• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Hakikat Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yang berarti turut berperan serta atau pengambilan bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi yang melibatkan pribadi seseorang semestinya juga melibatkan seluruh aspek yang ada dalam diri pribadi tersebut. Secara psikologis, partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang menunjukkan sejauh mana setiap pribadi yang tergabung dalam kelompok bisa menikmati posisinya, sehingga konsep partisipasi sangat terkait dengan masalah kejiwaan.

Seperti yang dikatakan oleh Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002: 278) bahwa partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung jawab bersama tersebut. Sedangkan menurut Svinicki (dalam Efi, Sri, Tukiran, 2010: 56) partisipasi dalam kelas didefinisikan sebagai ke-terlibatan aktif siswa dalam permuculan ide-ide dan informasi, sehingga kesempatan belajar dan pengingatan materi tahan lama.

Peneliti menarik kesimpulan bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan setiap pribadi yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk terlibat memunculkan ide-ide maupun informasi. Setiap pribadi yang terlibat aktif mampu menyertakan seluruh aspek-aspek diri pribadi masing-masing, guna mencapai tujuan dan tanggung jawab bersama.

2. Aspek-aspek Partispasi Aktif

Partisipasi siswa dalam bimbingan klasikal dapat terlihat pada aktivitas siswa, menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2009: 101) partisipasi dapat terlihat dari semua aspek dari dirinya, maksudnya adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badannya untuk membuat sesuatu, merasakan sesuatu, dan menyelesaikan sebuah permainan. Peserta didik tidak akan hanya duduk diam, mendengarkan, melihat atau pasif.

a. Aktifitas visual

Aktivitas ini memfokuskan pada pengelihatan, karena siswa akan lebih banyak memperhatikan penyampaian dari pembimbing maupun dari siswa lain yang akan memberikan interupsi. Selama pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menyampaikan materi menggunakan media slide show. Siswa akan memberikan perhatiannya kepada slide show, siswa akan terlihat membaca setiap isi dari setiap slide show. Siswa yang sungguh-sungguh memperhatikan isi dari slide show tidak akan mudah tertarik dengan situasi yang ada disekitarnya misalnya: ada keramaian diluar kelas,

siswa lain yang sedang mengobrol, maupun suara-suara mengganggu lainnya.

Selain menampilkan materi, isi slide show juga akan menampilkan film. Media film digunakan untuk membantu siswa menangkap lebih jelas maksud dari materi yang sedang dipaparkan sebelumnya. Siswa yang memperhatikan film dengan saksama akan mudah larut dalam alur cerita dari film tersebut,contohnya: film mengenai kisah sedih maka siswa akan meneteskan air mata.

Hal lain yang tidak terlepas mengambil perhatian dari siswa yaitu situasi dan kondisi yang sedang terjadi disekitarnya. Apabila ada siswa yang sedang mengajukan interupsi atau memberikan pendapatnya, maka siswa lain juga akan memberikan perhatiannya dengan melihat ke arah siswa yang sedang berbicara tersebut dan juga mengamati setiap gerak-geriknya pada saat berbicara.

b. Aktivitas lisan

Aktivitas berbicara salah satu aktivitas penting selama proses pelaksanaan bimbingan klasikal. Pembimbing hanya akan mengarahkan dan memancing antusias dari siswa, selebihnya siswa akan banyak memberikan tanggapan terhadap penyampaian pembimbing. Siswa akan melakukan aktivitas seperti: menyampaikan pendapat/gagasan, berdiskusi dengan teman sebangku, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan kesimpulan.

Selama mengikuti kegiatan di dalam kelas, tidaklah mungkin jika setiap siswa hanya akan diam saja, pasti akan ada situasi dimana siswa menjadi gaduh karena pembicaraan mereka. Pada aktivitas berbicara selama mengikuti bimbingan klasikal dapat diamati pada saat siswa langsung membicarakan hal yang tidak dia mengerti baik kepada pembimbing maupun teman sebangku ketika penyampaian materi dari pembimbing. Siswa yang berpartisipasi secara aktif tidak akan takut untuk menyampaikan pertanyaannya sekalipun tidak ada teman yang lain yang bertanya, kemudian siswa aktif juga akan tergerak dirinya untuk menyampaikan dengan sendirinya gagasan yang ada dalam pikirannya mengenai materi bimbingan klasikal pada saat itu.

c. Aktivitas mendengarkan

Pada aktivitas ini siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja, melainkan juga meresapi setiap hal yang sedang dia dengarkan. Mendengarkan dapat disebut dengan menyimak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari menyimak yaitu mendengarkan, memperhatikan dengan baik yang sedang diucapkan oleh orang lain.

Terdapat 2 poin yang terlihat pada aktivitas mendengarkan ini,

pertama siswa aktif akan menyimak dengan fokus setiap

penyampaian dari pembimbing. Ketika pembimbing sedang menyampaikan materi maupun sedang memutarkan video siswa

yang tidak akan mudah terganggu dengan hal-hal yang tidak penting baginya, siswa hanya akan memberikan seluruh perhatiannya kepada setiap penyampaian dari pembimbing. Kedua, siswa aktif menyimak hal-hal yang disampaikan oleh siswa yang lain. Sama halnya dengan ketika siswa menyimak setiap penyampaian dari pembimbing, pada saat ada siswa lain yang sedang memberikan pendapatnya maupun pertanyaan, siswa aktif akan menyimak dengan tidak menyibukkan dirinya sendiri dan hanya melihat kepada siswa lain yang sedang memberikan pendapat atau pertanyaanya.

d. Aktivitas menulis

Pada pelaksanaan bimbingan klasikal, tidak menutup kemungkinan bahwa ada siswa yang akan menulis. Pada awal pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menayangkan

slide show sebagai media penyampaian materi. Siswa yang aktif

akan membuat sebuah catatan berupa poin-poin yang akan membantunya untuk mempermudah memahami materi yang sedang disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis juga dilakukan ditengah pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu pembimbing membagikan kertas lembar kerja siswa. Siswa diminta mengerjakan lembar kerja tersebut sesuai dengan pedoman yang diberikan pembimbing dan isi dari lembar kerja tersebut berkaitan dengan materi bimbingan klasikal yang sedang disampaikan.

Pada akhir bimbingan klasikal, pembimbing akan memberikan lembar refleksi yang akan dikerjakan oleh siswa. Lembar refleksi biasanya menjadi salah satu minat dari siswa untuk menuliskan seluruh hal yang telah ia terima dalam proses pelaksanaan bimbingan klasikal. Siswa aktif akan dengan sungguh-sungguh mengisi lembar tersebut serta membaca dengan cermat setiap pertanyaan yang ada dalam lembar refleksi tersebut, sehingga pasti tidak akan cepat-cepat mengisinya.

e. Aktivitas motorik

Selama pelaksanaan bimbingan klasikal siswa tidak hanya duduk diam, melainkan akan bergerak aktif. Pada aktivitas motorik dapat difokuskan oleh pembimbing pada saat melaksanakan permainan berkelompok. Pembimbing telah menyiapkan konsep permainan yang akan digunakan untuk membantu visualisasi dari materi bimbingan klasikal pada saat itu. Siswa akan melakukan dan menyelesaikan permainan yang telah disiapkan oleh pembimbing sampai berhasil, siswa tidak diperkenankan berhenti sampai permainan yang sedang dilakukan mencapai hasilnya. Selain itu, dibutuhkan kerjasama dari siswa yang berada dalam kelompok juga untuk menyelesaikan permainan.

Parstisipasi aktif setiap siswa dalam kelompok dibutuhkan untuk mencapai hasil. Siap membantu sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan permainan, memberikan sumbangan ide, dan berani

mencobanya meskipun tidak yakin akan berhasil merupakan hal-hal yang dilakukan oleh siswa yang memiliki partisipasi secara aktif. Selain itu, siswa aktif juga tidak segan membantu teman lain kelompok yang terlihat kebingungan memecahkan permasalahan dari permainan tersebut.

f. Aktivitas berpikir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir memiliki arti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan. Secara umum setiap manusia pasti akan menggunakan akal budinya untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya. Tidak jauh dari hal itu dalam pelaksanaan bimbingan klasikalpun akal budi juga dibutuhkan didalamnya. Pada aktivitas berpikir siswa akan dilihat sejauh mana mereka mengingat materi yang sedang dibahas pada bimbingan klasikal saat itu. Terkadang pembimbing akan menanyakan apa kaitan antara video yang ditampilkan dan permainan yang diberikan dengan materi bimbingan klasikal saat itu. Siswa aktif akan berani memberikan jawaban yang sesuai dengan isi dari materi bimbingan klasikal.

Selain itu, siswa aktif juga ikut berperan serta dalam menganalisis serta memecahkan masalah pada saat permainan berlangsung. Siswa akan berdiskusi dengan teman dan saling mendengarkan pendapat dalam kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan selain supaya permainan berhasil diselesaikan juga

membuat siswa terbiasa untuk memberikan pendapatnya dan membuat dirinya berpartisipasi aktif terlibat dalam permasalahan yang sedang dialami oleh anggota kelompok.

g. Aktivitas emosional

Emosi memang hanya dirasakan oleh setiap pribadi, namun emosi dapat tampak ketika seseorang sedang meluapkan kedalam sebuah tindakan. Pada pelaksanaan bimbingan klasikal sekalipun, luapan emosi tidak luput dari siswa secara pribadi. Akan nampak siswa yang mampu menyampaikan emosi yang sedang dia rasakan dengan tepat atau tidak, misalnya: siswa yang sedang dilanda kesedihan karena masalah asmaranya dia akan meluapkan emosinya dengan menangis maupun menunjukkan raut wajah yang sedih namun, jika siswa mengerti bahwa dia sedang mengikuti bimbingan klasikal maka dia akan menyimpan sementara kesedihan yang sedang dia rasakan dan mengikuti bimbingan klasikal seperti siswa lainnya.

Adapula siswa yang mampu mengolah emosinya selama pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal ini sering dijumpai pada siswa yang emosinya masih belum labil, misalnya seorang siswa yang sedang merasa sebal kemudian ada teman yang mengganggunya maka, dia tidak akan segan untuk memaki temannya dengan kata-kata kasar. Berbeda dengan siswa aktif yang mampu mengolah emosinya selama pelaksanaan bimbingan klasikal, misalnya siswa

sebal karena pendapatnya ditolak oleh temannya sendiri, dia tetap menghargainya dengan tetap tersenyum dan mendengarkan masukan dari teman yang menolak pendapatnya tersebut.

3. Tahap-tahap Partisipasi

Cohen dan Uphoff (dalam Intania 2003) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam pertemuan kelompok.

b. Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi, berupa: 1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran.

2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi.

3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota kelompok. c. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan partisipasi pada tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Selain itu, adanya peran langsung dalam kegiatan, maka semakin bermanfaat.

d. Tahap evaluasi, dianggap penting karena partisipasi pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

B. Hakikat Bimbingan Klasikal

Dokumen terkait