ABSTRAK
PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun
Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam Mengikuti
Bimbingan Klasikal)
Anastasia Melani Widiaswari Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan mengenai upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 112 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang terdiri dari 52 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar. Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 23 (20,53%) siswa kelas X memiliki tingkat partisipasi aktif yang sangat tinggi dalam mengikuti bimbingan klaskikal, 67 (59,82%) siswa yang memiliki tingkat partisipasi aktif yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal, 22 (19,64%) siswa memiliki partisipasi aktif yang sedang dalam mengikuti bimbingan klasikal, dan tidak ada siswa yang memiliki partisipasi rendah maupun sangat rendah dalam mengikuti bimbingan klasikal. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap capaian skor butir-butir pernyataan yang rendah maka, akan diberikan usulan program upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
Kata kunci: partisipasi aktif siswa SMA, hasil partisipasi aktif, usulan program
bimbingan klasikal
ACTIVE PARTICIPATION IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE (Level of Active Participation of Students Grade X Pangudi Luhur Sedayu
Senior High School Academic Year 2015/2016 in Following Classical Guidance and Its Implications Towards Proposed Active Participation for
Improvement in Following Classical Guidance)
Anastasia Melani Widiaswari Sanata Dharma University
2016
This is a descriptive quantitative research. This study is aimed to get a description of active participation of students grade X SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2015/2016 in following a classical guidance. In addition, this study is also aimed to provide feedback on some efforts to increase students active participation in following classical guidance.
The type of this research is a descriptive research with a survey approach. The subjects were students of grade X who were totally 112 students in number. The research instrument was a questionnaire of Students Active Participation in Following Classical Guidance consisting of 52 items that were developed based on the Likert model on scale determination technique. Data analysis technique in this study was conducted by making a score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the students active participation in following classical guidance based on a normal distribution with a continuum of levels according to Anwar. This categorization was composed of five levels, namely the category of very high, high, medium, low and very low.
The result shows that 23 (20.53%) students of grade X have a very high level of active participation in following classical guidance; 67 (59.82%) students have a high level of active participation in following classical guidance; 22 (19.64%) students have a medium level of active participation in following classical guidance, and no student has a low and very low level of active participation in following classical guidance. Based on the analysis and discussion on the outcomes scores of each low items, there will be a proposed program of efforts to increase the students active participation in following the classical guidance.
PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL
(Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu
Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan
Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam
Mengikuti Bimbingan Klasikal)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Anastasia Melani Widiaswari NIM: 111114007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL
(Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu
Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan
Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif
dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Anastasia Melani Widiaswari NIM: 111114007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO dan PERSEMBAHAN
It is better to fail in the attempt, rather than fail but not doing anything
Life is a succession of lessons which must be lived be understood
(Hellen Keller)
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Lukas 11:9)
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus
2. SMA Pangudi Luhur Sedayu
3. Orangtua tersayang Bapak YC. Kusriyanto dan Ibu Yulianna Marni W
vii
ABSTRAK
PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu
Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam
Mengikuti Bimbingan Klasikal)
Anastasia Melani Widiaswari Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan mengenai upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 112 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang terdiri dari 52 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar. Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 23 (20,53%) siswa kelas X memiliki tingkat partisipasi aktif yang sangat tinggi dalam mengikuti bimbingan klaskikal, 67 (59,82%) siswa yang memiliki tingkat partisipasi aktif yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal, 22 (19,64%) siswa memiliki partisipasi aktif yang sedang dalam mengikuti bimbingan klasikal, dan tidak ada siswa yang memiliki partisipasi rendah maupun sangat rendah dalam mengikuti bimbingan klasikal. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap capaian skor butir-butir pernyataan yang rendah maka, akan diberikan usulan program upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
Kata kunci: partisipasi aktif siswa SMA, hasil partisipasi aktif, usulan program
viii
ABSTRACT
ACTIVE PARTICIPATION IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE (Level of Active Participation of Students Grade X Pangudi Luhur Sedayu Senior High School Academic Year 2015/2016 in Following Classical Guidance and Its Implications Towards Proposed Active
Participation for Improvement in Following Classical Guidance)
Anastasia Melani Widiaswari Sanata Dharma University
2016
This is a descriptive quantitative research. This study is aimed to get a description of active participation of students grade X SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2015/2016 in following a classical guidance. In addition, this study is also aimed to provide feedback on some efforts to increase students active participation in following classical guidance.
The type of this research is a descriptive research with a survey approach. The subjects were students of grade X who were totally 112 students in number. The research instrument was a questionnaire of Students Active Participation in Following Classical Guidance consisting of 52 items that were developed based on the Likert model on scale determination technique. Data analysis technique in this study was conducted by making a score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the students active participation in following classical guidance based on a normal distribution with a continuum of levels according to Anwar. This categorization was composed of five levels, namely the category of very high, high, medium, low and very low.
The result shows that 23 (20.53%) students of grade X have a very high level of active participation in following classical guidance; 67 (59.82%) students have a high level of active participation in following classical guidance; 22 (19.64%) students have a medium level of active participation in following classical guidance, and no student has a low and very low level of active participation in following classical guidance. Based on the analysis and discussion on the outcomes scores of each low items, there will be a proposed program of efforts to increase the students active participation in following the classical guidance.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat,
rahmat, dan pendampingan-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Berkat rahmat dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan motivasi dan
semangat untuk tekun dalam proses penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling, yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini dan
tidak lelah memberikan dukungan semangat.
2. Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar, tulus, dan besar hati telah memberikan bimbingan, dukungan,
masukan, waktu, gagasan, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.
4. Mas Moko yang dengan sabar dan ramah membantu penulis dalam mengurus
dan menyelesaikan urusan administrasi.
5. SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan kesempatan untuk
x
selaku Kepala Sekolah dan Ibu Cicilia Eni Sumini selaku guru Bimbingan
dan Konseling.
6. Seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran
2015/2016, atas kesediaannya dalam mengisi kuesioner.
7. Kedua orang tua, Bapak YC. Kusriyanto dan Ibu Yulianna Marni W yang tak
henti-hentinya memberikan dukungan doa, semangat, motivasi, perhatian,
dan cinta.
8. Adik tersayang Leo Sentanu Lucky W, yang memberikan semangat, doa,
dukungan serta motivasi kepada penulis agar lekas menyelesaikan tugas
akhir ini.
9. Budhe Yulia Chatarina Mardiati, ALMA, yang telah memberikan dukungan
secara rohani maupun jasmani kepada penulis. Cinta dan kasih sayangmu
untukku tak akan pernah terhalang oleh apapun.
10.Andrianus Pupung Bayu Nugroho, Natalia Puspita Damayanti, dan Tika Dwi
Aprilliani, kita bersama berjuang dan kita juga tahu bahwa akan ada rencana
indah dari Tuhan untuk kita. Tetap berbesar hati dan tak lelah mencari.
11.Maria Yunita Franayanti, Veronica Retno Pujihastuti, dan Firma Anggilia,
yang selalu saling mengingatkan untuk menyelesaikan salah satu tanggung
jawab ini dan tak lupa juga selalu memberikan doa serta cinta.
12.Seluruh teman-teman angkatan 2011 atas seluruh doa, dukungan, semangat,
kebersamaan, pengalaman, dan kenangan yang diberikan kepada penulis
xi
13.Teman-teman Himpunan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (2011/2012),
Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma (2012/2013),
Badan Eksekutif Universitas Sanata Dharma (2013/2014) atas motivasi
kehidupan yang tidak pernah didapat jika tidak melakakukan dan melaluinya.
14.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses
pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan yang
penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu,
besar harapan penulis untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak guna pembenahan dan pengembangan penelitian yang
lebih baik. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A.Hakikat Partisipasi ... 8
1. Pengertian Partisipasi ... 9
2. Aspek-aspek Partisipasi Aktif ... 9
3. Tahap-tahap Partisipasi Aktif ... 16
B.Hakikat Bimbingan Klasikal ... 17
1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 17
2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 18
3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 19
4. Ragam Bimbingan Klasikal ... 20
5. Metode-metode Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 21
a. Metode Ceramah ... 22
b. Metode Diskusi ... 24
c. Metode Sosiodrama ... 28
d. Metode Experiential Learning ... 29
C.Hakikat Remaja ... 32
1. Pengertian Remaja ... 32
2. Tugas Perkembangan Remaja ... 33
3. Ciri-ciri Remaja ... 34
4. Partisipasi Aktif Remaja dalam Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 37
B.Subyek Penelitian ... 37
C.Instrumen Penelitian ... 38
1. Kuesioner Partisipasi Aktif ... 38
2. Pemberian Skor ... 39
xiv
4. Validitas ... 41
5. Reliabilitas ... 44
D.Prosedur Pengumpulan Data ... 45
1. Tahap Persiapan ... 45
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulam Data ... 46
E.Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penghitungan Penelitian ... 49
1. Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 49
2. Analisis Butir Item yang Teridentifikasi Tinggi ... 51
B.Pembahasan ... 53
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 57
B.Keterbatasan Penelitian ... 58
C.Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Subjek Uji Coba Siswa Kelas X ... 38
Tabel 2. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas X ... 38
Tabel 3. Skoring Alternatif Jawaban ... 39
Tabel 4. Kisi-kisi Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X ... 40
Tabel 5. Hasil Penghitungan Korelasi Item Kuesioner ... 43
Tabel 6. Kriteria Guilford ... 44
Tabel 7. Norma Kategorisasi ... 47
Tabel 8. Kategorisasi Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu TahunAjaran 2015/2016 Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 50
Tabel 9. Penggolongan Item Partisipasi Aktif Siswa Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor ... 52
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Kategorisasi Partisipasi Aktif Siswa Kelas X
SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Penghitungan Reliabilitas dan Validitas ... 61
Lampiran 2. Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X
SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016
Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 69
Lampiran 3. Tabulasi Data Penghitungan ... 75
Lampiran 4. Usulan Program Peningkatan Partisipasi Aktif
Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu
Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti
Bimbingan Klasikal ... 81
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan
kegiatan pendidikan berupa pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan.
Pendidikan sekolah yang baik dapat ditunjukkan melalui proses dan hasil
belajar. Kegiatan bimbingan klasikal adalah salah satu proses yang
memungkinkan tercapainya tujuan yang diinginkan oleh sekolah. Winkel dan
Hastuti, (2006: 563) mengatakan bahwa bimbingan kelas/ klasikal adalah
pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu
yang bersamaan.
Pelaksanaan bimbingan klasikal membutuhkan perhatian penuh dari siswa,
agar dapat mengentaskan kebutuhan yang ada di dalam kelas tersebut. Winkel
dan Hastuti (2006: 31) juga mengatakan bahwa tujuan pelayanan bimbingan
adalah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin
perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab
sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai
potensi yang baik adanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi
dalam kehidupan ini secara memuaskan.
Bimbingan klasikal dilaksanakan oleh guru Bimbingan dan Konseling
bersama dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Pelaksanaan
bimbingan klasikal membutuhkan partisipasi aktif dari siswa. Partisipasi aktif
dapat diartikan sebagai keikutsertaan secara langsung dalam suatu kegiatan
dengan aktif. Guru Bimbingan dan Konseling mengajak siswa untuk
berpartisipasi secara aktif selama pelaksanaan bimbingan klasikal, seperti:
menyimak, memberi tanggapan, bertanya, mengungkapkan pendapat,
berdiskusi, menjawab pertanyaan yang diberikan pembimbing, memberikan
usul saran, dan menyimpulkan seluruh kegiatan bimbingan klasikal.
Partisipasi siswa sebaiknya didukung oleh suasana pelaksanaan bimbingan
klasikal yang menyenangkan, nyaman, menarik, dan tidak monoton. Hal
tersebut tidak dapat tercipta dengan sendirinya, melainkan juga membutuhkan
adanya kerjasama antara siswa dengan guru Bimbingan dan Konseling/
pembimbing. Selain faktor partisipasi aktif siswa, keberhasilan pelaksanaan
bimbingan klasikal adalah tersedianya sarana-sarana penunjang dan materi
bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Alasan peneliti melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu
karena peneliti mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Pangudi Luhur Sedayu yang
pelaksanaannya kurang lebih 5 minggu, mulai dari awal Januari sampai awal
kelas X Tahun Ajaran 2014/2015. Dari pelaksanaan PPL tersebut, peneliti
menemukan beberapa fenomena dimana siswa cenderung menunggu kegitan
bimbingan klasikal. Salah satu fenomena yang memperlihatkan antusias siswa
ketika mengetahui adanya jam BK masuk ke kelas mereka, yaitu pada saat
pagi hari ketika bersalaman, ada beberapa siswa menanyakan mengenai
materi apa yang akan disampaikan pada saat bimbingan klasikal. Meskipun
ada siswa yang menunggu adanya bimbingan klasikal, namun juga terdapat
siswa kelas X Tahun Ajaran 2014/2015 yang kurang bersemangat dalam
mengikuti bimbingan klasikal, meskipun tidak semua, hal-hal yang mereka
lakukan seperti ijin ke kamar mandi cukup sering, tidur-tiduran, mengobrol
hal lain dengan teman sebangku, dan mengerjakan tugas yang lain.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan PPL dan diskusi
dengan guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu, peneliti
tertarik untuk meneliti dan mengukur seberapa aktif partisipasi aktif siswa
kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2014/2015 dalam
mengikuti bimbingan klasikal namun, hal tersebut tidak dapat terwujud karena
peneliti mengalami beberapa kendala sehingga pelaksanaan penelitian
berlangsung pada Tahun Ajaran 2015/2016 dan siswa kelas X sudah berganti
menjadi kelas XI. Ketika hendak melaksanakan penelitian untuk kelas XI,
peneliti mendapatkan informasi bahwa kelas XI juga digunakan untuk
penelitian sehingga dikhawatirkan akan menghasilkan hasil yang berat
bagaimana jika diganti dengan kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dan peneliti
mendapatkan ijin.
Selama kurang lebih 3 hari peneliti melakukan obervasi pada 3 kelas X
Tahun Ajaran 2015/2016 untuk mendapatkan fenomena yang terjadi pada saat
bimbingan klasikal. Fenomena yang peneliti dapatkan selama melakukan
observasi yaitu siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 terdapat beberapa
siswa yang kurang tertarik dengan pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal itu
dapat peneliti amati pada saat terdapat siswa yang tidur-tiduran diatas meja,
mengobrol sendiri dengan teman tanpa mendengarkan pembahasan yang
sedang disampaikan oleh pembimbing, adapula siswa yang jalan-jalan ke meja
teman yang lain, dan ijin ke toilet terlalu sering. Selain melakukan obeservasi
dan mendapatkan beberapa fenomena, peneliti juga melakukan wawancara
singkat kepada beberapa siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 tentang
tanggapan mereka terhadap pelaksanaan bimbingan klasikal, peneliti menarik
kesimpulan bahwa ketika bimbingan klasikal berlangsung mereka
memanfaatkan untuk melepaskan penat dari tugas-tugas mata pelajaran, selain
itu terkadang siswa tidak cocok dengan pemaparan materi yang disampaikan
oleh pembimbing karena terkadang materi tersebut tidak dibutuhkan oleh
dirinya ataupun materi tersebut sering dipaparkan pada saat mereka berada
pada bangku SMP, dan sebagai sarana untuk curhat mengenai hal apapun.
Berdasarkan fenomena dan wawancara singkat dengan beberapa siswa serta
mengukur seberapa aktif partisipasi siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016
dalam mengikuti bimbingan klasikal.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat
partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal dapat
diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Ada indikasi kurang aktifnya siswa dalam berpartisipasi mengikuti
proses bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Sebagian siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu belum
sepenuhnya mengikuti pelaksanaan bimbingan klasikal dengan
sungguh-sungguh.
3. Sebagian siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu merasa tidak
sesuai dengan penyampaian oleh pembimbing mengenai materi
bimbingan klasikal.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus diarahkan pada menjawab masalah-masalah
yang teridentifikasi di atas. Khususnya masalah mengenai seberapa tinggi
tingkat partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan klasikal pada
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Seberapa tinggi partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan
klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran
2015/2016?
2. Upaya-upaya apa saja yang mendukung guru Bimbingan dan Konseling
SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam meningkatkan partisipasi aktif siswa
kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 pada pelaksanaan bimbingan klasikal?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan seberapa aktif partisipasi siswa kelas X dalam me-ngikuti
bimbingan klasikal di SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran
2015/2016.
2. Mengusulkan upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa kelas X
SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti
bimbingan klasikal.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pengetahuan mengenai upaya-upaya yang dapat
klasikal, pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran
2015/2016.
2. Manfaat Praktis
Bagi guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu.
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan
oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk melihat seberapa tinggi tingkat
partisipasi aktif siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti
pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu, guru Bimbingan dan Konseling
juga dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya yang dapat diberikan
kepada siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 untuk dapat meningkatkan
partisipasi aktif mereka dalam mengikuti bimbingan klasikal.
G. Definisi Istilah
Berikut ini dijelaskan definisi dari istilah pokok yang digunakan dengan
tujuan untuk memperjelas maksud penelitian ini:
1. Partisipasi aktif merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan
secara aktif.
2. Bimbingan klasikal merupakan bimbingan kepada sekelompok orang
dalam waktu yang bersamaan dan melaksanakan program yang
disesuaikan dengan survei kebutuhan siswa.
3. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal mencakup
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakikat partisipasi aktif, hakikat bimbingan klasikal, dan
hakikat remaja.
A. Hakikat Partisipasi Aktif 1. Pengertian Partisipasi Aktif
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yang berarti
turut berperan serta atau pengambilan bagian dalam suatu kegiatan.
Partisipasi yang melibatkan pribadi seseorang semestinya juga melibatkan
seluruh aspek yang ada dalam diri pribadi tersebut. Secara psikologis,
partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang menunjukkan sejauh
mana setiap pribadi yang tergabung dalam kelompok bisa menikmati
posisinya, sehingga konsep partisipasi sangat terkait dengan masalah
kejiwaan.
Seperti yang dikatakan oleh Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002:
278) bahwa partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan
daya pikir dan perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung
jawab bersama tersebut. Sedangkan menurut Svinicki (dalam Efi, Sri,
Tukiran, 2010: 56) partisipasi dalam kelas didefinisikan sebagai
ke-terlibatan aktif siswa dalam permuculan ide-ide dan informasi, sehingga
Peneliti menarik kesimpulan bahwa, partisipasi merupakan
keikutsertaan setiap pribadi yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk
terlibat memunculkan ide-ide maupun informasi. Setiap pribadi yang
terlibat aktif mampu menyertakan seluruh aspek-aspek diri pribadi
masing-masing, guna mencapai tujuan dan tanggung jawab bersama.
2. Aspek-aspek Partispasi Aktif
Partisipasi siswa dalam bimbingan klasikal dapat terlihat pada aktivitas
siswa, menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2009: 101) partisipasi
dapat terlihat dari semua aspek dari dirinya, maksudnya adalah peserta
didik giat aktif dengan anggota badannya untuk membuat sesuatu,
merasakan sesuatu, dan menyelesaikan sebuah permainan. Peserta didik
tidak akan hanya duduk diam, mendengarkan, melihat atau pasif.
a. Aktifitas visual
Aktivitas ini memfokuskan pada pengelihatan, karena siswa
akan lebih banyak memperhatikan penyampaian dari pembimbing
maupun dari siswa lain yang akan memberikan interupsi. Selama
pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menyampaikan
materi menggunakan media slide show. Siswa akan memberikan
perhatiannya kepada slide show, siswa akan terlihat membaca setiap
isi dari setiap slide show. Siswa yang sungguh-sungguh
memperhatikan isi dari slide show tidak akan mudah tertarik dengan
siswa lain yang sedang mengobrol, maupun suara-suara
mengganggu lainnya.
Selain menampilkan materi, isi slide show juga akan
menampilkan film. Media film digunakan untuk membantu siswa
menangkap lebih jelas maksud dari materi yang sedang dipaparkan
sebelumnya. Siswa yang memperhatikan film dengan saksama akan
mudah larut dalam alur cerita dari film tersebut,contohnya: film
mengenai kisah sedih maka siswa akan meneteskan air mata.
Hal lain yang tidak terlepas mengambil perhatian dari siswa
yaitu situasi dan kondisi yang sedang terjadi disekitarnya. Apabila
ada siswa yang sedang mengajukan interupsi atau memberikan
pendapatnya, maka siswa lain juga akan memberikan perhatiannya
dengan melihat ke arah siswa yang sedang berbicara tersebut dan
juga mengamati setiap gerak-geriknya pada saat berbicara.
b. Aktivitas lisan
Aktivitas berbicara salah satu aktivitas penting selama proses
pelaksanaan bimbingan klasikal. Pembimbing hanya akan
mengarahkan dan memancing antusias dari siswa, selebihnya siswa
akan banyak memberikan tanggapan terhadap penyampaian
pembimbing. Siswa akan melakukan aktivitas seperti:
menyampaikan pendapat/gagasan, berdiskusi dengan teman
Selama mengikuti kegiatan di dalam kelas, tidaklah mungkin
jika setiap siswa hanya akan diam saja, pasti akan ada situasi
dimana siswa menjadi gaduh karena pembicaraan mereka. Pada
aktivitas berbicara selama mengikuti bimbingan klasikal dapat
diamati pada saat siswa langsung membicarakan hal yang tidak dia
mengerti baik kepada pembimbing maupun teman sebangku ketika
penyampaian materi dari pembimbing. Siswa yang berpartisipasi
secara aktif tidak akan takut untuk menyampaikan pertanyaannya
sekalipun tidak ada teman yang lain yang bertanya, kemudian siswa
aktif juga akan tergerak dirinya untuk menyampaikan dengan
sendirinya gagasan yang ada dalam pikirannya mengenai materi
bimbingan klasikal pada saat itu.
c. Aktivitas mendengarkan
Pada aktivitas ini siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja,
melainkan juga meresapi setiap hal yang sedang dia dengarkan.
Mendengarkan dapat disebut dengan menyimak. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari menyimak yaitu
mendengarkan, memperhatikan dengan baik yang sedang diucapkan
oleh orang lain.
Terdapat 2 poin yang terlihat pada aktivitas mendengarkan ini,
pertama siswa aktif akan menyimak dengan fokus setiap
penyampaian dari pembimbing. Ketika pembimbing sedang
yang tidak akan mudah terganggu dengan hal-hal yang tidak penting
baginya, siswa hanya akan memberikan seluruh perhatiannya
kepada setiap penyampaian dari pembimbing. Kedua, siswa aktif
menyimak hal-hal yang disampaikan oleh siswa yang lain. Sama
halnya dengan ketika siswa menyimak setiap penyampaian dari
pembimbing, pada saat ada siswa lain yang sedang memberikan
pendapatnya maupun pertanyaan, siswa aktif akan menyimak
dengan tidak menyibukkan dirinya sendiri dan hanya melihat
kepada siswa lain yang sedang memberikan pendapat atau
pertanyaanya.
d. Aktivitas menulis
Pada pelaksanaan bimbingan klasikal, tidak menutup
kemungkinan bahwa ada siswa yang akan menulis. Pada awal
pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menayangkan
slide show sebagai media penyampaian materi. Siswa yang aktif
akan membuat sebuah catatan berupa poin-poin yang akan
membantunya untuk mempermudah memahami materi yang sedang
disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis juga dilakukan ditengah
pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu pembimbing membagikan
kertas lembar kerja siswa. Siswa diminta mengerjakan lembar kerja
tersebut sesuai dengan pedoman yang diberikan pembimbing dan isi
dari lembar kerja tersebut berkaitan dengan materi bimbingan
Pada akhir bimbingan klasikal, pembimbing akan memberikan
lembar refleksi yang akan dikerjakan oleh siswa. Lembar refleksi
biasanya menjadi salah satu minat dari siswa untuk menuliskan
seluruh hal yang telah ia terima dalam proses pelaksanaan
bimbingan klasikal. Siswa aktif akan dengan sungguh-sungguh
mengisi lembar tersebut serta membaca dengan cermat setiap
pertanyaan yang ada dalam lembar refleksi tersebut, sehingga pasti
tidak akan cepat-cepat mengisinya.
e. Aktivitas motorik
Selama pelaksanaan bimbingan klasikal siswa tidak hanya
duduk diam, melainkan akan bergerak aktif. Pada aktivitas motorik
dapat difokuskan oleh pembimbing pada saat melaksanakan
permainan berkelompok. Pembimbing telah menyiapkan konsep
permainan yang akan digunakan untuk membantu visualisasi dari
materi bimbingan klasikal pada saat itu. Siswa akan melakukan dan
menyelesaikan permainan yang telah disiapkan oleh pembimbing
sampai berhasil, siswa tidak diperkenankan berhenti sampai
permainan yang sedang dilakukan mencapai hasilnya. Selain itu,
dibutuhkan kerjasama dari siswa yang berada dalam kelompok juga
untuk menyelesaikan permainan.
Parstisipasi aktif setiap siswa dalam kelompok dibutuhkan untuk
mencapai hasil. Siap membantu sesama anggota kelompok dalam
mencobanya meskipun tidak yakin akan berhasil merupakan hal-hal
yang dilakukan oleh siswa yang memiliki partisipasi secara aktif.
Selain itu, siswa aktif juga tidak segan membantu teman lain
kelompok yang terlihat kebingungan memecahkan permasalahan
dari permainan tersebut.
f. Aktivitas berpikir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir memiliki arti
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan
memutuskan. Secara umum setiap manusia pasti akan menggunakan
akal budinya untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupannya. Tidak jauh dari hal itu dalam pelaksanaan
bimbingan klasikalpun akal budi juga dibutuhkan didalamnya. Pada
aktivitas berpikir siswa akan dilihat sejauh mana mereka mengingat
materi yang sedang dibahas pada bimbingan klasikal saat itu.
Terkadang pembimbing akan menanyakan apa kaitan antara video
yang ditampilkan dan permainan yang diberikan dengan materi
bimbingan klasikal saat itu. Siswa aktif akan berani memberikan
jawaban yang sesuai dengan isi dari materi bimbingan klasikal.
Selain itu, siswa aktif juga ikut berperan serta dalam
menganalisis serta memecahkan masalah pada saat permainan
berlangsung. Siswa akan berdiskusi dengan teman dan saling
mendengarkan pendapat dalam kelompok tersebut. Hal tersebut
membuat siswa terbiasa untuk memberikan pendapatnya dan
membuat dirinya berpartisipasi aktif terlibat dalam permasalahan
yang sedang dialami oleh anggota kelompok.
g. Aktivitas emosional
Emosi memang hanya dirasakan oleh setiap pribadi, namun
emosi dapat tampak ketika seseorang sedang meluapkan kedalam
sebuah tindakan. Pada pelaksanaan bimbingan klasikal sekalipun,
luapan emosi tidak luput dari siswa secara pribadi. Akan nampak
siswa yang mampu menyampaikan emosi yang sedang dia rasakan
dengan tepat atau tidak, misalnya: siswa yang sedang dilanda
kesedihan karena masalah asmaranya dia akan meluapkan emosinya
dengan menangis maupun menunjukkan raut wajah yang sedih
namun, jika siswa mengerti bahwa dia sedang mengikuti bimbingan
klasikal maka dia akan menyimpan sementara kesedihan yang
sedang dia rasakan dan mengikuti bimbingan klasikal seperti siswa
lainnya.
Adapula siswa yang mampu mengolah emosinya selama
pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal ini sering dijumpai pada siswa
yang emosinya masih belum labil, misalnya seorang siswa yang
sedang merasa sebal kemudian ada teman yang mengganggunya
maka, dia tidak akan segan untuk memaki temannya dengan
kata-kata kasar. Berbeda dengan siswa aktif yang mampu mengolah
sebal karena pendapatnya ditolak oleh temannya sendiri, dia tetap
menghargainya dengan tetap tersenyum dan mendengarkan
masukan dari teman yang menolak pendapatnya tersebut.
3. Tahap-tahap Partisipasi
Cohen dan Uphoff (dalam Intania 2003) membagi partisipasi ke dalam
beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan
dengan keikutsertaan dalam pertemuan kelompok.
b. Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi, berupa:
1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran.
2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi.
3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota kelompok.
c. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan sebagai indikator
keberhasilan partisipasi pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan. Selain itu, adanya peran langsung dalam kegiatan, maka
semakin bermanfaat.
d. Tahap evaluasi, dianggap penting karena partisipasi pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi
B. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Pelayanan bimbingan secara professional di Indonesia sampai pada saat
ini lebih difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku
sekolah dan terealisasi sampai tahap pembimbingan sekolah dan
Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti, 2012; 1). Shertzer & Stone (dalam
Winkel dan Hastuti, 2012: 1) merumuskan bimbingan sebagai suatu
proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya dan
lingkungan hidupnya.
Istilah Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu Guidance dan Counseling. Kata Guidance yang memiliki
beberapa artian yaitu menunjukkan jalan, memimpin, menuntun,
memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberi nasihat.
Smith (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 94) menyampaikan bahwa
bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada
individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan, rencana, dan
interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri.
Istilah klasikal diambil dari Bahasa Inggris “class” yang berarti
sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan klasikal
adalah pelayanan bimbingan yang diberikan pada siswa secara
berkelompok yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan
Winkel dan Hastuti (2012: 563) mengatakan bahwa bimbingan
kelas/klasikal adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih
dari satu orang pada waktu yang bersamaan. Gadza (dalam Prayitno dan
Amti, 2004) menambahkan bimbingan klasikal bersama dengan
pembimbing juga memberikan informasi yang bersifat karier, belajar dan
personal-sosial, karena ketiga hal tersebut menunjuk pada bimbingan
klasikal pribadi-sosial, belajar, dan karier. Selain itu, bahwa bimbingan
klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal
masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
pengalaman pembimbingan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti,
2012).
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Myers (Prayitno dan Amti, 2004: 114) mengatakan bahwa tujuan
bimbingan klasikal yaitu untuk membantu individu mengembangkan
dirinya, dalam mengadakan perubahan positif pada diri individu terebut.
Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 547), tujuan bimbingan klasikal adalah
menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial
masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam
kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota
kelompok.
