• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh :

Yasinta Fitri Pramundari NIM : 041114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO:

 Setiap pribadi jauh lebih berharga dari pada seluruh dunia (St.

Maria Euprhasia).

 Tuhan memberikan talenta kepada manusia, mengali dan

mengembangkan talenta merupakan cara berterima kasih kepada

Tuhan Sang pemberi talenta(Penulis).

 Never give up toward anyproblems or whatever it is. If you fail,

stand up and try other ways to find out the way out. You can if you

think you can (Penulis).

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

(5)
(6)
(7)

vii

BIMBINGAN KELOMPOK

Yasinta Fitri Pramundari Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2009/2010. Masalah pertama

yang diteliti adalah “Bagaimanakah tingkat kecerdasan interpersonal para siswa

kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010?”. Masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan kelompok apakah yang tepat untuk meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas XI

SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010?”

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo. Populasi penelitian ini adalah 120 siswa dan yang dijadikan sampel penelitian adalah 75 siswa.

Instrumen penelitian ini berupa skala kecerdasan interpersonal yang terdiri

dari 64 item pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable yang

dikembangkan peneliti berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert,

dengan empat alternatif jawaban yang disusun dengan sistem summated rating

scale. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan kecerdasan interpersonal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Tingkat kecerdasan interpersonal siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 termasuk dalam

kategori “sangat tinggi” ada 24 siswa (32 %), yang temasuk dalam kategori „tinggi” ada 45 siswa (60%), yang termasuk dalam kategori “sedang” ada 6 orang

siswa (8%), dan tidak ada subyek penelitian (0%) yang termasuk dalam kategori

rendah dan “sangat rendah”. (2) Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil

penelitian terhadap butir item-item yang memiliki skor yang termasuk dalam

(8)
(9)

ix

TO THE PROPOSAL OF GROUP GUIDANCE TOPICS

Yasinta Fitri Pramundari

graders at Bruderan High School, Purworejo?”. The second problem is “Are the

guidance topics adequate to improve or develop the interpersonal intelligence of

third graders at Bruderan High School, Purworejo in 2009/2010?”.

The methodology used in this research is survey. The research subjects are all of third graders at Bruderan High School, Purworejo. There are 120 students for research subjects and 75 students for research sample.

The research instrument is an interpersonal intelligence scale which consists of 64 favorable and unfavorable items. It is developed based on Likert arrangement scale technique model with 4 alternative answers which are arranged with summated rating scale system. The data analysis technique is by making the score tabulation of each item then cluster the interpersonal intelligence based on normal distribution with continuity level which is arranged as quoted from Azwar (1999: 108). These categories consist of 5 levels, namely very low, low, average, high, and very high category.

The results are (1) there are 24 students (32%) which are included in “The very high” category of the interpersonal intelligence, 45 students (60%) which are included in “ The high” category, 6 students (8%) which are included in “ The average” category, and there is no student which is included in “ The low” and “very low” categories of the interpersonal intelligence. (2) From the analysis and research result discussion of the items with “average” category, then the group

(10)

x

melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang

Bimbingan dan Konseling. Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan

penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. A. Supratiknya, Dosen Pembimbing yang dengan tulus memberikan

tuntunan, petunjuk, bimbingan, kesabaran dan perhatian hingga penyelesaian

skripsi ini.

3. SMA Bruderan Purworejo yang penuh keterbukaan menerima peneliti untuk

melakukan penelitian, khususnya Ibu Drs. Th. Rini Purwani selaku Kepala

Sekolah SMA Bruderan Purworejo, Bapak Hy. Soeyanto B.A selaku

Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA Bruderan Purworejo serta Bapak

Robertus Bayu S.pd.

4. Kepala Sekolah SMA Pius Bayan Kutoarjo beserta Guru BK yang telah

memberikan ijin pada peneliti untuk melakukan ujicoba penelitian.

5. Seluruh siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun ajaran 2009/2010,

(11)

xi

7. Bapak dan Ibu tercinta Daniel Maryono dan EC. Suprihatin. Atas doa,

dukungan, perhatian, cinta, biaya yang telah diberikan buat Ndari. Ndari

bersyukur dan bangga menjadi anak kalian dan terima kasih karena sudah

menerima Ndari apa adanya dan tetap membimbingku sewaktu anakmu ini

dalam keterpurukan.

8. Kakak-kakakku tercinta Mas Ganjar, Mbak Tiwi, Mas Sulis, Mbak Cist. Atas

doa, dukungan, cinta, bimbingan, perhatian, sharing, tawa. Terima kasih sudah

menjadi kakak yang sempurna buatku dan menerimaku apa adanya. Ndari

bersyukur dan bangga menjadi adik kalian. Keponakan-keponakanku tercinta

Gerardo dan Gishella yang selalu menghiburku dengan tingkah yang lucu-lucu.

Tante belajar banyak dari kalian dan terima kasih sudah menjadi subyek

eksperimenku. Bulek Suster. Chatrin, atas doa bimbingan, perhatian, sharing

dan dan juga Keluarga Bulek Markati di Magelang, Bulek Ni di Kutoarjo.

9. Sahabat-sahabatku Leny Lenoz yang sudah di Bajawa, atas tawa, tangis,

dukungan. Laura‟cik Lau (terima kasih untuk pertemanan, dukungan, sharing,

pertahankan kegilaan dan kenarsisan kita), anak-anak KKY: Sigit Simbah

(terima kasih untuk selalu ada disaat suka dukaku dan saat aku membutuhkan

sahabat), Seprie dan Kris‟Kumis (terima kasih ya sudah bantu aku ngurusin

(12)

xii

Marsell, Br.Yulius, Erna, Anting, Ria, Tina, Sr.Yus, Elshi, Sr.Brig, Sr.Hil,

Tian, Irna, dll. Kakak Angkatan 2002-2003. Adik tingkat Novi Nophek beserta

teman-teman BK yang lain. Terima kasih atas doa, dukungan, bantuan dan

kebersamaan selama masa perkuliahan. Teman-teman Asrama Sr. Ben, Veny,

Sha2, Elis, Siska, Tina, Windy, Fabi, Dita, Bening, Tasya, Yuris, Icha, dll.

Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

11.Teman-teman komunitas Lektor Pringwulung, GRISADHA (Group Tari

Sanata Dharma), Choice, Lembaga Bahasa USD, VS, GnC Ministry ( Mas

Gugun, Mas Donal, Br.Cahyo, Sr. Yus, Priska, Aza Ginting, Mbak Siska,

Mbak Sisil, Kiding, Sigit, Ardi, Mandus, dll ). Terima kasih telah membantu

peneliti untuk mengembangkan diri dan belajar banyak hal.

12.Seseorang di masa lalu yang kembali hadir dan menjadi motivatorku untuk

berani mengejar impian lagi serta memberikan semangat dalam menjalani

kehidupan. Terima kasih atas perhatian, dukungan, dan kebersamaannya.

13.Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi yang telah memberikan

masukan yang berguna dan semangat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

14.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu

(13)
(14)

xiv

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ……. ... viii

KATA PENGANTAR ... x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .. ... xi

DAFTAR ISI .. ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah .. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

(15)

xv

2. Batasan Usia ... 10

3. Karakteristik atau Ciri-Ciri Remaja ... 11

B. Tugas Perkembangan ... 20

1. Pengertian Tugas Perkembangan ... . 20

2. Tugas perkembangan Remaja ... 20

C. Kecerdasan Interpersonal ... 23

1. Pengertian Kecerdasan ... 23

2. Kecerdasan Interpersonal ... 25

3. Komponen Kecerdasan Interpersonal ... 31

4. Karakteristik Individu yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi ... 41

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal ... 42

D. Bimbingan Kelompok ... 43

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 43

2. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Kelompok ... 46

(16)

xvi

C. Definisi Operasional Variabel ... 51

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

E. InstrumentPenelitian ... 55

1. Jenis Alat ukur ... 55

2. Format Pernyataan... 56

3. Penentuan Skor (scoring) ... 56

4. Kisi-kisi Skala ... 57

5. Uji Coba Alat Penelitian ... 59

F. Validitas dan Reliabilitas ... 61

1. Validitas Kuesioner ... 61

2. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda ... 63

3. Reliabilitas ... 64

G. Analisi Data ... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Persiapan penelitian dan Pelaksanaan penelitian ... 74

1. Persiapan ... 74

2. Pelaksanaan ... 75

(17)

xvii

C. Saran ... 97

(18)

xviii

Tabel 1. Jumlah Subyek Penelitian ... 54

Tabel 2. Kisi-kisi Skala Kecerdasan Interpersonal Para Siswa Kelas

XI SMA Bruderan Purworejo Sebelum Uji Coba ... 57

Tabel 3. Rincian Jam Pelaksanaan Uji Coba Penelitian di SMA Pius

Bhakti Utama Bayan Kutoarjo ... 60

Tabel 4. Distribusi Item Skala Final Kecerdasan Interpersonal Siswa

kelas XI SMA Bruderan Purworejo ... 65

Tabel 5. Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa

Kelas XI SMA Bruderan Purworejo ... 70

Tabel 6. Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Kecerdasan

Interpersonal Siswa Kelas XI SMA Bruderan

Purworejo ... 73

Tabel 7. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas

(19)

xix

Purworejo ... 86

Tabel 9. Item-item Pernyataan yang Tergolong Kategori Sedang ... 87

(20)

xx

LAMPIRAN 1: Skala Penelitian……… 104

LAMPIRAN 2: Tabulasi Skor Penelitian……….. 109

LAMPIRAN 3: Skala Uji Coba……… 122

LAMPIRAN 4: Tabulasi Data Uji Coba ……….. 128

LAMPIRAN 5: Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Total………. 139

LAMPIRAN 6: Hasil Uji Reliabilitas Skala Penelitian……… 143

(21)

1 A. Latar Belakang Masalah

Siswa SMA adalah siswa yang duduk di bangku sekolah dengan

rentang usia antara 16-18 tahun. Orang yang berusia antara 12-18 tahun

dapat disebut juga sebagai remaja. Remaja merupakan masa peralihan

antara masa anak-anak dan masa dewasa yakni antara usia 12-18 tahun.

Pada masa ini, remaja telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh

dengan ketergantungan dan menuju pada pembentukan tanggung jawab.

Menurut Hurlock (1980:207) masa remaja juga sebagai periode

perubahan yakni, perubahan fisik, sikap, dan perilaku. Tingkat perubahan

sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik

berkembang pesat, maka perubahan sikap dan perilakupun berkembang

pesat. Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik saja. Akan tetapi juga pada

emosi yang semakin meninggi. Intensitas meningginya emosi bergantung

pada perubahan fisik dan psikologis. Cara berfikir remajapun menjadi

lebih maju.

Remaja juga mengalami perubahan sosial. Dimana remaja

mengalami perubahan dalam menjalin relasi dengan lawan jenis maupun

sejenis baik dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan

masyarakat. Remaja juga mengalami perubahan minat, nilai-nilai yang

(22)

2

menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari

hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan.

Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja

merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan

kemampuan kemandiriannya.

Sebagian besar remaja menginginkan kebebasan. Akan tetapi

mereka takut untuk bertanggung jawab. Masa remaja dikenal sebagai masa

pencarian identitas diri. Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan

tekanan. Dimana ketegangan emosi meninggi, sebagai akibat dari

perubahan-perubahan yang dialami.

Selama remaja mengalami masa peralihan, remaja harus

menjalankan tugas perkembangan sebagai remaja. Hurlock (1980)

memandang bahwa di setiap tugas perkembangan tersebut terdapat

harapan-harapan sosial dari lingkungan dimana mereka tinggal. Tugas

perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap

dan perilaku remaja dari kanak-kanak menuju ke pribadi yang dewasa dan

bertanggung jawab.

Sebagai seorang remaja mempunyai tugas untuk: memperoleh

(23)

3

pekerjaan; mempersiapkan diri untuk kehidupan berkeluarga;

memperkembangkan kecakapan-kecakapan intelektual dan

pengertian-pengertian yang perlu untuk seorang warga negara yang cakap;

menginginkan dan mencapai atau mempelajari perilaku yang bertanggung

jawab; membentuk sistem nilai dan filsafat hidup sebagai pedoman

bertingkah laku; memperluas hubungan antar pribadi secara lebih dewasa

dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita. Tugas perkembangan

tersebut bersumber pada kematangan fisik, tuntutan atau harapan dari

masyarakat serta nilai hidup dan aspirasi dari individu yang bersangkutan.

Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan

rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya.

Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara

melakukan hubungan secara baik dan aman dengan dunia di sekitarnya,

baik yang bersifat fisik maupun sosial (Ali, 2005:85).

Remaja yang mengalami periode perubahan terutama perubahan

sosial, menuntutnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang lain.

Yakni dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam

perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam

seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan

(24)

4

periode perubahan sosial dan tugas untuk memperluas hubungan antar

pribadi menuntut anak untuk memahami diri sendiri dan juga orang lain.

Sehingga mereka mampu dalam menjalin relasi, mempertahankan relasi

dengan orang lain. Kemampuan atau ketrampilan dalam menjalin relasi,

mempertahankan relasi dengan orang lain disebut juga sebagai kecerdasan

interpersonal. Menurut Howard Garner (2003:24-25) dalam buku Multiple

Intelligencess, dalam setiap diri manusia ada 7 macam kecerdasan yaitu :

kecerdasan linguistik, kecerdasan logik matematik, kecerdasan visual dan

spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis.

Kecerdasan interpersonal sangat penting dimiliki oleh setiap

manusia (dalam penelitian ini peneliti memakai subyek remaja). Dengan

remaja memiliki kecerdasan interpersonal yang baik, maka memungkinkan

dia untuk dapat menjalin relasi dengan orang lain serta mempertahankan

relasi tersebut. Berdasarkan pendapat dari Howard Garner menunjukkan

bahwa dalam diri manusia sudah ada kemampuan atau kecerdasan,

terutama kecerdasan interpersonal. Akan tetapi dalam diri setiap manusia

berbeda-beda tingkatannya.

Sebagai seorang remaja yang mempunyai tugas perkembangan

(25)

5

meningkatkan kecerdasan interpersonal salah satunya dengan kegiatan

bimbingan kelompok.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan di atas dapat dirumuskan secara tegas sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kecerdasan interpersonal siswa kelas XI SMA

Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 ?

2. Topik-topik bimbingan kelompok apakah yang tepat untuk

meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan interpersonal

siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan tingkat kecerdasan interpersonal siswa kelas XI

SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010.

2. Dapat menyusun topik-topik bimbingan kelompok yang tepat

untuk meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan

interpersonal siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun

(26)

6

Bagi para peneliti, penelitian ini dapat merangsang

penelitian baru (yang lainnya) yang hendak mengkaji topik

berkaitan dengan tingkat kecerdasan interpersonal para siswa putra

dan putri.

2. Manfaat praktis

a. Bagi orang tua, penelitian ini menjadi bahan informasi yang

dapat memberikan manfaat implementatif.

b. Bagi para pendidik (Guru pengajar, Konselor sekolah, Dosen),

penelitian ini sebagai bahan informasi dalam rangka membantu

peserta didik berkembang menjadi pribadi yang utuh.

c. Bagi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma dapat memperoleh tambahan

informasi dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.

d. Bagi peneliti sendiri memperoleh pengalaman dalam

mengungkap tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas

XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009 / 2010 dan

(27)

7

serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.

2. Interpersonal adalah segala sesuatu yang berlangsung antara dua

pribadi atau lebih dan merincikan proses-proses yang timbul

sebagai satu hasil dari interaksi individu dengan individu lain.

3. Tingkat kecerdasan interpersonal adalah kecenderungan siswa

untuk mampu menciptakan relasi, membangun relasi dan

mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak

berada dalam situasi menang-menang atau saling menguntungkan

yang diukur dengan Kuesioner Tingkat Kecerdasan Interpersonal

dan ditunjuk melalui skor yang diperoleh siswa. Ada lima kategori

tingkat kecerdasan interpersonal para siswa yaitu sangat tinggi,

tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

4. Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada

individu/kelompok agar mereka dapat memahami dirinya sendiri

dan lingkungannya, melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan

sekolah, keluarga, dan masyarakat.

5. Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan

kepada lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan.

6. Usulan topik-topik bimbingan kelompok adalah kumpulan suatu

(28)

8

(29)

9

A. Siswa Sebagai Remaja 1. Remaja

Pada waktu siswa memasuki SMA, siswa dapat disebut juga

sebagai remaja. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak

dan masa dewasa yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Pada masa ini, remaja

telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan

dan menuju pada pembentukkan tanggung jawab.

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescence

(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”. Demikian pula orang-orang zaman purbakala

memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan

periode-periode lain dalam rentang kehidupan; anak dianggap sudah dewasa apabila

sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock, 1980:206).

Menurut Santrock (2003:26), remaja (adolescence) diartikan

sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial-emosional. Perubahan

biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari

perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada

kemandirian.

Menurut Piaget (121), istilah adolescence atau remaja mempunyai

(30)

fisik. Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa

di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam

tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak integrasi dalam

masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih

berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang

mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini

memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang

dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode

perkembangan ini (Hurlock, 1980:206).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, remaja

adalah masa perkembangan atau peralihan antara masa anak-anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional,

mental, fisik. Serta masa dimana anak-anak mulai berintegrasi dengan

masyarakat dewasa.

2. Batasan Usia

Sampai saat ini belum ditemukan kata sepakat dari para ahli yang

mengemukakan mengenai batasan usia remaja yang tepat. Hurlock (1980:

206) menjelaskan bahwa “Awal masa remaja berlangsung pada usia 13

sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja berlansung dari usia 16

atau 17 atau 18 tahun yaitu usia matang secara hokum”. Dengan demikian

(31)

Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur

12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,

yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan

usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali,

2004:9).

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa, batasan usia bagi

individu untuk disebut sebagai remaja adalah rata-rata berlangsung antara

umur 12 tahun sampai 22 tahun. Dimana remaja awal dimulai rata-rata pada

umur 12/13 tahun sampai 17/18 tahun dan remaja akhir rata-rata dimulai pada

umur 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.

