• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi pada siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan klasikal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi pada siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan klasikal - USD Repository"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERHADAP USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Nadia Fitriansyah

NIM : 021114070

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

mu, bahwa Dia tidak melupakan mu tetapi hanya memberi mu waktu untuk beristirahat agar

dapat berpikir sejenak sebelum kamu harus bangkit kembali untuk meneruskan hidup mu.

Titik awal semua keberhasilan adalah keinginan (~Napoleon Hill~)

Kemajuan mustahil tanpa perubahan, & mereka yang tidak bisa mengubah pikiran mereka

tidak bisa mengubah apapun (~George Bernard Shaw~).

Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang dicapai seseorang, tetapi dengan penentangan

yang dihadapinya dan keberanian yang dimiliki untuk mempertahankan perjuangan melawan

kekuatan yang jauh lebih besar (~Charles A Lidenbergh~).

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

(5)
(6)

vi

TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Nadia Fitriansyah

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mengenal emosi

dan mengelola emosi para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Tahun

Ajaran 2007/2008. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian

ini adalah (1) Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam

mengenal emosi? (2) Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam

mengelola emosi? 3) Topik-topik bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk

meningkatkan kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi pada para siswa

kelas X tahun ajaran 2007/2008?

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakan

adalah kuesioner kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi yang disusun

oleh penulis. Subjek penelitian adalah para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.

(7)

vii

ACADEMIC YEAR 2007/2008 AND ITS IMPLICATION

TO GUIDANCE TOPICS PROPOSAL

Nadia Fitriansyah

Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aimed to describe emotional awareness and emotional

management of the 10

th

grade student in Pangudi Luhur Senior High School

Sedayu for the academic year 2007/2008. There were some problems in this

research (1) what is the level of emotional awareness of the 10

th

grade Pangudi

Luhur Sedayu Senior high School student academic year 2007/2008? (2) What is

the level of management emotional of the 10

th

grade Pangudi Luhur Sedayu

Senior high School student academic year 2007/2008? (3) What is the most

appropriate guidance topic to develop the emotional awareness and emotional

management of the 10

th

grade student in Pangudi Luhur Senior High School

Sedayu for the academic year 2007/2008?

This research was descriptive. In order to collect the data, the writer applied

emotional awareness and management emotional questionnaires, which were

developed by the writer. The subject of this research was the 10

th

grade student in

Pangudi Luhur Senior High School Sedayu for the academic year 2007/2008.

(8)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Nadia Fitriansyah

Nomor Mahasiswa

: 021114070

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

DESKRIPSI KEMAMPUAN MENGENAL EMOSI DAN MENGELOLA EMOSI

PADA SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK

BIMBINGAN KLASIKAL

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain. mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain utnuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Juli 2008

Yang menyatakan

(9)

ix

dengan baik. Terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu dan

memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai. Terimakasih yang tulus

diucapkan kepada:

1.

Dra. M.J Retno Priyani, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan motivasi dengan sepenuh hati.

2.

A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., sebagai intereter dalam pembuatan

angket.

3.

C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., sebagai intereter dalam pembuatan angket.

4.

Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan selama masa perkuliahan dan

penulisan skripsi.

5.

Keluarga Besar SMA Pangudi Luhur Sedayu, yang telah memberi

kesempatan untuk melakukan penelitian.

6.

Orangtuaku yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

7.

Pacarku Edi yang siap sedia jika aku membutuhkan bantuan dan telah

mendampingiku sampai sekarang.

8.

Sepupuku Rusyad atas kesediaannya mendengarkan keluh kesah ku dan selalu

memberikan semangat.

(10)

x

M.Nina, Ci Melie, dan M.Imel atas dukungan dan semangat yang selalu

diberikan selama proses penulisan skripsi.

12.

Teman-temanku di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2002.

Uning, Sari, Paula, Andre, Petrus, Anton, Ferdi, Tuti, Eka, Eni, Arya, Ima,

Emma, Mega, Nana, Sr. Vero, Sr. Noren, Sr. Frederica, Fr Paul, Br Edi, dan

kawan-kawan lainnya.

13.

Ina dan Esti atas semangat dan kebersamaannya selama mengerjakan skripsi.

14.

Mas Humam yang bersedia di foto untuk pembuatan angket.

15.

Sahabat-sahabatku! Prinses, Sherly dan Yala.

16.

Semua pihak yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan.

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN ...

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ...

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I : PENDAHULUAN ...

A.

Latar Belakang Masalah...

B.

Rumusan Masalah ...

C.

Tujuan Penelitian ...

D.

Manfaat Penelitian ...

E.

Batasan Istilah...

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...

(12)

xii

2.

Kecerdasan Emosional ...

a.

Pengertian Kecerdasan Emosional ...

b.

Unsur-unsur Kecerdasan Emosional ...

1)

Mengenal Emosi ...

2)

Mengelola Emosi ...

3)

Kecenderungan - kecenderungan dalam

menangani emosi. ...

B.

Siswa Kelas X ...

C.

Bimbingan ...

1.

Pengertian Bimbingan ...

2.

Pengertian Bimbingan Klasikal ...

3.

Tujuan Bimbingan ...

D.

Peran bimbingan dalam meningkatkan kemampuan

mengenal emosi dan mengelola emosi dan cara-cara

meningkatkannya ...

1.

Peran bimbingan dalam meningkatkan kemampuan

mengenal emosi dan mengelola emosi...

2.

Cara-cara meningkatkan kemampuan mengenal

emosi dan mengelola emosi...

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN...

(13)

xiii

D.

Prosedur Pengumpulan Data...

E.

Teknik Analisis Data...

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A.

Hasil Penelitian...

B.

Pembahasan...

BAB V : USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DAN

SATUAN

LAYANAN

BIMBINGAN

DAN

KONSELING...

A.

Usulan Topik Bimbingan Klasikal...

B.

Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan...

BAB VI : RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A.

Ringkasan...

B.

Kesimpulan...

C.

Saran...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

59

60

63

63

67

75

76

79

85

85

87

89

91

(14)

xiv

Sedayu TA 2007/2008... 50

Tabel 2 :

Jumlah Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur

Sedayu yang mengikuti penelitian... 51

Tabel 3 :

Kisi-kisi Item Kuesioner Kemampuan Mengenal

Emosi dan Mengelola Emosi... 52

Tabel 4 :

Kategori Tingkat Kemampuan Mengenal Emosi

dan Mengelola Emosi... 59

Tabel 5 :

Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengenal

Emosi dan Mengelola Emosi... 61

Tabel 6 :

Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengenal Emosi... 62

Tabel 7 :

Penggolongan Tingkat Kemampuan Mengelola Emosi... 62

Tabel 8 :

Penggolongan Kemampuan Mengenal Emosi dan

Mengelola Emosi Para Siswa Kelas X... 63

Tabel 9 :

Penggolongan Kemampuan Mengenal Emosi

Para Siswa Kelas X... 64

Tabel 10 :

Penggolongan Kemampuan Mengelola Emosi

Para Siswa Kelas X... 65

Tabel 11 :

Persentase 51% Siswa yang Dapat Menjawab

Item Soal... 66

Tabel 12 :

Deskripsi Persentase Jawaban Siswa yang Belum

(15)

xv

Mengelola Emosi Para Siswa Kelas X... 63

Grafik 2 :

Penggolongan Kemampuan Mengenal Emosi

Para Siswa Kelas X... 64

Grafik 3 :

Penggolongan Kemampuan Mengelola Emosi

(16)

xvi

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang tahapan hidup seseorang tahap perkembangan yang

paling berkesan adalah masa remaja (Setiyono, 2002). Pada masa remaja

terdapat berbagai macam permasalahan yang menarik untuk di jadikan topik

diskusi. Berbagai macam permasalahan remaja yang di jadikan topik diskusi

yaitu dalam rangka membantu remaja melewati masanya, dengan memberikan

berbagai bekal pengetahuan tentang banyak hal yang berkaitan dengan masa

remaja agar mereka dapat melewati masa tersebut dengan baik.

Masa remaja merupakan suatu masa yang berkesan dalam tahapan

perkembangan hidup seseorang dan menjadi suatu topik yang menarik untuk

dibicarakan, karena masa remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam dimensi kognitif,

perubahan dalam dimensi biologis, perubahan dalam dimensi psikologis, dan

perubahan dalam dimensi moral (Setiyono, 2002). Perubahan-perubahan

tersebut terjadi akibat tuntutan dari lingkungan sekitar dan dari dalam diri

remaja itu sendiri karena remaja akan memasuki masa dewasa atau tahapan

perkembangan selanjutnya dalam kehidupan. Perubahan-perubahan dalam diri

remaja inilah yang akan membentuk remaja nantinya ketika mereka memasuki

masa dewasa.

(18)

orang tua, senang mencoba-coba segala sesuatu yang baru entah hal tersebut

positif atau negatif, mengalami gejolak emosi yang besar akibat perubahan

hormon yang ada didalam tubuh, dan kebingungan-kebingungan dalam

bersikap karena dianggap sebagai orang dewasa tetapi belum diberi

kepercayaan penuh oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Berbagai macam

masalah yang ada dalam diri remaja membuat remaja membutuhkan

bimbingan untuk dapat melewati masa transisi tersebut agar kelak dalam diri

remaja terbentuk sikap yang positif ketika dewasa.

(19)

sebaya, lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan berbagai macam aktivitas

yang dilakukan oleh remaja (Mu'tadin, 2002).

Guru pembimbing di sekolah sangat diperlukan dalam membantu para

siswanya agar para siswa sebagai remaja memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam mengatasi kelebihan energi yang dimiliki ke arah yang

positif. Seorang guru pembimbing memiliki peran penting dalam memantau

perkembangan diri siswa-siswi sebagai remaja, karena sebagian besar waktu

siswa-siswi dihabiskan di sekolah dan memang sudah menjadi tugas dan

tanggung jawab dari seorang guru pembimbing untuk membantu

siswa-siswinya agar dapat berhasil melewati masa remajanya.

Kecerdasan emosional adalah salah satu kecerdasan yang harus di

kembangkan oleh para siswa sebagai remaja agar mereka memiliki bekal

pengetahuan kemampuan untuk mengarahkan dan untuk menyalurkan energi

emosi secara tepat. Mengingat masa remaja adalah tahapan perkembangan

manusia ke masa dewasa, maka dengan mengasah kecerdasan emosional sejak

remaja diharapkan kelak mereka dapat berhasil dalam berbagai bidang

kehidupan, seperti dalam keluarga, di tempat kerja, dan lain-lain. Beberapa

komponen kecerdasan emosional menurut Cherniss & Goleman (1998) ada

dua yaitu kompetensi personal dan kompetensi sosial, karena segala sesuatu

dimulai dari dalam diri seseorang maka skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

kompetensi personal siswa-siswi kelas X SMA sebagai dasar dari kecerdasan

emosional. Kompetensi personal terdiri dari dua komponen yaitu mengenal

(20)

Mangunhardjana, dkk (2002) melakukan penelitian tentang pengaruh

pelatihan emosional literacy terhadap kecerdasan emosional dengan subjek

yang berusia sekitar 16-21 tahun. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa

kemampuan kesadaran diri atau mengenal emosi masih kurang optimal dan

kemampuan manajemen diri atau mengelola emosi belum tampak adanya

perubahan walaupun setelah pelatihan. Hasil penelitian yang telah di lakukan

oleh Mangung hardjana dan kawan-kawan merupakan salah satu motivasi di

lakukannya penelitian dalam skripsi ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi (kompetensi personal) para

siswa sebagai remaja. Melalui penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat

menjadi dasar dalam memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan

remaja akan kompetensi personal.

B.

Perumusan Masalah

1.

Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam mengenal

emosi?

2.

Sejauh mana tingkat kemampuan para siswa kelas X dalam mengelola

emosi?

(21)

C.

Tujuan Penelitian

1.

Mendeskripsikan tingkat kemampuan mengenal emosi pada siswa-siswi

kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.

2.

Mendeskripsikan tingkat kemampuan mengelola emosi pada para siswa

kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008.

3.

Memberikan usulan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk para siswa

kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2007/2008 dalam

meningkatkan kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi.

D.

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Peneliti.

Memperoleh gambaran kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi

pada siswa-siswi kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

2007/2008.

2.

Bagi Guru BK

Memberikan informasi bagi pihak sekolah melalui guru BK, tentang

gambaran kemampuan personal (mengenal emosi dan mengelola emosi)

siswa-siswinya. Sehingga pihak sekolah dapat memberikan topik bimbingan

yang tepat bagi siswa-siswinya.

3.

Bagi Peneliti Lain.

(22)

E.

Batasan Istilah

1.

Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara

jelas dan terinci.

2.

Emosi adalah tergugahnya perasaan yang ditandai dengan perubahan

keadaan fisiologis tertentu.

3.

Mengenal emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali perasaan

sesuai dengan apa yang terjadi, mampu memantau perasaan dari waktu ke

waktu dan merasa selaras dengan apa yang dirasakan.

4.

Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menangani perasaan sehingga

perasaan

dapat

diungkapkan

dengan

tepat,

kemampuan

untuk

menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan dan

kemarahan yang menjadi-jadi.

5.

Siswa-siswi adalah para pelajar kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu.

6.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat

memiliki kompetensi personal (kemampuan mengenal emosi dan

mengelola emosi), sehingga siswa-siswi dapat bertindak wajar sesuai

denga tuntutan dan keadaan keluarga serta lingkungan masyarakat.

7.

Bimbingan klasikal adalah proses bimbingan yang diikuti oleh tiap

siswa-siswi perkelas dan dilakukan pada jam pelajaran yang telah disediakan oleh

pihak sekolah.

8.

Usulan topik-topik bimbingan adalah suatu topik yang direncanakan

menjadi bahan bimbingan bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk

membantu siswa-siswi dalam meningkatkan kompetensi personal

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Emosi dan Kecerdasan Emosional.

1.

Emosi.

Akar kata emosi adalah dari kata bahasa latin yaitu

movere yang

berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi

arti “bergerak menjauh”, yang menyiratkan kecenderungan bertindak

merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 2003).

Istilah emosi dalam

reader

mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi

(Sinurat, 1999) yang dikutip dari Oxford English Dictionary adalah setiap

agitasi atau kekacauan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental

yang meluap-luap. Goleman menganggap emosi merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan

psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Wijongkongko (1997) mendefinisikan emosi sebagai kekuatan tanpa

batas, energi vital yang dapat dimanfaatkan untuk meraih sukses di tempat

kerja, di rumah, dalam hubungan antar sesama, dan juga sukses dalam

hubungan dengan diri sendiri. Kesuksesan hidup tersebut terletak pada

kemampuan diri untuk mengendalikan emosi secara efektif.

(24)

1999) "emosi" bukan terbatas pada perasaan saja tetapi meliputi setiap

keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna afektif, baik pada

tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).

Warna afektif adalah perasaan senang atau tidak senang yang selalu

menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari.

Secara garis besar emosi dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang

timbul dan memiliki kekuatan tanpa batas yang dapat dimanfaatkan

disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh kemudian ada

kecenderungan untuk bertindak. Jika para siswa mengetahui emosi yang

sedang dialami dan mampu mengelola emosi tersebut dengan baik maka

para siswa dapat menggunakan kekuatan emosi untuk meraih kesuksesan

dalam hidup, seperti sukses dalam berhubungan dengan diri, sukses dalam

berhubungan dengan keluarga dan antar sesama, sukses di sekolah dan

dunia kerjanya kelak.

Macam-macam Emosi.

Winkel & Hastuti (2004) dalam bukunya yang berjudul

Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan juga menyebutkan

berbagai macam perasaan dan menggolongkannya ke dalam perasaan

senang dan perasaan tidak senang yaitu:

1) Perasaan yang tergolong senang Merasa akrab/dekat

Merasa antusias Merasa bahagia Merasa bebas

Merasa bergairah/ bersemangat

(25)

Merasa damai/ tenteram Merasa enak (tidak ada kejanggalan)

Merasa geli Merasa kagum Merasa kerasan/betah Merasa lega (lepas dari sesuatu) Merasa mantap Merasa nyaman Merasa nikmat Merasa optimis Merasa pantas Merasa puas

Merasa penuh harapan Merasa penuh harga diri Merasa riang/gembira berterimakasih Merasa santai/rileks Merasa simpati Merasa sabar Merasa terlindung/aman Merasa terhibur Merasa tenang/kalem Merasa tertarik Merasa terharu Merasa tabah Merasa terpingau/ tertegun/terpukau/terpana Merasa terpesona Merasa tergugah/ terangsang/terlibat (Merasa) suka

2) Perasaan yang tergolong tidak senang Merasa apatis/acuh tak

acuh

Merasa antipati Merasa asing (tak pada tempatnya)

Merasa benci Merasa bingung Merasa bengong

Merasa bosan/jenuh/jemu Merasa berat/berat hati Merasa berkabung/berduka cita Merasa berdosa/ bersalah/sesal Merasa curiga Merasa cemburu Merasa canggung/ malu-malu

Merasa diabaikan/ dibiarkan/ sendirian Merasa dihina/terhina Merasa dendam Merasa dingin/ tak tergugah

Merasa dikejar/di oyak-oyak Merasa gugup/grogi Merasa heran Merasa hambar/hampa Merasa hancur/remuk redam/tercacah

Merasa iri hati /angkuh/sirih

Merasa jengkel/mangkel Merasa jera/kapok Merasa jauh

Merasa khawatir/ gelisah/ cemas/ resah/ was-was/ gundah/ risau/ gusar Merasa kecewa/ frustasi/gagal Merasa kikuk Merasa kesal/ kheki/masgul Merasa kesepian Merasa sebatang kara Merasa kehilangan Merasa iba/kasihan Merasa kecil hati Merasa lesu Merasa lemah/tak berdaya

Merasa malu/kehilangan muka/jengah

Merasa marah/ geram/ ganas/ gerang/ gusar Merasa malas/tak bergairah

Merasa merana (penuh sandungan)

(26)

Merasa putus asa/ tanpa harapan

Merasa pasrah (menyerah saja)

Merasa panik Merasa patah hati Merasa panas hati Merasa ragu-ragu/ bimbang Merasa prihatin Merasa risih Merasa rendah diri/minder/tak berharga Merasa sedih/ susah/ sendu/ kuyu/ murung Merasa sakit hati/ pedih Merasa segan /enggan/wegah Merasa sebal/sebel/ masgul Merasa terancam Merasa tertipu/terperdaya Merasa takut/gentar Merasa terkejut/ kaget/ terhenyak/ terhentak Merasa terpukul Merasa tak enak (ada kejanggalan)

Merasa tertekan/ terbebani

Merasa terpaksa (mau tak mau)

Merasa tak sampai hati/ tak tega

Merasa tak mampu Merasa tersinggung Merasa tergerak Merasa tersiksa Merasa tak krasan/ tak betah

Merasa terganggu/ direpotkan

Merasa tersayat/ pilu Merasa terpojok/ terjepit/ terdesak

Merasa tersesat/ kehilangan arah Merasa tercekam/ terkekang Merasa tak sabar Merasa tak berdaya/ kalah

(27)

Hein (2006) mengelompokkan berbagai macam perasaan negatif

yang dialami individu sebagai berikut:

Dignity/Respect/Self-Worth,

Freedom/Control, Love/Connection/Importance, Justice/Truth, Safety,

Trust.

2.

Kecerdasan Emosional

a.

Pengertian Kecerdasan Emosional

Sebelum kecerdasan emosional (EQ) dikenal banyak orang,

sebagian besar orang menganggap kecerdasan intelektual (IQ) adalah

penentu kesuksesan hidup. Setelah dilakukan penelitian oleh para ahli

salah satunya Goleman (2003) dan O'neil (Recker, 2001) mengatakan

bahwa kecerdasan intelektual menyumbang sekitar 20% dalam

kesuksesan hidup seseorang dan 80% sisanya adalah kecerdasan yang

lain.

Goleman (2001) menekankan bahwa kecerdasan intelektual (IQ)

hanya mengalami sedikit perubahan setelah melewati usia remaja,

sedangkan kecerdasan emosional (EQ) lebih banyak diperoleh lewat

belajar dan terus berkembang sepanjang hidup. Pendapat ini sejalan

dengan teori yang diungkapkan oleh John Locke (Sujanto dkk, 1984)

tentang tabula rasa yang mengatakan bahwa manusia lahir seperti

halnya kertas putih. Akan jadi apa kertas putih tersebut tergantung

pada proses yang dialami selanjutnya.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang penting

(28)

2000). Kecerdasan emosional perlu untuk dimiliki oleh setiap orang

karena emosi selalu ada dalam diri setiap manusia di manapun manusia

itu berada, baik di tempat kerja, dalam lingkungan keluarga, di

sekolah, dan lain-lain (Bradberry dan Greaves, 2007).

Kecerdasan emosional pertama kali dipelopori oleh seorang

psikolog Israel bernama Reuven Bar-On tahun 1980-an dan

dipublikasikan pada tahun 1990 untuk pertama kalinya oleh John

Mayer, dari The University of New Hampshire dan Peter Salovey, dari

Yale University (Goleman, 2001). Setelah itu pada tahun 1995 Daniel

Goleman mempopulerkan kecerdasan emosional, awalnya dari sebuah

buku yang ditulis dan akhirnya menjadi buku yang paling laris di dunia

(Cherniss, 2000).

Goleman (Singh, 2003) mengartikan kecerdasan emosional

sebagai

"… knowing what feels good, what feels bad, and how to go

from bad to good".

Selanjutnya disebutkan juga bahwa

kesadaran

emosi dan keterampilan untuk memanajemen emosi termasuk dalam

unsur kecerdasan emosional. Kesadaran emosi dan keterampilan untuk

memanajemen

emosi

dapat

membantu

seseorang

untuk

menyeimbangkan emosi yang dirasakan dengan pikiran sehingga

dapat memaksimalkan perasaan positif yang dirasakan.

(29)

dapat menyeimbangkan antara emosi yang dirasakan dengan alasan

sehingga dapat meraih kebahagian hidup secara maksimal.

Mayer dan Salovey (1997) mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai

"…ability to perceive emotions, to acces and

generate emotions so as to assist thought, to understand emotions and

emotional meanings, and to reflectively regulate emotions so as to

promote both better emotions and thought"

. Kemampuan yang

dimaksud Mayer dan Salovey (1997) yaitu kemampuan untuk dapat

menerima, memahami dan mengartikan emosi yang dirasakan

kemudian mengolah emosi tersebut secara reflektif dengan cara

menghubungkan emosi dan pikiran sehingga didapatkan keseimbangan

antara emosi dan pikiran.

Definisi kecerdasan emosional yang lain menurut Goleman

(2001) adalah kemampuan untuk mengenali emosi dan mengelola

emosinya sendiri dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri dan

mampu mengenali emosi orang lain sehingga dapat membina

hubungan dengan orang lain. Cooper & Sawaf (2001) mendefinisikan

kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk merasakan,

memahami, dan menerapkan secara efektif kepekaan emosi sebagai

sumber energi, informasi dan koreksi. Schindler (1992) mengartikan

kecerdasan emosional lebih sederhana yaitu kemampuan untuk

mengendalikan emosi dalam kehidupan sehari-hari yang sangat

(30)

Dari keenam definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal emosi yang

sedang terjadi kemudian mengelola emosi tersebut dengan baik agar

dapat menyelaraskan antara perasaan dan pikiran yang dapat

memotivasi diri ke arah positif, termasuk juga kemampuan mengenali

emosi yang sedang terjadi pada diri orang lain sehingga dapat

membantu diri kita dalam membina hubungan baik dengan orang lain,

dengan begitu kebahagiaan hidup dapat tercapai secara maksimal.

b.

Unsur-unsur Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional memiliki

beberapa unsur yaitu mengenal emosi diri, mengelola emosi,

memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan

dengan orang lain. Goleman dan Cherniss (1998), Bradberry dan

Greaves (2007) membagi unsur-unsur kecerdasan emosional ke dalam

dua kompetensi yaitu kompetensi personal dan kompetensi sosial.

Kompetensi personal merupakan kemampuan yang lebih ditujukan

kepada diri sendiri yang terdiri dari mengenal emosi dan mengelola

emosi, sedangkan kompetensi sosial merupakan kemampuan yang

lebih ditujukan pada menjalin hubungan dengan orang lain terdiri dari

kesadaran sosial dan manajemen hubungan. Mayer dan Salovey (1997)

membagi kecerdasan emosional dalam empat unsur kemampuan yaitu

(31)

intellectual growth"

maksudnya kemampuan untuk mengolah emosi

secara reflektif untuk membantu mengembangkan

perkembangan

perasaan dan pikiran

atas suatu kejadian tertentu,

"understanding and

analyzing emotions; employing emotional knowledge"

maksudnya

kemampuan menggunakan pengetahuan emosi untuk dapat memahami

dan menganalisa emosi yang sedang dialami,

"emotional facilitation of

thingking"

kemampuan memfasilitasi pikiran dengan memanfaatkan

suatu emosi yang sedang dirasakan,

"perception, appraisal and

expression of emotion"

kemampuan untuk mempersepsikan dan

memberikan penilaian terhadap emosi yang sedang dirasakan serta

mengekspresikan emosi yang sedang dialami secara tepat. Hein (2006)

membagi kecerdasan emosional ke dalam empat aspek yang disingkat

B.A.R.E :

"Balance"

yaitu kemampuan untuk dapat menyeimbangkan

antara pikiran dan perasaan sehingga dapat menghasilkan emosi yang

positif;

"Awareness"

yaitu kemampuan untuk menyadari dan

mengetahui perasaan-perasaan negatif dan positif yang dialami agar

dapat memperoleh kebahagiaan hidup. Untuk dapat memiliki

mengenal emosi perlu mengakui perasaan-perasaan yang sedang

terjadi,

menerima

perasaan-perasaan

tersebut

dan

dapat

mengidentifikasi perasaan-perasaan tersebut);

"Responsibility"

yaitu

kemampuan untuk dapat bertanggungjawab terhadap kehidupan yang

dijalani baik secara emosional dan pikiran sebagai seorang warga

(32)

berbagai macam emosi yang dirasakan orang lain berdasarkan sudut

pandang orang tersebut.

Dalam penelitian ini unsur kecerdasan emosional yang akan

diungkap adalah kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi

atau lebih kepada kompetensi personal. Alasan mengapa hanya

mengenal emosi dan mengelola emosi saja yang dibahas dalam

penelitian ini, karena segala sesuatu berasal dari dalam diri dahulu baru

kemudian ke lingkungan. Inti dari kecerdasan emosional adalah

kemampuan untuk mengenali emosi yang terjadi dan dapat mengelola

emosi itu dengan baik pendapat ini diperkuat oleh Mayer dan Salovey

(1997), Socrates (Secapramana, 1999) dan Goleman (2003).

1)

Mengenal emosi

Mengenal

emosi

merupakan

kemampuan

dasar

dari

kemampuan-kemampuan lain yang termasuk dalam kecerdasan

emosional. Mengenali emosi yang terjadi membantu seseorang untuk

mendapatkan kebahagiaan hidup. Kebahagiaan hidup akan tercapai

jika seseorang mengetahui perasaan-perasaan positif yang dialami.

Untuk dapat membedakan perasaan-perasaan positif dan negatif yang

dialami seseorang harus memiliki kecermatan dalam mengenal

emosinya. Orang yang memiliki kemampuan mengenali emosi dengan

cermat akan dapat memberi nama pada masing-masing emosi yang

(33)

dengan cara menyebutkan nama emosi tersebut. Orang yang tidak

dapat mengenali emosi yang sedang dialami dapat dikatakan orang

yang buta emosi. Hal ini akan mempengaruhi kebahagiaan hidupnya.

Goleman (1998), Mayer (Goleman, 2003), Bradberry dan

Greaves (2007) lebih suka menyebut mengenal emosi sebagai

kesadaran diri. Mengenal emosi atau kesadaran diri diartikan sebagai

kemampuan untuk mengenali perasaan yang sedang terjadi tepat pada

waktunya kemudian dapat memperhatikan perasaan tersebut dari

waktu ke waktu tanpa terpengaruh oleh perasaan yang sedang dialami

dan mengetahui kecenderungan diri dalam situasi tersebut. Seseorang

yang memiliki kemampuan dalam meyakini perasaannya merupakan

pilot yang andal dalam kehidupannya, karena mereka tidak dapat

dengan mudah berada dalam kekuasaan perasaan.

Menurut Goleman (1998) mengenal emosi meliputi kompetensi

kesadaran emosi, kompetensi untuk menilai diri secara akurat, dan

kompetensi untuk percaya diri.

a)

Kesadaran emosi

Orang yang sadar dengan emosinya mampu mengakui

perasaannya dan mengetahui kecenderungan dirinya

b)

Menilai diri secara akurat.

(34)

belajar dari kesalahan di masa lalu, serta mengetahui saat dirinya

membutuhkan bantuan.

c)

Percaya diri

Orang yang memandang dirinya sendiri sebagai orang yang

produktif dan mampu menghadapi tantangan sehingga mudah

menguasai keterampilan baru biasanya adalah orang yang memiliki

rasa percaya diri yang baik.

Bradberry dan Greaves (2007) menyebutkan unsur-unsur

mengenal emosi sebagai berikut :

a)

Menyadari emosi sekaligus memperhatikan pikiran dan

tanda-tanda fisik yang sedang terjadi pada saat itu juga.

b)

Mampu membedakan intensitas emosi yang sedang dirasakan

(tinggi, sedang, rendah).

c)

Mengetahui kecenderungan diri saat sedang merasakan emosi

tertentu.

(35)

menyadari emosi yang sedang dirasakan membutuhkan pengetahuan

tentang emosi. Kemampuan yang termasuk di dalamnya adalah:

a)

"Ability to label emotions and recognize relations among the words

and the emotions themselves, such as relation between liking and

loving"

.

Kemampuan untuk menamai emosi dan mengenali hubungan

antara kata-kata yang diberikan dengan emosi itu sendiri.

Contohnya perasaan jengkel dan marah. Seseorang yang memiliki

kemampuan mengenali hubungan antara kata-kata yang diberikan

dengan emosi yang dialami, dapat mengerti perasaan yang

dirasakan beserta reaksi-reaksi tubuh yang menyertai perasaan

tersebut.

b)

"

Ability to interpret the meanings that emotions convey regarding

relationships, such as that sadness often accompanies a loss".

Kemampuan untuk dapat mengartikan bahwa emosi yang dirasakan

dapat saling berhubungan, misalnya seperti kesedihan biasanya

disertai dengan perasaan kehilangan.

c)

"Ability to understand complex feelings: simultaneous feelings of

love and hate, or blends such as awe as combination of fear and

surprise".

Kemampuan untuk dapat memahami dan membeda-bedakan

berbagai macam perasaan yang timbul secara bersamaan dalam

(36)

perempuannya yang pulang terlalu malam. Perasaan yang ada pada

diri ibu tersebut tidak hanya perasaan marah saja tetapi ada

perasaan khawatir dan perasaan sayang.

d)

"Ability to recognize likely transitions among emotions, such as the

transitions from anger to satisfication, or from anger to shame".

Kemampuan untuk mengenali emosi-emosi yang dapat

berubah-ubah setiap saat.

Contohnya perasaan jengkel yang dapat berubah sewaktu-waktu

menjadi sangat marah atau dapat berubah menjadi tidak merasa

jengkel lagi dikarena sesuatu hal.

(37)

mengetahui perasaan nyaman dan tidak nyaman tersebut seseorang

dapat meraih kebahagiaan dalam hidup karena mengetahui apa yang

menjadi penyebab ketidakbahagiaannya.

Awareness yang diungkapkan Hein meliputi kemampuan :

a)

"Acknowledging our feelings"

Mengakui perasaan-perasaan yang dialami.

Jika seseorang tidak dapat mengakui perasaan yang dialami

terutama perasaan-perasaan negatif, maka orang tersebut akan

merasa tidak nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Kemampuan untuk mengakui perasaan yang sedang dialami akan

membantu merubah perasaan tidak nyaman menjadi nyaman,

karena dapat diketahui penyebab perasaan tidak nyaman tersebut.

Dengan begitu akhirnya seseorang akan dapat hidup bahagia.

b)

"Identifying specific feelings"

Mengidentifikasikan secara jelas perasaan-perasaan yang sedang

dialami.

Kemampuan untuk mampu mengenali secara jelas

perasaan-perasaan yang sedang dialami, akan membantu seseorang untuk

menangkap pesan yang akan disampaikan oleh perasaan tersebut.

Dengan begitu dapat diketahui tindakan apa yang akan dilakukan

selanjutnya untuk dapat menyeimbangkan emosi yang dirasakan.

Kecenderungan orang tidak hanya merasakan satu emosi saja tetapi

(38)

seorang pria yang merasa cemburu pada saat pacarnya memakai

baju sexy. Perasaan cemburu yang dirasakan pria tersebut

bercampur dengan perasaan cinta, marah, dan menghargai.

c)

"Timing"

.

Kemampuan untuk mengetahui perubahan perasaan yang terjadi

dari waktu ke waktu.

Perasaan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung

situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang. Dengan

mengetahui perubahan-perubahan perasaan tersebut seseorang

dapat belajar tentang situasi dan kondisi seperti apa yang nyaman

dan tidak nyaman. Dengan begitu seseorang dapat memilih

keadaan yang nyaman bagi dirinya sehingga dapat tercapai

kebahagiaan hidupnya.

d)

"Distinguishing between productive and counter-productive

feelings".

Mampu membedakan antara perasaan yang produktif dan tidak

produktif.

Perasaan-perasaan produktif timbul di saat perasaan dan pikiran

dapat berjalan dengan seimbang. Sedangkan perasaan tidak

produktif muncul contohnya di saat seseorang merasa sangat marah

kemudian mengeluarkan reaksi yang pada akhirnya akan membuat

(39)

menguasai seseorang maka orang tersebut akan jauh dari

kebahagiaan hidup.

e)

"Ability to forecast feelings".

Kemampuan untuk dapat meramalkan dan memilih perasaan.

Kemampuan untuk meramalkan perasaan yang di maksud di sini

adalah kemampuan untuk berpikir di saat dirinya sedang

mengalami perasaan-perasaan negatif dan mencoba untuk

membayangkan jika dirinya mengubah perasaan negatif tersebut

menjadi perasaan positif. Dengan begitu seseorang dapat memilih

perasaan mana yang dapat membuat dirinya merasa nyaman

dengan situasi dan kondisi tersebut. Hal ini di sebabkan karena

tidak semua hal dapat dipilih sesuai dengan keinginan hati karena

ada kalanya seseorang harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi

yang membuat dirinya tidak nyaman. Tinggal bagaimana caranya

untuk dapat membuat situasi yang tidak nyaman menjadi nyaman

bagi dirinya agar dapat tercapai kebahagiaan hidup.

(40)

dapat mengetahui perubahan-perubahan perasaan yang terjadi dari

waktu ke waktu serta kecenderungan diri pada saat perasaan tersebut

muncul dengan menggunakan pengetahuan emosi. Dari unsur-unsur

yang sudah dijabarkan satu persatu di atas disimpulkan bahwa

kemampuan untuk mengenal emosi memiliki unsur-unsur yang

meliputi kemampuan:

a)

Kemampuan untuk menyadari emosi sekaligus memperhatikan

pikiran dan tanda-tanda fisik yang dirasakan pada saat emosi

terjadi serta dapat memberi nama pada emosi tersebut (Goleman,

1998 ; Bradberry dan Greaves, 2007 ; Mayer dan Salovey, 1997 ;

Hein, 2006).

b)

Mampu menilai diri secara akurat.

Orang yang mampu menilai diri secara akurat adalah orang yang

mengetahui kelebihan dan kelemahan diri, bersedia belajar dari

pengalaman, serta mengetahui saat dirinya sedang membutuhkan

bantuan (Goleman, 1998).

c)

Mampu mengetahui kecenderungan diri saat sedang mengalami

suatu emosi (Goleman, 1998 ; Bradberry dan Greaves, 2007).

d)

Mampu membedakan intensitas emosi yang sedang terjadi

(Bradberry dan Greaves, 2007).

(41)

f)

Kemampuan untuk mengenali dan mengetahui perubahan perasaan

dari waktu ke waktu (Hein, 2006 ; Mayer dan Salovey, 1997).

g)

Kemampuan untuk dapat membedakan perasaan produktif dan

perasaan tidak produktif (Hein, 2006).

h)

Kemampuan untuk dapat meramalkan perasaan dan memilih

perasaan (Hein, 2006).

i)

Kemampuan untuk dapat mengartikan bahwa emosi yang dirasakan

dapat saling berhubungan, misalnya kesedihan biasanya disertai

dengan perasaan kehilangan (Mayer dan Salovey, 1997).

j)

Memiliki rasa percaya diri (Goleman, 1998).

Seseorang yang memiliki kemampuan mengenal emosi tinggi

memiliki semua unsur kemampuan yang telah disebutkan di atas.

2)

Mengelola emosi

Hein (2005) berpendapat bahwa setiap orang hidup memiliki

kebutuhan tidak hanya kebutuhan pangan, sandang dan papan saja

tetapi kebutuhan emosional juga merupakan kebutuhan manusia untuk

hidup. Jika seseorang mengenali kebutuhan emosionalnya dengan baik

maka hal tersebut akan membantu seseorang untuk dapat mengelola

emosinya dengan baik. Hein (2005) juga diungkapkan bahwa

kebutuhan dasar emosional manusia adalah

"attention"

atau perhatian.

(42)

baik itu di saat bahagia, sedih, takut dan marah. Macam-macam

kebutuhan emosional yang diungkapkan oleh Hein (2005):

Accepted

diterima

acknowledged

diakui

admired

dikagumi/dipuji

appreciated

dihargai

approved of

diakui

capable

cakap/mampu/sanggup

challenged

merasakan

tantangan

clear (not confused)

merasa jelas (tidak

memusingkan)

competent

keinginan

untuk bersaing

confident

memiliki

rasa percaya diri

forgiven

dimaafkan

forgiving

memaafkan

Free

bebas

fulfilled

memenuhi

heard

didengarkan

helped

ditolong

helpful

menolong

important

penting

in control

di atur

included

diperhitungkan

listened to

mendengarkan

loved

dicinta

needed

dibutuhkan

noticed

diperhatikan

productive /

usefull

berguna

reassured

tenteram

recognized

dikenal

respected

dihormati

safe / secure

aman

supported

mendukung

treated fairly

diperlakukan

adil

understandng

mengerti

understood

dimengerti

valued

berharga

worthy

berguna

Di saat seseorang memiliki kebutuhan, orang tersebut pasti

mempunyai motivasi agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti

jika seseorang merasa lapar, dia pasti akan mencari makan untuk

memenuhi kebutuhan akan rasa lapar tersebut. Begitu juga dengan

seseorang yang memiliki kebutuhan emosional pasti orang tersebut

akan mencari pemenuhan kebutuhan emosionalnya (Stenberg, 2000).

Selama semua kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi segala

sesuatu jadi lancar dan manusia akan hidup bahagia. Pada

kenyataanya tidak semua kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi

(43)

tersebut tidak dapat terpenuhi semuanya. Kemampuan untuk

mengelola emosi diperlukan untuk dapat mengatasi rasa frustrasi dan

stress karena kebutuhan yang tidak terpenuhi tersebut, agar manusia

dapat menemukan kembali kebahagiaan hidupnya.

Mengelola emosi menurut Goleman (2003) yaitu kemampuan

untuk dapat menghibur diri di saat emosi muncul, tanpa berusaha

untuk menekan emosi yang dirasakan dan juga tidak terlarut dalam

emosi tersebut tetapi berusaha untuk mencari keseimbangan dari emosi

yang dialami. Pemikir psikoanalitis Bowbly dan Winnicott

mengungkapkan seni menghibur diri merupakan salah satu alat

kejiwaan yang paling penting dalam mengelola emosi(Goleman,

2003).

Menurut Goleman (1998) unsur-unsur dalam mengelola emosi

meliputi kompetensi-kompetensi:

a)

Mengontrol emosi.

Seseorang yang dapat mengontrol emosinya tidak akan terpengaruh

dengan situasi stress dan bisa berdamai dengan orang yang

memusuhi dirinya tanpa mempunyai dendam.

b)

Dapat dipercaya.

(44)

dan berani mengatakan salah jika memang orang lain berbuat

salah.

c)

Mendengarkan kata hati.

Orang yang mampu mendengarkan kata hatinya, dia mempunyai

displin diri, berhati-hati dalam melakukan sesuatu dan bertanggung

jawab atas perbuatannya serta cermat/teliti dalam melakukan

sesuatu.

d)

Menyesuaikan diri dalam segala situasi.

Orang yang mampu menyesuaikan diri, lebih terbuka dengan

informasi baru, kreatif, dan tetap dapat merasa nyaman walaupun

dirinya sedang mengalami kecemasan dengan begitu dirinya dapat

berpikir “out of the box”.

e)

Berinisiatif.

Orang yang memiliki inisiatif memiliki sudut pandang yang luas

dan bersikap proaktif.

Bradberry dan Greaves (2007) mengungkapkan unsur-unsur

mengelola emosi sebagai berikut:

a)

Berusaha untuk akrab dengan ketidaknyamanan, karena perasaan

tidak nyaman dapat memberikan informasi yang dibutuhkan

seseorang sehingga dapat membuat seseorang belajar sesuatu.

b)

Mengelola kecenderungan diri.

(45)

d)

Mampu menenangkan diri dan melihat suatu permasalahan yang

sedang dihadapi dengan perasaan netral.

e)

Berhati-hati dan cermat dalam mengambil keputusan.

f)

Mampu berbicara dengan diri sendiri atau melakukan

“self talk”.

g)

Meminta bantuan dari orang lain untuk memberikan pendapat

tentang anda dan situasi yang sedang dihadapi sehingga dapat

memandang suatu masalah dari beberapa sudut pandang. Misalnya

apakah orang lain melihat jika seseorang yang sedang mengalami

suatu permasalahan seringkali terbawa emosi atau tidak? dengan

begitu akan membuka wawasan yang baru, dan lain-lain.

Mayer dan Salovey (1997) menyebutkan salah satu unsur dari

kecerdasan emosional adalah

"perception, appraisal, and expression of

emotion"

maksudnya menanggapi emosi yang sedang dirasakan

kemudian menafsirkannya dan mengekspresikan emosi yang

dirasakan. Jika dilihat dari pengertiannya maka

"perception, appraisal,

and expression of emotion"

dapat melengkapi faktor mengelola emosi

yang diungkapkan oleh Goleman (2001; 2003). Menurut Mayer dan

(46)

a)

"Ability to identify emotion in one's pshycal states, feelings, and

thoughts".

Kemampuan untuk mengidentifikasikan emosi yang dirasakan

secara tepat. Contohnya, di saat seseorang merasakan jantungnya

berdebar keras, badannya gemetar dan berkerigat, merasa sulit

bernapas atau tersengal-sengal orang tersebut mengetahui jika

dirinya sedang merasa takut karena dia berpikir bahwa dirinya

sedang dikejar-kejar sesuatu yang akan menyakitinya.

Jika di lihat dari contoh di atas terlihat adanya keselarasan antara

reaksi yang dialami tubuh, perasaan dan pikiran.

b)

"Ability to identify emotions in other people, designs, artwork, etc.

Through language, sounds, appereance, and behavior".

Kemampuan untuk mengidentifikasikan emosi-emosi pada orang

lain, desain, karya seni dan lain-lain. Mengidentifikasikan emosi

pada desain atau karya seni maksudnya pada saat seseorang

membuat suatu desain atau suatu karya seni si pembuat mempunyai

maksud yang ingin disampaikan pada orang lain. Orang yang

mampu mengelola emosi yang ada di dalam diri dapat

mengidentifikasikan emosi yang dirasakan oleh orang lain dan

dapat mengidentifikasikan emosi yang ingin diungkapkan pada

sebuah desain, karya seni dsb.

(47)

diungkapkan dengan cara yang sama oleh manusia di seluruh

belahan dunia, yaitu: (dari arah kiri atas ke kanan) ekspresi marah,

takut, jijik ; (dari arah kiri bawah ke kanan) ekspresi terkejut,

bahagia, sedih.

c)

"Ability to express emotions accurately, and to express needs

related to those feelings".

(48)

d)

"Ability to discriminate between accurate and inaccurate, or

honest versus dishonest expressions of feeling".

Kemampuan untuk dapat membedakan ekspresi perasaan yang

tepat dan jujur, dan ekspresi yang tidak tepat dan berbohong.

Kecerdasan emosi dimiliki oleh pribadi, dan seseorang yang cerdas

secara emosional dapat mengetahui ekspresi emosi tipuan dengan

ekspresi emosi yang benar.

Dalam Hein (2006)

"balance"

dapat mendukung mengelola

emosi yang diungkapkan oleh Goleman (2003).

"Balance"

diartikan

sebagai kemampuan untuk dapat menyelaraskan pikiran dan perasaan.

Jika seseorang mampu untuk menyelaraskan antara pikiran dan

perasaan

maka

di

saat

mengambil

keputusan

atau

ingin

mengekspresikan emosi dapat dilakukan dengan tepat tanpa merugikan

siapapun dan akhirnya dapat membawa kebahagiaan hidup. Hein

(2006) memberikan latihan untuk menyeimbangkan pikiran dan

perasaan.

a)

"Cognitive distortions"

.

(49)

karena kebahagiaan didapat saat ada keseimbangan antara emosi

dan pikiran

Cara untuk mengatasi

"cognitive distortion" agar dapat

menyeimbangkan perasaan dan pikiran sehingga seseorang dapat

berpikir dengan jernih adalah dengan "self-talk" dan menggunakan

kesadaran untuk melihat emosi yang dialami sebagai sebuah emosi

karena ada suatu kejadian bukan karena biasanya emosi memang

seperti itu.

b)

"Impulse control".

Mampu mengendalikan dorongan hati merupakan kemampuan

yang amat penting dalam kecerdasan emosional.

c)

"Delaying gratification".

Mampu bersabar dalam melakukan sesuatu agar mendapatkan hasil

yang lebih baik lagi.

d)

"

Emotional detachment".

Mampu tidak terpengaruh oleh emosi yang sedang dialami.

(50)

menyeimbangkan emosi yang muncul tanpa berusaha untuk menekan

dan terlarut dalam emosi yang sedang dirasakan kemudian

mengartikan emosi yang dirasakan dan dapat mengekspresikannya

dengan tepat. Terdapat beberapa unsur yang tidak dimasukkan

kedalam kesimpulan mengelola emosi dibawah ini, karena unsur-unsur

tersebut lebih tepat dimasukkan ke dalam kategori meningkatkan

kecerdasan emosional terutama mengelola emosi. Jadi kesimpulan

unsur-unsur mengelola emosi berdasarkan pendapat Goleman (1998),

Bradberry dan Greaves (2007), dan Mayer dan Salovey (1997) yaitu:

a)

Mampu mengontrol emosi.

Orang yang mampu mengontrol emosi tidak akan terpengaruh

dengan situasi stress, mampu menenangkan diri dan bisa berdamai

dengan orang yang memusuhinya tanpa mempunyai dendam.

Dengan kata lain keadaan-keadaan yang disebutkan di atas dapat

disebut juga dengan berusaha akrab dengan keadaan tidak nyaman,

karena keadaan tidak nyaman membawa informasi yang harus

didengarkan. (Goleman, 1998 ; Bradberry & Graves, 2007).

b)

Kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara tepat serta

kebutuhan yang menyertai perasaan tersebut (Mayer dan Salovey,

1997).

(51)

d)

Kemampuan untuk mengidentifikasikan emosi yang dirasakan

orang lain, karya seni, dan lain-lain melalui nada bicara, bahasa,

penampilan dan tingkah laku (Mayer dan Salovey, 1997).

e)

Dapat dipercaya.

Orang yang dapat dipercaya mampu menunjukkan keselarasan

antara tingkah laku dengan nilai hidup dan prinsip hidupnya serta

kehendak dan perasaannya. Seseorang yang dapat dipercaya juga

berani mengakui kesalahan yang pernah dilakukan dan berani

mengatakan salah jika ada orang yang berbuat salah (Goleman,

1998).

f)

Mendengarkan kata hati.

Orang yang mendengarkan kata hatinya mempunyai disiplin diri,

berhati-hati dan cermat dalam memutuskan sesuatu, dan

bertanggung jawab atas perbuatannya (Goleman, 1998 ; Bradberry

dan Greaves, 2007).

g)

Mampu mengendalikan diri dalam segala situasi.

Orang yang mampu menyesuaikan diri lebih terbuka dengan

informasi baru, kreatif, berusaha tetap tenang walaupun merasa

cemas sehingga dapat melihat suatu permasalahan yang sedang

dihadapi dengan perasaan netral (Goleman, 1998 ; Bradberry dan

(52)

h)

Memiliki inisiatif.

Orang yang berinisiatif memiliki sudut pandang yang luas dan

bersikap proaktif (Goleman, 1998 ; Bradberry dan Greaves, 2007).

3)

Kecenderungan-kecederungan dalam Menangani Emosi

Mayer (Goleman, 2003) mengatakan bahwa orang yang

memiliki kecenderungan diri dalam menangani dan mengatasi emosi

mereka, yaitu:

a)

Sadar diri. Orang yang memiliki kemampuan mengenal emosi lebih

peka dengan suasana hati, memiliki kejernihan pikiran akan emosi,

cenderung berpendapat positif tentang hidup, memiliki kesehatan

jiwa yang bagus, mandiri dan yakin akan batas-batas yang mereka

bangun. Misalnya saat sedang merasakan suasana hati yang jelek

tidak akan mudah terpengaruh dan terlarut di dalamnya. Mereka

lebih mudah melepaskan diri dari suasana itu. Pendek kata

ketajaman pola pikir yang menjadi penolong untuk mengatur emosi.

b)

Tenggelam dalam permasalahannya. Orang yang tenggelam dalam

permasalahan yang dihadapi seringkali merasa dikuasai oleh emosi

dan merasa tak berdaya untuk melepaskan diri, mudah marah dan

amat tidak peka dengan perasaannya, sehingga larut dalam

perasaan-perasaannya tersebut tanpa berusaha untuk mempunyai

pandangan baru. Seolah-olah suasana hati telah mengambil alih diri

(53)

berupaya melepaskan diri dari suasana hati yang jelek, sering

merasa kalah dan secara emosional lepas kendali.

c)

Pasrah

.

Orang yang pasrah cenderung peka dengan perasaan yang

dirasakan, menerima suasana hati mereka dan tidak berusaha untuk

mengubahnya. Pasrah terbagi menjadi dua yaitu: orang-orang yang

terbiasa dengan suasana hati senang, dan memiliki motivasi yang

rendah untuk mengubahnya; dan orang-orang yang peka akan

perasaannya, rawan terhadap suasana hati yang jelek tetapi

menerimanya dengan sikap cuek, tidak melakukan apapun untuk

mengubahnya walaupun merasa tertekan.

Bagi orang yang memiliki kecenderungan tenggelam dalam

permasalahannya dan pasrah dalam mengatasi emosi yang sedang

begejolak dalam diri, sangat disayangkan; karena mereka buta dengan

emosi yang terjadi dalam diri mereka. Padahal sesungguhnya emosi itu

dapat dipergunakan sebagai penolong bagi orang yang dapat

memanfaatkannya.

Berbeda

dengan

orang

yang

memiliki

kecenderungan sadar diri dalam mengatasi emosi yang sedang

bergejolak dalam dirinya, akan lebih sukses kehidupannya karena

orang dengan kecenderungan sadar diri peka dengan suasana hatinya

sehingga dapat memanfaatkan emosi yang sedang terjadi sebagai

(54)

B.

Siswa Kelas X

Siswa kelas X adalah remaja dengan rentang usia antara 15-19 tahun.

Menurut Hurlock (1996) masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan

tekanan” yaitu suatu masa ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari

perubahan fisik dan kelenjar tubuh. Remaja bisa dikatakan sudah mencapai

kematangan emosi apabila sudah mampu menunggu saat dan tempat yang

tepat untuk mengungkapkan emosinya. Hurlock (1996) menyatakan:

Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan

emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya

dihadapan orang lain melainkan menuggu saat dan tempat yang lebih

tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat

diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain adalah individu menilai

situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional,

tidak lagi bereaksi tanopa berpikir seperti anak-anak atau orang yang

tidak matang. Dengan demikian, remaja mengabaikan banyak

rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Akhirnya,

remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil,

tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati

yang lain, seperti dalam periode sebelumnya.

(55)

mendukung menjadikan remaja yang bersangkutan merasa gelisah,

cemas, apatis, sepi, takut, bingung sehingga sulit untuk mencapai

kematangan emosional.

Dalam

menghadapi

ketidaknyamanan

secara

emosional,

kebanyakan remaja bereaksi negatif, sebagai upaya untuk melindungi

kelemahan dirinya. Reaksi negatif itu tampil dalam tingkah laku salah

suai, seperti perilaku agresif (melawan, keras kepala, berkelahi dan

senang mengganggu), melarikan diri dari kenyataan, misalnya

melamun, menyendiri.

Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar

memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan

reaksi emosional. Hurlock (1996) menyatakan bahwa orang yang

dipercaya remaja adalah sahabat, yaitu orang yang kepadanya remaja

bersedia mengutarakan pelbagai kesulitannya.

C.

Bimbingan

1.

Pengertian Bimbingan

Menurut Grow (Juhana, 1988) bimbingan adalah bantuan yang

diberikan oleh orang yang berwenang dan terlatih kepada individu dari

segala umur untuk mengatur kegiatannya sendiri, mengembangkan

pandangannya

sendiri,

mengambil

keputusannya

sendiri.

Jones

berpendapat (Juhana, 1988) bimbingan adalah bantuan yang diberikan

(56)

pilihan-pilihannya, penyesuaian-penyesuaiannya, untuk memecahkan masalah

dengan harapan supaya individu yang dibantu dapat berkembang secara

bebas sehingga akhirnya ia dapat memikul tanggung jawab.

Menurut Schetzer dan Stone (Winkel, 1997) bimbingan adalah

proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan

lingkungan hidupnya. Bimbingan menurut Natawidjaja (Winkel, 2004)

adalah

proses

pemberian

bantuan

kepada

individu

secara

berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya

sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai

dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Dari berbagai pendapat tentang bimbingan tersebut dapat

disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang

diberikan orang yang terlatih dan berwenang kepada individu agar dapat

memahami dirinya sendiri, dan bertanggung jawab terhadap

keputusan-keputusan yang dibuatnya sesuai dengan tuntutan orang tua, lingkungan

sekitar dan masyarakat.

2.

Pengertian Bimbingan Klasikal.

Menurut Winkel (1997) bimbingan klasikal adalah proses bimbingan

yang diikuti oleh seluruh siswa/i dalam kelas pada tingkatan kelas tertentu

dan pada waktu yang telah ditetapkan pada jadwal pelajaran, jadi konselor

sekolah dapat memberikan bimbingan di dalam kelas.

(57)

misalnya mengetahui kelebihan diri, cara berpacaran yang tepat, dan

lain-lain. Materi bimbingan berkisar pada masalah pribadi, pribadi sosial,

karier, dan belajar.

3.

Tujuan Bimbingan

Menurut Winkel & Hastuti (2004) tujuan bimbingan adalah

a.

Supaya setiap sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri.

b.

Menjamin perkembangan dirinya seoptimal mungkin.

c.

Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.

d.

Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan

berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik

padanya.

e.

Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara

memuaskan.

D.

Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Emosi

dan Mengelola Emosi dan Cara-cara Meningkatkannya.

1.

Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Kemampuan mengenal Emosi

dan Mengelola Emosi.

Dilihat dari tujuan bimbingan yang disebutkan oleh Winkel dan

Hastuti (2004) dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan mencakup

(58)

jawab atas kehidupan pribadinya dan dapat menciptakan kehidupan yang

efektif serta produktif dengan orang lain.

Kecerdasan emosional terbagi menjadi dua kompetensi yaitu

kompetensi personal dan kompetensi sosial. Penulis mengungkapkan

kompetensi personal karena kompetensi personal lebih pada diri sendiri

alasannya karena menurut beberapa ahli seperti yang sudah dijabarkan

pada bagian A.2.b, kompetensi personal merupakan inti dari kecerdasan

emosional. Kompetensi personal tsb terdiri dari dua unsur yaitu mengenal

emosi dan mengelola emosi.

Setelah ditinjau dari tujuan bimbingan dan kedua unsur dari

kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi, dapat

dilihat ada keterkaitan diantara keduanya. Keterkaitan itu adalah

kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi yang

lebih berpusat pada diri sendiri ada kaitannya dengan perkembangan diri

yang seoptimal mungkin sehingga dapat bertanggung jawab atas

kehidupan pribadinya.

(59)

seoptimal mungkin sebagai seorang pribadi, sedangkan kompetensi

personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi dapat berkembang

lewat belajar yang terus menerus. Mc Cluskey (1997) juga mengatakan

menurut penelitian para ahli bahwa dimungkinkan mengajarkan

kecerdasan emosional di sekolah, karena kecerdasan emosional lebih

mudah diajarkan pada masa anak-anak hingga remaja. Melihat hal

tersebut, maka melalui bimbingan diharapkan dapat membantu individu

untuk mengembangkan kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan

mengelola emosi.

2.

Cara-cara Meningkatkan Kompetensi Personal (Mengenal Emosi dan

Mengelola Emosi)

Kompetensi personal yaitu kemampuan mengenal emosi dan

kemampuan mengelola emosi merupakan faktor yang penting dalam

kecerdasan emosional. Untuk dapat meningkatkannya dibutuhkan suatu

usaha untuk belajar membiasakan diri dengan beberapa keterampilan

menurut Goleman (2003), yaitu:

a)

Keterampilan mengidentifikasi dan memberi nama pada perasaan

yang dialami.

(60)

tidak nyaman menjadi sesuatu yang dapat dirumuskan dan memiliki

batasan.

Gottman (1998) mengatakan bahwa :

"Studi-studi memperlihatkan bahwa tindakan memberi nama emosi

sewaktu kita mengalaminya dapat berefek menenteramkan sistem

syaraf. Ini dapat diartikan bahwa apabila kita berbicara mengenai

sebuah emosi sewaktu emosi kita mengalaminya, akan mengaktifkan

belahan otak kiri yang merupakan pusat bahasa dan penalaran".

Menurut Lloyd (Sinurat, 1999) ada empat perasaan dasar manusia,

beberapa perasaan merupakan kombinasi dari dua atau lebih dari

empat kategori, yaitu:

1)

Marah : jengkel, terganggu, gusar, berang, geram.

2)

Sedih : muram, kecewa, murung, pilu, terluka.

3)

Senang : puas, bahagia, riang, gembira, bergairah.

4)

Takut : cemas, khawatir, prihatin, gugup, bimbang.

5)

Kombinasi

: bersalah, cemburu, frustasi, malu, bingung.

Menurut Goleman (2000) emosi digolongkan menjadi:

1)

Amarah

: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,

kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,

tindak kekerasan, dan kebencian patologis.

(61)

4)

Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, ringan, sen

Gambar

Tabel 1. Jumlah siswa kelas X
Tabel 2. Jumlah Siswa Kelas X
Tabel 3. Kisi-kisi Item Kuesioner Kompetensi Personal Mengenal Emosi dan Mengelola Emosi
Tabel 4. Kategori tingkat kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pemantauan kontaminasi udara agar dapat diambil tindakan untuk keselamatan radiasi, bilamana tingkat radioaktivitas α atau β dapat membahayakan personil dan/atau

produk tas tiruan di Kota Denpasar. Pengetahuan produk akan menentukan keputusan pembelian dan secara tidak langsung berpengaruh juga nantinya pada intensitas pembelian.

Dari uraian-uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa meskipun tidak terdapat kesepakatan di antara para ahli/peneliti, kata makian dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi minyak ikan sebagai sumber vitamin-mineral pada level 100 ml dalam ransum babi landrace fase

Ketua STPP Malang yang selanjutnya disebut Ketua adalah Pimpinan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan,

Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskuler koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan

Dari hal-hal tersebut diatas terlihat bahwa semua syarat terpusat pada satu maksud yaitu penilaian illat yang diakui oleh syar’i. Syarat untuk menemukan illat atau Mas}lah}ah

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan