TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII
SMP REGINA PACIS JAKARTA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh :
Trias Noviandari NIM : 041114036
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh :
Trias Noviandari NIM : 041114036
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
kadang
Tuhan tampak lambat, tapi Ia tak pernah terlambat... Tuhan juga tak pernah terlalu cepat,
tapi
Ia selalu tepat pada waktunya..”
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Yang tercinta Papa dan Mama
Yang tercinta kakak-kakakku
TAHUN AJARAN 2009/2010
Trias Noviandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 50 (30, 86%) dari 162 siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling sistematis.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner penyesuaian diri yang terdiri dari 60 item pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable yang disusun sendiri oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan berdasarkan mean, standar deviasi, dan kategorisasi jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999: 108) yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Koefisien reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha yaitu rxx' = 0,930.
viii
ABSTRACT
SELF ADJUSTMENT LEVEL OF THE STUDENTS IN GRADE VII IN REGINA PACIS JUNIOR HIGH SCHOOL JAKARTA INTO FOLLOW
THE LEARNING ACTIVITIES IN ACADEMIC YEAR 2009/2010
Trias Noviandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
The aim of the research to get a description the self adjustment level of the students in grade VII in Regina Pacis Junior High School Jakarta into follow the learning activities in academic year 2009/2010.
This kind of research was descriptive. The total sample of this research was 50 (30, 86%) of 162 first grade students of Regina Pacis Junior High School Jakarta of the 2009/2010 academic year. The sample of this research has taken from systematic sampling technic.
The research instrument was a self adjustment questionnaire, consisting of 60 items of some favourable statements dan unfavourable statements. The data analysis technique of this research was a meant, deviation standard and categorization according to Azwar (1999: 108) i.e.; “very high”, “high”, “medium”, “low” and “very low”. The coefficient of reliability (Cronbach Alpha) was rxx' = 0,930.
penulisan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan trima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menulis skripsi ini, juga sebagai dosen pembimbing yang begitu sabar dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi yang telah membantu penulis untuk mencarikan dosen penguji.
4. Drs. Y. Maksum Warsito selaku Kepala Sekolah SMP Regina Pacis Jakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Lilis selaku Koordinator BK kelas VII dan membantu dalam menjelaskan kuesioner dan mencarikan siswa. Guru mata pelajaran yang telah memberikan waktu pada siswa untuk mengisi kuesioner.
x
7. Papa dan Mama tercinta, GM. Winarso dan MT. Widati E. yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, dan biaya yang telah diberikan buat “Cemplon” (penulis). Kakak-kakaku tercinta, keponakanku tercinta dek Desta dan dek Lio dan seluruh keluarga besar dari Papa dan Mama. Terima kasih atas doa dan dukungannya.
8. Sahabat-sahabatku (Piggy yang selalu sabar dan setia menemaniku dari jauh, Onchu, Lupsyong, dan Ella), kakak Rm. Mouzy, teman-teman Bimbingan dan Konseling Angkatan 2003, 2004, dan 2005 yang telah bersedia membantu penulis (Sr. Brigitta SCMM, Tian, Wahyu, Lasibe, Yasinta, Sr. Hilaria ADM, Sr. Lina Fdcc, Fr. Paul CMM, Mas Alel, Mas Bayu), para Suster SCMM, para frater CMM dan BHK dan juga teman-teman kos. Terima kasih atas doa, dukungan, perhatian, saran dan kritik yang telah diberikan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.
Yogyakarta, 17 Mei 2010
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Definisi Operasional ... 9
BAB II. KAJIAN TEORITIS ... 11
A. Kegiatan Pembelajaran ... 11
B. Penyesuaian Diri ... 15
xii
2. Ciri Penyesuaian Diri ... 17
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 19
C. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 23
D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel ... 31
C. Instrumen Penelitian ... 32
1. Kuesioner Penyesuaian Diri... 32
2. Kisi-kisi ... 33
3. Penentuan Skor ... 34
4. Validitas Kuesioner ... 35
5. Reliabilitas Kuesioner ... 36
6. Uji daya Diskriminasi ... 37
D. Pelaksanaan Ujicoba dan Penelitian ... 41
E. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Jumlah Keseluruhan dan Jumlah Subyek Ujicoba dan
Penelitian Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta
Tahun Ajaran 2009/2010 ... 31 Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Diri Siswa kelas VII SMP
Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
sebelum diacak dan diujicobakan ... 33 Tabel 3. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP
Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
setelah diujicobakan ... 39 Tabel 4. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP
Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
Tahun Ajaran 2009/2010 (penelitian) ... 40 Tabel 5. Norma Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP
Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
Tahun Ajaran 2009/2010 ... 44 Tabel 6. Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP
Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
Tahun Ajaran 2009/2010 ... 46 Tabel 7. Kategorisasi Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP
Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 2. Data Statistik Ujicoba ... 72 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini akan memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi siswa supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan, sehingga akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya (Hamalik, 2008:3). Salah satu
lingkungan pendidikan adalah sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan
yang secara formal dan terstruktur berpusat pada pendidikan siswa yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sekolah memiliki tiga jenjang
pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP/SMA),
dan pendidikan tinggi (PT). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 11,
mengatakan “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.” (Sri Renani, dkk, 2008:19).
Penelitian ini berfokus pada siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
menjadikan seorang siswa belajar. Kegiatan pembelajaran mengarahkan siswa
seperti siswa aktif bertanya kepada guru, aktif mencari jawaban dari
pertanyaan yang diberikan oleh guru, aktif memberikan pendapat saat diskusi
kelompok, aktif mengikuti kegiatan eksperimen/percobaan, dan aktif mencatat
hal-hal penting yang diperoleh dari pengalaman belajarnya. Theo Riyanto
(2003) juga mengatakan pembelajaran menekankan keaktifan siswa untuk
mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan
daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan
berlatih.(http://www.bruderfic.or.id, diakses tanggal 11 April 2009)
Peneliti mengambil subyek siswa pada jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), khususnya siswa kelas VII. Siswa kelas VII adalah
siswa yang baru memasuki jenjang pendidikan SMP. Siswa yang baru
memasuki jenjang pendidikan yang baru tentunya akan menemukan beberapa
perubahan, antara lain mendapat beberapa mata pelajaran baru, mendapat
teman-teman yang baru, dan mendapat beberapa guru yang masing-masing
memegang satu mata pelajaran. Situasi seperti inilah yang menuntut siswa
melakukan penyesuian diri. Siswa yang dapat menyesuaikan diri di sekolah,
khususnya saat di kelas akan merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran,
sehingga dia mampu memfokuskan pikiran pada pelajaran, mampu mengikuti
peraturan yang diberikan oleh guru mata pelajaran, mampu berelasi dengan
teman, dan mampu memahami penjelasan guru. Dengan demikian siswa
mampu memenuhi berbagai tuntutan dan harapan dari pembelajaran sehingga
3
Dalam menyesuaikan diri, seseorang dapat dikatakan melakukan
penyesuaian yang baik (well-adjusted) atau penyesuaian yang salah
(maladjusted). Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan hasil pengamatan
terhadap perilaku siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Taman Dewasa Jetis pada tanggal 12 Juli-18 Agustus 2007 sebagai penelitian
pendahuluan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa siswa masih
belum mampu menunjukkan sikap yang baik saat mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh perilaku siswa yang sering keluar kelas
saat pelajaran berlangsung, tidur di kelas saat guru menjelaskan, berbicara
dengan teman sebangku, tidak mengerjakan tugas dari guru, melamun, tidak
mau bertanya pada guru bila belum mengerti penjelasan bahan pelajaran dan
senang memainkan HP yang dibawanya. Perilaku tersebut dikatakan perilaku
salah suai (maladjusted). Namun demikian, peneliti juga melihat ada siswa
yang menunjukkan penyesuaian yang baik saat mengikuti kegiatan
pembelajaran, seperti siswa mau bertanya pada guru bila mengalami kesulitan,
siswa selalu memperhatikan penjelasan guru, dan siswa selalu mengerjakan
tugas-tugas dari guru.
Pada tanggal 5-6 Januari 2009 di SMP Regina Pacis Jakarta, peneliti
melakukan survei mengenai perilaku siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan mewawancarai guru mata pelajaran Agama, guru PPKN
dan guru BK kelas VII. Dalam wawancara dengan guru mata pelajaran,
mengikuti kegiatan pembelajaran, bagaimana siswa menerima materi
pelajaran yang disampaikan guru?, apakah siswa mendengarkan penjelasan
guru?, dan bagaimana guru menangani siswa yang berperilaku salah saat
pelajaran berlangsung? Dari wawancara tersebut, terungkap bahwa banyak
perilaku siswa yang belum menunjukkan bisa mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik. Hal itu digambarkan guru dengan ungkapan bahwa
masih banyak siswa yang tidak berkonsentrasi saat mengikuti pelajaran,
banyak siswa malas mengerjakan latihan soal, banyak siswa tidak peduli pada
penjelasan guru, dan banyak siswa yang sering memainkan HP saat pelajaran
berlangsung. Selain itu terungkap pula bahwa pada saat guru memberikan
pertanyaan pada siswa, siswa meminta guru mengulang kembali isi
pertanyaan; pada saat guru memberikan latihan soal, siswa meminta guru
mengulang kembali penjelasannya; pada saat guru memberikan waktu untuk
mengerjakan latihan soal, siswa tidak segera mengerjakan tetapi justru
bermain dengan teman; pada saat guru menjelaskan bahan pelajaran, siswa
berbicara dengan teman atau mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Perilaku
tersebut menunjukkan perilaku siswa yang salah saat mengikuti kegiatan
pembelajaran (maladjustment), sehingga dapat dikatakan siswa tersebut belum
mampu melakukan penyesuaian diri. Para guru juga mengatakan ada siswa
yang sudah mampu melakukan penyesuaian diri (well-adjustment) saat
mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada guru, siswa memiliki kemauan untuk mendengarkan
5
yang diberikan guru, dan siswa lebih berusaha untuk dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Tindakan yang sudah dilakukan guru mata
pelajaran dalam menghadapi siswa yang berperilaku salah saat pelajaran
berlangsung, seperti menegur siswa dengan keras, memberikan pertanyaan
pada siswa, mengingatkan siswa akan peraturan yang sudah disepakati antara
guru dengan siswa saat mengikuti kegiatan belajar di kelas, dan menghukum
siswa bila tidak ada perubahan dari perilaku siswa tersebut.
Dalam mewawancarai guru BK kelas VII, peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan, antara lain: (1) topik bimbingan apa saja yang diberikan
untuk siswa kelas VII pada saat bimbingan klasikal? (2) layanan BK apa saja
yang sudah diberikan pada siswa kelas VII yang baru? (3) apa yang guru BK
lakukan untuk membantu siswa yang kesulitan menyesuaikan diri dalam
kegiatan pembelajaran? dan (4) secara garis besar bagaimana penyesuaian diri
siswa kelas VII dalam melakukan kegiatan pembelajaran? Dari jawaban guru
BK dapat disimpulkan, bahwa ada banyak usaha yang telah dilakukan pihak
sekolah untuk membantu siswa, seperti guru BK memberikan topik bimbingan
klasikal, seperti “Siapa Saya”, “Mengenal Kekuatan dan Kelemahan Diri”,
“Dahulukan yang Utama (Prioritas)” dan “Penerimaan Diri”. Usaha lain yang
dilakukan guru BK adalah memberikan layanan orientasi dan layanan
informasi bagi siswa kelas VII yang baru, serta layanan konseling pribadi dan
layanan bimbingan belajar untuk membantu siswa yang sulit mengikuti
kegiatan pembelajaran. Menurut informasi yang diterima guru BK dari
mengikuti kegiatan pembelajaran seimbang, dimana dalam satu kelas jumlah
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sama dengan jumlah
siswa yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Dapat disimpulkan dari survei yang dilakukan pada guru mata
pelajaran dan guru BK terdapat kesamaan pendapat bahwa faktanya masih
banyak siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta yang belum menunjukkan
penyesuaian diri yang baik saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini
karena siswa masih terbawa pola belajar di SD yang lebih banyak bermain,
siswa belum mandiri/masih bergantung pada orang lain, siswa belum
menyadari akan pentingnya belajar, kurangnya rasa tanggung jawab dan
disiplin diri terhadap pembelajaran. Program bimbingan yang sudah diberikan
oleh guru BK saat bimbingan klasikal memberi kesan bahwa program lebih
membantu siswa mengenal diri belum sampai pada siswa mengenal
lingkungan yang baru dimasukinya.
Selain itu peneliti melihat kenyataan bahwa para siswa sedang
mengalami masa transisi, masa peralihan dari akhir usia kanak-kanak menuju
usia remaja awal dan masa peralihan dari SD masuk ke SMP. Ketika siswa
memasuki jenjang pendidikan SMP para siswa dihadapkan dengan berbagai
perubahan, seperti meningkatnya tanggung jawab, perubahan dari suatu
struktur kelas yang kecil menjadi lebih besar, perubahan dari sistem satu guru
menjadi banyak guru, penambahan mata pelajaran, metode mengajar guru,
sikap belajar, dan tuntutan belajar. Hal ini dikatakan juga oleh Winkel dan Sri
7
lanjutan tingkat pertama merupakan langkah yang cukup berarti dalam
kehidupan anak, baik karena tambahan tuntutan belajar bagi siswa lebih berat,
maupun karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri. Siswa
akan berhadapan dengan sejumlah guru yang masing-masing memegang
bidang studi tertentu, hal ini yang menuntut siswa untuk menyesuaikan diri
dengan gaya mengajar.”
Perbedaan yang mencolok pada kurikulum di SD dan SMP, seperti
adanya perbedaan mata pelajaran IPA dan IPS di SD dengan SMP. Ketika di
SD dinamakan mata pelajaran “IPA terpadu” dan “IPS terpadu”, yang artinya
tidak dipisahkan antara pelajaran biologi dan fisika dan juga geografi,
ekonomi, dan sejarah. Sedangkan di SMP mata pelajaran IPA dan IPS sudah
terbagi, menjadi biologi dan fisika, sedangkan IPS menjadi geografi, ekonomi,
dan sejarah. Metode mengajar guru SD lebih banyak menggunakan ceramah
dan memberi catatan. Siswa dituntut mendengarkan dan mengerjakan soal.
Sedangkan di SMP metode mengajar yang digunakan adalah ceramah
interaktif-tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi, observasi dan melakukan
eksperimen. Di SD siswa mengenal satu guru sebagai wali kelas yang
memegang sebagian besar mata pelajaran, tetapi di SMP siswa berhadapan
dengan guru yang masing-masing memegang mata pelajaran tertentu. Oleh
karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut, siswa dituntut menyesuaikan
diri dengan perbedaan itu.
Oleh sebab itu peneliti menganggap topik ini penting untuk diteliti
penelitian ini guru BK akan mengetahui tingkat penyesuaian diri siswa
sehingga bisa memberikan layanan bimbingan dan layanan konseling yang
tepat bagi siswa. Bagi siswa yang sudah menunjukkan penyesuaian diri yang
baik bisa lebih dibimbing untuk mempertahankan dan meningkatkannya. Bagi
siswa yang belum menunjukkan penyesuaian diri yang baik bisa di bantu
dengan layanan konseling pribadi dan layanan bimbingan belajar. Dengan
demikian siswa akan terbantu untuk menyesuaikan diri dalam melakukan
kegiatan pembelajaran sehingga mencapai prestasi akademik yang baik.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti memilih SMP Regina Pacis Jakarta sebagai tempat penelitian yang mengukur tingkat penyesuaian
diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah,
yaitu:
Bagaimanakah tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis
Jakarta dalam kegiatan pembelajaran tahun ajaran 2009/2010?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat
penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dalam
9
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh:
1. Guru-guru mata pelajaran sebagai masukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis
Jakarta dalam kegiatan pembelajaran.
2. Guru bimbingan dan konseling sebagai masukan untuk mencari solusi
yang tepat bagi siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta yang belum
mampu menyesuaikan diri dalam mengikuti pembelajaran.
D. Definisi Operasional
1. Tingkat adalah suatu susunan yang berlapis-lapis atau ukuran yang
menunjukkan tinggi rendah (Depdikbud, 1990:950).
2. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan/ aktivitas yang bertujuan membuat
siswa mau belajar secara keseluruhan dengan memperhitungkan faktor
lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta
berbagai strategi pembelajaran.
3. Penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memperoleh keselarasan
dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan
oleh lingkungan (Agustini, 2006:165).
4. Tingkat penyesuaian diri siswa saat mengikuti pembelajaran adalah sejauh
mana siswa mampu membuat diri sesuai dengan keadaan/situasi belajar di
kelas, baik dengan guru, teman, maupun mata pelajaran yang akan
kuesioner tingkat penyesuaian diri siswa dan hasilnya dikategorikan
menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
5. Penyesuaian diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga
aspek, yaitu (1) aspek penyesuaian diri siswa terhadap guru saat mengikuti
kegiatan pembelajaran merupakan usaha siswa membuat diri menjadi sesuai
dengan perilaku guru, metode pembelajaran yang digunakan guru,
kecerdasan dan ketekunan guru dalam mengajar, sehingga siswa dapat
termotivasi untuk aktif belajar dalam memahami setiap materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru, (2) aspek penyesuaian diri siswa dengan mata
pelajaran dalam melakukan kegiatan pembelajaran merupakan usaha siswa
membuat diri lebih memahami maksud dari materi pelajaran yang
diterimanya, seperti menerima penjelasan yang diberikan oleh guru di kelas
dan dilanjutkan pada proses siswa mengolah materi pelajaran, (3) aspek
penyesuaian diri dengan teman sebaya dalam melakukan kegiatan
pembelajaran merupakan usaha siswa membuat diri menjadi sesuai/ cocok
dengan teman dalam bergaul dan berinteraksi dengan siswa lain di kelas.
Usaha siswa ditunjukkan dengan berusaha mengembangkan potensi diri,
berusaha bekerjasama dengan teman, sehingga mudah memahami materi
pelajaran.
6. Siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta adalah peserta didik yang
terdaftar secara resmi di SMP Regina Pacis Jakarta dengan rentang usia
BAB II KAJIAN TEORI
Bab II ini memuat tiga pokok bahasan. Pokok bahasan pertama mengenai
kegiatan pembelajaran. Kedua, mengenai penyesuaian diri, dan ketiga mengenai
penyesuaian diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
A.Kegiatan Pembelajaran
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dan terstruktur dengan
kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Pasal 2, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menegaskan bahwa kurikulum merupakan:
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:7).
Tujuan pendidikan merupakan seperangkat hasil pendidikan yang tercapai
oleh siswa setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan
terdiri dari kegiatan pembimbingan, pengajaran dan pelatihan. Ketiga kegiatan
tersebut dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran adalah kegiatan yang memotivasi seseorang untuk mau belajar.
Hamzah (2006) mengartikan pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang berupaya
membelajarkan siswa secara terintegrasi/ keseluruhan dengan memperhitungkan
faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakterisitk bidang studi, serta
kegiatan pembelajaran menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan kesempatan tersebut, siswa akan
berusaha memfokuskan diri dengan memusatkan perhatian, pembicaraan,
pandangan, dan sasaran pada kegiatan belajar khususnya dalam mengolah bahan
pelajaran.
Levine (1989:44) mengatakan pembelajaran sebagai proses aktif yang
memiliki tiga elemen dasar, yaitu usaha (effort), perhatian (attention), dan
kebiasaan (habit). Ketiga elemen tersebut meliputi, antara lain:
1. Effort involves paying attention to what is being taught and participating in learning activities.
2. Attention involves focusing on a particular learning activity or stimulus. 3. Habit, a) Active: involves thought, invention, and initiative in applying
capacities attained to new learning. b) Routine: involves developing certain behavioral tendencies through numerous repetitions of those behaviors.
Levine juga mengatakan ketiga elemen tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lain, seperti sulit dibayangkan seorang individu memberikan perhatian penuh
tanpa berusaha membangun kebiasaan dari perhatian itu. Sama halnya berusaha
tanpa memberikan perhatian akan tidak ada hasilnya atau tanpa arah/tujuan. Jadi,
dalam melakukan pembelajaran seorang siswa akan memberikan perhatian penuh
yang menuntut adanya usaha sehingga menghasilkan kebiasaan yang baik. Siswa
yang seperti itulah yang mampu mengolah lebih lanjut informasi yang
diterimanya dan menyimpan informasi tersebut dalam penalarannya, dengan
13
Siswa yang aktif belajar akan melakukan aktivitas belajar sebagai berikut:
(Soemanto, 1984:102-107)
1. Mendengarkan: siswa mendengarkan secara aktif saat guru menjelaskan
bahan pelajaran.
2. Memandang: siswa memperhatikan penjelasan guru saat menerangkan bahan
pelajaran.
3. Meraba, membau, dan mencicipi: siswa meraba, membau, atau mencicipi,
seperti ketika mengikuti mata pelajaran yang menggunakan metode
eksperimen.
4. Mencatat: siswa menuliskan atau menyalin kembali hal-hal yang menurutnya
penting dari apa yang didengar dan dilihatnya selama pelajaran berlangsung.