Selain itu bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani
sendiri, dan tindakan-tindakannya. Orang yang dilayani tersebut mampu
untuk menghadapi ketakutan yang dialami sendiri, mencapai batas
kemampuan yang dia miliki, dan berani mengambil keputusan serta
menanggung resiko dalam mencapai tujuan tersebut.
3. Manfaat Bimbingan Klasikal
Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 565-566), bimbingan klasikal
bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi siswa.
Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain:
a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa
sekaligus dapat mengenal siswa.
b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan
dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang
memang dibutuhkan oleh semua siswa.
c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga
alternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.
Manfaat bagi para siswa antara lain:
a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka
memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor.
b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa
teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan
c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada
dalam kelompok.
d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan
dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu
kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya.
e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila
dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya
diketengahkan oleh konselor saja.
f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk
dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau
bersifat tertutup.
4. Ragam Bimbingan Klasikal
Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 114-118), terdapat 3 ragam
bimbingan antara lain:
a. Bimbingan Karier
Bimbingan ini merupakan bimbingan untuk mem-persiapkan
diri dalam menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan
pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekalinya, dan
dalam menyesuaikan diri dari lapangan pekerjaan yang telah
dimasuki. Bagi siswa/pelajar hal konkrit dalam bimbingan ini yaitu
SMP, SMP ke SMA, dan SMA ke Perguruan Tinggi atau
sejenisnya.
b. Bimbingan Akademik (Bimbingan Belajar)
Bimbingan ini merupakan bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, memilih program studi yang tepat, dan
mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan tuntutan belajar di
institusi pembimbingan. Bagi siswa/pelajar bimbingan ini dapat
difokuskan dalam keberhasilan atau kegagalan belajar di sekolah.
c. Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan ini merupakan bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam
dirinya sendiri, mengatur dirinya sendiri dalams segala hal,
perawatan jasmani, pengisi waktu luang, dan masih banyak hal
lainnya. Bagi siswa/pelajar bimbingan ini dapat difokuskan pada
pengaturan kegiatan sehari-hari.
5. Metode-metode Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Tugas konselor sekolah sebagai pengajar atau pelatih hanyalah sebagai
fasilitator, yaitu menyediakan situasi pembelajaran yang terstruktur, agar
pembelajar bisa mengalami berbagai tahap pembelajaran secara efektif
sehingga mampu mencapai tujuan belajar secara optimal (Supratiknya,
2011: 81). Berikut ini akan dipaparkan beberapa metode yang mendukung
partisipasi aktif siswa dalam mengikuti rangakaian pelaksanaan bimbingan
klasikal, yaitu:
a. Metode Ceramah
1) Pengertian
Ceramah merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan lisan dari pembimbing kepada peserta didik (Efi, Sri,
Tukiran, 2014: 45). Winarno Surachmad (dalam Suryosubroto,
2002: 165) memaparkan bahwa ceramah merupakan metode
mengajar dengan me-nuturkan materi secara lisan oleh pembimbing
terhadap peserta didik. Metode ceramah ini sering digunakan
sebagai pengantar sebelum pembimbing menggunakan metode lain
dalam sesi selanjutnya.
Pada awal pelaksanaan biasanya pembimbing akan
menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, hal
tersebut dilakukan supaya pembimbing dapat menyampaikan
informasi secara cepat dalam jumlah banyak dan dengan waktu
yang singkat. Meskipun disadari, bahwa dalam penggunaan metode
ceramah yang terlalu lama akan menunrunkan konsentrasi dan
minat dari peserta didik.
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Ceramah
Meskipun metode ceramah cenderung membosankan, namun
pembelajaran aktif. Suryosubroto (2002: 169) memaparkan
langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan
metode ceramah, antara lain:
a) Merumuskan tujuan pembicaraan yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Sekurang-kurangnya telah membuat
ringkasan jelas dan mengkhususkan materi yang akan
disampaikan.
b) Bahan ceramah telah disusun sedemikian rupa sehingga
peserta didik dapat mengerti dan paham akan alur
pembicaraan dari pembimbing. Selain itu bahan ceramah
yang telah dipersiapkan kurang lebih akan menarik perhatian
dari peserta didik, karena peserta didik akan memperhatikan
bahan materi yang berguna bagi kehidupan mereka.
c) Menyusun alur yang akan disampaikan, mula-mula
menyampaikan tentang pengertian dari materi yang akan
disampaikan, kemudian disusul dengan bagian utama dan
penjelasan poin-poin. Pada akhirnya menyimpulkan dari
keseluruhan bahan yang telah disampaikan, pada bagian ini
dapat digunakan gambar sebagai penguat.
3) Penerapan dalam Bimbingan Klasikal
Pada awal pertemuan, biasanya pembimbing akan memberikan
tema besar dari sesi bimbingan jam tersebut. Setelah itu,
materi yang akan disampaikan, pada sesi ini pembimbing dapat
menggunakan media gambar maupun video. Pembimbing
menyampaikan poin inti dari keseluruhan materi yang akan
diberikan, supaya peserta didik dapat berpikiran yang sama dengan
pembimbing. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengurangi
perbedaan pemikiran dalam pelaksanaan bimbingan klasikal.
Keseluruhan rangkaian pelaksanaan bimbingan klasikal,
pembimbing akan menyampaikannya secara lisan dan hanya
terfokus pada satu arahan yang sudah disusun pada saat membuat
rangkaian aktivitas pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu,
pembimbing memiliki porsi berbicara yang lebih banyak daripada
siswa untuk memberikan penjelasan mengenai materi bimbingan.
Siswa hanya mendengarka penyampaian dari pembimbing dan
apabila diperlukan siswa dapat membuat catatan kecil mengenai
penyampaian dari pembimbing.
b. Metode Diskusi
1) Pengertian
Diskusi menurut Hasibuan dan Moedjiono (Efi, Sri, Tukiran,
2014: 23) merupakan suatu proses penglihatan dua atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan
muka mengenai tujuan yang telah ditentukan melalui cara tukar
masalah. Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 179) metode
diskusi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dari guru yang
memberikan kesempatan pada kelompok-kelompok siswa, untuk
mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif pemecahan
masalah.
Diskusi yang baik bukan hanya timbul dari pembimbing, tetapi
lebih tepat jika timbul dari peserta didik yang muncul setelah
memahami masalah dan situasi yang dihadapinya. Pembimbing
dalam hal ini membantu mengarahkan peserta didik untuk
menyadari bahan diskusi supaya tidak melebar. Suryosubroto
(2002:185) memaparkan bahwa metode diskusi dalam proses
belajar-mengajar memiliki keuntungan yang cukup banyak, yakni
(1) melibatkan semua siswa secara langsung; (2) setiap siswa dapat
menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan akan materi
pembelajarannya masing-masing; (3) dapat menumbuh-kan dan
mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah; (4) siswa dapat
memperoleh kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri apabila
mampu mengajukan dan mempertahankan pendapatnya; (5)
menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi
Metode diskusi dapat berjalan dengan baik apabila peserta didik
telah memiliki konsep dasar tentang materi atau permasalahan yang
akan didiskusikan. Suryosubroto (2002: 181) memiliki pendapat
mengenai langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi, antara lain:
a) Pembimbing memberikan masalah yang akan didiskusikan
dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara
pemecahannya. Pokok masalah yang akan didiskusikan dapat
ditentukan bersama dengan peserta didik, yang terpenting
bahan yang diskusi tersebut dipahami oleh keseluruhan
siswa.
b) Setelah terbentuk kelompok-kelompok, guru mengarahkan
setiap kelompok untuk memilih pemimpin diskusi, pencatat
diskusi, pelapor, mengatur tempat duduk, dan lain
sebagainya. Pemimpin diskusi mendapat posisi yang paling
penting selain memahami dan menguasai materi, pemimpin
diskusi juga memiliki wibawa yang disegani oleh
teman-temannya dan juga dalam penyampaian dapat menggunakan
bahasa yang baik. Paling penting, bahwa pemimpin diskusi
dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis dalam memimpin
jalannya diskusi.
c) Selama para peserta didik berdiskusi dalam kelompok,
lainnya. Hal tersebut dilakukan supaya ketertiban tetap
terjaga dan pembimbing dapat membantu sewaktu-waktu
ketika dibutuhkan oleh salah satu kelompok.
d) Setelah waktu diskusi dalam kelompok selesai maka, setiap
kelompok melaporkan hasil diskusinya. Guru memberikan
ulasan akan laporan kelompok tersebut, disamping itu
kelompok yang lain juga dapat memberikan tanggapan akan
ulasan kelompok yang memaparkan tersebut.
e) Pada akhirnya, semua siswa mencatat hasil-hasil diskusi dan
guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap
kelompok, kemudian menjadikan satu dalam file kelas.
3) Penerapan dalam Bimbingan Klasikal
Metode diskusi juga dapat digunakan dalam pemaparan teori
atau konsep. Pembimbing dapat mencapur dua metode yaitu metode
cerama dan metode diskusi, hal tersebut dilakukan supaya siswa
dapat lebih tergali pengetahuannya dan alur komunikasi lebih
terlihat didalamnya. Pembimbing dapat melangsungkan metode
diskusi setelah seluruh materi disampaikan, tujuannya supaya dapat
menggali sejauh mana pemahaman peserta didik dalam menangkap
materi yang telah disampaikan.
Diskusi yang dilakukan oleh pembimbing sesuai dengan materi
yang dibahas dalam bimbingan klasikal. Selain itu, diskusi dapat
maupun siswa kepada siswa. Diskusi yang dilakukan dalam
pelaksanaan bimbingan klasikal dimaksudkan untuk mengolah dan
mengembangkan kemampuan serta keberanian siswa dalam
mengungkapkan pendapatnya. Hal itu dilakukan agar dalam
pelaksanaan bimbingan klasikal muatan materi semakin tergali.
c. Metode Sosiodrama
1) Pengertian
Sosiodrama berasal dari dua kata, yaitu sosio dan drama. Sosio
yang berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat,
menunjuk pada kegiatan sosial, dan drama yang berarti
mempertunjukkan dan mempertontonkan. Metode sosiodrama
merupakan cara menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertontonkan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi,
sosiodrama merupakan metode mengajar yang men-dramatisasikan
suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta
didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dalam situasi
sosial (Sagala dalam Efi, Sri, Tukiran, 2014: 39)
Metode sosiodrama dapat digunakan dalam semua sistem
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku.
Hamailik (dalam Efi, Sri, Tukiran 2014: 40) mengatakan bahwa
melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan
sehari hari.
2) Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal
Metode sosiodrama dapat dilakukan setelah pembimbing
memaparkan materi. Pelaksanaan sosiodrama pun disesuaikan
dengan tema yang sedang dibahas. Misalnya, tema tersebut
mengenai kebersihan lingkungan, maka metode sosiodrama dapat
dilakukan. Selain tema, waktu dan tempat juga menjadi perhatian
dalam pelaksanaannya supaya peserta didik dapat memahami dan
meresapi dengan sungguh makna dari pelaksanaan sosiodrama
tersebut.
Pembimbing dapat mengamati dari penyampaian dialog setiap
kelompok, apakah sudah mencakup isi dari materi yang sebelumnya
disampaikan atau belum. Kelompok yang lain juga sebaiknya
menilai penampilan dari kelompok yang lain, sebagai masukan
untuk menambah pemahaman kelompok penampil tersebut.
d. Metode Belajar Eksperiensial
1) Pengertian
Menurut Supratiknya (2011: 80), experiential learning atau
pembelajaran berbasis pengalaman pada dasarnya merupakan
pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pendekatan
tinggi dari siswa. Siswa sendiri yang harus aktif melakukan atau
mengalami aktivitas atau sebuah peristiwa, mengolah, memaknai
serta menafsirkan pengalaman belajarnya tersebut dengan bantuan
orang lain khususnya sesama siswa, dan berusaha menerapkan hasil
pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar
lingkungan pembelajaran, yaitu dalam konteks nyata kehidupan
sehari-hari.
2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Eksperiensial
Menurut Pfeiffer & Jones (dalam Supratiknya, 2011: 78) model
pembelajaran ini meliputi suatu siklus belajar dari pengalaman yang
terdiri atas 5 tahap pengalaman atau aktivitas, antara lain:
a) Mengalami. Perserta terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan
tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati
objek secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.
Pfeiffer & Jones mengingatkan jika model ini berhenti
sampai disini, maka kegiatan pembelajarannya hanya sekedar
fun and games. Maka, perlu dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
b) Membagikan. Peserta membagikan hasil pelaksanaan tugas
atau hasil dari pengamatannya terhadap suatu objek termasuk
reaksi pribadinya baik berupa tanggapan pikiran maupun
tanggapan perasaannya kepada seluruh peserta.
c) Memroses. Peserta mengolah hal yang sudah dia dapatkan
bersama dengan peserta yang lain, kemudian menemukan
makna serta hubungan yang muncul dari penyampaian
peserta yang lain.
d) Merumuskan kesimpulan. Pada tahap ini peserta diajak dan
dibantu untuk menyimpulkan hipotesis-hipotesis dan
merumuskan manfaat untuk didiskusikan bersama.
e) Menerapkan. Pada tahap ini pembimbing perlu memastikan
bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi
atau makna dan manfaat dari pelatihan yang baru saja
dijalaninya. Serta peserta memiliki tekad untuk menerapkan
hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal
Pelaksanaan bimbingan klasikal, metode pembelajaran
eksperiensial merupakan salah satu metode yang menyuguhkan
peristiwa nyata bagi peserta didik. Hal tersebut bahkan dialami
langsung oleh peserta didik yang terjadi dalam kehidupannya
sehari-hari. Sebelum pembimbing memberikan bimbingan klasikal,
pembimbing sudah memberikan survei kebutuhan kepada peserta
didik. Selain untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang belum
mereka penuhi, tetapi juga memberikan pengalaman lain bagi setiap
peserta didik.
Contoh konkrit yaitu ketika materi yang sedang dibahas
bagaimana mengatur waktu untuk belajar dan selama belajar saja.
Namun, bagi siswa lain mengatur waktu adalah mengatur
keseluruhan waktu yang dia miliki mulai dari bangun pagi, sarapan,
berangkat ke sekolah, bermain, belajar, sampai bermain HP. Hal-hal
tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran langsung bagi siswa lain
yang belum pernah merasakan dan mengalaminya.
C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja
Istilah remaja, dikenal dengan sebutan adolescence, berasal dari bahasa
Latin yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.
Menurut Hurlock (1990: 206) awal masa remaja ber-langsung kira-kira
dari 13 tahun sampai 16/17 tahun, pada masa ini remaja juga mengalami
perubahan fisik maupun psikis. Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat
yang pasti, karena remaja tidak termasuk golongan anak tetapi juga tidak
termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja berada diantara anak dan
orang dewasa (Rahayu, 2006: 259).
Calon (dalam Rahayu, 2006: 260) mengatakan bahwa masa remaja
jelas menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau peralihan, hal itu
disebabkan karena remaja belum mendapatkan status dewasa dan sudah
tidak termasuk dalam golongan anak-anak. Golongan remaja umumnya
berada di masa sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Meskipun
namun gejala yang dapat jelas terlihat yaitu timbulnya seksualitas.
Setidaknya permulaan awal remaja juga disebut masa pubertas. Selain itu,
pada masa remaja juga terdapat tugas-tugas perkembangan dan tugas
perkembangan setiap remaja berbeda-beda.
2. Tugas Perkembangan Remaja
Remaja memiliki tugas perkembangan dalam dirinya, menurut
Havighurst (dalam Hurlock, 1990: 10), tugas-tugas perkembangan remaja
yang sesuai dengan kebutuhan dalam menumbuhkan partsipasi aktif adalah
menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif dan
mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
Kedua hal tersebut mendukung bagi remaja untuk meningkatkan
partisipasi aktif remaja alasannya karena setiap remaja akan menggunakan
fisiknya untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan
partisipasi. Selain itu, pencapaian perilaku sosial yang bertanggung jawab
juga perlu dilakukan oleh remaja karena remaja akan berinteraksi
langsung/bersosialisasi dengan masyarakat.
Tugas perkembangan remaja tersebut diharapkan dapat membantu
remaja untuk meningkatkan partisipasi aktifnya baik secara dirinya sendiri
maupun dengan masyarakat. Tugas perkembangan remaja tersebut yang
mampu membantu remaja dapat melihat lebih dalam tugasnya pada
3. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan periode
sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003) antara
lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan
yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti per-kembangan
masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang
dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya
untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menetukan pola perilaku,
nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan pada emosi, perubahan tubuh,
minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada
nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perananya
dalam masyarakat.
e. Masa remaja adalah masa yang menimbulkan ketakutan, karena sulit
diatur, dan cenderung berperilaku yang kurang baik.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung
sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih ketika menentukan cita-citanya.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan
atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia
sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir
atau sudah dewasa yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
4. Partisipasi Aktif Remaja dalam Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002: 78) mengatkan bahwa
partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan
perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung jawab bersama.
Winkel dan Hastuti (2012: 563) mengatakan bahwa bimbingan klasikal/
kelas adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada satu orang pada
waktu yang bersamaan.
Remaja yang turut memberikan partisipasi aktifnya dalam pelaksaan
bimbingan klasikal dapat membuat rangkaian bimbingan klasikal menjadi
optimal. Perlunya memiliki tanggung jawab dalam diri remaja juga sangat
dibutuhkan disamping untuk memenuhi tugasnya sebagai remaja juga
untuk menumbuhkan partisipasi aktifnya selama mengikuti bimbingan
berdiskusi, menyimak, mengingat materi bimbingan, dan mengolah emosi
37 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi
penelitian, antara lain jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen pengumpulan
data, validitas dan reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan data dan teknik
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitaf dengan
menggunakan metode survei. Furchan (2005: 415) mengatakan penelitian
deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi
dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif
besar jumlahnya. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran tentang partisipasi aktif siswa dalam mengikuti
bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun
Ajaran 2015/2016.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016, terdapat 4 kelas yaitu XA, XB, XC, dan
XD. Satu kelas digunakan sebagai uji coba dan tiga kelas digunakan sebagai
penelitian. pemilihan sampling dalam penelitian ini adalah random sampling.
Sampel adalah proses pemilihan sejumlah individu untuk suatu penelitian
sedemikian rupa sehingga individu-individu tersebut merupakan perwakilan