• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi aktif mengikuti bimbingan klasikal (tingkat partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal dan implikasinya terhadap usulan upaya peningkatan partisipasi aktif dalam mengikuti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi aktif mengikuti bimbingan klasikal (tingkat partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal dan implikasinya terhadap usulan upaya peningkatan partisipasi aktif dalam mengikuti"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun

Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam Mengikuti

Bimbingan Klasikal)

Anastasia Melani Widiaswari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan mengenai upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 112 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang terdiri dari 52 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar. Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 23 (20,53%) siswa kelas X memiliki tingkat partisipasi aktif yang sangat tinggi dalam mengikuti bimbingan klaskikal, 67 (59,82%) siswa yang memiliki tingkat partisipasi aktif yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal, 22 (19,64%) siswa memiliki partisipasi aktif yang sedang dalam mengikuti bimbingan klasikal, dan tidak ada siswa yang memiliki partisipasi rendah maupun sangat rendah dalam mengikuti bimbingan klasikal. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap capaian skor butir-butir pernyataan yang rendah maka, akan diberikan usulan program upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Kata kunci: partisipasi aktif siswa SMA, hasil partisipasi aktif, usulan program

bimbingan klasikal

(2)

ACTIVE PARTICIPATION IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE (Level of Active Participation of Students Grade X Pangudi Luhur Sedayu

Senior High School Academic Year 2015/2016 in Following Classical Guidance and Its Implications Towards Proposed Active Participation for

Improvement in Following Classical Guidance)

Anastasia Melani Widiaswari Sanata Dharma University

2016

This is a descriptive quantitative research. This study is aimed to get a description of active participation of students grade X SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2015/2016 in following a classical guidance. In addition, this study is also aimed to provide feedback on some efforts to increase students active participation in following classical guidance.

The type of this research is a descriptive research with a survey approach. The subjects were students of grade X who were totally 112 students in number. The research instrument was a questionnaire of Students Active Participation in Following Classical Guidance consisting of 52 items that were developed based on the Likert model on scale determination technique. Data analysis technique in this study was conducted by making a score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the students active participation in following classical guidance based on a normal distribution with a continuum of levels according to Anwar. This categorization was composed of five levels, namely the category of very high, high, medium, low and very low.

The result shows that 23 (20.53%) students of grade X have a very high level of active participation in following classical guidance; 67 (59.82%) students have a high level of active participation in following classical guidance; 22 (19.64%) students have a medium level of active participation in following classical guidance, and no student has a low and very low level of active participation in following classical guidance. Based on the analysis and discussion on the outcomes scores of each low items, there will be a proposed program of efforts to increase the students active participation in following the classical guidance.

(3)

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL

(Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan

Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam

Mengikuti Bimbingan Klasikal)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Anastasia Melani Widiaswari NIM: 111114007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL

(Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan

Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif

dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Anastasia Melani Widiaswari NIM: 111114007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN

It is better to fail in the attempt, rather than fail but not doing anything

Life is a succession of lessons which must be lived be understood

(Hellen Keller)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Lukas 11:9)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus

2. SMA Pangudi Luhur Sedayu

3. Orangtua tersayang Bapak YC. Kusriyanto dan Ibu Yulianna Marni W

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam

Mengikuti Bimbingan Klasikal)

Anastasia Melani Widiaswari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan mengenai upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 112 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang terdiri dari 52 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar. Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 23 (20,53%) siswa kelas X memiliki tingkat partisipasi aktif yang sangat tinggi dalam mengikuti bimbingan klaskikal, 67 (59,82%) siswa yang memiliki tingkat partisipasi aktif yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal, 22 (19,64%) siswa memiliki partisipasi aktif yang sedang dalam mengikuti bimbingan klasikal, dan tidak ada siswa yang memiliki partisipasi rendah maupun sangat rendah dalam mengikuti bimbingan klasikal. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap capaian skor butir-butir pernyataan yang rendah maka, akan diberikan usulan program upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Kata kunci: partisipasi aktif siswa SMA, hasil partisipasi aktif, usulan program

(11)

viii

ABSTRACT

ACTIVE PARTICIPATION IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE (Level of Active Participation of Students Grade X Pangudi Luhur Sedayu Senior High School Academic Year 2015/2016 in Following Classical Guidance and Its Implications Towards Proposed Active

Participation for Improvement in Following Classical Guidance)

Anastasia Melani Widiaswari Sanata Dharma University

2016

This is a descriptive quantitative research. This study is aimed to get a description of active participation of students grade X SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2015/2016 in following a classical guidance. In addition, this study is also aimed to provide feedback on some efforts to increase students active participation in following classical guidance.

The type of this research is a descriptive research with a survey approach. The subjects were students of grade X who were totally 112 students in number. The research instrument was a questionnaire of Students Active Participation in Following Classical Guidance consisting of 52 items that were developed based on the Likert model on scale determination technique. Data analysis technique in this study was conducted by making a score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the students active participation in following classical guidance based on a normal distribution with a continuum of levels according to Anwar. This categorization was composed of five levels, namely the category of very high, high, medium, low and very low.

The result shows that 23 (20.53%) students of grade X have a very high level of active participation in following classical guidance; 67 (59.82%) students have a high level of active participation in following classical guidance; 22 (19.64%) students have a medium level of active participation in following classical guidance, and no student has a low and very low level of active participation in following classical guidance. Based on the analysis and discussion on the outcomes scores of each low items, there will be a proposed program of efforts to increase the students active participation in following the classical guidance.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat,

rahmat, dan pendampingan-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Berkat rahmat dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan motivasi dan

semangat untuk tekun dalam proses penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan

bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling, yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini dan

tidak lelah memberikan dukungan semangat.

2. Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar, tulus, dan besar hati telah memberikan bimbingan, dukungan,

masukan, waktu, gagasan, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

4. Mas Moko yang dengan sabar dan ramah membantu penulis dalam mengurus

dan menyelesaikan urusan administrasi.

5. SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan kesempatan untuk

(13)

x

selaku Kepala Sekolah dan Ibu Cicilia Eni Sumini selaku guru Bimbingan

dan Konseling.

6. Seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

2015/2016, atas kesediaannya dalam mengisi kuesioner.

7. Kedua orang tua, Bapak YC. Kusriyanto dan Ibu Yulianna Marni W yang tak

henti-hentinya memberikan dukungan doa, semangat, motivasi, perhatian,

dan cinta.

8. Adik tersayang Leo Sentanu Lucky W, yang memberikan semangat, doa,

dukungan serta motivasi kepada penulis agar lekas menyelesaikan tugas

akhir ini.

9. Budhe Yulia Chatarina Mardiati, ALMA, yang telah memberikan dukungan

secara rohani maupun jasmani kepada penulis. Cinta dan kasih sayangmu

untukku tak akan pernah terhalang oleh apapun.

10.Andrianus Pupung Bayu Nugroho, Natalia Puspita Damayanti, dan Tika Dwi

Aprilliani, kita bersama berjuang dan kita juga tahu bahwa akan ada rencana

indah dari Tuhan untuk kita. Tetap berbesar hati dan tak lelah mencari.

11.Maria Yunita Franayanti, Veronica Retno Pujihastuti, dan Firma Anggilia,

yang selalu saling mengingatkan untuk menyelesaikan salah satu tanggung

jawab ini dan tak lupa juga selalu memberikan doa serta cinta.

12.Seluruh teman-teman angkatan 2011 atas seluruh doa, dukungan, semangat,

kebersamaan, pengalaman, dan kenangan yang diberikan kepada penulis

(14)

xi

13.Teman-teman Himpunan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (2011/2012),

Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma (2012/2013),

Badan Eksekutif Universitas Sanata Dharma (2013/2014) atas motivasi

kehidupan yang tidak pernah didapat jika tidak melakakukan dan melaluinya.

14.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses

pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan yang

penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu,

besar harapan penulis untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak guna pembenahan dan pengembangan penelitian yang

lebih baik. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis

ucapkan terima kasih.

Penulis,

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI

A.Hakikat Partisipasi ... 8

1. Pengertian Partisipasi ... 9

2. Aspek-aspek Partisipasi Aktif ... 9

3. Tahap-tahap Partisipasi Aktif ... 16

B.Hakikat Bimbingan Klasikal ... 17

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 17

2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 18

3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 19

4. Ragam Bimbingan Klasikal ... 20

5. Metode-metode Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 21

a. Metode Ceramah ... 22

b. Metode Diskusi ... 24

c. Metode Sosiodrama ... 28

d. Metode Experiential Learning ... 29

C.Hakikat Remaja ... 32

1. Pengertian Remaja ... 32

2. Tugas Perkembangan Remaja ... 33

3. Ciri-ciri Remaja ... 34

4. Partisipasi Aktif Remaja dalam Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 37

B.Subyek Penelitian ... 37

C.Instrumen Penelitian ... 38

1. Kuesioner Partisipasi Aktif ... 38

2. Pemberian Skor ... 39

(17)

xiv

4. Validitas ... 41

5. Reliabilitas ... 44

D.Prosedur Pengumpulan Data ... 45

1. Tahap Persiapan ... 45

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulam Data ... 46

E.Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penghitungan Penelitian ... 49

1. Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 49

2. Analisis Butir Item yang Teridentifikasi Tinggi ... 51

B.Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 57

B.Keterbatasan Penelitian ... 58

C.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Subjek Uji Coba Siswa Kelas X ... 38

Tabel 2. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas X ... 38

Tabel 3. Skoring Alternatif Jawaban ... 39

Tabel 4. Kisi-kisi Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X ... 40

Tabel 5. Hasil Penghitungan Korelasi Item Kuesioner ... 43

Tabel 6. Kriteria Guilford ... 44

Tabel 7. Norma Kategorisasi ... 47

Tabel 8. Kategorisasi Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu TahunAjaran 2015/2016 Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 50

Tabel 9. Penggolongan Item Partisipasi Aktif Siswa Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor ... 52

(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kategorisasi Partisipasi Aktif Siswa Kelas X

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Penghitungan Reliabilitas dan Validitas ... 61

Lampiran 2. Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016

Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 69

Lampiran 3. Tabulasi Data Penghitungan ... 75

Lampiran 4. Usulan Program Peningkatan Partisipasi Aktif

Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti

Bimbingan Klasikal ... 81

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan

kegiatan pendidikan berupa pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan.

Pendidikan sekolah yang baik dapat ditunjukkan melalui proses dan hasil

belajar. Kegiatan bimbingan klasikal adalah salah satu proses yang

memungkinkan tercapainya tujuan yang diinginkan oleh sekolah. Winkel dan

Hastuti, (2006: 563) mengatakan bahwa bimbingan kelas/ klasikal adalah

pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu

yang bersamaan.

Pelaksanaan bimbingan klasikal membutuhkan perhatian penuh dari siswa,

agar dapat mengentaskan kebutuhan yang ada di dalam kelas tersebut. Winkel

dan Hastuti (2006: 31) juga mengatakan bahwa tujuan pelayanan bimbingan

adalah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin

perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab

sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai

(22)

potensi yang baik adanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi

dalam kehidupan ini secara memuaskan.

Bimbingan klasikal dilaksanakan oleh guru Bimbingan dan Konseling

bersama dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Pelaksanaan

bimbingan klasikal membutuhkan partisipasi aktif dari siswa. Partisipasi aktif

dapat diartikan sebagai keikutsertaan secara langsung dalam suatu kegiatan

dengan aktif. Guru Bimbingan dan Konseling mengajak siswa untuk

berpartisipasi secara aktif selama pelaksanaan bimbingan klasikal, seperti:

menyimak, memberi tanggapan, bertanya, mengungkapkan pendapat,

berdiskusi, menjawab pertanyaan yang diberikan pembimbing, memberikan

usul saran, dan menyimpulkan seluruh kegiatan bimbingan klasikal.

Partisipasi siswa sebaiknya didukung oleh suasana pelaksanaan bimbingan

klasikal yang menyenangkan, nyaman, menarik, dan tidak monoton. Hal

tersebut tidak dapat tercipta dengan sendirinya, melainkan juga membutuhkan

adanya kerjasama antara siswa dengan guru Bimbingan dan Konseling/

pembimbing. Selain faktor partisipasi aktif siswa, keberhasilan pelaksanaan

bimbingan klasikal adalah tersedianya sarana-sarana penunjang dan materi

bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu

karena peneliti mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Pangudi Luhur Sedayu yang

pelaksanaannya kurang lebih 5 minggu, mulai dari awal Januari sampai awal

(23)

kelas X Tahun Ajaran 2014/2015. Dari pelaksanaan PPL tersebut, peneliti

menemukan beberapa fenomena dimana siswa cenderung menunggu kegitan

bimbingan klasikal. Salah satu fenomena yang memperlihatkan antusias siswa

ketika mengetahui adanya jam BK masuk ke kelas mereka, yaitu pada saat

pagi hari ketika bersalaman, ada beberapa siswa menanyakan mengenai

materi apa yang akan disampaikan pada saat bimbingan klasikal. Meskipun

ada siswa yang menunggu adanya bimbingan klasikal, namun juga terdapat

siswa kelas X Tahun Ajaran 2014/2015 yang kurang bersemangat dalam

mengikuti bimbingan klasikal, meskipun tidak semua, hal-hal yang mereka

lakukan seperti ijin ke kamar mandi cukup sering, tidur-tiduran, mengobrol

hal lain dengan teman sebangku, dan mengerjakan tugas yang lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan PPL dan diskusi

dengan guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu, peneliti

tertarik untuk meneliti dan mengukur seberapa aktif partisipasi aktif siswa

kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2014/2015 dalam

mengikuti bimbingan klasikal namun, hal tersebut tidak dapat terwujud karena

peneliti mengalami beberapa kendala sehingga pelaksanaan penelitian

berlangsung pada Tahun Ajaran 2015/2016 dan siswa kelas X sudah berganti

menjadi kelas XI. Ketika hendak melaksanakan penelitian untuk kelas XI,

peneliti mendapatkan informasi bahwa kelas XI juga digunakan untuk

penelitian sehingga dikhawatirkan akan menghasilkan hasil yang berat

(24)

bagaimana jika diganti dengan kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dan peneliti

mendapatkan ijin.

Selama kurang lebih 3 hari peneliti melakukan obervasi pada 3 kelas X

Tahun Ajaran 2015/2016 untuk mendapatkan fenomena yang terjadi pada saat

bimbingan klasikal. Fenomena yang peneliti dapatkan selama melakukan

observasi yaitu siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 terdapat beberapa

siswa yang kurang tertarik dengan pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal itu

dapat peneliti amati pada saat terdapat siswa yang tidur-tiduran diatas meja,

mengobrol sendiri dengan teman tanpa mendengarkan pembahasan yang

sedang disampaikan oleh pembimbing, adapula siswa yang jalan-jalan ke meja

teman yang lain, dan ijin ke toilet terlalu sering. Selain melakukan obeservasi

dan mendapatkan beberapa fenomena, peneliti juga melakukan wawancara

singkat kepada beberapa siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 tentang

tanggapan mereka terhadap pelaksanaan bimbingan klasikal, peneliti menarik

kesimpulan bahwa ketika bimbingan klasikal berlangsung mereka

memanfaatkan untuk melepaskan penat dari tugas-tugas mata pelajaran, selain

itu terkadang siswa tidak cocok dengan pemaparan materi yang disampaikan

oleh pembimbing karena terkadang materi tersebut tidak dibutuhkan oleh

dirinya ataupun materi tersebut sering dipaparkan pada saat mereka berada

pada bangku SMP, dan sebagai sarana untuk curhat mengenai hal apapun.

Berdasarkan fenomena dan wawancara singkat dengan beberapa siswa serta

(25)

mengukur seberapa aktif partisipasi siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016

dalam mengikuti bimbingan klasikal.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat

partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal dapat

diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada indikasi kurang aktifnya siswa dalam berpartisipasi mengikuti

proses bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Sebagian siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu belum

sepenuhnya mengikuti pelaksanaan bimbingan klasikal dengan

sungguh-sungguh.

3. Sebagian siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu merasa tidak

sesuai dengan penyampaian oleh pembimbing mengenai materi

bimbingan klasikal.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus diarahkan pada menjawab masalah-masalah

yang teridentifikasi di atas. Khususnya masalah mengenai seberapa tinggi

tingkat partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan klasikal pada

(26)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Seberapa tinggi partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan

klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

2015/2016?

2. Upaya-upaya apa saja yang mendukung guru Bimbingan dan Konseling

SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam meningkatkan partisipasi aktif siswa

kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 pada pelaksanaan bimbingan klasikal?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan seberapa aktif partisipasi siswa kelas X dalam me-ngikuti

bimbingan klasikal di SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

2015/2016.

2. Mengusulkan upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa kelas X

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti

bimbingan klasikal.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap

pengembangan pengetahuan mengenai upaya-upaya yang dapat

(27)

klasikal, pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran

2015/2016.

2. Manfaat Praktis

Bagi guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan

oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk melihat seberapa tinggi tingkat

partisipasi aktif siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti

pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu, guru Bimbingan dan Konseling

juga dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya yang dapat diberikan

kepada siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 untuk dapat meningkatkan

partisipasi aktif mereka dalam mengikuti bimbingan klasikal.

G. Definisi Istilah

Berikut ini dijelaskan definisi dari istilah pokok yang digunakan dengan

tujuan untuk memperjelas maksud penelitian ini:

1. Partisipasi aktif merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan

secara aktif.

2. Bimbingan klasikal merupakan bimbingan kepada sekelompok orang

dalam waktu yang bersamaan dan melaksanakan program yang

disesuaikan dengan survei kebutuhan siswa.

3. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal mencakup

(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan hakikat partisipasi aktif, hakikat bimbingan klasikal, dan

hakikat remaja.

A. Hakikat Partisipasi Aktif 1. Pengertian Partisipasi Aktif

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yang berarti

turut berperan serta atau pengambilan bagian dalam suatu kegiatan.

Partisipasi yang melibatkan pribadi seseorang semestinya juga melibatkan

seluruh aspek yang ada dalam diri pribadi tersebut. Secara psikologis,

partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang menunjukkan sejauh

mana setiap pribadi yang tergabung dalam kelompok bisa menikmati

posisinya, sehingga konsep partisipasi sangat terkait dengan masalah

kejiwaan.

Seperti yang dikatakan oleh Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002:

278) bahwa partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang

dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan

daya pikir dan perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung

jawab bersama tersebut. Sedangkan menurut Svinicki (dalam Efi, Sri,

Tukiran, 2010: 56) partisipasi dalam kelas didefinisikan sebagai

ke-terlibatan aktif siswa dalam permuculan ide-ide dan informasi, sehingga

(29)

Peneliti menarik kesimpulan bahwa, partisipasi merupakan

keikutsertaan setiap pribadi yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk

terlibat memunculkan ide-ide maupun informasi. Setiap pribadi yang

terlibat aktif mampu menyertakan seluruh aspek-aspek diri pribadi

masing-masing, guna mencapai tujuan dan tanggung jawab bersama.

2. Aspek-aspek Partispasi Aktif

Partisipasi siswa dalam bimbingan klasikal dapat terlihat pada aktivitas

siswa, menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2009: 101) partisipasi

dapat terlihat dari semua aspek dari dirinya, maksudnya adalah peserta

didik giat aktif dengan anggota badannya untuk membuat sesuatu,

merasakan sesuatu, dan menyelesaikan sebuah permainan. Peserta didik

tidak akan hanya duduk diam, mendengarkan, melihat atau pasif.

a. Aktifitas visual

Aktivitas ini memfokuskan pada pengelihatan, karena siswa

akan lebih banyak memperhatikan penyampaian dari pembimbing

maupun dari siswa lain yang akan memberikan interupsi. Selama

pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menyampaikan

materi menggunakan media slide show. Siswa akan memberikan

perhatiannya kepada slide show, siswa akan terlihat membaca setiap

isi dari setiap slide show. Siswa yang sungguh-sungguh

memperhatikan isi dari slide show tidak akan mudah tertarik dengan

(30)

siswa lain yang sedang mengobrol, maupun suara-suara

mengganggu lainnya.

Selain menampilkan materi, isi slide show juga akan

menampilkan film. Media film digunakan untuk membantu siswa

menangkap lebih jelas maksud dari materi yang sedang dipaparkan

sebelumnya. Siswa yang memperhatikan film dengan saksama akan

mudah larut dalam alur cerita dari film tersebut,contohnya: film

mengenai kisah sedih maka siswa akan meneteskan air mata.

Hal lain yang tidak terlepas mengambil perhatian dari siswa

yaitu situasi dan kondisi yang sedang terjadi disekitarnya. Apabila

ada siswa yang sedang mengajukan interupsi atau memberikan

pendapatnya, maka siswa lain juga akan memberikan perhatiannya

dengan melihat ke arah siswa yang sedang berbicara tersebut dan

juga mengamati setiap gerak-geriknya pada saat berbicara.

b. Aktivitas lisan

Aktivitas berbicara salah satu aktivitas penting selama proses

pelaksanaan bimbingan klasikal. Pembimbing hanya akan

mengarahkan dan memancing antusias dari siswa, selebihnya siswa

akan banyak memberikan tanggapan terhadap penyampaian

pembimbing. Siswa akan melakukan aktivitas seperti:

menyampaikan pendapat/gagasan, berdiskusi dengan teman

(31)

Selama mengikuti kegiatan di dalam kelas, tidaklah mungkin

jika setiap siswa hanya akan diam saja, pasti akan ada situasi

dimana siswa menjadi gaduh karena pembicaraan mereka. Pada

aktivitas berbicara selama mengikuti bimbingan klasikal dapat

diamati pada saat siswa langsung membicarakan hal yang tidak dia

mengerti baik kepada pembimbing maupun teman sebangku ketika

penyampaian materi dari pembimbing. Siswa yang berpartisipasi

secara aktif tidak akan takut untuk menyampaikan pertanyaannya

sekalipun tidak ada teman yang lain yang bertanya, kemudian siswa

aktif juga akan tergerak dirinya untuk menyampaikan dengan

sendirinya gagasan yang ada dalam pikirannya mengenai materi

bimbingan klasikal pada saat itu.

c. Aktivitas mendengarkan

Pada aktivitas ini siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja,

melainkan juga meresapi setiap hal yang sedang dia dengarkan.

Mendengarkan dapat disebut dengan menyimak. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari menyimak yaitu

mendengarkan, memperhatikan dengan baik yang sedang diucapkan

oleh orang lain.

Terdapat 2 poin yang terlihat pada aktivitas mendengarkan ini,

pertama siswa aktif akan menyimak dengan fokus setiap

penyampaian dari pembimbing. Ketika pembimbing sedang

(32)

yang tidak akan mudah terganggu dengan hal-hal yang tidak penting

baginya, siswa hanya akan memberikan seluruh perhatiannya

kepada setiap penyampaian dari pembimbing. Kedua, siswa aktif

menyimak hal-hal yang disampaikan oleh siswa yang lain. Sama

halnya dengan ketika siswa menyimak setiap penyampaian dari

pembimbing, pada saat ada siswa lain yang sedang memberikan

pendapatnya maupun pertanyaan, siswa aktif akan menyimak

dengan tidak menyibukkan dirinya sendiri dan hanya melihat

kepada siswa lain yang sedang memberikan pendapat atau

pertanyaanya.

d. Aktivitas menulis

Pada pelaksanaan bimbingan klasikal, tidak menutup

kemungkinan bahwa ada siswa yang akan menulis. Pada awal

pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menayangkan

slide show sebagai media penyampaian materi. Siswa yang aktif

akan membuat sebuah catatan berupa poin-poin yang akan

membantunya untuk mempermudah memahami materi yang sedang

disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis juga dilakukan ditengah

pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu pembimbing membagikan

kertas lembar kerja siswa. Siswa diminta mengerjakan lembar kerja

tersebut sesuai dengan pedoman yang diberikan pembimbing dan isi

dari lembar kerja tersebut berkaitan dengan materi bimbingan

(33)

Pada akhir bimbingan klasikal, pembimbing akan memberikan

lembar refleksi yang akan dikerjakan oleh siswa. Lembar refleksi

biasanya menjadi salah satu minat dari siswa untuk menuliskan

seluruh hal yang telah ia terima dalam proses pelaksanaan

bimbingan klasikal. Siswa aktif akan dengan sungguh-sungguh

mengisi lembar tersebut serta membaca dengan cermat setiap

pertanyaan yang ada dalam lembar refleksi tersebut, sehingga pasti

tidak akan cepat-cepat mengisinya.

e. Aktivitas motorik

Selama pelaksanaan bimbingan klasikal siswa tidak hanya

duduk diam, melainkan akan bergerak aktif. Pada aktivitas motorik

dapat difokuskan oleh pembimbing pada saat melaksanakan

permainan berkelompok. Pembimbing telah menyiapkan konsep

permainan yang akan digunakan untuk membantu visualisasi dari

materi bimbingan klasikal pada saat itu. Siswa akan melakukan dan

menyelesaikan permainan yang telah disiapkan oleh pembimbing

sampai berhasil, siswa tidak diperkenankan berhenti sampai

permainan yang sedang dilakukan mencapai hasilnya. Selain itu,

dibutuhkan kerjasama dari siswa yang berada dalam kelompok juga

untuk menyelesaikan permainan.

Parstisipasi aktif setiap siswa dalam kelompok dibutuhkan untuk

mencapai hasil. Siap membantu sesama anggota kelompok dalam

(34)

mencobanya meskipun tidak yakin akan berhasil merupakan hal-hal

yang dilakukan oleh siswa yang memiliki partisipasi secara aktif.

Selain itu, siswa aktif juga tidak segan membantu teman lain

kelompok yang terlihat kebingungan memecahkan permasalahan

dari permainan tersebut.

f. Aktivitas berpikir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir memiliki arti

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan

memutuskan. Secara umum setiap manusia pasti akan menggunakan

akal budinya untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan

dengan kehidupannya. Tidak jauh dari hal itu dalam pelaksanaan

bimbingan klasikalpun akal budi juga dibutuhkan didalamnya. Pada

aktivitas berpikir siswa akan dilihat sejauh mana mereka mengingat

materi yang sedang dibahas pada bimbingan klasikal saat itu.

Terkadang pembimbing akan menanyakan apa kaitan antara video

yang ditampilkan dan permainan yang diberikan dengan materi

bimbingan klasikal saat itu. Siswa aktif akan berani memberikan

jawaban yang sesuai dengan isi dari materi bimbingan klasikal.

Selain itu, siswa aktif juga ikut berperan serta dalam

menganalisis serta memecahkan masalah pada saat permainan

berlangsung. Siswa akan berdiskusi dengan teman dan saling

mendengarkan pendapat dalam kelompok tersebut. Hal tersebut

(35)

membuat siswa terbiasa untuk memberikan pendapatnya dan

membuat dirinya berpartisipasi aktif terlibat dalam permasalahan

yang sedang dialami oleh anggota kelompok.

g. Aktivitas emosional

Emosi memang hanya dirasakan oleh setiap pribadi, namun

emosi dapat tampak ketika seseorang sedang meluapkan kedalam

sebuah tindakan. Pada pelaksanaan bimbingan klasikal sekalipun,

luapan emosi tidak luput dari siswa secara pribadi. Akan nampak

siswa yang mampu menyampaikan emosi yang sedang dia rasakan

dengan tepat atau tidak, misalnya: siswa yang sedang dilanda

kesedihan karena masalah asmaranya dia akan meluapkan emosinya

dengan menangis maupun menunjukkan raut wajah yang sedih

namun, jika siswa mengerti bahwa dia sedang mengikuti bimbingan

klasikal maka dia akan menyimpan sementara kesedihan yang

sedang dia rasakan dan mengikuti bimbingan klasikal seperti siswa

lainnya.

Adapula siswa yang mampu mengolah emosinya selama

pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal ini sering dijumpai pada siswa

yang emosinya masih belum labil, misalnya seorang siswa yang

sedang merasa sebal kemudian ada teman yang mengganggunya

maka, dia tidak akan segan untuk memaki temannya dengan

kata-kata kasar. Berbeda dengan siswa aktif yang mampu mengolah

(36)

sebal karena pendapatnya ditolak oleh temannya sendiri, dia tetap

menghargainya dengan tetap tersenyum dan mendengarkan

masukan dari teman yang menolak pendapatnya tersebut.

3. Tahap-tahap Partisipasi

Cohen dan Uphoff (dalam Intania 2003) membagi partisipasi ke dalam

beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan

dengan keikutsertaan dalam pertemuan kelompok.

b. Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi, berupa:

1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran.

2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi.

3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota kelompok.

c. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan sebagai indikator

keberhasilan partisipasi pada tahap perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan. Selain itu, adanya peran langsung dalam kegiatan, maka

semakin bermanfaat.

d. Tahap evaluasi, dianggap penting karena partisipasi pada tahap ini

dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi

(37)

B. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Pelayanan bimbingan secara professional di Indonesia sampai pada saat

ini lebih difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku

sekolah dan terealisasi sampai tahap pembimbingan sekolah dan

Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti, 2012; 1). Shertzer & Stone (dalam

Winkel dan Hastuti, 2012: 1) merumuskan bimbingan sebagai suatu

proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya dan

lingkungan hidupnya.

Istilah Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris yaitu Guidance dan Counseling. Kata Guidance yang memiliki

beberapa artian yaitu menunjukkan jalan, memimpin, menuntun,

memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberi nasihat.

Smith (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 94) menyampaikan bahwa

bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada

individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan, rencana, dan

interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri.

Istilah klasikal diambil dari Bahasa Inggris “class” yang berarti

sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan klasikal

adalah pelayanan bimbingan yang diberikan pada siswa secara

berkelompok yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan

(38)

Winkel dan Hastuti (2012: 563) mengatakan bahwa bimbingan

kelas/klasikal adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih

dari satu orang pada waktu yang bersamaan. Gadza (dalam Prayitno dan

Amti, 2004) menambahkan bimbingan klasikal bersama dengan

pembimbing juga memberikan informasi yang bersifat karier, belajar dan

personal-sosial, karena ketiga hal tersebut menunjuk pada bimbingan

klasikal pribadi-sosial, belajar, dan karier. Selain itu, bahwa bimbingan

klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal

masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari

pengalaman pembimbingan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti,

2012).

2. Tujuan Bimbingan Klasikal

Myers (Prayitno dan Amti, 2004: 114) mengatakan bahwa tujuan

bimbingan klasikal yaitu untuk membantu individu mengembangkan

dirinya, dalam mengadakan perubahan positif pada diri individu terebut.

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 547), tujuan bimbingan klasikal adalah

menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial

masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam

kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota

kelompok.

Selain itu bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani

(39)

sendiri, dan tindakan-tindakannya. Orang yang dilayani tersebut mampu

untuk menghadapi ketakutan yang dialami sendiri, mencapai batas

kemampuan yang dia miliki, dan berani mengambil keputusan serta

menanggung resiko dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 565-566), bimbingan klasikal

bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi siswa.

Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain:

a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa

sekaligus dapat mengenal siswa.

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan

dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang

memang dibutuhkan oleh semua siswa.

c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga

alternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.

Manfaat bagi para siswa antara lain:

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka

memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor.

b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan

(40)

c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada

dalam kelompok.

d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan

dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu

kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya.

e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila

dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya

diketengahkan oleh konselor saja.

f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk

dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau

bersifat tertutup.

4. Ragam Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 114-118), terdapat 3 ragam

bimbingan antara lain:

a. Bimbingan Karier

Bimbingan ini merupakan bimbingan untuk mem-persiapkan

diri dalam menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan

pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekalinya, dan

dalam menyesuaikan diri dari lapangan pekerjaan yang telah

dimasuki. Bagi siswa/pelajar hal konkrit dalam bimbingan ini yaitu

(41)

SMP, SMP ke SMA, dan SMA ke Perguruan Tinggi atau

sejenisnya.

b. Bimbingan Akademik (Bimbingan Belajar)

Bimbingan ini merupakan bimbingan dalam hal menemukan

cara belajar yang tepat, memilih program studi yang tepat, dan

mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan tuntutan belajar di

institusi pembimbingan. Bagi siswa/pelajar bimbingan ini dapat

difokuskan dalam keberhasilan atau kegagalan belajar di sekolah.

c. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan ini merupakan bimbingan dalam menghadapi

keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam

dirinya sendiri, mengatur dirinya sendiri dalams segala hal,

perawatan jasmani, pengisi waktu luang, dan masih banyak hal

lainnya. Bagi siswa/pelajar bimbingan ini dapat difokuskan pada

pengaturan kegiatan sehari-hari.

5. Metode-metode Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Tugas konselor sekolah sebagai pengajar atau pelatih hanyalah sebagai

fasilitator, yaitu menyediakan situasi pembelajaran yang terstruktur, agar

pembelajar bisa mengalami berbagai tahap pembelajaran secara efektif

sehingga mampu mencapai tujuan belajar secara optimal (Supratiknya,

2011: 81). Berikut ini akan dipaparkan beberapa metode yang mendukung

(42)

partisipasi aktif siswa dalam mengikuti rangakaian pelaksanaan bimbingan

klasikal, yaitu:

a. Metode Ceramah

1) Pengertian

Ceramah merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan

penuturan lisan dari pembimbing kepada peserta didik (Efi, Sri,

Tukiran, 2014: 45). Winarno Surachmad (dalam Suryosubroto,

2002: 165) memaparkan bahwa ceramah merupakan metode

mengajar dengan me-nuturkan materi secara lisan oleh pembimbing

terhadap peserta didik. Metode ceramah ini sering digunakan

sebagai pengantar sebelum pembimbing menggunakan metode lain

dalam sesi selanjutnya.

Pada awal pelaksanaan biasanya pembimbing akan

menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, hal

tersebut dilakukan supaya pembimbing dapat menyampaikan

informasi secara cepat dalam jumlah banyak dan dengan waktu

yang singkat. Meskipun disadari, bahwa dalam penggunaan metode

ceramah yang terlalu lama akan menunrunkan konsentrasi dan

minat dari peserta didik.

2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Ceramah

Meskipun metode ceramah cenderung membosankan, namun

(43)

pembelajaran aktif. Suryosubroto (2002: 169) memaparkan

langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan

metode ceramah, antara lain:

a) Merumuskan tujuan pembicaraan yang akan disampaikan

kepada peserta didik. Sekurang-kurangnya telah membuat

ringkasan jelas dan mengkhususkan materi yang akan

disampaikan.

b) Bahan ceramah telah disusun sedemikian rupa sehingga

peserta didik dapat mengerti dan paham akan alur

pembicaraan dari pembimbing. Selain itu bahan ceramah

yang telah dipersiapkan kurang lebih akan menarik perhatian

dari peserta didik, karena peserta didik akan memperhatikan

bahan materi yang berguna bagi kehidupan mereka.

c) Menyusun alur yang akan disampaikan, mula-mula

menyampaikan tentang pengertian dari materi yang akan

disampaikan, kemudian disusul dengan bagian utama dan

penjelasan poin-poin. Pada akhirnya menyimpulkan dari

keseluruhan bahan yang telah disampaikan, pada bagian ini

dapat digunakan gambar sebagai penguat.

3) Penerapan dalam Bimbingan Klasikal

Pada awal pertemuan, biasanya pembimbing akan memberikan

tema besar dari sesi bimbingan jam tersebut. Setelah itu,

(44)

materi yang akan disampaikan, pada sesi ini pembimbing dapat

menggunakan media gambar maupun video. Pembimbing

menyampaikan poin inti dari keseluruhan materi yang akan

diberikan, supaya peserta didik dapat berpikiran yang sama dengan

pembimbing. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengurangi

perbedaan pemikiran dalam pelaksanaan bimbingan klasikal.

Keseluruhan rangkaian pelaksanaan bimbingan klasikal,

pembimbing akan menyampaikannya secara lisan dan hanya

terfokus pada satu arahan yang sudah disusun pada saat membuat

rangkaian aktivitas pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu,

pembimbing memiliki porsi berbicara yang lebih banyak daripada

siswa untuk memberikan penjelasan mengenai materi bimbingan.

Siswa hanya mendengarka penyampaian dari pembimbing dan

apabila diperlukan siswa dapat membuat catatan kecil mengenai

penyampaian dari pembimbing.

b. Metode Diskusi

1) Pengertian

Diskusi menurut Hasibuan dan Moedjiono (Efi, Sri, Tukiran,

2014: 23) merupakan suatu proses penglihatan dua atau lebih

individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan

muka mengenai tujuan yang telah ditentukan melalui cara tukar

(45)

masalah. Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 179) metode

diskusi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dari guru yang

memberikan kesempatan pada kelompok-kelompok siswa, untuk

mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat,

membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif pemecahan

masalah.

Diskusi yang baik bukan hanya timbul dari pembimbing, tetapi

lebih tepat jika timbul dari peserta didik yang muncul setelah

memahami masalah dan situasi yang dihadapinya. Pembimbing

dalam hal ini membantu mengarahkan peserta didik untuk

menyadari bahan diskusi supaya tidak melebar. Suryosubroto

(2002:185) memaparkan bahwa metode diskusi dalam proses

belajar-mengajar memiliki keuntungan yang cukup banyak, yakni

(1) melibatkan semua siswa secara langsung; (2) setiap siswa dapat

menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan akan materi

pembelajarannya masing-masing; (3) dapat menumbuh-kan dan

mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah; (4) siswa dapat

memperoleh kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri apabila

mampu mengajukan dan mempertahankan pendapatnya; (5)

menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap

(46)

2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi

Metode diskusi dapat berjalan dengan baik apabila peserta didik

telah memiliki konsep dasar tentang materi atau permasalahan yang

akan didiskusikan. Suryosubroto (2002: 181) memiliki pendapat

mengenai langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi, antara lain:

a) Pembimbing memberikan masalah yang akan didiskusikan

dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara

pemecahannya. Pokok masalah yang akan didiskusikan dapat

ditentukan bersama dengan peserta didik, yang terpenting

bahan yang diskusi tersebut dipahami oleh keseluruhan

siswa.

b) Setelah terbentuk kelompok-kelompok, guru mengarahkan

setiap kelompok untuk memilih pemimpin diskusi, pencatat

diskusi, pelapor, mengatur tempat duduk, dan lain

sebagainya. Pemimpin diskusi mendapat posisi yang paling

penting selain memahami dan menguasai materi, pemimpin

diskusi juga memiliki wibawa yang disegani oleh

teman-temannya dan juga dalam penyampaian dapat menggunakan

bahasa yang baik. Paling penting, bahwa pemimpin diskusi

dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis dalam memimpin

jalannya diskusi.

c) Selama para peserta didik berdiskusi dalam kelompok,

(47)

lainnya. Hal tersebut dilakukan supaya ketertiban tetap

terjaga dan pembimbing dapat membantu sewaktu-waktu

ketika dibutuhkan oleh salah satu kelompok.

d) Setelah waktu diskusi dalam kelompok selesai maka, setiap

kelompok melaporkan hasil diskusinya. Guru memberikan

ulasan akan laporan kelompok tersebut, disamping itu

kelompok yang lain juga dapat memberikan tanggapan akan

ulasan kelompok yang memaparkan tersebut.

e) Pada akhirnya, semua siswa mencatat hasil-hasil diskusi dan

guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap

kelompok, kemudian menjadikan satu dalam file kelas.

3) Penerapan dalam Bimbingan Klasikal

Metode diskusi juga dapat digunakan dalam pemaparan teori

atau konsep. Pembimbing dapat mencapur dua metode yaitu metode

cerama dan metode diskusi, hal tersebut dilakukan supaya siswa

dapat lebih tergali pengetahuannya dan alur komunikasi lebih

terlihat didalamnya. Pembimbing dapat melangsungkan metode

diskusi setelah seluruh materi disampaikan, tujuannya supaya dapat

menggali sejauh mana pemahaman peserta didik dalam menangkap

materi yang telah disampaikan.

Diskusi yang dilakukan oleh pembimbing sesuai dengan materi

yang dibahas dalam bimbingan klasikal. Selain itu, diskusi dapat

(48)

maupun siswa kepada siswa. Diskusi yang dilakukan dalam

pelaksanaan bimbingan klasikal dimaksudkan untuk mengolah dan

mengembangkan kemampuan serta keberanian siswa dalam

mengungkapkan pendapatnya. Hal itu dilakukan agar dalam

pelaksanaan bimbingan klasikal muatan materi semakin tergali.

c. Metode Sosiodrama

1) Pengertian

Sosiodrama berasal dari dua kata, yaitu sosio dan drama. Sosio

yang berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat,

menunjuk pada kegiatan sosial, dan drama yang berarti

mempertunjukkan dan mempertontonkan. Metode sosiodrama

merupakan cara menyajikan bahan pelajaran dengan

mempertontonkan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi,

sosiodrama merupakan metode mengajar yang men-dramatisasikan

suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta

didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dalam situasi

sosial (Sagala dalam Efi, Sri, Tukiran, 2014: 39)

Metode sosiodrama dapat digunakan dalam semua sistem

pembelajaran yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku.

Hamailik (dalam Efi, Sri, Tukiran 2014: 40) mengatakan bahwa

(49)

melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan

sehari hari.

2) Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal

Metode sosiodrama dapat dilakukan setelah pembimbing

memaparkan materi. Pelaksanaan sosiodrama pun disesuaikan

dengan tema yang sedang dibahas. Misalnya, tema tersebut

mengenai kebersihan lingkungan, maka metode sosiodrama dapat

dilakukan. Selain tema, waktu dan tempat juga menjadi perhatian

dalam pelaksanaannya supaya peserta didik dapat memahami dan

meresapi dengan sungguh makna dari pelaksanaan sosiodrama

tersebut.

Pembimbing dapat mengamati dari penyampaian dialog setiap

kelompok, apakah sudah mencakup isi dari materi yang sebelumnya

disampaikan atau belum. Kelompok yang lain juga sebaiknya

menilai penampilan dari kelompok yang lain, sebagai masukan

untuk menambah pemahaman kelompok penampil tersebut.

d. Metode Belajar Eksperiensial

1) Pengertian

Menurut Supratiknya (2011: 80), experiential learning atau

pembelajaran berbasis pengalaman pada dasarnya merupakan

pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pendekatan

(50)

tinggi dari siswa. Siswa sendiri yang harus aktif melakukan atau

mengalami aktivitas atau sebuah peristiwa, mengolah, memaknai

serta menafsirkan pengalaman belajarnya tersebut dengan bantuan

orang lain khususnya sesama siswa, dan berusaha menerapkan hasil

pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar

lingkungan pembelajaran, yaitu dalam konteks nyata kehidupan

sehari-hari.

2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Eksperiensial

Menurut Pfeiffer & Jones (dalam Supratiknya, 2011: 78) model

pembelajaran ini meliputi suatu siklus belajar dari pengalaman yang

terdiri atas 5 tahap pengalaman atau aktivitas, antara lain:

a) Mengalami. Perserta terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan

tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati

objek secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.

Pfeiffer & Jones mengingatkan jika model ini berhenti

sampai disini, maka kegiatan pembelajarannya hanya sekedar

fun and games. Maka, perlu dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

b) Membagikan. Peserta membagikan hasil pelaksanaan tugas

atau hasil dari pengamatannya terhadap suatu objek termasuk

reaksi pribadinya baik berupa tanggapan pikiran maupun

tanggapan perasaannya kepada seluruh peserta.

c) Memroses. Peserta mengolah hal yang sudah dia dapatkan

(51)

bersama dengan peserta yang lain, kemudian menemukan

makna serta hubungan yang muncul dari penyampaian

peserta yang lain.

d) Merumuskan kesimpulan. Pada tahap ini peserta diajak dan

dibantu untuk menyimpulkan hipotesis-hipotesis dan

merumuskan manfaat untuk didiskusikan bersama.

e) Menerapkan. Pada tahap ini pembimbing perlu memastikan

bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi

atau makna dan manfaat dari pelatihan yang baru saja

dijalaninya. Serta peserta memiliki tekad untuk menerapkan

hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal

Pelaksanaan bimbingan klasikal, metode pembelajaran

eksperiensial merupakan salah satu metode yang menyuguhkan

peristiwa nyata bagi peserta didik. Hal tersebut bahkan dialami

langsung oleh peserta didik yang terjadi dalam kehidupannya

sehari-hari. Sebelum pembimbing memberikan bimbingan klasikal,

pembimbing sudah memberikan survei kebutuhan kepada peserta

didik. Selain untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang belum

mereka penuhi, tetapi juga memberikan pengalaman lain bagi setiap

peserta didik.

Contoh konkrit yaitu ketika materi yang sedang dibahas

(52)

bagaimana mengatur waktu untuk belajar dan selama belajar saja.

Namun, bagi siswa lain mengatur waktu adalah mengatur

keseluruhan waktu yang dia miliki mulai dari bangun pagi, sarapan,

berangkat ke sekolah, bermain, belajar, sampai bermain HP. Hal-hal

tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran langsung bagi siswa lain

yang belum pernah merasakan dan mengalaminya.

C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah remaja, dikenal dengan sebutan adolescence, berasal dari bahasa

Latin yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.

Menurut Hurlock (1990: 206) awal masa remaja ber-langsung kira-kira

dari 13 tahun sampai 16/17 tahun, pada masa ini remaja juga mengalami

perubahan fisik maupun psikis. Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat

yang pasti, karena remaja tidak termasuk golongan anak tetapi juga tidak

termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja berada diantara anak dan

orang dewasa (Rahayu, 2006: 259).

Calon (dalam Rahayu, 2006: 260) mengatakan bahwa masa remaja

jelas menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau peralihan, hal itu

disebabkan karena remaja belum mendapatkan status dewasa dan sudah

tidak termasuk dalam golongan anak-anak. Golongan remaja umumnya

berada di masa sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Meskipun

(53)

namun gejala yang dapat jelas terlihat yaitu timbulnya seksualitas.

Setidaknya permulaan awal remaja juga disebut masa pubertas. Selain itu,

pada masa remaja juga terdapat tugas-tugas perkembangan dan tugas

perkembangan setiap remaja berbeda-beda.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja memiliki tugas perkembangan dalam dirinya, menurut

Havighurst (dalam Hurlock, 1990: 10), tugas-tugas perkembangan remaja

yang sesuai dengan kebutuhan dalam menumbuhkan partsipasi aktif adalah

menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif dan

mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Kedua hal tersebut mendukung bagi remaja untuk meningkatkan

partisipasi aktif remaja alasannya karena setiap remaja akan menggunakan

fisiknya untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan

partisipasi. Selain itu, pencapaian perilaku sosial yang bertanggung jawab

juga perlu dilakukan oleh remaja karena remaja akan berinteraksi

langsung/bersosialisasi dengan masyarakat.

Tugas perkembangan remaja tersebut diharapkan dapat membantu

remaja untuk meningkatkan partisipasi aktifnya baik secara dirinya sendiri

maupun dengan masyarakat. Tugas perkembangan remaja tersebut yang

mampu membantu remaja dapat melihat lebih dalam tugasnya pada

(54)

3. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan periode

sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003) antara

lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan

yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada

individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan

selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti per-kembangan

masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang

dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya

untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menetukan pola perilaku,

nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan pada emosi, perubahan tubuh,

minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada

nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja

berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perananya

dalam masyarakat.

e. Masa remaja adalah masa yang menimbulkan ketakutan, karena sulit

diatur, dan cenderung berperilaku yang kurang baik.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung

(55)

sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan

sebagaimana adanya terlebih ketika menentukan cita-citanya.

g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan

atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia

sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir

atau sudah dewasa yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,

menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.

4. Partisipasi Aktif Remaja dalam Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002: 78) mengatkan bahwa

partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi

kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan

perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung jawab bersama.

Winkel dan Hastuti (2012: 563) mengatakan bahwa bimbingan klasikal/

kelas adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada satu orang pada

waktu yang bersamaan.

Remaja yang turut memberikan partisipasi aktifnya dalam pelaksaan

bimbingan klasikal dapat membuat rangkaian bimbingan klasikal menjadi

optimal. Perlunya memiliki tanggung jawab dalam diri remaja juga sangat

dibutuhkan disamping untuk memenuhi tugasnya sebagai remaja juga

untuk menumbuhkan partisipasi aktifnya selama mengikuti bimbingan

(56)

berdiskusi, menyimak, mengingat materi bimbingan, dan mengolah emosi

(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi

penelitian, antara lain jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen pengumpulan

data, validitas dan reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan data dan teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitaf dengan

menggunakan metode survei. Furchan (2005: 415) mengatakan penelitian

deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi

dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif

besar jumlahnya. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran tentang partisipasi aktif siswa dalam mengikuti

bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun

Ajaran 2015/2016.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016, terdapat 4 kelas yaitu XA, XB, XC, dan

XD. Satu kelas digunakan sebagai uji coba dan tiga kelas digunakan sebagai

penelitian. pemilihan sampling dalam penelitian ini adalah random sampling.

Sampel adalah proses pemilihan sejumlah individu untuk suatu penelitian

sedemikian rupa sehingga individu-individu tersebut merupakan perwakilan

Gambar

Grafik 1. Kategorisasi Partisipasi Aktif Siswa Kelas X
gambar maupun
Tabel 1 Data Uji Coba Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu
Tabel 3 Skoring Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika ada tamu yang datang untuk check in dan resepsionis memberikan daftar harga kamar, tamu tersebut memilih harga promo dari kamar standar yaitu harga yang

Plot garis biru faktor gesekan untuk aliran di wilayah bergolak sepenuhnya grafik, sedangkan plot garis lurus hitam faktor gesekan untuk aliran laminar di wilayah seluruhnya

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Sejalan dengan pembahasan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian serupa dengan Ahmad dan Fatima (2008) yaitu melakukan pengujian terhadap hubungan langsung

Berdasarkan analisis pengaruh nilai tukar mata uang (kurs) rupiah terhadap dollar di Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa Nilai tukar mata uang selalu mengalami kenaikan

Visi Kementerian Perindustrian sampai dengan 2014 : Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pencegahan

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan lamanya hemodialisis, baik penilaian status gizinya dengan Skinfold maupun LILA