3. Karakteristik atau Ciri-ciri Masa Remaja

Hurlock (1980:207-209 ) menyebutkan beberapa ciri-ciri masa

remaja yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada awal masa remaja terjadi perkembangan fisik yang cepat dan

penting disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua

perkembangan tersebut membutuhkan penyesuaian mental dan perlu

adanya sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

(32)

satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah

terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi

sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala

sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari

pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap

yang sudah ditinggalkan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan

sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka

perubahan sikap dan perilakupun menurun.

Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal

yaitu: Pertama meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada

tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan

emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa remaja awal, maka

meningginya emosi lebih menonjol pada awal periode akhir masa

remaja. Kedua, perubahan tubuh. Ketiga, minat dan peran yang

diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan

masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya

lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang

(33)

ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Keempat,

perubahan nilai. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting,

sekarang setelah hampir dewasa tidak pentimg lagi. Kelima, sebagian

besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka

meninginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut

bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka

untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun

masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik

oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi

kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kkanak, masalah

anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga

kebanyakkan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin

mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan

guru-guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri

masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu dengan harapan

mereka sendiri.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian

(34)

lebih besar dari pada individualitas. Tiap penyimpangan dari standar

kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok.

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan

kelompok masih tetap penting bagi remaja. Lambat laun mereka mulai

mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

Erikson menjelaskan bagaimana pencarian identitas diri

mempengaruhi perilaku remaja: Dalam usaha mencari perasaaan

kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus

memperjuangkan kembali tahun-tahun yang lalu, meskipun untuk

melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang

yang baik hati untuk berperan sebgai musuh; dan mereka selalu siap

untuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam

mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam

bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi

masa kanak-kanak. (Hurlock, 1980:208)

Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai

individu adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk

mobil, pakaian dan lain-lain. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian

pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada

saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok

(35)

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang

tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku

remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan juga teman-temannya,

menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa

remaja. Semakin tidak realistis ia semakin menjadi marah. Remaja akan

sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau

ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian

dan bertidak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh

karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang

(36)

keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks

bebas. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra

yang mereka inginkan.

Gunarso dalam buku Psikologi Remaja menyebutkan beberapa

ciri-ciri masa remaja yaitu:

a. Kegelisahan : keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja.

Mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat

dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena

diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam

tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa diri belum mampu

melakukan berbagai hal. mereka ingin tahu segala peristiwa yang

terjadi di lingkungan luas, akan tetapi tidak berani mengambil

tindakan untuk mencari pengalaman dan pengertahuan yang

langsung dari sumber-sumbernya. Akhirnya mereka hanya dikuasai

oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak

tersalurkan.

b. Pertentangan: Pertentangan-pertentangan yang terjadi didalam

mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka

sendiri maupun orang lain. pada umumnya timbul perselisihan dan

pertentangan pendapat dan pandangan antara remaja dengan orang

tua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya

(37)

tetapi keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh

keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani

mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan yang

aman diantar keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan

diri secara mutlak belum disertai kesanggupan untuk berdiri

sendiri, tanpa memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal

keuangan.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.

Mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha

yang dilakukan dalam berbagai bidang. Mereka ingin mencoba apa

yang dilakukan oleh orang dewasa. Misalnya: Remaja pria

mencoba merokok secara tersembunyi, seolah-olah ingin

membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula

dilakukan oleh si remaja. Remaja puteri yang mulai bersolek

menurut mode dan kosmetik terbaru. Walaupun sekolah-sekolah

mengeluarkan larangan penggunaan kosmetik atau make up di

lingkungan sekolah, akan tetapi mereka tetap menggunakannya.

Keinginan mencoba pada remaja ini baik remaja puteri maupun

putera dapat berakibat negative apabila mereka diajak mencoba

obat-obatan terlarang.

d. Keinginan mencoba seringkali diarahkan pada diri sendiri maupun

terhadap orang lain. Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam

(38)

yang berhubungan dengan fungsi-fungsi ketubuhannya. Keinginan

tersebut bisa menimbulkan pengalaman dengan akibat yang tidak

selalu menyenangkan, misalnya kehamilan, yang dapat

menghentikan karier.

e. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas.

Bukan hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidiki,

bahkan lingkungan yang lebih luas lagi. Keinginan menjelajah dan

meyelidiki, ini dapat disalurkan dengan baik dan yang bermanfaat.

Penyaluran yang bermanfaat dapt menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat pula.

f. Mengkhayal dan berfantasi. Khayalan dan fantasi pada remaja

putera banyak berkisar mengenai prestasi dan karier. Pada remaja

puteri terlihat lebih banyak sifat perasa sehingga lebih banyak

berintikan romantika kehidupan. Khayalan dan fantasi tidak selalu

bersifat negative, karena di pihak lain dianggap sebagai suatu

pelarian dari situasi dan suasana yang tidak memuaskan remaja.

Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan konstruktif ini

banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh remaja.

g. Aktifitas kelompok: Antara keinginan yang satu dengan keinginan

yang lain sering timbul tantangan, baik dari keinginan untuk berdiri

sendiri akan tetapi belum mampu untuk hidup terlepas dari

keluarga, maupun dari keinginan menjelajah alam tetapi

(39)

menyebabkan para remaja merasa diri tidak berdaya dalam suasana

dan situasi yang justru dikuasai segala keinginan untuk bertindak,

berbuat dan berekplorasi. keadaan perasaan yang tidak berdaya

terhadap dorongan-dorongan dari dalam diri mereka untuk

bertindak maupun terhadap kekangan dari luar berupa larangan

orang tua dan terbatasnya kesanggupan serta kemampuan financial

seringkali melemahkan semangat para remaja. Hal ini jelas tidak

dapat dibiarkan sehingga perlu jalan keluar untuk mengatasinya.

Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dengan mengadakan

kegiatan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan berkelompok

ini tumbuh secara demikian besarnya dan dapat dikatakan

merupakan ciri umum masa remaja.

Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, karakteristik

atau ciri-ciri masa remaja adalah: 1) masa remaja sebagai periode yang

penting, 2) masa remaja sebagai periode peralihan, 3) masa remaja sebagai

periode perubahan, 4) masa remaja sebagai usia bermasalah, 4) masa remaja

sebagai masa mencari identitas, 5) masa remaja sebagai usia yang

menimbulkan ketakutan, 5) masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, 6)

masa remaja sebagai ambang masa dewasa, 7) kegelisahan, 8) pertentangan,

9) berkeinginan besar mencari segala hal yang belum diketahuinya, 10)

Keinginan mencoba seringkali diarahkan pada diri sendiri maupun terhadap

(40)

dan fantasi pada remaja putera banyak berkisar mengenai prestasi dan karier,

13) beraktivitas dalam kelompok.