5. Membaca: siswa melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis di papan
tulis maupun buku pelajaran, baik dengan lisan atau hanya dalam hati
(Kamus, 1990:62).
6. Membuat ringkasan: siswa membuat suatu tulisan yang berisi tentang intisari
dari apa yang sudah dipelajarinya melalui diskusi, membaca buku, presentasi,
praktek dengan eksperimen, dengan demikian siswa mudah memahami materi
yang disampaikan.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan
8. Menyusun paper/kertas kerja: siswa membuat suatu tulisan dari hasil belajar
9. Mengingat: siswa memperhatikan dan memikirkan dengan pikiran tentang
materi pelajaran yang disampaikan (Kamus, 1990:331) dan disimpan melalui
penalarannya.
10. Berpikir: siswa dengan menggunakan akal budinya mempertimbangkan dan
memutuskan sesuatu, seperti sebelum menjawab pertanyaan guru, siswa
memikirkan jawaban yang tepat terlibih dahulu.
11. Latihan/praktek: siswa mengerjakan soal dari guru untuk mengasah
pemahaman dan memperoleh kemahiran dalam mata pelajaran tertentu.
Dierich (dalam Oemar Hamalik, 2008:90) membagi kegiatan/aktivitas
belajar menjadi delapan kelompok, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain
bekerja dan bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan
dan mendengarkan diskusi kelompok.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis laporan, membuat rangkuman,
membuat sketsa, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik,
15
6. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
dan menari.
7. Kegiatan-kegiatan mental, seperti merenung, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan
dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti memiliki perasaan tenang, memiliki minat, memiliki keberanian, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas. Kegiatan
emosional merupakan kegiatan yang memotivasi diri untuk belajar
memahami, mengenali emosi diri dan orang lain, mengelola, dan
mengerkpresikan diri. (http://duniapsikologi.dagdigdug.com, diakses
tanggal 4 Agustus 2009)
B.Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Individu yang memasuki lingkungan baru akan melakukan
penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan dengan maksud untuk
menyelaraskan diri dengan kondisi lingkungan yang ada. Setiap individu
yang menyesuaikan diri akan mengalami banyak perubahan dalam
hidupnya, seperti perubahan fisik, perubahan psikis, dan perubahan sosial.
Karena adanya perubahan-perubahan tersebut, maka banyak individu yang
yang dihadapi itu disebabkan kurangnaya individu mengenal diri dan
lingkungannya. Lazarus (1963:3) mengatakan, “When we adjust something
we change it in some way to make it appropriate to certain requirements”.
Ketika seseorang melakukan penyesuaian terhadap suatu tuntutan di
lingkungan, orang tersebut akan berusaha melakukan perubahan untuk
mencapai kesesuaian diri dengan keadaan lingkungannya.
Seorang individu akan terus menyesuaikan diri ketika memasuki
lingkungan yang baru. Sundari (2005:43) mengatakan, penyesuaian diri
merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan (lifelong
process). Sama halnya dengan yang dikatakan Good (1973:524),
penyesuaian diri adalah
“Full understanding in relating feelings toward self as well as toward others; a continous process of maintaining harmony among the attributes of the individual and the environmental conditions that surround him”.
Manusia harus berusaha menemukan dan mengatasi rintangan, tekanan, dan
tantangan untuk mencapai pribadi yang seimbang. Keseimbangan akan
terwujud apabila seorang individu berhasil dalam pemenuhan kebutuhan
sehingga mencapai kepuasan. Setiap individu diharapkan dapat
menyesuaikan antara kebutuhan-kebutuhan yang harus diutamakan dengan
segala kemungkinan yang ada dalam lingkungannya.
Ada beberapa rumusan pengertian penyesuaian diri. Menurut
Gerungan (dalam Mappiere, 1982:156), penyesuaian diri sebagai suatu
17
mengatakan, “Adjustment adalah usaha mencapai harmoni pada diri sendiri
dan pada lingkungannya.” Sundari (2005:40) berpendapat bahwa
penyesuaian diri sebagai usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada
dirinya dan lingkungannya. Usaha itu dilakukan dengan cara memenuhi
kebutuhan dengan tidak berlebihan, tidak merugikan orang lain, dan saling
menolong. Dengan demikian, akan menumbuhkan hubungan yang baik
antara diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mencapai
keharmonisan/keselarasan antara diri dengan lingkungan sosialnya guna
menjaga keseimbangan diri untuk mencapai keberhasilan dalam hubungan
dengan orang lain.
2. Ciri Penyesuaian Diri
Seorang individu dalam menyesuaikan diri akan menunjukkan
perilaku-perilaku yang menandakan suatu penyesuaian diri yang baik (w
ell-adjustment) atau penyesuaian diri yang salah (maladjustment). Orang yang
dipandang mempunyai penyesuaian diri yang baik (well adjusted person)
akan memiliki harmoni dalam dirinya, artinya ia akan merasa puas dengan
dirinya dalam kelompok, meskipun sewaktu-waktu ada kekecewaan atau
kegagalan tetapi ia tetap berusaha mencapai tujuan. Menurut Semiun
(2006:37), orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang
yang memiliki respons/ tanggapan yang matang, efisien, memuaskan dan
baik-baik, sehingga tidak merugikan salah satu pihak. Respon yang efisien
adalah mampu memberikan tanggapan yang tepat dan cermat dengan
mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Respon yang
memuaskan adalah respon yang dapat memberikan kepuasan bagi semua
pihak. Respon yang sehat adalah respon yang dilakukan dengan baik,
hati-hati dan sesuai dengan hakikat individu atau kelompok.
Hurlock (1978:258) menyebutkan beberapa ciri penyesuaian diri,
yaitu:
a. Mampu menerima tanggung jawab sesuai dengan usia.
b. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan tiap tingkat usia.
c. Mampu mengatasi masalah dengan baik.
d. Mampu mengambil keputusan dengan senang tanpa banyak meminta bantuan orang lain.
e. Mampu mengambil pelajaran dari kegagalan.
f. Mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.
g. Mampu menunjukkan reaksi yang positif. h. Mampu menerima kenyataan hidup.
i. Mampu memusatkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.
Kartono (1971:121) menyebutkan beberapa ciri orang yang
menyesuaikan diri dengan baik, yakni:
a. Dapat melakukan regulasi pengontrolan diri yaitu kontrol terhadap pikiran, angan-angan, keinginan-keinginan, dorongan-dorongan dan sentimen terhadap emosi.
b. Mengenal kemampuan serta batas-batasnya.
c. Memiliki konsep yang sehat terhadap diri sendiri yaitu pengakuan terhadap diri sendiri dan menerima nasib dengan sikap yang rasional. d. Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik, kebiasaan yang efisien,
ketepatan dalam menanggapi situasi, cepat mengambil keputusan, berpikir secara kritis dan obyektif dalam menilai diri orang lain.
19
Penyesuaian diri yang salah merupakan ketidakmampuan individu
menyelaraskan diri dengan lingkungannya, sehingga ia merasa tidak
nyaman dengan diri dan lingkungannya. Menurut Semiun (2006:37),
“Orang yang salah menyesuaikan diri adalah orang yang sangat tidak efisien
dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.” Seseorang yang
tidak puas dengan keadaan diri dan lingkungannya akan melakukan
tindakan atau perilaku yang salah (maladjustment).
Menurut Hurlock (1978:266) individu yang mempunyai penyesuaian
diri yang salah (maladjusted) ditandai dengan:
a. Menyelesaikan konflik dengan emosional b. Melanggar peraturan-peraturan yang berlaku c. Tidak bisa mempertahankan diri
d. Menolak belajar dari pengalaman positif maupun negatif e. Gagal menyelesaikan tugas/tanggung jawab
f. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan secara berlebihan. g. Sering melamun
h. Tidak mampu menghindari perilaku salah
i. Kebiasaan berbohong untuk memenuhi suatu tujuan j. Ragu menentukan pilihan
k. Suka menarik perhatian orang lain dengan bertindak tidak wajar
3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Menurut Hariyadi (dalam http://one.indoskripsi.com diakses tanggal 4
Agustus 2009), mengatakan bahwa pada dasarnya penyesuaian diri
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu:
a. Faktor-faktor internal, meliputi:
1) Faktor motif, merupakan dorongan yang menyebabkan adanya tingkah
laku guna memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan
2) Faktor harga diri, yaitu bagaimana seorang individu memandang secara
positif pada dirinya sendiri, baik pada aspek fisik, psikologis, sosial
maupun akademik. Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah
dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang
tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat membuat seseorang
memiliki penerimaan diri, percaya diri, dan harga diri. Individu dengan
harga diri tinggi akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan
penyesuaian yang menyenangkan.
3) Faktor persepsi, yaitu pengamatan dan penilaian individu terhadap
objek peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun
afeksi untuk membentuk konsep dengan objek tersebut.
4) Faktor sikap, yaitu kecenderungan individu untuk berperilaku baik atau
menyimpang. Individu yang bersikap baik terhadap sesuatu yang
dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian
diri.
5) Faktor intelegensi dan minat, yaitu intelegensi merupakan modal untuk
menalar, menganalisis dan menyimpulkan berdasarkan argumentasi
yang matang, sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan
penyesuaian diri. Individu yang memiliki minat terhadap sesuatu akan
memiliki penyesuaian yang cepat dan lancar tentunya didukung pula
21
6) Faktor kepribadian, yaitu individu yang memiliki kepribadian ekstrovet
akan lebih lentur dan dinamis, sehingga mudah melakukan penyesuaian
diri.
b. Faktor-faktor eksternal, meliputi:
1) Faktor keluarga, menurut Schneiders (dalam Moh. Ali, 2005:181)
interaksi individu antara orang tua dan saudara dalam lingkungan
keluarga merupakan dasar dari perkembangan diri seseorang. Bila
dalam keluarga tercipta saling memberi dan menerima, persahabatan,
saling menghargai, dan saling bekerja sama akan sangat membantu
perkembangan penyesuaian diri anak.
2) Faktor kondisi sekolah, lingkungan sekolah menjadi sarana bagi siswa
dalam bersosialisasi dengan teman, guru, dan karyawan. Dengan
demikian akan membantu siswa dalam perkembangan intelektual,
moral, dan perilaku-perilaku sosial siswa yang berpengaruh terhadap
perkembangan penyesuaian diri mereka.
3) Faktor kelompok sebaya, pembentukan hubungan yang erat diantara
kelompok sebaya akan penting pada masa remaja. Sesuatu yang sulit
bagi remaja menjauh dari kelompoknya, remaja mengungkapkan pada
kelompok sebayanya apa yang tersimpan di dalam hatinya, pemikiran
dan perasaan. Remaja merasa menemukan telinga yang mau
mendengarkan dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan
demikian, penerimaan kelompok sebaya terhadap diri remaja akan
menemukan cara penyesuaian diri yang tepat dan sesuai dengan
potensinya. (http://www.bali-travelnews.com, diakses tanggal 2 Juni
2009)
4) Faktor prasangka sosial, menurut Sherif (dalam Ahmadi, 2002:211)
prasangka sosial adalah sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu
atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain. Prasangka sosial
juga terjadi di kalangan masyarakat terhadap remaja dengan
memberikan label remaja sebagai remaja yang pasif, nakal, suka
menentang orang tua, sukar diatur, malas, dan semacamnya. Prasangka
seperti ini yang akan menghambat remaja dalam proses menyesuaikan
diri.
5) Faktor hukum dan norma sosial, yang dimaksudkan disini adalah
pelaksanaan tegaknya hukum dan norma sosial hanya merupakan
“slogan”, artinya tidak ditegakkan sebagaimana mestinya sehingga
dapat melahirkan remaja yang malas (maladjusted). Bila suatu
masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum dan norma
yang berlaku, niscaya akan mengembangkan remaja-remaja yang
“welladjusted”, mudah dipahami bahwa faktor ketidakpastian hukum
dan dilecehkannya norma sosial akan sangat berpengaruh terhadap
23
C. Penyesuaian Diri Siswa saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
Penyesuaian diri perlu dilakukan siswa ketika memasuki lingkungan
sekolah yang baru agar siswa mengenali keadaan lingkungannya baik
mengenali guru, teman, maupun mata pelajaran. Siswa yang mampu
menyesuaikan diri dengan program dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
kelas akan dapat belajar dengan baik. Penyesuaian diri siswa saat mengikuti
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas berarti usaha siswa membuat
dirinya sesuai dengan kondisi atau situasi belajar di kelas baik terhadap guru,
mata pelajaran, maupun teman. Dengan demikian, siswa akan merasa nyaman
selama mengikuti pelajaran dan siswa mudah menerima pelajaran yang
diberikan guru.
Siswa yang mampu menyesuaikan diri terhadap guru mata pelajaran
berarti siswa dapat mengikuti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dan memahami cara guru mengatasi persoalan-persoalan yang erat dengan
interaksi guru-siswa. Siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan teman di
kelas berarti mampu mengembangkan sikap peka, setia kawan, tenggang rasa,
menerima dan memahami orang lain, bekerja sama dengan baik, menjaga relasi
dengan teman agar tidak terjadi perselisihan, menunjukkan rasa simpati dan
empati serta tidak mau menang sendiri (Setiawan, 2006). Siswa yang mampu
menyesuaikan diri dengan mata pelajaran berarti siswa mudah memahami
materi pelajaran dan mudah mengikuti kegiatan belajar dari setiap mata
pelajaran yang diberikan guru, seperti melakukan kegiatan eksperimen dan
Penyesuaian diri pada saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas ditunjukkan dengan keterlibatan langsung dan peran aktif pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran, kemampuan bekerja sama dengan teman, dan
kemampuan menerima serta mempelajari materi pelajaran dengan perasaan
senang. Adapun bentuk penyesuaian diri siswa yang menyimpang, seperti:
hilangnya interes/minat siswa pada mata pelajaran sekolah, kebiasaan suka
membolos, relasi emosional yang negatif dengan guru, suka memberontak
terhadap aturan dan disiplin sekolah (Kartono, 2000:266). Perilaku tersebut
dilakukan siswa karena pengaruh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri
dan dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
kondisi fisik yang kurang sehat, keadaan emosi siswa, kurangnya kesadaran
siswa untuk mau mendengarkan penjelasan guru, dan merasa bosan berada di
kelas. Faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti suasana kelas yang
kurang nyaman, ajakan teman untuk mengobrol, guru yang bersikap terlalu
keras pada siswa saat mengajar, dan materi pelajaran yang sulit dimengerti.
Willis (2005:61) mengatakan dalam bukunya bahwa hal yang penting
dalam penyesuaian diri di sekolah adalah penyesuaian diri terhadap guru, mata
pelajaran, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Dalam penyesuaian diri saat
mengikuti kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian
diri siswa terhadap guru, mata pelajaran dan teman sebaya.
a. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Guru
Penyesuaian terhadap guru banyak bergantung pada sikap dan
25
(2008:105) mengatakan, “Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat,
didengar, dan ditiru oleh siswa. Siswa senang dengan sikap dan perilaku
yang baik yang diperlihatkan oleh guru.” Guru yang memiliki sikap terlalu
keras dan berperilaku kasar akan membuat siswa takut dan sulit
menyesuaikan diri. Kepribadian guru juga turut menentukan apakah belajar
di kelas merupakan suatu tekanan atau suatu kegiatan belajar yang
menyenangkan bagi siswa.
Penyesuaian terhadap guru pada awalnya didasari oleh penerimaan
siswa terhadap sikap dan perilaku guru serta metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru saat mengajar di kelas. Penerimaan para siswa tersebut
dapat dilihat dalam proses siswa berinteraksi dengan guru selama pelajaran
berlangsung, seperti siswa menuruti ucapan guru dalam bentuk perintah dan
larangan selama pelajaran, siswa mentaati peraturan guru, siswa menjadi
bersemangat dengan guru yang memiliki semangat ketika mengajar.
b. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan bagian penting bagi pendidikan siswa di
sekolah. Guru hendaknya menyusun kurikulum mata pelajaran yang sesuai
dengan usia, kecerdasan dan kebutuhan siswa, agar siswa mudah
menyesuaikan diri terhadap mata pelajaran yang diberikan. Siswa yang
menemukan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan mata pelajaran yang
diberikan tentunya akan sulit memahami penjelasan guru. Bentuk
penyesuaian diri siswa diawali dengan keadaan para siswa menerima
menarik. Menurut Willis (2006:62), “Guru yang memberikan pelajaran
secara humor dan bersahabat dengan siswa, pelajarannya akan mudah
dipahami siswa, karena adanya suasana bebas berpikir dan gembira serta
menarik minat.”
Bentuk penerimaan para siswa berlanjut pada proses pengolahan
bahan mata pelajaran yang diterima. Proses pengolahan berbentuk pada
usaha siswa menjadi aktif di kelas selama pelajaran berlangsung, seperti
siswa berusaha sendiri mengerjakan latihan soal, memfokuskan pikiran pada
pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa bertanya mengenai pelajaran
yang disampaikan sehingga menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik
yang membuat siswa senang mengikuti pelajaran di kelas dan mencapai
hasil belajar yang memuaskan. Kegiatan-kegiatan di atas menunjukkan satu
bentuk usaha siswa dalam menyesuaikan diri terhadap mata pelajaran yang
diberikan dan siswa memperoleh kepuasan dalam mempelajari bahan mata
pelajaran.
c. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan kelompok anak-anak yang hampir sama
umur, kelas dan memiliki dorongan untuk bergaul. Penyesuaian diri dengan
teman sebaya merupakan usaha siswa agar di terima oleh temannya.
Penerimaan antar teman dapat menjadi dasar bagi siswa untuk dapat
menyesuaikan diri. Para siswa di sekolah setiap hari bergaul dan
berinteraksi dengan teman–teman di kelas. Dalam mengembangkan
27
diterima oleh teman di kelas. Proses penyesuaian diri para siswa pada
awalnya didasari oleh adanya penerimaan terhadap teman yang dijumpai di
kelas. Penerimaan terhadap teman diikuti usaha untuk memperoleh
kepercayaan dan pengakuan dari teman. Usaha-usaha ini sebagai bentuk
penyesuaian diri para siswa terhadap teman, seperti bergaul dengan teman
yang mendukung dalam meraih prestasi, berpartisipasi dalam kelompok
dengan memberikan pendapat/ide saat kerja kelompok, mampu bekerja
sama, menerima kelebihan dan kekurangan teman dan berusaha
mendengarkan setiap permasalahan yang diungkapkan teman.
D.Hasil Penelitian yang Relevan
Alimoi (2005), mengadakan penelitian tentang “Deskripsi Penyesuaian
Diri Siswa kelas I SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran
2004/2005 Terhadap Kehidupan di Sekolah”. Penelitian ini melibatkan semua
siswa kelas I SMA sebagai subjek penelitian. Peneliti memilih kelas I dengan
pertimbangan bahwa kelas I merupakan siswa baru yang berasal dari SMP dan
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dimasukinya. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan memodifikasi
kuesioner yang disusun TH. Aria Dini (1999). Teknik analisis data yang
digunakan adalah rumus uji-t. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
tingkat penyesuaian diri siswa kelas IA dan IB SMA Pangudi Luhur Sedayu
dalam kategori tinggi 8,1%, kategori cukup 50%, kategori rendah 39,1% dan
Setiawan (2006), mengadakan penelitian tentang “Deskripsi Penyesuaian
Diri Siswa Kelas X SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta terhadap Kegiatan
Akademik dan Kehidupan di Sekolah Tahun Ajaran 2005/2006”. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dilakukan dengan
menyusun kriteria tingkat kemampuan penyesuaian diri terhadap kegiatan
akademik dan kehidupan di sekolah berdasarkan PAP Tipe I yang dikategorikan
menjadi lima yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, dan sangat rendah. Hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) penyesuaian diri terhadap kegiatan
akademik yang berkategori tinggi dicapai oleh 38 siswa (67,85%), (2)
penyesuaian diri siswa terhadap kegiatan akademik yang berkategori cukup tinggi
dicapai oleh 18 siswa (32,15%), (3) tidak ada siswa yang mempunyai tingkat
penyesuaian diri terhadap kegiatan akademik sangat tinggi, rendah, dan sangat
rendah (0%), (4) penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah yang berkategori
sangat tinggi dicapai 9 siswa (16,07%), (5) penyesuaian diri terhadap kehidupan
di sekolah yang berkategori tinggi dicapai oleh 46 siswa (82,14%), (6)
penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah dengan kategori cukup tinggi
dicapai 1 siswa (1,79%) dan (7) tidak ada yang mempunyai penyesuaian diri
terhadap kehidupan di sekolah rendah dan sangat rendah (0%).
Mali Dua (2008) juga mengadakan penelitian tentang “Penyesuaian
Diri di Sekolah Para Siswa Kelas X SMAN 1 Ende tahun ajaran 2008/2009”.
Sampel penelitian ditentukan dengan penarikan sampel yang dilakukan
menggunakan teknik random sampling dengan cara undian. Jumlah populasi
29
(angket). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase penyesuaian diri
terhadap mata pelajaran sebesar 72,84%, penyesuaian diri terhadap guru sebesar
72,56%, dan penyesuaian diri terhadap teman sekolah sebesar 80,95%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa para siswa sudah mampu
menerima materi pelajaran di kelas, mampu menerima dan memahami sikap para
guru dan metode pembelajaran yang digunakan guru, serta siswa sudah mampu
pengembangan perilaku para siswa dalam memberikan respon positif, nasihat,
memperoleh rasa aman dalam bergaul, mendengarkan setiap permasalahan teman,
menghargai kekurangan teman, dan mampu membentuk pergaulan dengan teman
Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian, yakni jenis penelitian,
subyek penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian
dilakukan (Furchan, 2004:447). Tujuan penelitian deskriptif untuk melukiskan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi dalam suatu situasi (Mardalis, 1989).
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat
penyesuaian diri siswa kelas I SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010
saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan survei adalah
mengumpulkan informasi tentang variabel (Furchan 1982:450). Survei yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah survei populasi. Survei populasi adalah
survei yang dilakukan pada sekelompok orang, kejadian atau subyek yang telah
31
B.Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang
telah dirumuskan secara jelas (Furchan, 2004:193). Populasi yang digunakan
adalah seluruh siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta Tahun Ajaran
2009/2010 yang terdiri dari lima kelas paralel dengan keseluruhan jumlah siswa
162 orang. Peneliti mengambil sampel dari populasi untuk ujicoba dan penelitian
sebanyak 80 siswa, 30 siswa untuk ujicoba dan 50 siswa untuk penelitian. Peneliti
mengambil sampel sebanyak 16 siswa dari masing-masing kelas, 6 siswa untuk
ujicoba dan 10 siswa untuk penelitian. Jumlah tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan penarikan sampel penelitian yaitu 10-20% dari populasi. Furchan
(2005:204) menyebutkan bahwa penarikan sampel pada penelitian deskriptif
dianjurkan sebanyak 10-20% dari populasi yang dapat dijangkau. Jadi sampel
dalam penelitian ini sudah memenuhi standard sampel dalam penelitian deskriptif,
sehingga mampu mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel ini
dilakukan dengan teknik sampling sistematis yaitu berdasarkan nomor urut ganjil
dan genap. Jumlah keseluruhan siswa dan jumlah subyek yang diteliti dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Keseluruhan dan Jumlah Subyek Ujicoba dan Penelitian Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
Kelas Jumlah Sampel Uji Coba Sampel Penelitian
C. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah skala psikologis untuk mengukur
penyesuaian diri siswa SMP kelas VII dalam bentuk kuesioner.
1) Kuesioner Penyesuaian Diri
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala penyesuaian diri yang berpedoman pada teknik penyusunan skala
model Likert yang dimodifikasi. Skala ini dirancang oleh peneliti dalam
bentuk item tertutup, dengan alternatif jawaban empat jawaban (genap).
Penyajian alternatif jawaban dengan pilihan empat jawaban ditempuh
untuk menghindari central tendencey effect yaitu kecenderungan
responden untuk memilih pilihan tengah.
Item-item kuesioner yang digunakan untuk mengungkap
penyesuaian diri saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siswa SMP
Regina Pacis Jakarta adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang
aspek-aspek penyesuaian diri, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
bersifat mendukung ciri dari atribut yang diukur (favorable) dan
pernyataan yang bersifat tidak mendukung atribut yang diukur
(unfavorable). Alternatif jawaban yang disediakan penulis ada empat,
yaitu “Selalu” (S), “Sering” (Ss), “Jarang” (J), dan “Tidak Pernah” (TP).
Pernyataan untuk penelitian tersebut terdiri dari 66 item (sebelum diuji
33
2) Kisi-kisi
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
sebelum dan sesudah diacak (untuk ujicoba)
Sebelum diacak Sesudah diacak
Aspek Indikator Item
favorable guru baik verbal maupun non-verbal
Mengenal guru dengan berbagai metode pembelajaran yang digunakan saat mengajar.
17,18,19 20,21,22 52,14,6 63,37,59 6
Berpartisipasi aktif saat guru menjelaskan belajar bersama guru.
33 34 24 13 2
Total 34
Memahami penjelasan materi pelajaran yang diberikan guru. terhadap setiap materi yang diberikan oleh guru.
45,46 47,48 12,48 9,17 4
Total 14
Berpartisipasi saat bekerja dalam kelompok belajar di kelas.
49,50,51 52,53,54 38,62,56 27, 61, 35 6
Mengembangkan potensi diri dalam belajar bersama teman di kelas. dari belajar bersama teman di kelas.
63,64 65,66 10,26 41, 25 4
Total 18
3) Penentuan Skor (Scoring)
Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek
penyesuaian diri, jawaban “Selalu” (S) diberi skor 4, “Sering” (Ss)
diberi skor 3, “Jarang” (J) diberi skor 2, dan “Tidak Pernah” (TP)
diberi skor 1.
b. Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap aspek
penyesuaian diri, jawaban “Selalu” (S) diberi skor 1, “Sering” (Ss)
diberi skor 2, “Jarang” (J) diberi skor 3, dan “Tidak Pernah” (TP)
diberi skor 4.
Subyek diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban
yang disediakan peneliti pada setiap pernyataan, dengan memberikan
tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban. Setelah jawaban-jawaban
tersebut diberi skor, skor-skor yang diperoleh pada setiap jawaban
pernyataan akan diakumulasi guna mengungkap penyesuaian diri mereka.
Semakin tinggi skor total pada item-item yang bersifat favorable, maka
semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis
Jakarta dan sebaliknya. Demikian pula semakin tinggi skor total pada
item-item yang bersifat unfavorable, maka semakin rendah pula
penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dan
35
4) Validitas Kuesioner
Furchan (1982) berpendapat bahwa validitas berhubungan dengan
sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur
oleh alat tersebut. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila alat itu
mampu mengukur apa yang diharapkan, dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 1989:136). Suatu instrumen
pengukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Validitas terdiri dari: (1) validitas isi yaitu suatu validitas yang
menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan
hal-hal yang akan diukur, (2) validitas konstruksi atau konsep yaitu
validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes alat ukur sesuai
dengan konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau konsep teoritis yang
mendasari disusunnya alat-alat ukur tersebut, (3) validitas kriteria yaitu
suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara alat ukur
dengan alat ukur lainnya yang berfungsi sebagai kriteria (Masidjo,
1995:243).
Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Masidjo (1995:243) menjelaskan bahwa validitas isi menunjukkan sampai
di mana isi suatu tes/alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau
ahli. Ada beberapa hal yang dilakukan para ahli dalam mempertimbangkan
validitas isi dari sebuah tes antara lain sebagai berikut: mengoreksi
item-item yang telah dibuat oleh peneliti dan memberikan pertimbangan tentang
bagaimana tes tersebut telah menggambarkan atribut yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini, validitas kuesioner dipertimbangkan oleh Dr.
M. M. Sri Hastuti, M. Si sebagai dosen pembimbing yang sekaligus
sebagai orang yang telah memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan
Konseling. Pertimbangan ini dilakukan dengan mengoreksi item-item yang
telah dibuat oleh peneliti, kemudian mengkomunikasikannya kepada
peneliti bila ada kesalahan atau ketidakcocokan antara aspek penyesuaian
diri siswa dengan isi pernyataan item, juga memberikan pertimbangan
tentang bagaimana tes tersebut dapat menggambarkan atribut yang hendak
diukur yaitu penyesuaian diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
5) Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subyek yang
sama, akan tetap diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2007:4).
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx') yang angkanya
berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas dan mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya
37
mengukur reliabilitas alat ukur dengan menggunakan koefisien alpha (α)
Cronbach melalui program SPSS for windows versi 15.0, dihasilkan rxx' =
0,930. Angka tersebut menunjukkan bahwa kuesioner penyesuaian diri
yang telah diujicobakan sebelumnya, layak untuk digunakan dalam
pengambilan data penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.
6) Uji daya diskriminasi/ daya beda
Daya beda/diskriminasi item adalah kemampuan item dalam
membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak.
Tujuan dari daya beda diskriminasi untuk memilih item yang mengukur
atribut yang akan diteliti sehingga menghasilkan item yang valid yang
digunakan sebagai skala final.Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah
skala untuk mengungkap penyesuaian diri. Dalam penelitian ini, item yang
berdaya beda tinggi adalah item yang mampu membedakan mana subjek yang
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan mana subjek yang
mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang rendah
Azwar (2007:59) menyatakan bahwa pengujian daya diskriminasi
item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara
distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini
akan menghasilkan koefisien korelasi item total
( )
rix , yang dikenal puladengan sebutan parameter beda item. Untuk menghitung koefisien korelasi
item total digunakan korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 2007:59)
( )(
)
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total,
biasanya digunakan batasan rix ≥0,30. Semua item yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap memuaskan dan jika
kurang dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi yang rendah.
Dari 66 item yang telah diujicobakan, terdapat 10 item yang gugur karena
tidak memenuhi syarat (rix ≥0,30). Dari 10 item yang gugur ada 4 item yang
menjadikan 2 indikator dari penyesuaian diri saat mengikuti kegiatan
pembelajaran menjadi tidak terwakili, yaitu nomor 9, 13, 17 dan 24. Oleh
karena itu peneliti melakukan revisi yaitu dengan mengganti rumusan isi
pernyataan keempat item tersebut.
Data koefisien item total dari item-item ujicoba skala dapat dilihat
dalam lampiran 3. Rekapitulasi distribusi item skala penyesuaian diri setelah
39
Tabel 3
Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran
setelah diujicobakan
No. Pernyataan Lolos Gugur
Aspek Indikator
F UF F UF F UF
Mengenal perilaku guru baik verbal maupun non-verbal Mengenal guru dengan
berbagai metode pembelajaran yang digunakan saat mengajar.
Berpartisipasi aktif saat guru menjelaskan materi pelajaran yang diberikan guru. terhadap setiap materi yang diberikan oleh guru.
12,48 9, 17 12 9,17 48 -
Berpartisipasi saat bekerja dalam kelompok belajar di kelas.
38,62,
56 27,61,35 38,62, 56 27, 35 - 61
Mengembangkan potensi diri dalam belajar bersama teman di kelas. dari belajar bersama
teman di kelas. 10,26 41,25 10 25 26 41
Total 33 33 30 30 3 3
Item-item yang lolos seperti di atas selanjutnya dipakai sebagai
item-item skala dalam penelitian ini. Nomor item-item pernyataan selanjutnya diubah
untuk membedakan ujicoba dengan penelitian. Nomor item penelitian dapat
dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4
Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Tahun Ajaran 2009/2010
(penelitian)
Item Ujicoba Item Penelitian
Aspek Indikator
Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Jumlah Mengenal perilaku
guru baik verbal maupun non-verbal saat mengajar.
Mengenal guru dengan berbagai metode pembelajaran yang digunakan saat mengajar.
52,14 63,37,59 51, 43 28, 49, 52 5
Berpartisipasi aktif saat guru menjelaskan belajar bersama guru.
24 13 18 9 2 materi pelajaran yang diberikan guru. terhadap setiap materi yang diberikan oleh
guru. 12 9,17 8 17, 60 3
Total 13
Berpartisipasi saat bekerja dalam kelompok belajar di kelas. potensi diri dalam belajar bersama teman di kelas. dari belajar bersama teman di kelas.
10 25 57 6 2
Total 15
41
D. Pelaksanaan Uji Coba dan Penelitian
Untuk memperoleh instrumen/alat ukur yang memenuhi persyaratan atau
dapat dipertanggungjawabkan mutunya, sehingga data yang diperoleh baik, maka
kuesioner diujicobakan terlebih dahulu. Sebelum kuesioner diujicobakan, maka
terlebih dahulu harus memenuhi tuntutan validitas isi. Validitas isi diperoleh atas
pertimbangan ahli (professional judgment) yaitu melalui pertimbangan dosen
pembimbing.
1. Pelaksanaan Ujicoba
Ujicoba alat dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2010 dengan
jumlah item pernyataan 66 item. Ujicoba dikenakan pada 30 siswa kelas VII
SMP Regina Pacis Jakarta. Jumlah subyek sudah memenuhi persyaratan secara
statistik yaitu N minimal = 30 (Furchan, 2004:204).
Hasil dari data ujicoba tersebut kemudian dihitung daya beda dan
reliabilitasnya. Item-item yang lolos adalah item-item yang memenuhi kriteria
30
. Item yang lolos tersebut dijadikan alat penelitian. Untuk menguji
reliabilitas skala, digunakan koefisien alpha (α) Cronbach. Dari 66 item yang
diujicobakan, 10 item dianggap gagal karena tidak memenuhi kriteria
30
. Namun, peneliti sudah melakukan revisi pada 4 item yang
menjadikan 2 indikator tidak terwakili, sehingga jumlah item penelitian
menjadi 60 item.
Penelitian dilakukan pada hari Sabtu tanggal 20 dan 22 Februari 2010
di SMP Regina Pacis Jakarta untuk 50 siswa (30,84%) dari jumlah
keseluruhan siswa kelas VII yaitu 162 siswa.
E.Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti untuk menganalisis data
penelitian penyesuaian diri para siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun
ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:
1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah
diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari
masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor
masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan.
2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan
mean, standard deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah
ditentukan peneliti.
a.Kategorisasi tingkat penyesuaian diri subjek penelitian secara umum
Menentukan penggolongan kategorisasi penyesuaian diri seluruh
responden berdasarkan pada Azwar (1999:108) yang mengelompokkan
tingkat Penyesuaian Diri subjek penelitian dalam lima kategori yaitu
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar
43
penelitian dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi dan sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai berikut:
X ≤ µ-1,5σ kategori sangat rendah
µ-1,5σ < X ≤ µ-0,5σ kategori rendah
µ-0,5σ < X ≤ µ+0,5σ kategori sedang
µ+0,5σ < X ≤ µ+1,5σ kategori tinggi
µ+1,5σ < X kategori sangat tinggi
Keterangan:
Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin
diperoleh subjek penelitian dalam
skala
Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin
diperoleh subjek penelitian dalam
skala
σ : standard deviasi, yaitu luas jarak
rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
µ : mean teoretik, yaitu rata-rata
teoretis dari skor maksimum dan
minimum
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan
dalam pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan