BAB II : KAJIAN PUSTAKA D. Peran bimbingan dalam meningkatkan kemampuan 1. Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Kemampuan mengenal Emosi dan Mengelola Emosi. Dilihat dari tujuan bimbingan yang disebutkan oleh Winkel dan Hastuti (2004) dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan mencakup perkembangan diri yang seoptimal mungkin sehingga dapat bertanggung jawab atas kehidupan pribadinya dan dapat menciptakan kehidupan yang efektif serta produktif dengan orang lain. Kecerdasan emosional terbagi menjadi dua kompetensi yaitu kompetensi personal dan kompetensi sosial. Penulis mengungkapkan kompetensi personal karena kompetensi personal lebih pada diri sendiri alasannya karena menurut beberapa ahli seperti yang sudah dijabarkan pada bagian A.2.b, kompetensi personal merupakan inti dari kecerdasan emosional. Kompetensi personal tsb terdiri dari dua unsur yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi. Setelah ditinjau dari tujuan bimbingan dan kedua unsur dari kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi, dapat dilihat ada keterkaitan diantara keduanya. Keterkaitan itu adalah kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi yang lebih berpusat pada diri sendiri ada kaitannya dengan perkembangan diri yang seoptimal mungkin sehingga dapat bertanggung jawab atas kehidupan pribadinya. Dari keterkaitan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bimbingan dapat berperan dalam membantu meningkatkan kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi. Kesimpulan tersebut didapat setelah ditinjau dari pengertian bimbingan dan tujuan bimbingan yang mengatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan orang yang terlatih dan berwenang kepada individu secara terus menerus dan berkesinambungan agar individu dapat berkembang seoptimal mungkin sebagai seorang pribadi, sedangkan kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi dapat berkembang lewat belajar yang terus menerus. Mc Cluskey (1997) juga mengatakan menurut penelitian para ahli bahwa dimungkinkan mengajarkan kecerdasan emosional di sekolah, karena kecerdasan emosional lebih mudah diajarkan pada masa anak-anak hingga remaja. Melihat hal tersebut, maka melalui bimbingan diharapkan dapat membantu individu untuk mengembangkan kompetensi personal yaitu mengenal emosi dan mengelola emosi. 2. Cara-cara Meningkatkan Kompetensi Personal (Mengenal Emosi dan Mengelola Emosi) Kompetensi personal yaitu kemampuan mengenal emosi dan kemampuan mengelola emosi merupakan faktor yang penting dalam kecerdasan emosional. Untuk dapat meningkatkannya dibutuhkan suatu usaha untuk belajar membiasakan diri dengan beberapa keterampilan menurut Goleman (2003), yaitu: a) Keterampilan mengidentifikasi dan memberi nama pada perasaan yang dialami. Mengidentifikasikan dan memberi nama pada perasaan yang dialami membantu seseorang mengubah suatu perasaan yang tidak jelas dan tidak nyaman menjadi sesuatu yang dapat dirumuskan dan memiliki batasan. Gottman (1998) mengatakan bahwa : "Studi-studi memperlihatkan bahwa tindakan memberi nama emosi sewaktu kita mengalaminya dapat berefek menenteramkan sistem syaraf. Ini dapat diartikan bahwa apabila kita berbicara mengenai sebuah emosi sewaktu emosi kita mengalaminya, akan mengaktifkan belahan otak kiri yang merupakan pusat bahasa dan penalaran". Menurut Lloyd (Sinurat, 1999) ada empat perasaan dasar manusia, beberapa perasaan merupakan kombinasi dari dua atau lebih dari empat kategori, yaitu: 1) Marah : jengkel, terganggu, gusar, berang, geram. 2) Sedih : muram, kecewa, murung, pilu, terluka. 3) Senang : puas, bahagia, riang, gembira, bergairah. 4) Takut : cemas, khawatir, prihatin, gugup, bimbang. 5) Kombinasi : bersalah, cemburu, frustasi, malu, bingung. Menurut Goleman (2000) emosi digolongkan menjadi: 1) Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis. 2) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri sendiri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat. 3) Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, kecut, fobia, panik. 4) Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, ringan, senang, terhibur, bangga, kenikmatan duniawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan yang luar biasa, senang, senang sekali. 5) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran. 6) Terkejut : terkejut, terkesima, takjub, terpana. 7) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu : rasa bersalah, malu, sesal, hina, aib, hati hancur lebur. b) Keterampilan untuk mengungkapkan perasaan dengan baik. Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan untuk menyalurkan perasaan yang memberatkan atau membebani hidup seseorang secara positif. Dengan kata lain beban dapat berkurang tetapi tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain. Hein (2006) dan Johnson (dalam Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi) dan menyebutkan cara untuk mendeskripsikan perasaan, yaitu: Saya merasa ……… (titik-titik diisi dengan nama perasaan sesuai dengan yang dialami), contoh : saya merasa marah. Menggunakan bahasa kiasan dari perasaan yang dialami, misalnya “kepala saya serasa ditusuk seribu jarum mengerjakan soal matematika ini”. Mengatakan suatu bentuk tindakan yang ingin dilakukan karena terdorong oleh perasaan yang sedang dialami, misalnya “saya merasa seperti ingin mencubitmu dengan keras” untuk mendeskripsikan perasaan jengkel. Menggunakan kiasan dari kata-kata, misalnya untuk mendeskripsikan perasaan kecewa atau kehilangan seseorang mengatakan “saya merasa seperti layang-layang yang putus dari benang dan kehilangan arah”. Johnson (dalam Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi) mengungkapkan beberapa akibat yang timbul apabila perasaan tidak diungkapkan secara baik: 1) Menyangkal dan menekan dapat menciptakan aneka masalah dalam hubungan antarpribadi. 2) Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulitkan dalam memahami dan mengatasi aneka masalah yang terlanjur timbul dalam hubungan antar pribadi. 3) Menyangkal perasaan dapat meningkatkan kecenderungan untuk melakukan persepsi secara selektif 4) Menekan perasaan dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan dalam penilaian 5) Dalam mengungkapkan perasaan yang tidak lugas-efektif sering justru tersirat tuntutan-tuntutan tertentu. c) Keterampilan untuk mengukur intensitas perasaan. Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan untuk mengetahui secara akurat derajat kedalaman dari perasaan. Misalnya apakah perasaan tersebut dangkal sehingga mudah untuk dilupakan dan kurang berkesan atau cukup dalam sampai masuk ke hati atau memang benar-benar mendalam sehingga sulit untuk dilupakan. d) Keterampilan untuk menunda pemuasan Kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan untuk tidak segera memenuhi kebutuhan yang sedang menekan hidupnya, melainkan menunda kebutuhan sampai hal itu sudah tidak terlalu menekan lagi. Mampu bersabar dalam melakukan sesuatu agar mendapatkan hasil yang lebih baik (Hein, 2006). e) Keterampilan untuk mengendalikan dorongan hati Kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan untuk menahan atau meyalurkan dorongan hati yang sekiranya akan menimbulkan akibat merugikan diri sendiri atau orang lain. Hein (2006) juga menyebutkan bahwa mengendalikan dorongan hati merupakan kemampuan yang penting. f) Keterampilan untuk mengurangi stres Kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan untuk menerima dan menyalurkan ketegangan-ketegangan yang dialami akibat tuntutan keadaan atau kebutuhan. g) Keterampilan untuk mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan. Setiap orang memiliki berbagai macam perasaan ada perasaan positif dan negatif. Tetapi tidak semua perasaan perlu diikuti dengan suatu tindakan apabila tindakan tersebut dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. h) Keterampilan kognitif, seperti: 1) Bicara sendiri, melakukan "dialog batin" atau “self talk” sebagai cara untuk menghadapi suatu masalah atau menentang atau memperkuat perilaku diri sendiri (Hein, 2006). 2) Membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial. Misalnya mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku dan melihat diri sendiri dalam perspektif masyarakat yang lebih luas. 3) Menggunakan langkah-langkah bagi penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Misalnya, mengendalikan dorongan hati, menentukan saran, mengidentifikasikan tindakan-tindakan alternatif, memperhitungkan akibat-akibat yang mungkin. 4) Memahami sudut pandang orang lain. 5) Memahami sopan santun (perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak). 6) Sikap positif terhadap kehidupan. 7) Mengenal emosi. Misalnya, mengembangkan harapan-harapan yang realistis dengan diri sendiri. i) Keterampilan perilaku 1) Nonverbal. Berkomunikasi melalui hubungan mata, ekspresi wajah, nada suara, gerak-gerik, dan seterusnya. 2) Verbal. Mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, menolong sesama, ikut serta dalam kelompok-kelompok yang positif. Keterampilan-keterampilan yang telah dijabarkan di atas meliputi kemampuan mengidentifikasikan perasaan yang dirasakan kemudian menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran agar menghasilkan suatu perilaku yang tidak merugikan bagi diri sendiri dan orang lain, melainkan menghasilkan perilaku yang dapat menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam dokumen Deskripsi kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi pada siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan klasikal - USD Repository (Halaman 57-66)