Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh :
Yasinta Fitri Pramundari NIM : 041114012
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO:
Setiap pribadi jauh lebih berharga dari pada seluruh dunia (St.
Maria Euprhasia).
Tuhan memberikan talenta kepada manusia, mengali dan
mengembangkan talenta merupakan cara berterima kasih kepada
Tuhan Sang pemberi talenta(Penulis).
Never give up toward anyproblems or whatever it is. If you fail,
stand up and try other ways to find out the way out. You can if you
think you can (Penulis).
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
vii
BIMBINGAN KELOMPOK
Yasinta Fitri Pramundari Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2009/2010. Masalah pertama
yang diteliti adalah “Bagaimanakah tingkat kecerdasan interpersonal para siswa
kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010?”. Masalah yang kedua adalah “Topik-topik bimbingan kelompok apakah yang tepat untuk meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa kelas XI
SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010?”
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo. Populasi penelitian ini adalah 120 siswa dan yang dijadikan sampel penelitian adalah 75 siswa.
Instrumen penelitian ini berupa skala kecerdasan interpersonal yang terdiri
dari 64 item pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable yang
dikembangkan peneliti berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert,
dengan empat alternatif jawaban yang disusun dengan sistem summated rating
scale. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan kecerdasan interpersonal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Tingkat kecerdasan interpersonal siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 termasuk dalam
kategori “sangat tinggi” ada 24 siswa (32 %), yang temasuk dalam kategori „tinggi” ada 45 siswa (60%), yang termasuk dalam kategori “sedang” ada 6 orang
siswa (8%), dan tidak ada subyek penelitian (0%) yang termasuk dalam kategori
rendah dan “sangat rendah”. (2) Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil
penelitian terhadap butir item-item yang memiliki skor yang termasuk dalam
ix
TO THE PROPOSAL OF GROUP GUIDANCE TOPICS
Yasinta Fitri Pramundari
graders at Bruderan High School, Purworejo?”. The second problem is “Are the
guidance topics adequate to improve or develop the interpersonal intelligence of
third graders at Bruderan High School, Purworejo in 2009/2010?”.
The methodology used in this research is survey. The research subjects are all of third graders at Bruderan High School, Purworejo. There are 120 students for research subjects and 75 students for research sample.
The research instrument is an interpersonal intelligence scale which consists of 64 favorable and unfavorable items. It is developed based on Likert arrangement scale technique model with 4 alternative answers which are arranged with summated rating scale system. The data analysis technique is by making the score tabulation of each item then cluster the interpersonal intelligence based on normal distribution with continuity level which is arranged as quoted from Azwar (1999: 108). These categories consist of 5 levels, namely very low, low, average, high, and very high category.
The results are (1) there are 24 students (32%) which are included in “The very high” category of the interpersonal intelligence, 45 students (60%) which are included in “ The high” category, 6 students (8%) which are included in “ The average” category, and there is no student which is included in “ The low” and “very low” categories of the interpersonal intelligence. (2) From the analysis and research result discussion of the items with “average” category, then the group
x
melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang
Bimbingan dan Konseling. Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. A. Supratiknya, Dosen Pembimbing yang dengan tulus memberikan
tuntunan, petunjuk, bimbingan, kesabaran dan perhatian hingga penyelesaian
skripsi ini.
3. SMA Bruderan Purworejo yang penuh keterbukaan menerima peneliti untuk
melakukan penelitian, khususnya Ibu Drs. Th. Rini Purwani selaku Kepala
Sekolah SMA Bruderan Purworejo, Bapak Hy. Soeyanto B.A selaku
Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA Bruderan Purworejo serta Bapak
Robertus Bayu S.pd.
4. Kepala Sekolah SMA Pius Bayan Kutoarjo beserta Guru BK yang telah
memberikan ijin pada peneliti untuk melakukan ujicoba penelitian.
5. Seluruh siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo Tahun ajaran 2009/2010,
xi
7. Bapak dan Ibu tercinta Daniel Maryono dan EC. Suprihatin. Atas doa,
dukungan, perhatian, cinta, biaya yang telah diberikan buat Ndari. Ndari
bersyukur dan bangga menjadi anak kalian dan terima kasih karena sudah
menerima Ndari apa adanya dan tetap membimbingku sewaktu anakmu ini
dalam keterpurukan.
8. Kakak-kakakku tercinta Mas Ganjar, Mbak Tiwi, Mas Sulis, Mbak Cist. Atas
doa, dukungan, cinta, bimbingan, perhatian, sharing, tawa. Terima kasih sudah
menjadi kakak yang sempurna buatku dan menerimaku apa adanya. Ndari
bersyukur dan bangga menjadi adik kalian. Keponakan-keponakanku tercinta
Gerardo dan Gishella yang selalu menghiburku dengan tingkah yang lucu-lucu.
Tante belajar banyak dari kalian dan terima kasih sudah menjadi subyek
eksperimenku. Bulek Suster. Chatrin, atas doa bimbingan, perhatian, sharing
dan dan juga Keluarga Bulek Markati di Magelang, Bulek Ni di Kutoarjo.
9. Sahabat-sahabatku Leny Lenoz yang sudah di Bajawa, atas tawa, tangis,
dukungan. Laura‟cik Lau (terima kasih untuk pertemanan, dukungan, sharing,
pertahankan kegilaan dan kenarsisan kita), anak-anak KKY: Sigit Simbah
(terima kasih untuk selalu ada disaat suka dukaku dan saat aku membutuhkan
sahabat), Seprie dan Kris‟Kumis (terima kasih ya sudah bantu aku ngurusin
xii
Marsell, Br.Yulius, Erna, Anting, Ria, Tina, Sr.Yus, Elshi, Sr.Brig, Sr.Hil,
Tian, Irna, dll. Kakak Angkatan 2002-2003. Adik tingkat Novi Nophek beserta
teman-teman BK yang lain. Terima kasih atas doa, dukungan, bantuan dan
kebersamaan selama masa perkuliahan. Teman-teman Asrama Sr. Ben, Veny,
Sha2, Elis, Siska, Tina, Windy, Fabi, Dita, Bening, Tasya, Yuris, Icha, dll.
Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.
11.Teman-teman komunitas Lektor Pringwulung, GRISADHA (Group Tari
Sanata Dharma), Choice, Lembaga Bahasa USD, VS, GnC Ministry ( Mas
Gugun, Mas Donal, Br.Cahyo, Sr. Yus, Priska, Aza Ginting, Mbak Siska,
Mbak Sisil, Kiding, Sigit, Ardi, Mandus, dll ). Terima kasih telah membantu
peneliti untuk mengembangkan diri dan belajar banyak hal.
12.Seseorang di masa lalu yang kembali hadir dan menjadi motivatorku untuk
berani mengejar impian lagi serta memberikan semangat dalam menjalani
kehidupan. Terima kasih atas perhatian, dukungan, dan kebersamaannya.
13.Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi yang telah memberikan
masukan yang berguna dan semangat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
14.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu
xiv
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ……. ... viii
KATA PENGANTAR ... x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .. ... xi
DAFTAR ISI .. ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah .. ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
xv
2. Batasan Usia ... 10
3. Karakteristik atau Ciri-Ciri Remaja ... 11
B. Tugas Perkembangan ... 20
1. Pengertian Tugas Perkembangan ... . 20
2. Tugas perkembangan Remaja ... 20
C. Kecerdasan Interpersonal ... 23
1. Pengertian Kecerdasan ... 23
2. Kecerdasan Interpersonal ... 25
3. Komponen Kecerdasan Interpersonal ... 31
4. Karakteristik Individu yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Tinggi ... 41
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal ... 42
D. Bimbingan Kelompok ... 43
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 43
2. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Kelompok ... 46
xvi
C. Definisi Operasional Variabel ... 51
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53
E. InstrumentPenelitian ... 55
1. Jenis Alat ukur ... 55
2. Format Pernyataan... 56
3. Penentuan Skor (scoring) ... 56
4. Kisi-kisi Skala ... 57
5. Uji Coba Alat Penelitian ... 59
F. Validitas dan Reliabilitas ... 61
1. Validitas Kuesioner ... 61
2. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda ... 63
3. Reliabilitas ... 64
G. Analisi Data ... 67
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Persiapan penelitian dan Pelaksanaan penelitian ... 74
1. Persiapan ... 74
2. Pelaksanaan ... 75
xvii
C. Saran ... 97
xviii
Tabel 1. Jumlah Subyek Penelitian ... 54
Tabel 2. Kisi-kisi Skala Kecerdasan Interpersonal Para Siswa Kelas
XI SMA Bruderan Purworejo Sebelum Uji Coba ... 57
Tabel 3. Rincian Jam Pelaksanaan Uji Coba Penelitian di SMA Pius
Bhakti Utama Bayan Kutoarjo ... 60
Tabel 4. Distribusi Item Skala Final Kecerdasan Interpersonal Siswa
kelas XI SMA Bruderan Purworejo ... 65
Tabel 5. Norma Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa
Kelas XI SMA Bruderan Purworejo ... 70
Tabel 6. Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Kecerdasan
Interpersonal Siswa Kelas XI SMA Bruderan
Purworejo ... 73
Tabel 7. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas
xix
Purworejo ... 86
Tabel 9. Item-item Pernyataan yang Tergolong Kategori Sedang ... 87
xx
LAMPIRAN 1: Skala Penelitian……… 104
LAMPIRAN 2: Tabulasi Skor Penelitian……….. 109
LAMPIRAN 3: Skala Uji Coba……… 122
LAMPIRAN 4: Tabulasi Data Uji Coba ……….. 128
LAMPIRAN 5: Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Total………. 139
LAMPIRAN 6: Hasil Uji Reliabilitas Skala Penelitian……… 143
1 A. Latar Belakang Masalah
Siswa SMA adalah siswa yang duduk di bangku sekolah dengan
rentang usia antara 16-18 tahun. Orang yang berusia antara 12-18 tahun
dapat disebut juga sebagai remaja. Remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak-anak dan masa dewasa yakni antara usia 12-18 tahun.
Pada masa ini, remaja telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh
dengan ketergantungan dan menuju pada pembentukan tanggung jawab.
Menurut Hurlock (1980:207) masa remaja juga sebagai periode
perubahan yakni, perubahan fisik, sikap, dan perilaku. Tingkat perubahan
sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik
berkembang pesat, maka perubahan sikap dan perilakupun berkembang
pesat. Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik saja. Akan tetapi juga pada
emosi yang semakin meninggi. Intensitas meningginya emosi bergantung
pada perubahan fisik dan psikologis. Cara berfikir remajapun menjadi
lebih maju.
Remaja juga mengalami perubahan sosial. Dimana remaja
mengalami perubahan dalam menjalin relasi dengan lawan jenis maupun
sejenis baik dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat. Remaja juga mengalami perubahan minat, nilai-nilai yang
2
menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari
hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan.
Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja
merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan
kemampuan kemandiriannya.
Sebagian besar remaja menginginkan kebebasan. Akan tetapi
mereka takut untuk bertanggung jawab. Masa remaja dikenal sebagai masa
pencarian identitas diri. Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan
tekanan. Dimana ketegangan emosi meninggi, sebagai akibat dari
perubahan-perubahan yang dialami.
Selama remaja mengalami masa peralihan, remaja harus
menjalankan tugas perkembangan sebagai remaja. Hurlock (1980)
memandang bahwa di setiap tugas perkembangan tersebut terdapat
harapan-harapan sosial dari lingkungan dimana mereka tinggal. Tugas
perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap
dan perilaku remaja dari kanak-kanak menuju ke pribadi yang dewasa dan
bertanggung jawab.
Sebagai seorang remaja mempunyai tugas untuk: memperoleh
3
pekerjaan; mempersiapkan diri untuk kehidupan berkeluarga;
memperkembangkan kecakapan-kecakapan intelektual dan
pengertian-pengertian yang perlu untuk seorang warga negara yang cakap;
menginginkan dan mencapai atau mempelajari perilaku yang bertanggung
jawab; membentuk sistem nilai dan filsafat hidup sebagai pedoman
bertingkah laku; memperluas hubungan antar pribadi secara lebih dewasa
dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita. Tugas perkembangan
tersebut bersumber pada kematangan fisik, tuntutan atau harapan dari
masyarakat serta nilai hidup dan aspirasi dari individu yang bersangkutan.
Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan
rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya.
Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara
melakukan hubungan secara baik dan aman dengan dunia di sekitarnya,
baik yang bersifat fisik maupun sosial (Ali, 2005:85).
Remaja yang mengalami periode perubahan terutama perubahan
sosial, menuntutnya untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang lain.
Yakni dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam
perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam
seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan
4
periode perubahan sosial dan tugas untuk memperluas hubungan antar
pribadi menuntut anak untuk memahami diri sendiri dan juga orang lain.
Sehingga mereka mampu dalam menjalin relasi, mempertahankan relasi
dengan orang lain. Kemampuan atau ketrampilan dalam menjalin relasi,
mempertahankan relasi dengan orang lain disebut juga sebagai kecerdasan
interpersonal. Menurut Howard Garner (2003:24-25) dalam buku Multiple
Intelligencess, dalam setiap diri manusia ada 7 macam kecerdasan yaitu :
kecerdasan linguistik, kecerdasan logik matematik, kecerdasan visual dan
spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis.
Kecerdasan interpersonal sangat penting dimiliki oleh setiap
manusia (dalam penelitian ini peneliti memakai subyek remaja). Dengan
remaja memiliki kecerdasan interpersonal yang baik, maka memungkinkan
dia untuk dapat menjalin relasi dengan orang lain serta mempertahankan
relasi tersebut. Berdasarkan pendapat dari Howard Garner menunjukkan
bahwa dalam diri manusia sudah ada kemampuan atau kecerdasan,
terutama kecerdasan interpersonal. Akan tetapi dalam diri setiap manusia
berbeda-beda tingkatannya.
Sebagai seorang remaja yang mempunyai tugas perkembangan
5
meningkatkan kecerdasan interpersonal salah satunya dengan kegiatan
bimbingan kelompok.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan di atas dapat dirumuskan secara tegas sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kecerdasan interpersonal siswa kelas XI SMA
Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 ?
2. Topik-topik bimbingan kelompok apakah yang tepat untuk
meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan interpersonal
siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan tingkat kecerdasan interpersonal siswa kelas XI
SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009/2010.
2. Dapat menyusun topik-topik bimbingan kelompok yang tepat
untuk meningkatkan atau mengembangkan kecerdasan
interpersonal siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun
6
Bagi para peneliti, penelitian ini dapat merangsang
penelitian baru (yang lainnya) yang hendak mengkaji topik
berkaitan dengan tingkat kecerdasan interpersonal para siswa putra
dan putri.
2. Manfaat praktis
a. Bagi orang tua, penelitian ini menjadi bahan informasi yang
dapat memberikan manfaat implementatif.
b. Bagi para pendidik (Guru pengajar, Konselor sekolah, Dosen),
penelitian ini sebagai bahan informasi dalam rangka membantu
peserta didik berkembang menjadi pribadi yang utuh.
c. Bagi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma dapat memperoleh tambahan
informasi dan berkembang menjadi pribadi yang utuh.
d. Bagi peneliti sendiri memperoleh pengalaman dalam
mengungkap tingkat kecerdasan interpersonal para siswa kelas
XI SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2009 / 2010 dan
7
serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.
2. Interpersonal adalah segala sesuatu yang berlangsung antara dua
pribadi atau lebih dan merincikan proses-proses yang timbul
sebagai satu hasil dari interaksi individu dengan individu lain.
3. Tingkat kecerdasan interpersonal adalah kecenderungan siswa
untuk mampu menciptakan relasi, membangun relasi dan
mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak
berada dalam situasi menang-menang atau saling menguntungkan
yang diukur dengan Kuesioner Tingkat Kecerdasan Interpersonal
dan ditunjuk melalui skor yang diperoleh siswa. Ada lima kategori
tingkat kecerdasan interpersonal para siswa yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
4. Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada
individu/kelompok agar mereka dapat memahami dirinya sendiri
dan lingkungannya, melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat.
5. Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan
kepada lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan.
6. Usulan topik-topik bimbingan kelompok adalah kumpulan suatu
8
9
A. Siswa Sebagai Remaja 1. Remaja
Pada waktu siswa memasuki SMA, siswa dapat disebut juga
sebagai remaja. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak
dan masa dewasa yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Pada masa ini, remaja
telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan
dan menuju pada pembentukkan tanggung jawab.
Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescence
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”. Demikian pula orang-orang zaman purbakala
memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan
periode-periode lain dalam rentang kehidupan; anak dianggap sudah dewasa apabila
sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock, 1980:206).
Menurut Santrock (2003:26), remaja (adolescence) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial-emosional. Perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari
perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada
kemandirian.
Menurut Piaget (121), istilah adolescence atau remaja mempunyai
fisik. Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak integrasi dalam
masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini (Hurlock, 1980:206).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, remaja
adalah masa perkembangan atau peralihan antara masa anak-anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial emosional,
mental, fisik. Serta masa dimana anak-anak mulai berintegrasi dengan
masyarakat dewasa.
2. Batasan Usia
Sampai saat ini belum ditemukan kata sepakat dari para ahli yang
mengemukakan mengenai batasan usia remaja yang tepat. Hurlock (1980:
206) menjelaskan bahwa “Awal masa remaja berlangsung pada usia 13
sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja berlansung dari usia 16
atau 17 atau 18 tahun yaitu usia matang secara hokum”. Dengan demikian
Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur
12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan
usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali,
2004:9).
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa, batasan usia bagi
individu untuk disebut sebagai remaja adalah rata-rata berlangsung antara
umur 12 tahun sampai 22 tahun. Dimana remaja awal dimulai rata-rata pada
umur 12/13 tahun sampai 17/18 tahun dan remaja akhir rata-rata dimulai pada
umur 17/18 tahun sampai 21/22 tahun.
