentang usia antara 15-19 tahun.
Menurut Hurlock (1996) masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan
tekanan” yaitu suatu masa ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar tubuh. Remaja bisa dikatakan sudah mencapai
kematangan emosi apabila sudah mampu menunggu saat dan tempat yang
tepat untuk mengungkapkan emosinya. Hurlock (1996) menyatakan:
Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan
emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya
dihadapan orang lain melainkan menuggu saat dan tempat yang lebih
tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat
diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah individu menilai
situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional,
tidak lagi bereaksi tanopa berpikir seperti anak-anak atau orang yang
tidak matang. Dengan demikian, remaja mengabaikan banyak
rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya,
remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil,
tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati
yang lain, seperti dalam periode sebelumnya.
mendukung menjadikan remaja yang bersangkutan merasa gelisah,
cemas, apatis, sepi, takut, bingung sehingga sulit untuk mencapai
kematangan emosional.
Dalam
menghadapi
ketidaknyamanan
secara
emosional,
kebanyakan remaja bereaksi negatif, sebagai upaya untuk melindungi
kelemahan dirinya. Reaksi negatif itu tampil dalam tingkah laku salah
suai, seperti perilaku agresif (melawan, keras kepala, berkelahi dan
senang mengganggu), melarikan diri dari kenyataan, misalnya
melamun, menyendiri.
Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar
memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional. Hurlock (1996) menyatakan bahwa orang yang
dipercaya remaja adalah sahabat, yaitu orang yang kepadanya remaja
bersedia mengutarakan pelbagai kesulitannya.
C.
Bimbingan
1.
Pengertian Bimbingan
Menurut Grow (Juhana, 1988) bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh orang yang berwenang dan terlatih kepada individu dari
segala umur untuk mengatur kegiatannya sendiri, mengembangkan
pandangannya
sendiri,
mengambil
keputusannya
sendiri.
Jones
berpendapat (Juhana, 1988) bimbingan adalah bantuan yang diberikan
pilihan-pilihannya, penyesuaian-penyesuaiannya, untuk memecahkan masalah
dengan harapan supaya individu yang dibantu dapat berkembang secara
bebas sehingga akhirnya ia dapat memikul tanggung jawab.
Menurut Schetzer dan Stone (Winkel, 1997) bimbingan adalah
proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan
lingkungan hidupnya. Bimbingan menurut Natawidjaja (Winkel, 2004)
adalah
proses
pemberian
bantuan
kepada
individu
secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Dari berbagai pendapat tentang bimbingan tersebut dapat
disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang
diberikan orang yang terlatih dan berwenang kepada individu agar dapat
memahami dirinya sendiri, dan bertanggung jawab terhadap
keputusan-keputusan yang dibuatnya sesuai dengan tuntutan orang tua, lingkungan
sekitar dan masyarakat.
2.
Pengertian Bimbingan Klasikal.
Menurut Winkel (1997) bimbingan klasikal adalah proses bimbingan
yang diikuti oleh seluruh siswa/i dalam kelas pada tingkatan kelas tertentu
dan pada waktu yang telah ditetapkan pada jadwal pelajaran, jadi konselor
sekolah dapat memberikan bimbingan di dalam kelas.
misalnya mengetahui kelebihan diri, cara berpacaran yang tepat, dan
lain-lain. Materi bimbingan berkisar pada masalah pribadi, pribadi sosial,
karier, dan belajar.
3.
Tujuan Bimbingan
Menurut Winkel & Hastuti (2004) tujuan bimbingan adalah
a.
Supaya setiap sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri.
b.
Menjamin perkembangan dirinya seoptimal mungkin.
c.
Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.
d.
Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan
berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik
padanya.
e.
Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara
memuaskan.
D.
Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Emosi
dan Mengelola Emosi dan Cara-cara Meningkatkannya.
1.
Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Kemampuan mengenal Emosi
dan Mengelola Emosi.
Dilihat dari tujuan bimbingan yang disebutkan oleh Winkel dan
Hastuti (2004) dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan mencakup
jawab atas kehidupan pribadinya dan dapat menciptakan kehidupan yang
efektif serta produktif dengan orang lain.
Kecerdasan emosional terbagi menjadi dua kompetensi yaitu
kompetensi personal dan kompetensi sosial. Penulis mengungkapkan
kompetensi personal karena kompetensi personal lebih pada diri sendiri
alasannya karena menurut beberapa ahli seperti yang sudah dijabarkan
pada bagian A.2.b, kompetensi personal merupakan inti dari kecerdasan
emosional. Kompetensi personal tsb terdiri dari dua unsur yaitu mengenal
emosi dan mengelola emosi.
Setelah ditinjau dari tujuan bimbingan dan kedua unsur dari
kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi, dapat
dilihat ada keterkaitan diantara keduanya. Keterkaitan itu adalah
kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi yang
lebih berpusat pada diri sendiri ada kaitannya dengan perkembangan diri
yang seoptimal mungkin sehingga dapat bertanggung jawab atas
kehidupan pribadinya.
seoptimal mungkin sebagai seorang pribadi, sedangkan kompetensi
personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi dapat berkembang
lewat belajar yang terus menerus. Mc Cluskey (1997) juga mengatakan
menurut penelitian para ahli bahwa dimungkinkan mengajarkan
kecerdasan emosional di sekolah, karena kecerdasan emosional lebih
mudah diajarkan pada masa anak-anak hingga remaja. Melihat hal
tersebut, maka melalui bimbingan diharapkan dapat membantu individu
untuk mengembangkan kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan
mengelola emosi.
2.
Cara-cara Meningkatkan Kompetensi Personal (Mengenal Emosi dan
Mengelola Emosi)
Kompetensi personal yaitu kemampuan mengenal emosi dan
kemampuan mengelola emosi merupakan faktor yang penting dalam
kecerdasan emosional. Untuk dapat meningkatkannya dibutuhkan suatu
usaha untuk belajar membiasakan diri dengan beberapa keterampilan
menurut Goleman (2003), yaitu:
a)
Keterampilan mengidentifikasi dan memberi nama pada perasaan
yang dialami.
tidak nyaman menjadi sesuatu yang dapat dirumuskan dan memiliki
batasan.
Gottman (1998) mengatakan bahwa :
"Studi-studi memperlihatkan bahwa tindakan memberi nama emosi
sewaktu kita mengalaminya dapat berefek menenteramkan sistem
syaraf. Ini dapat diartikan bahwa apabila kita berbicara mengenai
sebuah emosi sewaktu emosi kita mengalaminya, akan mengaktifkan
belahan otak kiri yang merupakan pusat bahasa dan penalaran".
Menurut Lloyd (Sinurat, 1999) ada empat perasaan dasar manusia,
beberapa perasaan merupakan kombinasi dari dua atau lebih dari
empat kategori, yaitu:
1)
Marah : jengkel, terganggu, gusar, berang, geram.
2)
Sedih : muram, kecewa, murung, pilu, terluka.
3)
Senang : puas, bahagia, riang, gembira, bergairah.
4)
Takut : cemas, khawatir, prihatin, gugup, bimbang.
5)
Kombinasi
: bersalah, cemburu, frustasi, malu, bingung.
Menurut Goleman (2000) emosi digolongkan menjadi:
1)
Amarah
: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,
tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
4)
Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, ringan, sen