B. Tugas Perkembangan

1. Pengertian Tugas Perkembangan

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah “tugas yang

muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan

individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa

arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan

tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam

mengahadapi tugas-tugas berikutnya.”

Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas

perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam

kehidupan individu, yang jika berhasil akan memperoleh kebahagiaan dan

berpengaruh pada tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi jika gagal akan

merasa tidak bahagia dan mengalami kesulitan dalam menghadapi

tugas-tugas berikutnya.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada

penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakkan dan

(41)

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar

dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki

dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas

tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya

terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukan pada hal ini adalah bahwa

remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukkan sikap dan

pola perilaku.

Tugas-tugas perkembangan masa remaja sepanjang rentang

kehidupan menurut Havighurts :

1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita.

2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.

3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial dan yang bertanggung

jawab.

5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya

6) Mempersiapkan karier ekonomi.

7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

(42)

Dari delapan tugas perkembangan tersebut yang berkaitan dengan

kecerdasan interpersonal adalah tugas perkembangan adalah mencapai

hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita. Hakekat dari tugas ini adalah mempelajari dan melihat anak

perempuan sebagai wanita dan laki-laki sebagai pria; menjadi orang dewasa

diantara orang-orang dewasa; belajar bekerja dengan orang lain umum;

belajar memimpin tanpa menekan yang lain (Achdiyat, 1981:25)

Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas

perkembangan terdiri dari: 1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih

matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, 2) Mencapai peran

sosial pria, dan wanita 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan

tubuhnya secara efektif, 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial dan

yang bertanggung jawab, 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang

tua dan orang-orang dewasa lainnya, 6) Mempersiapkan karier ekonomi, 7)

Mempersiapkan perkawinan dan keluarga, 8) Memperoleh perangkat nilai

dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan

ideology. Dari kedelapan tugas perkembangan tersebut yang lebih berkaitan

dengan kecerdasan interpersonal adalah tugas perkembangan mencapai

hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

(43)

C. Kecerdasan Interpersonal 1. Pengertian Kecerdasan

Menurut banyak ahli psikologi kecerdasan merupakan sebuah

konsep yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk

didefinisikan. Di dunia saat ini terdapat banyak konsep mengenai

kecerdasan, dan masing-masing pendapat berbeda-beda. Dibawah ini

terdapat beberapa penjelasan mengenai kecerdasan.

Alfred Binet (Safaria, 2005:19) merupakan tokoh perintis

pengukuran intelegensi, menjelaskan bahwa intelegensi merupakan :

a. Kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,

artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya

(goal setting).

b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut

demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuain diri

dalam lingkungan tertentu (adaptasi).

c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan

autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas

kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya atau mampu

mengevaluai dirinya sendiri secara obyektif.

Sedangkan David Wechsler memandang intelegensi sebagai

(44)

tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya

dengan efektif” (Safaria, 2005:20).

George D. Stoddard (Safaria, 2005:20) mendefinisikan intelegensi

sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang

bercirikan:

a. Kesukaran.

b. Kompleks, yang mengandung berbagai macam jenis tugas yang

harus diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang cerdas

mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan

kemampaun yang sduah dimiliki untuk kemudian digunakan

dalam menghadapi masalah.

c. Abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan

analisis dan intepretasi.

d. Ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses

mental yang efisien dari segi penggunaan waktu.

e. Diarahkan pada suatu tujuan, yaitu tindakan yang mengandung

tujuan berharga.

f. Mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan

g. Dapat diterima oleh nilai dan norma sosial.

h. Berasal dari sumbernya, yaitu pola pikir yang membangkitkan

kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain

(45)

Sedangkan Walter & Gardner (Safaria, 2005:20) mendefinisikan

intelegensi sebagai “Suatu kemampuan atau serangkaian

kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu mememcahkan masalah, atau

produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu”.

Edward Lee Thordike (Safaria, 2005:20) memformulasikan teori

tentang inteligensi menjadi tiga bentuk kemampuan, yaitu :

a. Kemampuan abstraksi, yaitu bentuk kemampuan individu untuk

bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol.

b. Kemampuan mekanik, yaitu suatu kemampaun yang dimiliki

individu untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis

dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

memerlukan aktivitas gerak (sensory-motor).

c. Kemampuan sosial, yaitu suatu kemampuan untuk menghadapi

orang lain di sekitar dengan cara-cara yang efektif.

Atas dasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa,

kecerdasan atau inteligensi adalah suatu bentuk kumpulan kemampuan

individu untuk menentukan tujuan hidup, beradaptasi, berelasi, mengkritik

diri dan introspeksi diri, bertindak, memahami masalah.

2. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal atau bisa juga dikatakan sebagai

(46)

seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan

mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belak pihak berada

dalam situasi-situasi menang-menang atau saling menguntungkan”

(Safaria, 2005:23).

Menurut Howard Garner kecerdasan interpersonal menunjuk pada

kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain. Anak yang tinggi

inteligensi interpersonalnya akan mampu menjalin komunikasi yang efektif

dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan

hubungan yang harmonis dengan orang lain. Mereka ini cepat memahami

tempramen, sifat, dan kepribadian orang lain, mampu memahami suasana

hati, motif dan niat orang lain (Safaria, 2005:23).

Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan

menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, tempramen orang

lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga

termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal

berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan

komunikasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh

para komunikator, fasilitator, dan penggerak masa (Suparno, 2004: 39).