3. Karakteristik atau Ciri-ciri Masa Remaja
Hurlock (1980:207-209 ) menyebutkan beberapa ciri-ciri masa
remaja yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada awal masa remaja terjadi perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua
perkembangan tersebut membutuhkan penyesuaian mental dan perlu
adanya sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala
sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari
pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap
yang sudah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,
ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka
perubahan sikap dan perilakupun menurun.
Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal
yaitu: Pertama meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan
emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa remaja awal, maka
meningginya emosi lebih menonjol pada awal periode akhir masa
remaja. Kedua, perubahan tubuh. Ketiga, minat dan peran yang
diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan
masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya
lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang
ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Keempat,
perubahan nilai. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting,
sekarang setelah hampir dewasa tidak pentimg lagi. Kelima, sebagian
besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka
meninginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut
bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka
untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kkanak, masalah
anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga
kebanyakkan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin
mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru-guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri
masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu dengan harapan
mereka sendiri.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
lebih besar dari pada individualitas. Tiap penyimpangan dari standar
kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok.
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi remaja. Lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
Erikson menjelaskan bagaimana pencarian identitas diri
mempengaruhi perilaku remaja: Dalam usaha mencari perasaaan
kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus
memperjuangkan kembali tahun-tahun yang lalu, meskipun untuk
melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang
yang baik hati untuk berperan sebgai musuh; dan mereka selalu siap
untuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam
mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam
bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi
masa kanak-kanak. (Hurlock, 1980:208)
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai
individu adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk
mobil, pakaian dan lain-lain. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian
pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada
saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi
dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan juga teman-temannya,
menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa
remaja. Semakin tidak realistis ia semakin menjadi marah. Remaja akan
sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau
ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian
dan bertidak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh
karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks
bebas. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra
yang mereka inginkan.
Gunarso dalam buku Psikologi Remaja menyebutkan beberapa
ciri-ciri masa remaja yaitu:
a. Kegelisahan : keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja.
Mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat
dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena
diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam
tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa diri belum mampu
melakukan berbagai hal. mereka ingin tahu segala peristiwa yang
terjadi di lingkungan luas, akan tetapi tidak berani mengambil
tindakan untuk mencari pengalaman dan pengertahuan yang
langsung dari sumber-sumbernya. Akhirnya mereka hanya dikuasai
oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak
tersalurkan.
b. Pertentangan: Pertentangan-pertentangan yang terjadi didalam
mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka
sendiri maupun orang lain. pada umumnya timbul perselisihan dan
pertentangan pendapat dan pandangan antara remaja dengan orang
tua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya
tetapi keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh
keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani
mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan yang
aman diantar keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan
diri secara mutlak belum disertai kesanggupan untuk berdiri
sendiri, tanpa memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal
keuangan.
c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
Mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha
yang dilakukan dalam berbagai bidang. Mereka ingin mencoba apa
yang dilakukan oleh orang dewasa. Misalnya: Remaja pria
mencoba merokok secara tersembunyi, seolah-olah ingin
membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula
dilakukan oleh si remaja. Remaja puteri yang mulai bersolek
menurut mode dan kosmetik terbaru. Walaupun sekolah-sekolah
mengeluarkan larangan penggunaan kosmetik atau make up di
lingkungan sekolah, akan tetapi mereka tetap menggunakannya.
Keinginan mencoba pada remaja ini baik remaja puteri maupun
putera dapat berakibat negative apabila mereka diajak mencoba
obat-obatan terlarang.
d. Keinginan mencoba seringkali diarahkan pada diri sendiri maupun
terhadap orang lain. Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam
yang berhubungan dengan fungsi-fungsi ketubuhannya. Keinginan
tersebut bisa menimbulkan pengalaman dengan akibat yang tidak
selalu menyenangkan, misalnya kehamilan, yang dapat
menghentikan karier.
e. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas.
Bukan hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidiki,
bahkan lingkungan yang lebih luas lagi. Keinginan menjelajah dan
meyelidiki, ini dapat disalurkan dengan baik dan yang bermanfaat.
Penyaluran yang bermanfaat dapt menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat pula.
f. Mengkhayal dan berfantasi. Khayalan dan fantasi pada remaja
putera banyak berkisar mengenai prestasi dan karier. Pada remaja
puteri terlihat lebih banyak sifat perasa sehingga lebih banyak
berintikan romantika kehidupan. Khayalan dan fantasi tidak selalu
bersifat negative, karena di pihak lain dianggap sebagai suatu
pelarian dari situasi dan suasana yang tidak memuaskan remaja.
Melalui khayalan dan fantasi yang positif dan konstruktif ini
banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh remaja.
g. Aktifitas kelompok: Antara keinginan yang satu dengan keinginan
yang lain sering timbul tantangan, baik dari keinginan untuk berdiri
sendiri akan tetapi belum mampu untuk hidup terlepas dari
keluarga, maupun dari keinginan menjelajah alam tetapi
menyebabkan para remaja merasa diri tidak berdaya dalam suasana
dan situasi yang justru dikuasai segala keinginan untuk bertindak,
berbuat dan berekplorasi. keadaan perasaan yang tidak berdaya
terhadap dorongan-dorongan dari dalam diri mereka untuk
bertindak maupun terhadap kekangan dari luar berupa larangan
orang tua dan terbatasnya kesanggupan serta kemampuan financial
seringkali melemahkan semangat para remaja. Hal ini jelas tidak
dapat dibiarkan sehingga perlu jalan keluar untuk mengatasinya.
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dengan mengadakan
kegiatan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan berkelompok
ini tumbuh secara demikian besarnya dan dapat dikatakan
merupakan ciri umum masa remaja.
Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, karakteristik
atau ciri-ciri masa remaja adalah: 1) masa remaja sebagai periode yang
penting, 2) masa remaja sebagai periode peralihan, 3) masa remaja sebagai
periode perubahan, 4) masa remaja sebagai usia bermasalah, 4) masa remaja
sebagai masa mencari identitas, 5) masa remaja sebagai usia yang
menimbulkan ketakutan, 5) masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, 6)
masa remaja sebagai ambang masa dewasa, 7) kegelisahan, 8) pertentangan,
9) berkeinginan besar mencari segala hal yang belum diketahuinya, 10)
Keinginan mencoba seringkali diarahkan pada diri sendiri maupun terhadap
dan fantasi pada remaja putera banyak berkisar mengenai prestasi dan karier,
13) beraktivitas dalam kelompok.
B. Tugas Perkembangan
1. Pengertian Tugas Perkembangan
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah “tugas yang
muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan
individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa
arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan
tetapi, kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam
mengahadapi tugas-tugas berikutnya.”
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam
kehidupan individu, yang jika berhasil akan memperoleh kebahagiaan dan
berpengaruh pada tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi jika gagal akan
merasa tidak bahagia dan mengalami kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya.
2. Tugas Perkembangan Remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakkan dan
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki
dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas
tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya
terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukkan sikap dan
pola perilaku.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja sepanjang rentang
kehidupan menurut Havighurts :
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial dan yang bertanggung
jawab.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
6) Mempersiapkan karier ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
Dari delapan tugas perkembangan tersebut yang berkaitan dengan
kecerdasan interpersonal adalah tugas perkembangan adalah mencapai
hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita. Hakekat dari tugas ini adalah mempelajari dan melihat anak
perempuan sebagai wanita dan laki-laki sebagai pria; menjadi orang dewasa
diantara orang-orang dewasa; belajar bekerja dengan orang lain umum;
belajar memimpin tanpa menekan yang lain (Achdiyat, 1981:25)
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas
perkembangan terdiri dari: 1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, 2) Mencapai peran
sosial pria, dan wanita 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan
tubuhnya secara efektif, 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial dan
yang bertanggung jawab, 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang
tua dan orang-orang dewasa lainnya, 6) Mempersiapkan karier ekonomi, 7)
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga, 8) Memperoleh perangkat nilai
dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan
ideology. Dari kedelapan tugas perkembangan tersebut yang lebih berkaitan
dengan kecerdasan interpersonal adalah tugas perkembangan mencapai
hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
C. Kecerdasan Interpersonal 1. Pengertian Kecerdasan
Menurut banyak ahli psikologi kecerdasan merupakan sebuah
konsep yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk
didefinisikan. Di dunia saat ini terdapat banyak konsep mengenai
kecerdasan, dan masing-masing pendapat berbeda-beda. Dibawah ini
terdapat beberapa penjelasan mengenai kecerdasan.
Alfred Binet (Safaria, 2005:19) merupakan tokoh perintis
pengukuran intelegensi, menjelaskan bahwa intelegensi merupakan :
a. Kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya
(goal setting).
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut
demikian, artinya individu mampu melakukan penyesuain diri
dalam lingkungan tertentu (adaptasi).
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
autokritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas
kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya atau mampu
mengevaluai dirinya sendiri secara obyektif.
Sedangkan David Wechsler memandang intelegensi sebagai
tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya
dengan efektif” (Safaria, 2005:20).
George D. Stoddard (Safaria, 2005:20) mendefinisikan intelegensi
sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang
bercirikan:
a. Kesukaran.
b. Kompleks, yang mengandung berbagai macam jenis tugas yang
harus diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang cerdas
mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan
kemampaun yang sduah dimiliki untuk kemudian digunakan
dalam menghadapi masalah.
c. Abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan
analisis dan intepretasi.
d. Ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses
mental yang efisien dari segi penggunaan waktu.
e. Diarahkan pada suatu tujuan, yaitu tindakan yang mengandung
tujuan berharga.
f. Mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil pemecahan
g. Dapat diterima oleh nilai dan norma sosial.
h. Berasal dari sumbernya, yaitu pola pikir yang membangkitkan
kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain
Sedangkan Walter & Gardner (Safaria, 2005:20) mendefinisikan
intelegensi sebagai “Suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu mememcahkan masalah, atau
produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu”.
Edward Lee Thordike (Safaria, 2005:20) memformulasikan teori
tentang inteligensi menjadi tiga bentuk kemampuan, yaitu :
a. Kemampuan abstraksi, yaitu bentuk kemampuan individu untuk
bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol.
b. Kemampuan mekanik, yaitu suatu kemampaun yang dimiliki
individu untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis
dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukan aktivitas gerak (sensory-motor).
c. Kemampuan sosial, yaitu suatu kemampuan untuk menghadapi
orang lain di sekitar dengan cara-cara yang efektif.
Atas dasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa,
kecerdasan atau inteligensi adalah suatu bentuk kumpulan kemampuan
individu untuk menentukan tujuan hidup, beradaptasi, berelasi, mengkritik
diri dan introspeksi diri, bertindak, memahami masalah.
2. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal atau bisa juga dikatakan sebagai
seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan
mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belak pihak berada
dalam situasi-situasi menang-menang atau saling menguntungkan”
(Safaria, 2005:23).
Menurut Howard Garner kecerdasan interpersonal menunjuk pada
kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain. Anak yang tinggi
inteligensi interpersonalnya akan mampu menjalin komunikasi yang efektif
dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan
hubungan yang harmonis dengan orang lain. Mereka ini cepat memahami
tempramen, sifat, dan kepribadian orang lain, mampu memahami suasana
hati, motif dan niat orang lain (Safaria, 2005:23).
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan
menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, tempramen orang
lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga
termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh
para komunikator, fasilitator, dan penggerak masa (Suparno, 2004: 39).
Menurut Thomas Armstrong (2002:21) yang menyebut kecerdsan
interpersonal sebagai kecerdasan antarpribadi, kecerdasan ini melibatkan
kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Seperti
masing-masing kecerdasan yang lain, kecerdasan antarpribadi melibatkan
kemampuan memanipulasi sekelompok besar orang menuju pencapaian
suatu tujuan bersama. Kecerdasan antarpribadi mencakup kemampuan
“membaca orang” (misalkan, menilai orang dalam beberapa detik),
kemampuan berteman, dan ketrampilan yang dimiliki beberapa orang untuk
bisa berjalan memasuki sebuah ruangan dan mulai menjalin kontak bisnis
atau pribadi yang penting. Karena begitu banyak aspek kehidupan yang
melibatkan interaksi dengan orang lain, kecerdasan antarpribadi mungkin
sebenarnya lebih penting bagi keberhasilan dalam hidup daripada
kemampuan membaca buku atau memecahkan problem matematika.
Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat
mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang
lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka menyenangkan dan seperti
keluar begitu saja secara otomatis. Mereka dengan mudah mengenali dan
membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain.
komunikasi baik verbal maupun nonverbal dengan orang lain relatif mudah.
Kebanyakan mereka sangat peka terhadap teman, terhadap penderitaan
orang lain, dan mudah berempati. banyak dari mereka suka memberi
masukan kepada teman supaya maju. maka, mereka kebanyakan dapat
berperan sebagai komunikator, fasilitator dalam pertemuan atau
perbincangan masalah yang penting. Mereka juga dengan mudah menjadi
penggerak masa karena kemampuannya mendekati masa itu. Bila menjadi
anggota, mengerti dan menghargai perasaan anggotanya (Suparno, 2004
:39).
Siswa yang mempunyai inteligensi tinggi mudah bergaul dan
berteman. Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia
dengan cepat dapat masuk ke dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi
dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan
cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama
orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Siswa ini kadang mudah
berempati dengan teman yang sakit atau sedang punya masalah dan
kadang-kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, bila guru
memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang
mempunyai inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari
teman yang mau diajak bekerjasama (Suparno, 2004:40).
Anak-anak dengan kecerdasan interrpersonal yang tinggi tidak
selalu berhasil di sekolah. Beberapa anak yang kecerdasan interpersonalnya
tinggi memperlihatkan kemampuan alami untuk mengantisipasi keinginan
guru, bekerjasama dalam kegiatan sekolah, dan berhasil secara akademis
walau mungkin mereka mempunyai masalah khusus dengan pelajaran
membaca atau matematika. Yang lain mungkin populer di antara
teman-temannya tapi mempunyai masalah penyesuaian diri dengan teman-teman
sekelasnya, mereka mungkin memperlihatkan kemampuan memimpin atau
Howard Gardner (1999:36) mengungkapkan 7 macam kecerdasan
yang menurutnya bersifat universal. Ia mengatakan bahwa dalam diri setiap
manusia memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar
perkembangan yang berbeda. Ke 7 macam kecerdasan tersebut antara lain :
a. Kecerdasan musik
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan untuk
menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, menyanyi,
menyusun lagu, memainkan alat musik dengan sangat baik,
membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.
b. Kecerdasan gerakan-badan
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan anak dalam
menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide,
pemikiran dan perasaaan yang membutuhkan kelincahan tubuh.
Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang
koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan
kecepatan seperti dalam aktivitas menari, olah raga, atletik.
c. Kecerdasan logika-matematika
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan angka-angka,
dan pemikiran logis.
d. Kecerdasan linguistik
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam mengolah
maupun tulisan, membuat suatu kalimat, mudah memahami
kata-kata dan menggubahnya menjadi sesuatu yang indah. Kecerdasan ini
mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan
intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan
menyampaikan informasi.
e. Kecerdasan ruang (visual dan spasial)
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan anak dalam
memahami perspektif ruang dan dimensi, yaitu: cepat memahami
bentuk-bentuk dimensi ruang seperti bentuk rumah, bangunan,
dekorasi; berfikir dalam bentuk visualisasi dan gambar.
f. Kecerdasan intra-pribadi atau kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam
memahami diri sendiri, mempunyai kepekaan yang tinggi dalam
memahami suasana hatinya, emosi dalam diri, perubahan-perubahan
yang terjadi dalam dirinya.
g. Kecerdasan antar-pribadi atau kecerdasan interpersonal
Kecerdasan ini menunjuk pada kemampuan dalam
berhubungan dengan orang lain yaitu dalam mengamati dan
mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada
ekspresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan mampu
memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi, mampu
orang lain, cepat memahami tempramen orang lain, sifat dan
kepribadian orang lain, suasana hati, motif dan niat orang lain.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain,
mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan
umumnya dapat memimpin kelompok.
Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh
individu yang berhubungan dengan kemampuan dalam berelasi dengan
orang lain. Termasuk di dalamnya yaitu kemampaun untuk berempati,
memahami perasaaan maupun perilaku orang lain, tempramen, mampu
berkomunikasi yang efektif dengan orang lain, mempertahankan relasi
dengan orang lain.
3. Komponen Kecerdasan Interpersonal
Menurut Safaria (2005:24) ada 3 komponen utama kecerdasan
interpersonal yaitu:
a. Social sensitivity atau sensitivitas sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi
atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal
maupun non verbal.
sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat
apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah dibangun. Di
dalamnya terdapat juga kemampuan seseorang dalam memahami
situasi sosial dan etika sosial sehingga seseorang mampu
menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut. Fondasi dasar dari
social insight adalah berkembangnya kesadaran diri.
c. Social communication atau penguasaan keterampilan komunikasi sosial adalah merupakan kemampuan individu untuk
menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan
membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses
menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial,
maka seseorang membutuhkan sarananya. Tentu saja sarana yang
digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup
baik komunikasi verbal, non-verbal, maupun komunikasi melalui
penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang harus berbicara
efektif, kemampuan public speaking dan keterampilan menulis
secara efektif.
Pada dasarnya kecerdasan interpersonal dapat dikembangkan
dengan pengalaman belajar. Melalui proses belajar secara terus menerus
diharapkan seorang individu akan dapat mengembangkan kecerdsan
interpersonalnya yang melibatkan beberapa aspek kecerdasan interpersonal.
a. Social Sensitivity
1) Sikap Empati
Feshbach (1978) mengatakan empati adalah sejenis
pemahaman perspektif yang mengacu pada “respon emosi yang
dianut bersama dan dialami anak ketika ia mempersepsikan reaksi
emosi orang lain”. Empati mempunyai dua komponen kognitif dan
satu komponen afektif. Dua komponen kognitif itu adalah pertama,
kemampuan anak mengidentifikasikan dan melabelkan perasaan
orang lain. Kedua kemampuan anak mengasumsikan perspektif
orang lain. Satu komponen afektif adalah kemampuan dalam
merespon emosi (Safaria, 2005:104).
Berdasarkan penjelasan mengenai apa itu empati menurut
Truax & Carkhuff, Safaria (2005:106) secara sederhana
menyimpulkan bahwa empati adalah pemahaman kita tentang
orang lain berdasarkan sudut pandang, perspektif,
kebutuhan-kebutuhan, pengalaman-pengalaman orang tersebut. Untuk itulah
sikap empati sangat dibutuhkan di dalam proses pertemanan agar
tercipta hubungan yang bermakna dan saling menguntungkan.
Menurut Safaria (2005:106), ada lima tingkatan empati
yang bisa dicapai oleh seorang anak yaitu :
Tingkat 1: komunikasi verbal dan ekspresi tidak
ekspresi dari orang lain. Individu tidak memiliki kesadaran
akan ekspresi yang nyata dan dasar dari orang lain.
Tingkat 2: anak dalam berkomunikasi dengan
sebaya terkesan hanya menyampaikan pikiran-pikirannya
saja, tidak dapat menyelami apa yang dirasakan oleh orang
lain. Sehingga tidak sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh orang lain. Hal ini mengakibatkan anak cenderung
mengesampingkan ekspresi yang disampaikan oleh orang
lain.
Tingkat 3: anak hanya bisa memahami
ekspresi-ekspresi emosional dari orang lain yang bersifat
permukaan saja.
Tingkat 4: anak mampu memahami baik
emosi-emosi permukaan maupun emosi-emosi-emosi-emosi yang terdalam
dari orang lain, tetapi anak masih belum mampu menyatu
secara menyeluruh dengan orang lain.
Tingkat 5: anak tidak saja hanya mampu
memahami dari emosi permukaan maupun
emosi-emosi yang terdalam dari orang lain. Tetapi anak juga
mampu memahami ekspresi emosi-emosi yang tidak
terekspresikan oleh orang lain dan sulit disadari oleh orang
secara menyeluruh dan total sehingga kesesuaian makna
terjadi antara orang lain dan anak.
2) Sikap Prososial
Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para
ahli psikologi untuk menjelaskan sebuah tindakan moral yang harus
dilakukan secara kultural seperti berbagi, membantu seseorang
yang membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain,
mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut anak untuk
menahan diri dari egoismenya dan rela menolong atau berbagi
dengan orang lain.
Perkembangan perilaku prososial ini dipengaruhi terutama
oleh lingkungan keluarga. Orang tua menjadi model bagi anak
untuk memperlajari perilaku. Perilaku prososial ini sangat
berperan bagi kesuksesan anak untuk menjalin persahabatan. Anak-
anak yang disukai oleh teman-temannya kebanyakan menunjukkan
perilaku prososial yang tinggi. Selain itu anak juga harus
menghindari sikap-sikap antisosial yang justru menghancurkan
b. Social Insight
1) Kesadaran diri saat berelasi dengan orang lain
Rogacion (1996) mendefinisikan kesadaran diri sebagai
kemampuan seorang pribadi menginsafi totalitas keberadaannya
sejauh mungkin. Masksudnya adalah anak mampu menyadari dan
menghayati totalitas keberadaannya di dunia seperti menyadari
keinginan-keinginannya, cita-citanya, harapan-harapannya dan
tujuan-tujuannya di masa depan.
Fenigstein (1978) mendefinisikan kesadaran diri sebagai
kecenderungan individu untuk dapat menyadari dan
memperhatikan aspek diri internal maupun aspek diri eksternalnya.
Artinya anak memiliki dua aspek dalam kesadaran akan dirinya
yaitu aspek diri internal (privat) yang berkaitan dengan kemampuan
anak menyadari keadaan internalnya seperti pikirannya,
perasaannya, emosi-emosinya, pengalamannya dan
tindakan-tindakan yang diambilnya. Sedangkan aspek diri eksternal (publik)
adalah kemampuan anak untuk menyadari penampilannya, pola
interaksinya dengan lingkungan sosial, dan menyadari situasi yang
terjadi di sekelilingnya.
Menurut Kihlstrom (Safaria, 2005:46) kesadaran diri
penting dalam diri anak karena mempunyai dua fungsi yaitu:
Pertama fungsi monitoring (self monitoring) yaitu fungsi dari
mengamati setiap proses yang terjadi secara keseluruhan baik di
dalam diri anak maupun di lingkungan sekitarnya. Hal ini akan
membuat anak semakin mampu menilai keadaan dirinya secara
obyektif dan membuatnya mampu mengendalikan
dorongan-dorongan emosionalnya maupun dorongan-dorongan –dorongan alam bawah
sadarnya. Kedua, fungsi kontrol (self controlling) yaitu
kemampuan anak untuk mengontrol dan mengendalikan
keseluruhan aspek dirinya seperti kemampuan untuk mengatur diri,
kemampuan untuk membuat perencanaan, serta kemampuan anak
untuk mampu mengendalikan emosi dan tindakan-tindakanya
sendiri.
2) Pemahaman Situasi Sosial dan Etika Sosial
Dalam membina dan mempertahankan sebuah hubungan,
orang perlu memahami norma-norma sosial serta
peraturan-peraturan yang berlaku. Di dalamnya terdapat ajaran yang
membimbing seseorang untuk bertingkah laku yang benar dalam
situasi sosial. Oleh karena itu setiap orang perlu mengetahui
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, supaya tahu
membedakan perilaku yang boleh dilakukan atau perilaku yang
tidak boleh dilakukan.
Dalam memahami norma-norma yang berlaku dalam
dewasa, yang terlebih dulu mengetahui tentang norma-norma
tersebut untuk mengajarkan kepada yang lebih muda.
3) Pemecahan Masalah Sosial Secara Efektif
Setiap anak membutuhkan ketrampilan untuk memecahkan
masalah secara efektif, apalagi masalah tersebut adalah konflik
interpersonal. Semakin tinggi kemampuan anak dalam
memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang akan
didapatkan dari penyelesaian konflik antar pribadi tersebut. Anak
yang memiliki kecerdasan yang tinggi memiliki ketrampilan dalam
memecahkan konflik antar pribadi secara lebih efektif
dibandingkan dengan seorang anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal rendah.
Konflik terjadi ketika ada dua kepentingan yang berbeda
muncul dalam suatu hubungan interpersonal. Ancok (1995:230)
mengatakan, dalam berhubungan dengan orang lain seringkali
ketidakserasian terjadi. Konflik adalah salah satu bentuk
ketidakserasian yang disebabkan oleh tidak sejalannya pikiran
antara kedua belah pihak yang terlibat dalam hubungan
interpesonal. Bila tidak terselesaikan dengan baik akan mengancam
kelangsungan hubungan.
Safaria (2005:85-95), menyebutkan beberapa tahap
a) Mengidentifikasikan masalah secara tepat.
b) Menemukan srategi pemecahan masalah.
c. Social Communications:
a. Komunikasi Efektif
“Komunikasi disebut efektif apabila penerima
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim” (Supratiknya, 1995:34).
Komunikasi pertama kali diajarkan di dalam keluarga.
Orang tua mengajarkan kepada anaknya bagaimana berkomunikasi
secara baik dan santun. Orang tua juga yang mengajarkan pada
anak pentingnya berkomunikasi dengan orang lain.
Ada empat ketrampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih
pada anak yaitu : memberikan umpan balik, mengungkapkan
perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain, menerima diri
dan orang lain. Ke empat ketrampilan dasar ini sangat penting
dalam setiap interaksi sosial yang akan dijalani anak. Jika anak
mampu menguasai keempatnya, bisa dipastikan anak akan berhasil
mengembangkan kecerdsan interpersonal yang matang.
Salah satu keterampilan komunikasi yang harus dimiliki
oleh anak adalah ketrampilan mendengarkan. Ketrampilan
mendengarkan ini akan menunjang proses komunikasi anak
diperhatikan ketika mereka merasa didengarkan. Sebuah
hubungan komunikasi tidak akan berlangsung baik jika salah satu
pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkannya.
Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati,
sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai (safari,
2005:163).
Hardjana (2003:99), menjelaskan bahwa dalam
percakapan dengan orang lain, pada umumnya kita sebaiknya
tidak sekadar mendengarkan sebatas isi. Kita juga tidak
mendengarkan secara kritis. Tetapi kita berusaha untuk
mendengarkan secara empatik dan aktif. Tujuannya adalah agar
kita dapat mendengarkan secara efektif dan akhirnya bisa
mencapai tujuan dan hasil yang kita inginkan.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar kita bisa
mendengarkan secara efektif, (Hardjana, 2003:100-101), yaitu:
a) Bermotivasi. Bermotivasi berarti mempunyai
dorongan dari dalam untuk mau mendengarkan dan
mau berusaha mendengarkan dengan baik.
b) Menunjukkan minat.
c) Menghindari tindakan-tindakan yang menganggu.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
utama yaitu : social insight, social sensitivity, social
communication. Dalam setiap dimensi terdapat aspek-aspek
kecerdasan interpersonal. Social sensitivity memiliki aspek : sikap
empati, sikap prososial. Social insight memiliki aspek : kesadaran
diri, pemahaman situasi sosial dan etika sosial, pemecahan
masalah secara efektif. Social communications memiliki aspek :
komunikasi efektif. Semua aspek tersebut harus berkembang agar
setiap individu mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi.
4. Karakteristik Individu yang Memiliki Kecerdasan interpersonal Tinggi
Safaria (2005:25) menyebutkan karakteristik anak yang memiliki
kecerdasan interpersonal yang tinggi yaitu:
a. Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru
secara efektif.
b. Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang
lain secara total.
c. Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif
sehingga relasinya bisa bertahan lama dan senantiasa
berkembang semakin intim/mendalam/penuh makna.
d. Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal
yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif
Sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya secara efektif
dalam segala macam situasi.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal
Seperti yang telah diungkapkan oleh peneliti sebelumnya, bahwa
kecerdasan interpersonal tercermin pada kemampuan seseorang dalam
menjalin relasi termasuk juga mempertahankannya. Dalam berelasi tersebut
ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal, yaitu
(Ancok, 1995:223-229):
a. Persepsi terhadap orang lain
Kualitas hubungan interpersonal kita dengan orang lain
bermula bagaimana pandangan atau persepsi kita terhadap orang
lain. Ketika seseorang membuat kesan terhadap orang lain ada
beberapa hal yang mempengaruhi, diantaranya:
1) Hal-hal di dalam diri sendiri, yang termasuk dalam faktor ini
adalah sifat kepribadian, pengalaman masa lalu, keadaan
emosi sementara, peran yang tengah dimainkan.
2) Hal-hal pada diri orang lain, meliputi ciri fisik, jenis kelamin,
asal suku, dan usia.
b. Kemampuan menampilkan diri secara menarik
Kemampuan menampilkan diri secara menarik juga
mempengaruhi kecerdasan interpersonal seseorang. Beberapa cara
untuk dapat menimbulkan kesan menarik adalah:
1) Berbicara tentang kesamaan kita dengan orang lain.
2) Membicarakan hal-hal yang merupakan kesukaan orang
lain.
3) Membuat orang merasa penting.
4) Mengingat nama orang.
5) Tidak merasa rendah diri (minder).
6) Berpenampilan bersih dan rapi.
7) Menggunakan komunikasi verbal yang menyenangkan.
8) Menyiapkan mental untuk menerima kritik.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa dalam berelasi ada
beberapa hal yang dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal yang dimiliki
oleh setiap individu yakni: persepsi terhadap orang lain, kemampuan
menampilkan diri secara menarik.
D. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan