• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI

SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN

AJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Patresia Tenika Dian Saktia NIM : 031114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN

AJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Patresia Tenika Dian Saktia NIM : 031114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(3)

S K R I P S I

DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Oleh :

Patresia Tenika Dian Saktia NIM: 031114036

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Patresia Tenika Dian Saktia

NIM: 031114036

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 20 Oktober 2008

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si ... Sekretaris : A. Setyandari, S. Pd., Psi., M. A ... Anggota : Dra. M.J. Retno Priyani, M. Si ... Anggota : Drs. Wens Tanlain, M. Pd ... Anggota : Drs. Y.B. Adimassana, M. A ...

Yogyakarta, 20 Oktober 2008

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi 4 : 13)

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri”

(Amsal 3 : 5)

“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23 : 18)

Dengan penuh syukur dan terima kasih, kupersembahkan skripsi ini kepada:

 Tuhan Yesus Kristus

 Keluargaku (Bapak/Ibu/Adik)

 Teman/sahabat BK angkatan-03

 Komparem GKJ Kebonagung

(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Oktober 2008

Penulis

(7)

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Patresia Tenika Dian Saktia Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Rumusan masalah adalah bagaimana konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dan topik-topik bimbingan manakah yang dibutukan untuk mengembangkan konsep diri para siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 dan menyusun suatu usulan topik bimbingan yang dibutuhkan bagi perkembangan konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009.

Subyek dalam penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 94 orang. Instrumen yang digunakan adalah berupa kuesioner konsep diri yang disusun oleh penulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung skor yang diperoleh dari setiap alternatif jawaban, membuat tabulasi data, menghitung skor total yang diperoleh subyek dari setiap alternatif jawaban, menghitung frekuensi, menghitung persentase dan membuat distribusi frekuensi berdasarkan hasil penelitian.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: sebanyak 48 siswa (51.06%) berada dalam kategori sedang, sebanyak 27 siswa (28.72%) berada dalam kategori tinggi dan sebanyak 19 siswa (20.21%) berada dalam kategori rendah. Jumlah siswa seluruhnya adalah 94 orang dan persentase yang seharusnya diperoleh adalah 100%. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 dapat dikatakan positif. Kesimpulan tersebut didasarkan pada pencapaian skor yang diperoleh dalam kategori sedang dan tinggi. Meskipun demikian, ada beberapa siswa yang masih memiliki konsep diri yang negatif yaitu berdasarkan pada pencapaian skor dalam kategori rendah. Aspek-aspek konsep diri yang kurang dimiliki oleh para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah aspek diri pribadi. Pada aspek diri pribadi, para siswa masih kurang dalam hal kepuasan menilai diri, sejauhmana siswa menilai dirinya sebagai pribadi yang tepat. Para siswa masih berusaha untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya dan sulit menerima keadaan dirinya. Berdasarkan aspek-aspek konsep diri yang kurang dimiliki siswa tersebut, diusulkan beberapa topik-topik bimbingan korektif. Bimbingan korektif yaitu bimbingan yang bertujuan untuk mengoreksi perkembangan para siswa yang mengalami salah jalur dan disusun berdasarkan pada perolehan skor rendah item-item kuesioner konsep diri. Topik-topik bimbingan korektif yang diusulkan antara lain, menghilangkan rasa rendah diri,

(8)

mengembangkan sikap positif dan berpikir positif.

Aspek-aspek yang sudah dimiliki para siswa antara lain aspek diri keluarga, yaitu menerima keadaan keluarga apa adanya, aspek diri sosial, yaitu dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain, aspek diri fisik, yaitu mensyukuri kesehatan diri, aspek diri etik-moral, yaitu menyadari bahwa hidup membutuhkan orang lain dan diri pribadi, yaitu mengembangkan diri dengan melakukan kegiatan positif. Berdasarkan aspek-aspek konsep diri yang sudah dimiliki para siswa tersebut, diusulkan beberapa topik-topik bimbingan

developmental. Bimbingan developmental yaitu bimbingan yang bertujuan untuk membantu perkembangan para siswa seoptimal mungkin dan disusun berdasarkan pada perolehan skor tinggi item-item kuesioner konsep diri. Topik-topik bimbingan developmental yang diusulkan antara lain, menjalin relasi yang harmonis dalam keluarga, menjalin relasi yang baik dengan orang lain, menjalin persahabatan, memiliki sikap empati terhadap orang lain dan mengembangkan bakat/minat. Usulan topik-topik bimbingan tersebut dijabarkan dalam bentuk contoh satuan layanan bimbingan.

(9)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF STUDENTS SELF-CONCEPT IN XI GRADE IN PANGUDI LUHUR SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU YOGYAKARTA

IN ACADEMIC YEAR 2008/ 2009 AND ITS IMPLICATION TOWARD THE PROPOSAL OF COUNSELING TOPICS

Patresia Tenika Dian Saktia Sanata Dharma University

2008

This research was descriptive research. The problem formulation were what was the students self-concept in XI Grade in Pangudi Luhur Senior High School Sedayu Yogyakarta in academic year of 2008/2009 and which counseling topics were needed to develop the students self-concept . The purpose of this research was to gain description on the students self-concept in XI grade in Pangudi Luhur Senior High School Sedayu in academic year of 2008/2009 and to compile a proposal of counseling topics needed by the development of students self-concept in XI grade in Pangudi Luhur Senior High School in academic year of 2008/2009.

The subject in this research was students in XI grade in Pangudi Luhur Senior High School Sedayu in academic year of 2008/2009 by the amount of 94 students. The instrument used was questionnaires on self-concept that was compiled by the author. The technique of data analysis used was calculating the scores gained from every alternative of responses, make data tabulation, calculating total scores gained by the subject from every alternative of response, calculating the frequencies, calculating the percentage and make distribution of frequency based on the result of research.

The result of this research gained, i.e. 48 students (51.06%) is in moderate category, as much 27 students (28.72%) is in high category and 19 students (20.21%) is in low category. The total of entire students are 94 students and percentage that should be gained is 100%. Self-concept of students in XI grade in Pangudi Luhur Senior High School Sedayu in academic year of 2008/ 2009 can be said as positive. This conclusion is based on the score achievement gained in moderate and high category. Notwithstanding, there are some students who still have negative self-concept, i.e. based on the score achievement in moderate category. The lack aspect of self-concept is owned by the students in XI grade in Pangudi Luhur Senior High School Sedayu is individual self. In individual self aspect, the students are still lack in satisfaction of self-evaluation, how extent the students evaluate themselves as appropriate individual. The student still strive to cover any given lack in themselves and difficult to receive their self condition. Based on the lack self-aspect owned by students, it is proposed some corrective counseling topics. Corrective counseling is a counseling purposed to correct the development of students that have inappropriate department and compiled based on the achievement of low score of self-concept questionnaire items. The topics of corrective counseling proposed are: to eliminate low self-esteem, unit the

(10)

and positive thinking.

The aspects had been owned by the students are familial self-aspect, i.e. receive the condition of family as it is, social self-aspects, i.e. able toe make relations as well with other persons, physical aspect, i.e. thank to the self-health, moral-ethical self-aspects, i.e. realize that to live we needs other persons and our selves, i.e. develop our selves by conducting positive activities. Based on the self-concept aspects that have been owned by the students, it is proposed developmental counseling topics. Development counseling is a counseling intended to help the development of students as optimally and compiled based on the high score achievement of self-concept questionnaires items. Developmental counseling topic are to make harmonious relation with family, create relation as well with other persons, make a friendship, having empathetic behavior to other persons and develop interest/skills. The proposal of counseling topics is explained in the shape of counseling service unit.

(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Patresia Tenika Dian Saktia

NIM : 031114036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perspustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul, ”Deskripsi Konsep Diri Para Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 November 2008 Yang menyatakan

(12)

Segala puji dan syukur serta terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, penyertaan dan kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, penyertaan, kasih dan anugrahNya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat selalu kuat dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. M.J. Retno Priyani, M. Si, sebagai dosen pembimbing, atas kesabaran, bimbingan dan pengarahkan yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, atas persetujuan yang diberikan kepada penulis berkaitan dengan topik skripsi.

(13)

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, atas bekal ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta, atas partisipasinya selama penulis melakukan uji coba alat penelitian.

6. Bapak Markoes Padmonegoro, sebagai Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Sr. Eliza Hk, S. Pd sebagai Guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta, atas bantuan dan pendampingan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Para siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta, atas partisipasi yang diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian. 9. Orang tuaku Bapak/Ibu Murdiyanto, atas doa, kesabaran, dukungan,

perhatian, kasih sayang tulus yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Adikku Andita, atas dukungan dan semangat yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Esan Fuady, atas doa, kasih dan cinta tulus yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman - teman BK Angkatan’03: Om Gun, Mba Surmi, Totoes, Lita, Berta, Erna, Pipiet, Iwul, Bismo, Magna, Bayu, Sonya, Ayix, Mandus, Ocha, Iin, Wicha, Arjuna, Bertus, Agung, Dewi, Heni dan Pitra. Terima

(14)

perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini. Tuhan Memberkati.

13. Teman-teman Komparem GKJ Kebonagung: Ndari, Iwoel, Ika, Susilo “botax”, Kristi, Triyani, Tarti, Ronny, Donny, David, Krisna, Febri, Ayub, Ayung. Terima kasih atas persekutuan doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Tuhan Memberkati.

14. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas peran sertanya.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan maksimal, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil dalam skripsi ini belum sepenuhnya sempurna. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi semua pihak secara umum.

Penulis,

Patresia Tenika Dian Saktia

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN………....iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………....iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...v

ABSTRAK………..vi

ABSTRACT……….………...viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...x

KATA PENGANTAR………....xi

DAFTAR ISI………...xiv

DAFTAR TABEL………xvii

DAFTAR LAMPIRAN………...xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah...6

(16)

E. Definisi Istilah...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep Diri...9

B. Penggolongan Konsep Diri...10

C. Aspek-aspek Konsep Diri...12

D. Perkembangan Konsep Diri...17

E. Peranan Konsep Diri dalam Pola Kepribadian Remaja...19

F. Peranan Tenaga Bimbingan dalam Mengembangkan Konsep Diri Siswa...21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 24

B. Populasi Penelitian... 24

C. Instrumen Penelitian... 25

1. Kuesioner Konsep Diri... 27

2. Aspek-aspek Konsep Diri...28

3. Uji coba alat / kuesioner... 28

(17)

4. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 30

D. Tahap Pengumpulan Data...36

1. Tahap Persiapan...36

2. Tahap Pelaksanaan... 37

E. Teknik Analisis Data... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...40

B. Pembahasan... 47

BAB V USULAN TOPIK – TOPIK BIMBINGAN... 54

BAB VI PENUTUP A. Ringkasan... 69

B. Kesimpulan...71

C. Saran-saran...72

DAFTAR PUSTAKA...74

LAMPIRAN

(18)

Halaman

Tabel 1 Kisi-kisi Konsep Diri... 25

Tabel 2 Hasil Analisis Uji Daya Homogenitas Pada Kisi-kisi

Aspek Konsep Diri...31

Tabel 3 Komposisi Kisi-kisi Konsep Diri Setelah

Melalui Uji coba... 34

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Konsep Diri...40

Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Penelitian Mengenai Deskripsi Konsep Diri Para Siswa Kelas XI SMA Pangudi

Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2008/2009...42

Tabel 6 Daftar Item-item yang Mempunyai Skor Tinggi... 44

Tabel 7 Daftar Item-item yang Mempunyai Skor Rendah... 46

Tabel 8 Usulan Topik Bimbingan Berdasarkan Perolehan

Skor Rendah dari Item Kuesioner...57

Tabel 9 Usulan Topik Bimbingan Berdasarkan Perolehan

Skor Tinggi dari Item Kuesioner...63

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Konsep Diri (Uji Coba)... 76

Lampiran 2 Tabulasi Skor Hasil Uji Coba... 80

Lampiran 3 Hasil Penghitungan Reliabilitas Melalui Program SPSS 12.0 For Windows...84

Lampiran 4 Rekapitulasi Hasil Uji Daya Homogenitas... 87

Lampiran 5 Kuesioner Konsep Diri (Penelitian)...90

Lampiran 6 Tabulasi Skor Hasil Penelitian...94

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Perolehan Skor Per Aspek Mengenai Deskripsi Konsep Diri Para Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2008/2009...108

Lampiran 8 Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)...129

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Uji Coba Di SMA BOPKRI Banguntapan...145

Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Penelitian Di SMA Pangudi Luhur Sedayu...146

(20)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap orang dalam rentang waktu kehidupannya. Masa remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Memasuki masa remaja, mereka mulai mengalami perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan tugas perkembangannya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja mendapat pengaruh besar dari lingkungan di sekitarnya. Perubahan yang terjadi pada masa remaja antara lain: meningginya emosi (perubahan secara emosional) yang sering ditunjukkan remaja dengan kebiasaan cepat marah dalam menanggapi sesuatu yang kurang berkenan di hatinya, perubahan tubuh (secara fisik), perubahan minat dan pola perilaku, munculnya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan artinya mereka menuntut sebuah kebebasan tetapi sering takut bertanggung jawab (Hurlock, 1990:206-207). Perubahan-perubahan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi konsep diri remaja.

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi, remaja mulai menyesuaikan diri dengan mencari atau bergabung dalam kelompok teman sebayanya di luar keluarga. Penyesuaian diri dengan standar kelompok jauh lebih penting dari individualitasnya (Hurlock, 1990:208). Penyesuaian dalam kelompok memang penting, akan tetapi remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak

(21)

puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya. Erickson (Hurlock,1990:208), mengatakan identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Remaja yang tidak mampu mengenali dirinya dengan baik, tidak mampu menerima diri apa adanya serta tidak tahu cara bersikap atau bertingkah laku cenderung mengalami kekaburan identitas diri; artinya adanya ketidakjelasan tentang status dan peran mereka sebagai seorang remaja. Sebaliknya, apabila remaja tersebut mampu mengenali dan menerima diri apa adanya, serta mampu bertingkah laku sesuai dengan tugas perkembangannya, cenderung memiliki dan menyadari identitas diri yang jelas. Pemahaman remaja akan dirinya setelah mengalami berbagai perubahan berpengaruh pula terhadap penilaian terhadap dirinya (konsep diri).

Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan, dan penghargaan, perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri berasal dan berakar pada pengalaman masa kanak-kanak dan berkembang terutama sebagai akibat dari hubungan dengan orang lain. Perkembangan konsep diri sebagai akibat dari hubungannya dengan orang lain tersebut dapat berarti bahwa hubungan remaja dengan lingkungan di sekitarnya dan cara orang lain memperlakukannya turut membentuk gagasan pada diri remaja itu tentang keadaan dirinya sebagai seorang pribadi.

(22)

kerpribadian yang cenderung stabil artinya ketika masih kanak-kanak, sifat, sikap tentang dirinya terbentuk dari pengaruh keluarga dan pada dasarnya sudah mulai menetap, tetapi seiring dengan pergaulannya, mereka mendapat pengaruh dari orang lain yang dapat mempengaruhi gambaran diri yang sudah terbentuk dalam dirinya. Keberhasilan remaja untuk memperbaiki kepribadiannya tergantung pada beberapa faktor. Hurlock, 1990:235 mengatakan, beberapa faktor tersebut adalah

Pertama, ia harus menentukan ideal-ideal yang realistik dan dapat mereka capai.

Kedua, remaja harus membuat penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahannya. Ketiga, remaja harus mempunyai konsep diri yang stabil.

Keempat,remaja harus mampu mengembangkan sikap menerima diri sendiri. Konsep diri sangat perlu bagi remaja untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Menurut Rogers (Schultz, 1991:50), “kepribadian yang sehat bukan merupakan suatu keadaan yang ada, melainkan suatu proses”. Konsep diri bukan bawaan sejak lahir. Konsep diri adalah hasil dari proses belajar melalui pengalaman hidup dan perlakuan dari lingkungan sekitarnya yang akhirnya mempengaruhi remaja dalam memberikan penilaian terhadap dirinya secara positif atau negatif. Remaja perlu terus mengembangkan konsep diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang positif, remaja memiliki bekal dalam menjalani kehidupannya dan untuk terus mengembangkan diri dalam segala hal.

(23)

remaja itu mampu menerima, menghargai dan mencintai dirinya sendiri. Dengan kata lain, remaja tersebut mampu mengembangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri positif. Remaja yang merasa dirinya tidak diterima, ditolak, atau tidak dicintai, akan sulit untuk menerima keadaan dirinya dan memberi penilaian yang negatif tentang dirinya. Konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri yang positif atau negatif membawa dampak berbeda dalam perilaku remaja. Remaja yang memiliki konsep diri positif cenderung lebih terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam bergaul/berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan, remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih tertutup dan sulit mengembangkan diri dalam bergaul/berinteraksi dengan orang lain.

Para siswa yang masih tergolong remaja, perlu memiliki dan mengembangkan konsep diri yang positif. Dalam menumbuhkan dan mengembangkan konsep diri siswa di sekolah, peran tenaga bimbingan dalam memberikan bimbingan sangat penting. Kehidupan para siswa lebih banyak berhadapan dengan AKU-nya yang lain daripada sebelumnya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira, ingin membangun cita-cita tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Selain hal tersebut di atas, pergaulan dengan anggota keluarga juga dapat menjadi problem, demikian pula pergaulan dengan lawan jenis (Winkel dan Hastuti, 2004:118). Masalah-masalah yang timbul dalam diri siswa tersebut antara lain bersumber dari pemahaman mengenai konsep dirinya yang kurang.

(24)

Konsep diri positif merupakan bekal penting dalam menjalani kehidupan dan bergaul dengan orang lain. Oleh sebab itu, para siswa perlu mendapat bimbingan untuk menemukan dan mengembangkan konsep diri positif. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan konsep diri adalah melalui bimbingan pribadi/sosial. Bimbingan pribadi sosial merupakan salah satu diantara ragam bimbingan yang ada. Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan yang dilakukan dalam menghadapi pergumulan batin seseorang, membantu mengatur diri sendiri serta bimbingan untuk membina hubungan dengan sesama/pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti, 2004:118). Melalui bimbingan ini, para siswa dibantu untuk dapat menemukan dirinya dan mengembangkan konsep tentang dirinya yang positif.

(25)

B. Rumusan Masalah

Secara spesifik, masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?

2. Topik bimbingan manakah yang dibutuhkan untuk mengembangkan konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang dibutuhkan bagi perkembangan konsep diri para siswa yang positif.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh berbagai pihak : 1. Guru pembimbing atau konselor sekolah

Guru pembimbing atau konselor sekolah dapat mengetahui deskripsi konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta dan dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan para siswa khususnya untuk membimbing para siswa mengembangkan konsep diri yang positif.

2. Program Studi Bimbingan dan Konseling

(26)

Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan reverensi bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling khususnya di Universitas Sanata Dharma untuk dapat lebih membekali para mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian serupa agar para mahasiswa/i lebih siap dalam menentukan topik sebelum melakukan penelitian.

E. Definisi Istilah a. Konsep diri

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock, 1989:58). Menurut Centi (1993), konsep diri tidak lain dan tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri yang terdiri dari seseorang melihat diri sendiri (self image), memberi penilaian tentang diri (self evaluation) dan menginginkan dirinya sendiri menjadi pribadi seperti yang diharapkan (self ideal). Konsep diri meliputi semua yang dipikirkan dan dirasakan seseorang tentang dirinya dan juga seluruh kepercayaan dan perilaku yang dipegang tentang dirinya. William D. Brooks (Rakhmat, 2005:99), menyatakan konsep diri sebagai “ those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from

experiences and our interaction with other”. Konsep diri merupakan persepsi/pandangan seseorang tentang dirinya menyangkut diri fisik, psikis maupun sosial yang diperoleh dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Jadi, konsep diri berkembang sebagai akibat dari hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulannya.

Surakhmad, 1980:40 mengatakan, konsep diri sebagai gambaran mental yang dimiliki seseorang mengenai pribadi dirinya. Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006:138). Setiap tingkah laku atau aspirasi seseorang lebih banyak dipengaruhi

(28)

oleh konsep dirinya. Sementara itu, Berzonsky (1981) menyatakan bahwa konsep diri yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral tersebut adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya.

Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, meliputi karakteristik fisik, psikologi, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi (Hurlock, 1989:58). Konsep diri dapat dipandang sebagai seperangkat sikap terhadap diri dan penghargaan diri/evaluasi tentang diri. Sikap merupakan organisasi dari keyakinan-keyakinan yang relatif abadi di sekitar sebuah obyek atau situasi yang memberi kecenderungan kepada seseorang untuk memberi respons di dalam suatu cara yang istimewa (Burns, 1993:66). Sikap terdiri dari beberapa komponen, antara lain; komponen kognitif/keyakinan, komponen afektif/emosional, evaluasi dan kecenderungan memberi respon. Demikian juga konsep diri sebagai seperangkat sikap terhadap diri terdiri dari aspek kognitif, afektif, evaluasi dan kecenderungan memberi respon.

(29)

1993:15). Evaluasi diri/harga diri tersebut memberi kecenderungan bagi seseorang untuk memberi respons ataupun bertingkah laku. Konsep diri bukan merupakan unsur bawaan. Setiap orang tidak dilahirkan dengan konsep diri. Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh peristiwa belajar dan pengalaman, terutama yang berhubungan dengan dirinya seperti harga diri, kegagalan atau sukses yang dicapai (Surakhmad, 1980:40).

Sikap dan perilaku orang lain terhadap dirinya akan sangat mempengaruhi seseorang dalam menilai dan memandang dirinya. Jadi, dari beberapa pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Konsep diri merupakan kombinasi dari apa yang dilihat seseorang tentang diri (citra diri), seberapa kuat seseorang merasakan tentang bermacam segi perasaannya (intensitas afektif), apakah seseorang mempunyai pendapat menyenangkan/tidak menyenangkan tentang dirinya (evaluasi diri) dan apa yang kemungkinan besar diperbuat seseorang di dalam memberi respons kepada evaluasi tentang dirinya (predisposisi tingkah laku), (Burns, 1993:73-74).

B. Penggolongan Konsep Diri

Ada banyak pandangan serta gambaran terhadap diri sendiri yang dapat dirasakan jika dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan seseorang. Menurut Burns,1993, penggolongan konsep diri secara umum adalah:

1. Konsep diri positif

(30)

yang positif. Memiliki konsep diri positif berarti seseorang mampu menerima, menghargai dan menilai keadaan diri apa adanya secara positif. Memiliki konsep diri positif juga berarti orang lain mampu menerima, menilai dan memandang dirinya secara positif (Burns, 1993:234). Senada dengan pernyataan di atas, Sullivan menjelaskan bahwa jika kita diterima, dihormati dan disenangi orang lain karena keadaan diri kita, kita akan cenderung dapat bersikap menghormati dan menerima diri kita (Rakhmat, 2005:101).

Misalnya, seorang anak akan mencintai, menghargai dan menerima dirinya apabila tokoh-tokoh di sekitarnya mampu menghargai dan menerimanya. Hal tersebut berarti anak memberi penilaian positif tentang dirinya (konsep diri positif). Seseorang yang memiliki konsep diri positif selalu berusaha untuk menilai dan menerima keadaan diri apa adanya. Konsep diri positif akan selalu mendorong seseorang untuk berpikir positif, optimis, tidak mudah menyerah atau putus asa. Konsep diri positif diperoleh melalui kasih sayang, penerimaan dan perhargaan yang diberikan oleh tokoh-tokoh di sekitarnya (Sinurat, 2003:2).

2. Konsep diri negatif

(31)

orang lain, orang tua, teman-teman sebaya, guru, memperolok-olok, menolak, mengkritik, mengenai tingkah laku seseorang ataupun keadaan fisiknya, maka penghargaan terhadap diri atau harga diri yang kecil yang kemungkinan timbul (Burns, 1993:234). Penilaian diri secara demikian memunculkan keadaan “inferiority complex” atau yang dinamakan “perasaan rendah diri yang komplek’.

Memiliki konsep diri negatif dapat membawa banyak pengaruh dalam kehidupan seseorang. Beberapa pengaruh konsep diri negatif dalam hidup kita, antara lain (Centi, 1993:26-32):

a) Konsep diri negatif membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada yang negatif-negatif dalam diri kita.

b) Konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain.

c) Konsep diri negatif menciptakan ingatan yang pilih-pilih, selektif, yang meneguhkan perasaan diri tak berharga.

d) Konsep diri negatif menciptakan sikap memihak dalam pandangan kita mengenai apa yang terjadi pada diri kita.

e) Konsep diri negatif cenderung membawa kita ke kegelapan. C. Aspek-aspek dalam konsep diri

(32)

keadaan dirinya. Aspek-aspek yang terdapat dalam konsep diri antara lain meliputi keadaan fisik, keadaan dirinya sebagai seorang pribadi, faktor interaksi sosialnya dengan orang lain, peraan dirinya dalam kehidupan keluarga serta penilaiaan orang tentang dirinya di mata masyarakat sekitarnya.

Keadaan tubuh atau fisik seseorang menjadi hal penting dalam membentuk konsep tentang dirinya. Penilaian negatif orang lain tentang keadaan fisik misalnya, gemuk, kurus dan penampilan tidak menarik akan turut membuat seseorang itu menilai dirinya sama dengan penilaian orang lain sehingga merasa dirinya tidak menarik dan hal tersebut memunculkan adanya konsep tentang dirinya yang negatif. Bentuk tubuh atau ciri-ciri fisik tersebut dapat mempengaruhi kepribadian remaja. Bentuk tubuh yang menyimpang dari keadaan normal, misalnya terlalu gemuk, terlalu kurus, tinggi dan pendek dipandang sebagai hal “buruk” dan merupakan faktor yang tidak menguntungkan bagi perkembangan konsep diri remaja.

(33)

kurus. Penilaian tidak menarik karena berbadan kurus dapat membuat seseorang tersebut berpikir bahawa dirinya memang tidak menarik dan akhirnya memunculkan pikiran negatif tentang dirinya sendiri.

Kehidupan dalam sebuah keluarga juga turut membentuk konsep diri seseorang. Peranan orang tua menjadi sangat penting dalam mempengaruhi konsep diri seorang remaja. Ikatan emosional yang pertama dirasakan dalam diri seorang anak adalah dengan orang tuanya. Richard dan Humber (Rakhmat, 2005:101), menamainya dengan istilah “affective others” yaitu orang lain yang dengan mereka remaja mempunyai ikatan emosional. Ikatan emosional tersebut juga dapat dirasakan dengan saudara kandung atau anggota keluarga yang lainnya. Keluarga yang dengan tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai anaknya cenderung membuat anak tersebut dapat memandang dirinya secara positif. Tetapi sebaliknya, apabila masing-masing anggota keluarga tidak memberi kehangatan cinta, kasih sayang dan tidak menunjukkan penerimaan terhadap diri anak, akan cenderung membuat anak memandang dirinya secara negatif (tidak layak diterima, disayangi dan sebagainya).

(34)

masyarakat di lingkungan sekitar tidak menerima, menghargai dan cenderung telah memberi sebuah ”cap” buruk tentang perilaku atau perbuatan seseorang maka penialaian dan pandangan terhadap diri yang muncul cenderung bersifat negatif.

Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa banyak aspek yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri seseorang. Berbagai pernyataan mengenai aspek-aspek konsep diri di atas didukung pula oleh pendapat dari Berzonsky. Berzonsky, 1981:328-329, mengemukakan beberapa aspek yang mendasari konsep diri yaitu:

a. Diri fisik (physical self)

Diri fisik merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki oleh individu seperti bentuk tubuh, pakaian, benda yang dimilikinya , kesehatan, penampilan diri dan lain sebagainya. Gambaran tentang tubuh merupakan hal penting dari diri fisik yang mendasari individu dalam berpikir dan menilai tentang keadaan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan.

b. Diri sosial (sosial self)

(35)

remaja sendiri, adanya penerimaan dan pengakuan sosial dari kelompok teman sebaya misalnya, menjadi suatu dasar untuk perkembangan setiap perilakunya. c. Diri moral (moral self)

Diri moral meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah/tujuan bagi kehidupan individu. Diri moral juga merupakan aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan dan penilaiannya tentang sesuatu hal yang dianggap baik dan tidak baik. d. Diri psikis (psychological self)

Diri psikis meliputi pikiran, perasaan, dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri. Diri psikis berkaitan pula dengan bagaimana seseorang dalam memandang dirinya berdasarkan pada sifat, karakter maupun perasaan-perasaan yang dimunculkan ketika menghadapi stimulus tertentu.

Sementara itu, Fitts (Agustiani, 2006:139-141), juga membagi konsep diri dalam beberapa aspek yang mendasarinya, antara lain :

a) Diri Fisik(physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

b) Diri etik-moral(moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

c) Diri Pribadi(personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap

(36)

pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d) Diri Keluarga(family self)

Diri keluarga menununjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

e) Diri Sosial(social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

D. Perkembangan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Diri (self)berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain (Agustiani, 2006:143). Selama periode awal kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri. Kemudian dengan bertambahnya usia, pandangan tentang diri ini menjadi lebih banyak didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain (Agustiani, 2006:143).

(37)

Seiring dengan proses perkembangan dalam fase kehidupannya, interaksi sosial dengan orang-orang disekitarnya turut mempengaruhi perkembangan konsep diri anak. Selama masa anak pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai memainkan peran yang dominan, menggantikan orang tua sebagai orang yang turut berpengaruh pada konsep diri mereka (Agustiani, 2006:144). Hal tersebut memunculkan istilah konsep diri sekunder yaitu konsep diri yang terbentuk pada diri anak didasarkan pada pengalaman anak dengan lingkungan di sekitarnya atau bagaimana anak melihat dirinya di mata orang lain.

Selama masa anak akhir konsep diri yang terbentuk sudah mulai stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi perubahan dratis pada konsep diri. Remaja yang masih muda mempersepsikan dirinya sebagai orang dewasa dalam banyak cara, walaupun ketidaktergantungannya dari orang dewasa masih belum mungkin terjadi dalam beberapa tahun, remaja mulai terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri (Agustiani, 2006:144). Lebih lanjut dikatakan bahwa, nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen.

Kehidupan remaja tidak terlepas dari peran seorang pembimbing di sekolah, karena pada dasarnya seseorang yang disebut remaja masih tergolong siswa/pelajar. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran konselor atau guru pembimbing di sekolah sangatlah penting bagi proses perkembangan konsep diri siswa khususnya dalam membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif

(38)

E. Peranan Konsep Diri Dalam Pola Kepribadian Remaja

Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar dalam hidup remaja. Konsep diri biasanya bertambah stabil dalam periode masa remaja tetapi terdapat pula perbaikan seiring dengan perkembangannya. Pengertian konsep diri stabil ini dimaksudkan memberi perasaan kesinambungan dan memungkinkan remaja memandang diri sendiri dalam cara yang konsisten, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain (Hurlock, 1990:235). Adanya konsep diri yang positif dalam diri remaja, akan mendorong remaja tersebut untuk memandang dirinya dengan positif. Remaja yang merasa puas dengan apa yang ia capai dan bersedia memperbaiki prestasi di bidang yang mereka anggap kurang serta mampu menerima diri sendiri akan mendorong orang lain pula untuk menyukai dan menerima diri mereka.

(39)

gambaran yang ideal tentang dirinya, dan mereka yang tidak berhasil, mengubah kepribadian mereka.

Mengubah kepribadian merupakan tugas yang sulit karena pola kepribadian yang sudah dibentuk selama masa kanak-kanak sudah mulai stabil dan cenderung menetap sepanjang hidupnya dengan hanya sedikit perbaikan seiring dengan proses perkembangan yang dialami. Faktor lain adalah banyaknya kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri (Hurlock, 1990:234). Kondisi-kondisi tersebut antara lain berbagai macam perubahan yang terjadi pada diri remaja, misalnya adanya perubahan fisik, psikis, maupun keadaan sosialnya yang semua perubahan itu secara langsung mempengaruhi konsep diri.

Kepribadian adalah konsep individu itu sendiri sebagai orang atau pribadi. Konsep diri merupakan inti dari pola kepribadian seseorang. Memiliki konsep diri stabil merupakan salah satu konsekuensi usaha remaja untuk memperbaiki kepribadiannya. Seperti telah dijelaskan di awal, pengertian konsep diri adalah gambaran, pandangan, penilaian, penghargaan atau keyakinan seseorang tentang keadaan diri seperti apa adanya. Adanya pandangan, penilaian atau keyakinan awal yang muncul tentang diri dapat mempengaruhi pola perilaku seseorang dimana setiap tingkah laku seseorang tercakup pula dalam sebuah pola kepribadian yang ada dalam diri.

(40)

dalam bertingkah laku dan menghambat perkembangan pola kepribadian yang baik. Dari beberapa pernyataan di atas, jelaslah bahwa konsep diri sangat berperan penting bagi kehidupan remaja dalam usaha menyempurnakan pola kepribadiannya. Remaja dituntut untuk dapat mengembangkan konsep diri positif demi keberhasilan hidup dalam segala bidang.

F. Peranan Tenaga Bimbingan dalam Mengembangkan Konsep Diri Siswa Pelayanan bimbingan bertujuan supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar “membebek” pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri akibat dan konsekuensi dari tndakan-tindakannya (Winkel dan Hastuti, 2004:32). Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah hampir sama dengan tujuan bimbingan secara umum. Perbedaannya adalah apabila di sekolah yang dilayani adalah para siswa yang memiliki tingkat kedewasaan berbeda dari masyarakat umum.

Tenaga pembimbing (petugas bimbingan konseling sekolah) adalah tenaga kependidikan yang membimbing peserta didik (klien) agar mengenali dirinya (kemampuan potensinya), mengutuhkan perkembangan dirinya agar mampu membuat pilihan yang tepat serta bertanggung jawab atas tujuan kegiatan dan proses pencapaiannya, dan agar peserta didik mencapai perkembangan dirinya secara optimal (Agustiani, 2006:87).

(41)

perkembangannya akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan konsep diri. Pudjijogyanti, 1985:45-49 mengatakan, beberapa hal yang dapat dilakukan tenaga bimbingan/guru pembimbing untuk meningkatkan konsep diri para siswa adalah:

1. Guru pembimbing perlu memberi dukungan bagi para siswa atas segala hal positif yang dilakukannya. Dukungan tersebut dimaksudkan untuk melatih para siswa bertanggung jawab atas usaha maupun hasil dari apa yang dilakukannya.

2. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya berarti guru pembimbing telah memberi tanggung jawab kepada para siswa. Tanggung jawab ini akan mengarahkan sikap yang positif siswa terhadap kemampuan dirinya.

3. Penilaian guru pembimbing terhadap prestasi siswa dapat mempengaruhi perkembangan konsep dirinya. Para siswa mampu mengembangkan kemampuan diri secara optimal apabila guru pembimbing selalu berpandangan bahwa pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan dan mengajak para siswa untuk mewujudkan kemampuan tersebut.

4. Untuk membantu meningkatkan konsep diri, guru pembimbinga harus membantu siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai secara realistik, artinya sesuai dengan kemampuan siswa. Tujuan yang realistis ditetapkan dengan melihat keberhasilan siswa pada masa lampau. Dengan demikian, pencapaian prestasi sudah dapat dipastikan sehingga akan membantu siswa untuk bersikap terhadap dirinya.

(42)

5. Pada saat siswa mengalami suatu kegagalan, terkadang siswa menilai kegagalannya secara negatif. Hal tersebut perlu dihindari oleh para siswa. Guru pembimbing dapat membantu menilai prestasi siswa secara realistis yang membantu rasa percaya pada kemampuan mereka sendiri.

6. Guru pembimbing dapat mendorong para siswa agar selalu bangga dengan dirinya secara realistis. Rasa bangga akan keberhasilan yang dicapai merupakan salah satu kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.

Peranan tenaga bimbingan/guru pembimbing dalam menumbuhkan dan mengembangkan konsep diri siswa dapat dilakukan melalui pelayanan bimbingan yang disusun secara terorganisisr menjadi sebuah program bimbingan. Pelayanan bimbingan di kelas dapat dilakukan dengan memberikan sebuah topik bimbingan yang dibutuhkan untuk mengembangkan konsep diri siswa. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep diri tidak hanya berhenti pada batasan pemberian topik bimbingan di kelas.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang (Ary, D. dkk. 2004:39). Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan (Ary, D. dkk. 2004:447). Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena penulis ingin memperoleh gambaran mengenai konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

B. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009. Populasi penelitian yaitu mencakup seluruh siswa kelas XI. Jumlah populasi penelitian adalah 94 siswa, yang tersebar dalam 2 jurusan, yaitu sebanyak 69 siswa kelas IPS dan 26 siswa kelas IPA.

Penulis memilih siswa kelas XI karena siswa kelas XI rata-rata berusia 15-17 tahun dan tergolong sebagai remaja. Remaja dalam rentan waktu usia 15-15-17 tahun dinamakan masa kesempurnaan remaja (adolescence proper). Dalam usia tersebut merupakan puncak perkembangan emosi. Remaja sangat membutuhkan banyak teman dan mereka senang apabila kehadiran mereka disukai dan dihargai oleh teman-temannya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri

(44)

sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya.

Masa remaja pada dasarnya adalah masa potensial untuk mengembangkan konsep diri. Oleh karena itu, para siswa dalam rentan usia remaja perlu mendapat bimbingan untuk dapat memahami dan memiliki konsep tentang dirinya yang positif, karena hal tersebut merupakan bekal utama bagi remaja untuk menjalani pergaulan dalam kehidupannya.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang disusun berdasarkan pada aspek-aspek konsep diri menurut Berzonsky, 1981 dan aspek-aspek konsep diri menurut Fitts (Agustiani, 2006). Kuesioner tentang deskripsi konsep diri terdiri dari dua bagian yaitu pertama, berisi mengenai kata pengantar dan petunjuk pengisian, kedua, berisi mengenai berbagai pernyataan yang mengungkapkan gambaran konsep diri siswa. Kisi-kisi jumlah aspek-aspek konsep diri dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1

Kisi-kisi Konsep Diri

NO Aspek-aspek Konsep diri

Indikator No. Item Total

1. Diri fisik

(Physical Self)

1. Mengetahui tentang keadaan tubuh (gemuk,

kurus,tinggi,pendek).

(45)

2. Mengetahui tentang bagian fisik yang menarik.

1,2,21 3

3. Mengetahui tentang kesehatan diri.

51,62 2

4. Mengetahui tentang penampilan diri.

12,22,31,42,72 5

1. Keadaan individu dalam hubungannya dengan kehidupan agama.

4,33,34,43,74 5 2. Diri etik-moral

(moral-ethical self)

2. Nilai-nilai moral apa saja yang dipegangnya dalam batasan baik maupun buruk.

3,13,14,23,24,44, 53,54,63,64,73

11

1. Perasaan - perasaan yang dominan dimiliki oleh individu.

6,35,36,46,55,56, 65,66,75

9 3. Diri pribadi

(personal self)

2. Kepuasan individu dalam menilai diri, sejauh mana dia menilai dirinya sebagai seorang pribadi yang tepat.

5,15,16,25,26, 45,76

7

1. Menyadari peran dan fungsinya dalam anggota keluarga.

28,38,48 3

2. Menyadari tugas-tugas dirinya sesuai dengan perannya dalam keluarga.

47,78 2

4. Diri keluarga

(family self)

3. Perasaan yang dominan dalam

5. Diri sosial

(46)

berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar.

79,80

2. Menilai diri apakah individu tersebut diterima atau ditolak dalam lingkungan sekitarnya.

50,59 2

Total jumlah item 80

Beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner tersebut antara lain: 1. Kuesioner tentang gambaran konsep diri siswa :

Dalam kuesioner ini dibagi dua kategori pernyataan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Sebaran pernyataan-pernyataan tersebut antara lain :

a. Pernyataan positif:

1,2,5,8,10,12,13,15,18,19,21,23,24,28,29,31,32,35,38,39,41,43,45,48, 50,51,53,55,57,60,63,64,65,67,70,73,75,76,77,79.

b. Pernyataan negatif:

3,4,6,7,9,11,14,16,17,20,22,25,26,27,30,33,34,36,37,40,42,44,46,47,49 52,54,56,58,59,61,62,66,68,69,71,72,74,78,80.

Jawaban responden atau pilihan jawaban yang disediakan dinyatakan dalam 4 kategori, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan kurang sesuai (KS). Skor setiap item berkisar dari 4 sampai 1 untuk item positif

(47)

dirinya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin negatif pula konsep dirinya. Adapun kuesioner konsep diri dapat dilihat dalam

lampiran.

2. Aspek-aspek konsep diri.

Indikator-indikator yang digunakan untuk menyusun item-item dalam kuesioner dibuat berdasarkan aspek-aspek konsep diri menurut Berzonsky, 1981 dan aspek-aspek konsep diri menurut Fitts (Agustiani,2006).

3. Uji Coba alat atau Kuesioner

Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian sesungguhnya,kuesioner tersebut terlebih dahulu di uji cobakan. Ujicoba dilakukan di SMA BOPKRI Banguntapan, Yogyakarta. Penulis menggunakan dua kelas sebagai uji coba kuesioner. Secara keseluruhan jumlah siswa kelas XI SMA BOPKRI Banguntapan adalah 36 orang siswa.

Uji coba dilakukan untuk mengetahui reliabilitas alat penelitian. Selain itu, diadakannya uji coba alat juga untuk menguji apakah item-item yang telah ditulis dengan cara yang benar itu dalam kenyataannya memang berfungsi secara benar pula yaitu yang dapat mendukung validitas skala secara keseluruhan (Azwar, 1999:55).

Tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam melaksanakan uji coba kuesioner antara lain :

(48)

penelitian/uji coba dari sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling.

b. Mengadakan uji coba kuesioner pada hari dan waktu yang telah disepakati sebelumnya dengan guru BK yaitu, pada hari Sabtu, 26 April 2008 untuk kelas XI IPA dan hari Selasa, 29 April 2008 untuk kelas XI IPS. Jumlah siswa kelas XI SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta dari kedua kelas tersebut adalah sebanyak 36 orang. Tetapi jumlah siswa yang menjadi responden dalam uji coba hanya 34 orang karena dua orang siswa tidak masuk pada saat uji coba dilakukan. Langkah-langkah pelaksanaan uji coba di kelas antara lain sebagai berikut:

1. Penulis memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud dan tujuan kehadiran peneliti kepada para siswa.

2. Membagikan kuesioner dengan dibantu oleh guru BK kepada siswa serta memberi penjelasan singkat tentang cara pengisian kuesioner. 3. Para siswa mengisi kuesioner.

4. Penulis mengumpulkan dan mengecek kembali kelengkapan kuesioner setelah para siswa selesai mengisi.

(49)

4. Validitas dan reliabilitas kuesioner. a. Validitas

Validitas merupakan karakteristik yang utama untuk dimiliki oleh setiap skala. Suatu skala dinyatakan berguna atau tidak, sangat ditentukan oleh tingkat validitasnya. Validitas berasal dari kata“validity”yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997:5). Suatu tes atau instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Validitas menunjuk kepada sejauhmana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Ary, D. dkk, 2004:293).

Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi

(content validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui profesional judgment (Azwar, 1997:45). Validitas isi ini mencakup sejauhmana isi suatu tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas isi tidak melibatkan hitungan statistik apapun melainkan hanya dengan analisis rasional. Dalam menjamin tingkat validitas dari setiap item diperoleh melalui pendapat, pertimbangan serta persetujuan dari pakar dan dalam penelitian ini adalah dari dosen pembimbing.

(50)

Rix =

Pearson, karena setiap item dalam kuesioner ini diberi skor pada level interval tertentu. Rumus formula koefisien korelasi Pearson menurut Azwar, 1999 adalah :

Keterangan :

 Rix = koefisien korelasi

 i = skor item

 x = skor skala

 n = jumlah subjek

Dari 80 item yang penulis susun, terdapat 66 item yang memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,30 dan 14 item yang memiliki koefisien korelasi di bawah 0,30 yang berarti dinyatakan cacat/gugur.

Tabel 2

Hasil analisis uji daya homogenitas pada kisi-kisi aspek-aspek konsep diri

NO Aspek-aspek Konsep diri

Indikator Jumlah item yang valid

Jumlah item yang gugur 1. Diri fisik

(Physical Self)

1. Mengetahui tentang keadaan tubuh (gemuk,

kurus,tinggi,pendek).

(51)

-2. Mengetahui tentang bagian fisik yang menarik.

3

-3. Mengetahui tentang kesehatan diri.

2

-4. Mengetahui tentang penampilan diri.

5

-1. Keadaan individu dalam hubungannya dengan kehidupan agama.

1 4

2. Diri etik-moral

(moral-ethical self)

2. Nilai-nilai moral apa saja yang

dipegangnya dalam batasan baik maupun buruk.

6 5

1. Perasaan - perasaan yang dominan

dimiliki oleh individu.

9

-3. Diri pribadi

(personal self)

2. Kepuasan individu dalam menilai diri, sejauh mana dia menilai dirinya sebagai seorang pribadi yang tepat.

6 1

1. Menyadari peran dan fungsinya dalam anggota keluarga.

3

-2. Menyadari tugas-tugas dirinya sesuai dengan perannya dalam keluarga.

1 1

4. Diri keluarga

(family self)

3. Perasaan yang dominan dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga.

9 2

5. Diri sosial

(social self)

1. Kemampuan/perasaan individu dalam

13 1

(52)

berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar. 2. Menilai diri apakah

individu tersebut diterima atau ditolak dalam lingkungan sekitarnya.

2

-Total jumlah item 66 14

b. Reliabilitas.

Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Ary, D. dkk. 2004:310). Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997:4). Reliabilitas sebenarnya adalah mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam mengukur tingkat reliabilitas alat ukur penelitian ini dilakukan dengan metode belah dua

(Spilt Half Methode). Azwar,1997:63 mengatakan, dengan hanya satu kali pengenaan tes dan diperoleh satu distribusi skor tes dari kelompok subjek yang bersangkutan, maka metode yang ditempuh adalah melalui pembelahan tes. Setelah dilakukan penskoran pada tiap-tiap item, kemudian dibuat tabulasi data hasil ujicoba. Skor-skor dari belahan pertama dikorelasikan dengan skor-skor pada belahan kedua.

(53)

formula Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown menurut Azwar, 1997:69 adalah :

Keterangan :

 rtt’ = koefisien reliabilitasSpearman Brown.

 r1.2 = koefisien korelasi antara kedua belahan.

Menurut Azwar, dalam aplikasinya reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rtt’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00 (Azwar, 1999:83). Semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00, semakin tinggi reliabilitas. Hasil penghitungan reliabilitas dengan komputer program SPSS 12.0 For Windowsdan menggunakan analisisSpearman-Brown

diperoleh angka 0,936. Susunan dari kisi-kisi aspek-aspek konsep diri setelah ujicoba terdapat dalam tabel 3. Penghitungan reliabilitas dengan menggunakan programSPSS 12.0 For Windowsdapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3

Komposisi Kisi-kisi Aspek Konsep Diri setelah melalui Uji Coba NO Aspek-aspek

Konsep diri

Indikator No. Item Total

1. Diri fisik

(Physical Self)

1. Mengetahui tentang keadaan tubuh

(gemuk,kurus,ting

11,32,41,52,61,71 6 S-B =rtt’ =

2 (r1.2) 1 + r1.2

(54)

gi,pendek)

1. Keadaan individu dalam

hubungannya dengan kehidupan agama.

43 1

2. Diri etik-moral

(moral-ethical self)

2. Nilai-nilai moral apa saja yang dipegangnya dalam batasan baik maupun buruk.

13,23,53,63,64,73 6

1. Perasaan -perasaan yang 3. Diri pribadi

(personal self)

2. Kepuasan individu dalam menilai diri, sejauh mana dia menilai dirinya sebagai seorang pribadi yang tepat.

5,15,16,25,45,76 6

4. Diri keluarga

(family self)

1. Menyadari peran dan fungsinya dalam anggota keluarga.

(55)

2. Menyadari

tugas-3. Perasaan yang dominan dalam

5. Diri sosial

(social self)

1. Kemampuan/pera saan individu dalam berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan

2. Menilai diri apakah individu

Total jumlah item 66

D. Tahap Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Penulis meminta surat ijin untuk melakukan penelitian kepada sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling.

b. Penulis mendatangi SMA Pangudi Luhur Sedayu dan meminta ijin kepada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, serta menentukan waktu pelaksanaan yang tepat untuk melakukan penelitian.

(56)

c. Penulis datang ke sekolah sesuai waktu yang disepakati dengan membawa proposal skripsi dan kuesioner penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Waktu pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada hari Sabtu, 26 Juli 2008. Pukul 07.00-08.00 penelitian dilakukan di kelas XI IPA yang diikuti oleh 26 siswa. Pukul 08.30-09.15 dilakukan di kelas XI IPS 1 yang seharusnya diikuti oleh 35 siswa, akan tetapi hanya dapat diikuti oleh 33 siswa karena 2 siswa diantaranya tidak masuk sekolah. Pukul 11.00-11.45 penelitian dilakukan di kelas XI IPS 2 yang sebenarnya juga diikuti oleh 36 siswa tetapi hanya dapat diikuti oleh 35 siswa karena 1 siswa tidak masuk sekolah. Secara keseluruhan jumlah populasi penelitian adalah 94 siswa.

b. Langkah-langkah pengambilan data

1. Penulis datang ke sekolah 15 menit sebelum jam pertama masuk sekolah.

2. Penulis mempersiapkan diri dan menyiapkan kuesioner sebelum dibagikan kepada siswa.

3. Sesuai dengan waktu yang telah disepakati sebelumnya, penulis masuk kelas XI dengan dibantu oleh Sr. Elisa selaku pamong BK. 4. Penulis memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada para siswa

(57)

5. Selama pengisian kuesioner, penulis memberi kesempatan kepada para siswa untuk bertanya dengan cara mengacungkan tangan jika mengalami kesulitan dalam memahami item-item tertentu.

6. Setelah para siswa selesai mengisi kuesioner, penulis memeriksa dan menyusun kembali kuesioner yang telah di isi oleh para siswa. Secara keseluruhan, proses penelitian terlaksana dengan lancar. Para siswa mengisi kuesioner tersebut dengan tertib, dan isi kuesioner juga cukup dipahami oleh siswa karena selama pengisian tidak ada siswa yang bertanya mengenai isi kuesioner.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis data adalah:

1. Penghitungan skor yang diperoleh dari setiap alternatif jawaban yang diberikan masing-masing subyek dan membuat tabulasi data.

2. Penghitungan skor total yang diperoleh subyek dari setiap alternatif jawaban.

3. Penghitungan frekuensi. 4. Penghitungan persentase (%).

5. Penentuan dan membuat distribusi frekuensi yaitu semua susunan data dibagi dalam beberapa kelompok atau kategori sehingga setiap data yang dihasilkan dari subyek termasuk dalam salah satu kelompok atau kategori (Gulo, 1983:17). Distribusi frekuensi dibuat dengan melalui rumus penghitungan penentuan interval menurut Budiyuwono, 1987:49 yaitu:

(58)

K Range ci =

Keterangan:

ci = interval kelas.

Range = selisih data terbesar dan terkecil. K = banyaknya kelas.

6. Menentukan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi perkembangan konsep diri para siswa yang positif. Penentuan topik-topik bimbingan dilakukan dengan:

a. Menghitung jumlah skor-skor setiap item dari semua subyek penelitian.

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV dalam penelitian ini menyajikan hasil penelitian tentang deskripsi konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 serta pembahasannya.

A. Hasil Penelitian

Deskripsi konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 di peroleh melalui penghitungan frekuensi (skor total) dan melalui persentase dari skor total yang telah diperoleh. Hasil penelitian deskripsi konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Skor Konsep Diri Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

Interval kelas Frekuensi Persentase Kategori

71 – 83 48 51.06% Sedang

84 – 96 27 28.72% Tinggi

58 – 70 19 20.21% Rendah

∑= 94

(60)

Penentuan interval untuk membuat distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

Range ci =

K Keterangan :

Data terbesar adalah 95.45% dibulatkan menjadi 96% Data terkecil adalah 58.71% dibulatkan menjadi 58% Range = data terbesar – data terkecil

= 96% - 58% = 38% K = 3

ci = 12.67 (Pembulatan menjadi 13)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan jumlah siswa kelas masing-masing, yaitu: sebanyak 48 siswa (51.06%) berada dalam kategori sedang, sebanyak 27 siswa (28.72%) berada dalam kategori tinggi dan sebanyak 19 siswa (20.21%) berada dalam kategori rendah. Jumlah siswa seluruhnya adalah 94 orang dan persentase yang seharusnya diperoleh adalah 100%. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 dapat dikatakan positif. Kesimpulan tersebut didasarkan pada pencapaian skor yang diperoleh dalam kategori sedang dan tinggi. Meskipun demikian, ada beberapa siswa yang masih memiliki konsep diri yang negatif yaitu berdasarkan pada pencapaian skor dalam

38 ci =

(61)

38

kategori rendah. Di bawah ini dinyatakan hasil rekapitulasi pencapaian skor total mengenai deskripsi konsep diri para siswa.

Tabel 5

Rekapitulasi hasil penelitian mengenai deskripsi konsep diri para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009

(62)
(63)

75 53 21 48 44 44 210

Skor maksimal yang seharusnya diperoleh siswa adalah sebesar 264. Perolehan skor terendah yaitu 155, skor tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 253. Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, beberapa aspek yang mempengaruhi konsep diri antara lain adalah diri fisik, diri etik moral, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial. Aspek-aspek konsep diri yang sudah dan belum dimiliki para siswa dihitung dengan menjumlahkan skor-skor setiap item dari semua populasi dan mengurutkannya dari jumlah skor tinggi sampai rendah.

Tabel 6

Item-item yang mempunyai skor tinggi No.

Item

% Aspek Indikator

42 89.89% Diri Fisik Penyadaran tentang kesehatan diri 9 87.23% Diri Fisik Pengetahuan tentang keadaan tubuh 51 86.96% Diri Fisik Menyadari tentang kesehatan diri

(64)

60 86.96% Diri Fisik Mengetahui tentang penampilan diri 19 84.57% Diri Fisik Mengetahui tentang penampilan diri 59 83.77% Diri Fisik Mengetahui tentang keadaan tubuh 50 82.18% Diri Fisik Mengetahui tentang keadaan tubuh 53 92.02% Diri

Etik-moral

Nilai moral yang dipegang sebagai acuan baik dan buruk

52 91.22% Diri Etik-moral

Nilai moral yang dipegang sebagai acuan baik dan buruk

44 88.29% Diri Etik-moral

Nilai moral yang dipegang sebagai acuan baik dan buruk

61 86.43% Diri Etik-moral

Nilai moral yang dipegang sebagai acuan baik dan buruk

11 84.57% Diri Etik-moral

Nilai moral yang dipegang sebagai acuan baik dan buruk

35 84.57% Diri Etik-moral

Keadaan individu dalam hubungannya dengan agama

20 82.44% Diri Etik-moral

Nilai moral yang dipegang sebagai acuan baik dan buruk

62 89.62% Diri Pribadi Perasaan dominan yang dimiliki individu 15 91.22% Diri

Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

14 90.95% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

64 90.95% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

31 90.15% Diri Keluarga

Menyadari peran dan fungsinya dalam anggota keluarga

22 89.89% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

47 88.29% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

56 87.5% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

5 86.96% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

6 86.70% Diri Keluarga

Perasaan dominan sebagai anggota keluarga

38 86.43% Diri Keluarga

Menyadari tugasnya sesuai peran dalam keluarga

23 81.91% Diri Keluarga

Menyadari peran dan fungsinya dalam anggota keluarga

8 85.63% Diri Sosial Kemampuan/perasaan individu dalam berinteraksi dengan orang lain

(65)

24 84.04% Diri Sosial Kemampuan/perasaan individu dalam berinteraksi dengan orang lain

48 81.64% Diri Sosial Perasaan diterima dan ditolak orang lain 40 81.11% Diri Sosial Kemampuan/perasaan individu dalam

berinteraksi dengan orang lain

Aspek – aspek konsep diri yang dominan dimiliki oleh para siswa adalah dalam diri keluarga khususnya mengenai perasaan dominan sebagai anggota keluarga, diri sosial khususnya kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain, diri etik-moral khususnya mengenai nilai-nilai moral yang dipegang sebagai batasan baik dan buruk, diri fisik khususnya mengenai penerimaan diri sesuai dengan keadaan tubuh (gemuk,kurus,tinggi,pendek), penampilan dan kesehatan diri serta dalam diri pribadi yaitu perasaan yang dominan dimiliki individu tentang dirinya.

Beberapa aspek yang kurang dimiliki oleh para siswa antara lain dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 7

Item – item yang memiliki skor rendah No Item Persentase Aspek Indikator

21 60.63% Diri Pribadi Kepuasan individu dalam menilai diri,sejauhmana dia menilai dirinya sebagai pribadi yang tepat

46 57.97% Diri Pribadi Perasaan tentang keadaan diri 37 48.40% Diri Pribadi Perasaan tentang keadaan diri

(66)

mudah merasa cemas/khawatir tentang sesuatu hal yang belum pasti, keyakinan akan masa depan yang serba sulit karena cenderung dikuasai oleh pikiran negatif serta kepuasan individu dalam menilai diri sejauhmana dia menilai dirinya sebagai pribadi yang tepat dan secara spesifik terlihat dari item yang menyatakan siswa lebih merasa senang menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Penentuan topik-topik bimbingan didasarkan pada pencapaian skor tinggi dan rendah dari item-item kuesioner yang diperoleh. Topik-topik bimbingan yang diususlkan adalah topik bimbingan yang bersifat korektif (berdasarkan skor rendah) dan bimbingan developmental (berdasarkan skor tinggi).

B. Pembahasan

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa ternyata hanya sebagian kecil dari jumlah siswa yang dapat mencapai skor mendekati skor maksimal yang seharusnya diperoleh. Para siswa yang mencapai skor mendekati skor maksimal dapat dikatakan telah memiliki konsep diri yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor per aspek yang juga mendekati skor maksimal.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan interaktif company profile perusahaan jasa konstruksi CV.. Menjadi referensi bagi kalangan desainer 3D maupun animator

Pada analisis hubungan umur kandungan saat lahir dengan pertumbuhan dan perkembangan menunjukkan bahwa pada kelompok tumbuh kembang yang tidak normal lebih banyak

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Prov. Arahan Kepala Badan Ketahanan Pangan Prov. 1) Masalah pangan kedepan tentunya akan menjadi tantangan tersendiri, hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan pangan

Pelayanan dukungan psikosial dan kesehatan jiwa diarahkan untuk tidak menyatakan upaya yang diberikan dapat "menyembuhkan trauma" hanya dengan aktivitas

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Poket dengan kehilangan tulang keberadaan poket secara klinis ditandai dengan adanya perdarahan gingiva dengan probing atau spontan.