Menurut Thomas Armstrong (2002:21) yang menyebut kecerdsan

interpersonal sebagai kecerdasan antarpribadi, kecerdasan ini melibatkan

kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Seperti

masing-masing kecerdasan yang lain, kecerdasan antarpribadi melibatkan

(47)

kemampuan memanipulasi sekelompok besar orang menuju pencapaian

suatu tujuan bersama. Kecerdasan antarpribadi mencakup kemampuan

“membaca orang” (misalkan, menilai orang dalam beberapa detik),

kemampuan berteman, dan ketrampilan yang dimiliki beberapa orang untuk

bisa berjalan memasuki sebuah ruangan dan mulai menjalin kontak bisnis

atau pribadi yang penting. Karena begitu banyak aspek kehidupan yang

melibatkan interaksi dengan orang lain, kecerdasan antarpribadi mungkin

sebenarnya lebih penting bagi keberhasilan dalam hidup daripada

kemampuan membaca buku atau memecahkan problem matematika.

Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat

mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang

lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka menyenangkan dan seperti

keluar begitu saja secara otomatis. Mereka dengan mudah mengenali dan

membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain.

komunikasi baik verbal maupun nonverbal dengan orang lain relatif mudah.

Kebanyakan mereka sangat peka terhadap teman, terhadap penderitaan

orang lain, dan mudah berempati. banyak dari mereka suka memberi

masukan kepada teman supaya maju. maka, mereka kebanyakan dapat

berperan sebagai komunikator, fasilitator dalam pertemuan atau

perbincangan masalah yang penting. Mereka juga dengan mudah menjadi

penggerak masa karena kemampuannya mendekati masa itu. Bila menjadi

(48)

anggota, mengerti dan menghargai perasaan anggotanya (Suparno, 2004

:39).

Siswa yang mempunyai inteligensi tinggi mudah bergaul dan

berteman. Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia

dengan cepat dapat masuk ke dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi

dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan

cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama

orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Siswa ini kadang mudah

berempati dengan teman yang sakit atau sedang punya masalah dan

kadang-kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, bila guru

memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang

mempunyai inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari

teman yang mau diajak bekerjasama (Suparno, 2004:40).

Anak-anak dengan kecerdasan interrpersonal yang tinggi tidak

selalu berhasil di sekolah. Beberapa anak yang kecerdasan interpersonalnya

tinggi memperlihatkan kemampuan alami untuk mengantisipasi keinginan

guru, bekerjasama dalam kegiatan sekolah, dan berhasil secara akademis

walau mungkin mereka mempunyai masalah khusus dengan pelajaran

membaca atau matematika. Yang lain mungkin populer di antara

teman-temannya tapi mempunyai masalah penyesuaian diri dengan teman-teman

sekelasnya, mereka mungkin memperlihatkan kemampuan memimpin atau

(49)

Howard Gardner (1999:36) mengungkapkan 7 macam kecerdasan

yang menurutnya bersifat universal. Ia mengatakan bahwa dalam diri setiap

manusia memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar

perkembangan yang berbeda. Ke 7 macam kecerdasan tersebut antara lain :

a. Kecerdasan musik

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan untuk

menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, menyanyi,

menyusun lagu, memainkan alat musik dengan sangat baik,

membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.

b. Kecerdasan gerakan-badan

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan anak dalam

menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide,

pemikiran dan perasaaan yang membutuhkan kelincahan tubuh.

Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang

koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan

kecepatan seperti dalam aktivitas menari, olah raga, atletik.

c. Kecerdasan logika-matematika

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam

pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan angka-angka,

dan pemikiran logis.

d. Kecerdasan linguistik

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam mengolah

(50)

maupun tulisan, membuat suatu kalimat, mudah memahami

kata-kata dan menggubahnya menjadi sesuatu yang indah. Kecerdasan ini

mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan

intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk

mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan

menyampaikan informasi.

e. Kecerdasan ruang (visual dan spasial)

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan anak dalam

memahami perspektif ruang dan dimensi, yaitu: cepat memahami

bentuk-bentuk dimensi ruang seperti bentuk rumah, bangunan,

dekorasi; berfikir dalam bentuk visualisasi dan gambar.

f. Kecerdasan intra-pribadi atau kecerdasan intrapersonal

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam

memahami diri sendiri, mempunyai kepekaan yang tinggi dalam

memahami suasana hatinya, emosi dalam diri, perubahan-perubahan

yang terjadi dalam dirinya.

g. Kecerdasan antar-pribadi atau kecerdasan interpersonal

Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam

berhubungan dengan orang lain yaitu dalam mengamati dan

mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada

ekspresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan mampu

memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi, mampu

(51)

orang lain, cepat memahami tempramen orang lain, sifat dan

kepribadian orang lain, suasana hati, motif dan niat orang lain.

Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain,

mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan

umumnya dapat memimpin kelompok.

Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa,

kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh

individu yang berhubungan dengan kemampuan dalam berelasi dengan

orang lain. Termasuk di dalamnya yaitu kemampaun untuk berempati,

memahami perasaaan maupun perilaku orang lain, tempramen, mampu

berkomunikasi yang efektif dengan orang lain, mempertahankan relasi

dengan orang lain.

3. Komponen Kecerdasan Interpersonal

Menurut Safaria (2005:24) ada 3 komponen utama kecerdasan

interpersonal yaitu:

a. Social sensitivity atau sensitivitas sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi

atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal

maupun non verbal.

(52)

sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat

apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun. Di

dalamnya terdapat juga kemampuan seseorang dalam memahami

situasi sosial dan etika sosial sehingga seseorang mampu

menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. Fondasi dasar dari

social insight adalah berkembangnya kesadaran diri.

c. Social communication atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial adalah merupakan kemampuan individu untuk

menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan

membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses

menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial,

maka seseorang membutuhkan sarananya. Tentu saja sarana yang

digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup

baik komunikasi verbal, non-verbal, maupun komunikasi melalui

penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang harus berbicara

efektif, kemampuan public speaking dan keterampilan menulis

secara efektif.

Pada dasarnya kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan

dengan pengalaman belajar. Melalui proses belajar secara terus menerus

diharapkan seorang individu akan dapat mengembangkan kecerdsan

interpersonalnya yang melibatkan beberapa aspek kecerdasan interpersonal.

(53)

a. Social Sensitivity

1) Sikap Empati

Feshbach (1978) mengatakan empati adalah sejenis

pemahaman perspektif yang mengacu pada “respon emosi yang

dianut bersama dan dialami anak ketika ia mempersepsikan reaksi

emosi orang lain”. Empati mempunyai dua komponen kognitif dan

satu komponen afektif. Dua komponen kognitif itu adalah pertama,

kemampuan anak mengidentifikasikan dan melabelkan perasaan

orang lain. Kedua kemampuan anak mengasumsikan perspektif

orang lain. Satu komponen afektif adalah kemampuan dalam

merespon emosi (Safaria, 2005:104).

Berdasarkan penjelasan mengenai apa itu empati menurut

Truax & Carkhuff, Safaria (2005:106) secara sederhana

menyimpulkan bahwa empati adalah pemahaman kita tentang

orang lain berdasarkan sudut pandang, perspektif,

kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-pengalaman orang tersebut. Untuk itulah

sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses pertemanan agar

tercipta hubungan yang bermakna dan saling menguntungkan.

Menurut Safaria (2005:106), ada lima tingkatan empati

yang bisa dicapai oleh seorang anak yaitu :

Tingkat 1: komunikasi verbal dan ekspresi tidak

(54)

ekspresi dari orang lain. Individu tidak memiliki kesadaran

akan ekspresi yang nyata dan dasar dari orang lain.

Tingkat 2: anak dalam berkomunikasi dengan

sebaya terkesan hanya menyampaikan pikiran-pikirannya

saja, tidak dapat menyelami apa yang dirasakan oleh orang

lain. Sehingga tidak sesuai dengan apa yang dirasakan

oleh orang lain. Hal ini mengakibatkan anak cenderung

mengesampingkan ekspresi yang disampaikan oleh orang

lain.

Tingkat 3: anak hanya bisa memahami

ekspresi-ekspresi emosional dari orang lain yang bersifat

permukaan saja.

Tingkat 4: anak mampu memahami baik

emosi-emosi permukaan maupun emosi-emosi-emosi-emosi yang terdalam

dari orang lain, tetapi anak masih belum mampu menyatu

secara menyeluruh dengan orang lain.

Tingkat 5: anak tidak saja hanya mampu

memahami dari emosi permukaan maupun

emosi-emosi yang terdalam dari orang lain. Tetapi anak juga

mampu memahami ekspresi emosi-emosi yang tidak

terekspresikan oleh orang lain dan sulit disadari oleh orang

(55)

secara menyeluruh dan total sehingga kesesuaian makna

terjadi antara orang lain dan anak.

2) Sikap Prososial

Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para

ahli psikologi untuk menjelaskan sebuah tindakan moral yang harus

dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang

yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain,

mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut anak untuk

menahan diri dari egoismenya dan rela menolong atau berbagi

dengan orang lain.

Perkembangan perilaku prososial ini dipengaruhi terutama

oleh lingkungan keluarga. Orang tua menjadi model bagi anak

untuk memperlajari perilaku. Perilaku prososial ini sangat

berperan bagi kesuksesan anak untuk menjalin persahabatan. Anak-

anak yang disukai oleh teman-temannya kebanyakan menunjukkan

perilaku prososial yang tinggi. Selain itu anak juga harus

menghindari sikap-sikap antisosial yang justru menghancurkan

(56)

b. Social Insight

1) Kesadaran diri saat berelasi dengan orang lain

Rogacion (1996) mendefinisikan kesadaran diri sebagai

kemampuan seorang pribadi menginsafi totalitas keberadaannya

sejauh mungkin. Masksudnya adalah anak mampu menyadari dan

menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari

keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan

tujuan-tujuannya di masa depan.

Fenigstein (1978) mendefinisikan kesadaran diri sebagai

kecenderungan individu untuk dapat menyadari dan

memperhatikan aspek diri internal maupun aspek diri eksternalnya.

Artinya anak memiliki dua aspek dalam kesadaran akan dirinya

yaitu aspek diri internal (privat) yang berkaitan dengan kemampuan

anak menyadari keadaan internalnya seperti pikirannya,

perasaannya, emosi-emosinya, pengalamannya dan

tindakan-tindakan yang diambilnya. Sedangkan aspek diri eksternal (publik)

adalah kemampuan anak untuk menyadari penampilannya, pola

interaksinya dengan lingkungan sosial, dan menyadari situasi yang

terjadi di sekelilingnya.

Menurut Kihlstrom (Safaria, 2005:46) kesadaran diri

penting dalam diri anak karena mempunyai dua fungsi yaitu:

Pertama fungsi monitoring (self monitoring) yaitu fungsi dari

(57)

mengamati setiap proses yang terjadi secara keseluruhan baik di

dalam diri anak maupun di lingkungan sekitarnya. Hal ini akan

membuat anak semakin mampu menilai keadaan dirinya secara

obyektif dan membuatnya mampu mengendalikan

dorongan-dorongan emosionalnya maupun dorongan-dorongan –dorongan alam bawah

sadarnya. Kedua, fungsi kontrol (self controlling) yaitu

kemampuan anak untuk mengontrol dan mengendalikan

keseluruhan aspek dirinya seperti kemampuan untuk mengatur diri,

kemampuan untuk membuat perencanaan, serta kemampuan anak

untuk mampu mengendalikan emosi dan tindakan-tindakanya

sendiri.

2) Pemahaman Situasi Sosial dan Etika Sosial

Dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan,

orang perlu memahami norma-norma sosial serta

peraturan-peraturan yang berlaku. Di dalamnya terdapat ajaran yang

membimbing seseorang untuk bertingkah laku yang benar dalam

situasi sosial. Oleh karena itu setiap orang perlu mengetahui

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, supaya tahu

membedakan perilaku yang boleh dilakukan atau perilaku yang

tidak boleh dilakukan.

Dalam memahami norma-norma yang berlaku dalam

(58)

dewasa, yang terlebih dulu mengetahui tentang norma-norma

tersebut untuk mengajarkan kepada yang lebih muda.

3) Pemecahan Masalah Sosial Secara Efektif

Setiap anak membutuhkan ketrampilan untuk memecahkan

masalah secara efektif, apalagi masalah tersebut adalah konflik

interpersonal. Semakin tinggi kemampuan anak dalam

memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan

didapatkan dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut. Anak

yang memiliki kecerdasan yang tinggi memiliki ketrampilan dalam

memecahkan konflik antar pribadi secara lebih efektif

dibandingkan dengan seorang anak yang memiliki kecerdasan

interpersonal rendah.

Konflik terjadi ketika ada dua kepentingan yang berbeda

muncul dalam suatu hubungan interpersonal. Ancok (1995:230)

mengatakan, dalam berhubungan dengan orang lain seringkali

ketidakserasian terjadi. Konflik adalah salah satu bentuk

ketidakserasian yang disebabkan oleh tidak sejalannya pikiran

antara kedua belah pihak yang terlibat dalam hubungan

interpesonal. Bila tidak terselesaikan dengan baik akan mengancam

kelangsungan hubungan.

Safaria (2005:85-95), menyebutkan beberapa tahap

(59)

a) Mengidentifikasikan masalah secara tepat.

b) Menemukan srategi pemecahan masalah.

c. Social Communications:

a. Komunikasi Efektif

“Komunikasi disebut efektif apabila penerima

menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim” (Supratiknya, 1995:34).

Komunikasi pertama kali diajarkan di dalam keluarga.

Orang tua mengajarkan kepada anaknya bagaimana berkomunikasi

secara baik dan santun. Orang tua juga yang mengajarkan pada

anak pentingnya berkomunikasi dengan orang lain.

Ada empat ketrampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih

pada anak yaitu : memberikan umpan balik, mengungkapkan

perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain, menerima diri

dan orang lain. Ke empat ketrampilan dasar ini sangat penting

dalam setiap interaksi sosial yang akan dijalani anak. Jika anak

mampu menguasai keempatnya, bisa dipastikan anak akan berhasil

mengembangkan kecerdsan interpersonal yang matang.

Salah satu keterampilan komunikasi yang harus dimiliki

oleh anak adalah ketrampilan mendengarkan. Ketrampilan

mendengarkan ini akan menunjang proses komunikasi anak

(60)

diperhatikan ketika mereka merasa didengarkan. Sebuah

hubungan komunikasi tidak akan berlangsung baik jika salah satu

pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkannya.

Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati,

sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai (safari,

2005:163).

Hardjana (2003:99), menjelaskan bahwa dalam

percakapan dengan orang lain, pada umumnya kita sebaiknya

tidak sekadar mendengarkan sebatas isi. Kita juga tidak

mendengarkan secara kritis. Tetapi kita berusaha untuk

mendengarkan secara empatik dan aktif. Tujuannya adalah agar

kita dapat mendengarkan secara efektif dan akhirnya bisa

mencapai tujuan dan hasil yang kita inginkan.

Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar kita bisa

mendengarkan secara efektif, (Hardjana, 2003:100-101), yaitu:

a) Bermotivasi. Bermotivasi berarti mempunyai

dorongan dari dalam untuk mau mendengarkan dan

mau berusaha mendengarkan dengan baik.

b) Menunjukkan minat.

c) Menghindari tindakan-tindakan yang menganggu.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan

(61)

utama yaitu : social insight, social sensitivity, social

communication. Dalam setiap dimensi terdapat aspek-aspek

kecerdasan interpersonal. Social sensitivity memiliki aspek : sikap

empati, sikap prososial. Social insight memiliki aspek : kesadaran

diri, pemahaman situasi sosial dan etika sosial, pemecahan

masalah secara efektif. Social communications memiliki aspek :

komunikasi efektif. Semua aspek tersebut harus berkembang agar

setiap individu mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi.

4. Karakteristik Individu yang Memiliki Kecerdasan interpersonal Tinggi

Safaria (2005:25) menyebutkan karakteristik anak yang memiliki

kecerdasan interpersonal yang tinggi yaitu:

a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru

secara efektif.

b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang

lain secara total.

c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif

sehingga relasinya bisa bertahan lama dan senantiasa

berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna.

d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal

yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif

(62)

Sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif

dalam segala macam situasi.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal

Seperti yang telah diungkapkan oleh peneliti sebelumnya, bahwa

kecerdasan interpersonal tercermin pada kemampuan seseorang dalam

menjalin relasi termasuk juga mempertahankannya. Dalam berelasi tersebut

ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal, yaitu

(Ancok, 1995:223-229):

a. Persepsi terhadap orang lain

Kualitas hubungan interpersonal kita dengan orang lain

bermula bagaimana pandangan atau persepsi kita terhadap orang

lain. Ketika seseorang membuat kesan terhadap orang lain ada

beberapa hal yang mempengaruhi, diantaranya:

1) Hal-hal di dalam diri sendiri, yang termasuk dalam faktor ini

adalah sifat kepribadian, pengalaman masa lalu, keadaan

emosi sementara, peran yang tengah dimainkan.

2) Hal-hal pada diri orang lain, meliputi ciri fisik, jenis kelamin,

asal suku, dan usia.

(63)

b. Kemampuan menampilkan diri secara menarik

Kemampuan menampilkan diri secara menarik juga

mempengaruhi kecerdasan interpersonal seseorang. Beberapa cara

untuk dapat menimbulkan kesan menarik adalah:

1) Berbicara tentang kesamaan kita dengan orang lain.

2) Membicarakan hal-hal yang merupakan kesukaan orang

lain.

3) Membuat orang merasa penting.

4) Mengingat nama orang.

5) Tidak merasa rendah diri (minder).

6) Berpenampilan bersih dan rapi.

7) Menggunakan komunikasi verbal yang menyenangkan.

8) Menyiapkan mental untuk menerima kritik.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa dalam berelasi ada

beberapa hal yang dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal yang dimiliki

oleh setiap individu yakni: persepsi terhadap orang lain, kemampuan

menampilkan diri secara menarik.

D. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan

Gambar

Tabel. 1 Jumlah Subyek Penelitian
Tabel 2 Kisi-kisi skala kecerdasan interpersonal para siswa kelas
 Tabel. 3 Rincian Jam Pelaksanaan Ujicoba Penelitian
Tabel. 4 Distribusi Item Skala Final Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas XI SMA
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Banjar disertai Analisis sintaksis, yang digunakan untuk membantu para pendatang di Banjar

Hal ini menunjukan bahwa udem yang ditimbulkan karena induksi karagenan pada telapak kaki tikus berkurang dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang sama

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa tingkat pengetahuan dan sikap serta dukungan keluarga memiliki hubungan yang secara statistik signifikan dengan partisipasi

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

dalam Pasal 6 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok Bea

Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan