• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dalam kegiatan pembelajaran tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dalam kegiatan pembelajaran tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII

SMP REGINA PACIS JAKARTA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh :

Trias Noviandari NIM : 041114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Oleh :

Trias Noviandari NIM : 041114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)

kadang

Tuhan tampak lambat, tapi Ia tak pernah terlambat... Tuhan juga tak pernah terlalu cepat,

tapi

Ia selalu tepat pada waktunya..”

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Yang tercinta Papa dan Mama

Yang tercinta kakak-kakakku

(7)
(8)

TAHUN AJARAN 2009/2010

Trias Noviandari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 50 (30, 86%) dari 162 siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling sistematis.

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner penyesuaian diri yang terdiri dari 60 item pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable yang disusun sendiri oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan berdasarkan mean, standar deviasi, dan kategorisasi jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999: 108) yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Koefisien reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha yaitu rxx' = 0,930.

(9)

viii

ABSTRACT

SELF ADJUSTMENT LEVEL OF THE STUDENTS IN GRADE VII IN REGINA PACIS JUNIOR HIGH SCHOOL JAKARTA INTO FOLLOW

THE LEARNING ACTIVITIES IN ACADEMIC YEAR 2009/2010

Trias Noviandari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The aim of the research to get a description the self adjustment level of the students in grade VII in Regina Pacis Junior High School Jakarta into follow the learning activities in academic year 2009/2010.

This kind of research was descriptive. The total sample of this research was 50 (30, 86%) of 162 first grade students of Regina Pacis Junior High School Jakarta of the 2009/2010 academic year. The sample of this research has taken from systematic sampling technic.

The research instrument was a self adjustment questionnaire, consisting of 60 items of some favourable statements dan unfavourable statements. The data analysis technique of this research was a meant, deviation standard and categorization according to Azwar (1999: 108) i.e.; “very high”, “high”, “medium”, “low” and “very low”. The coefficient of reliability (Cronbach Alpha) was rxx' = 0,930.

(10)

penulisan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan trima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menulis skripsi ini, juga sebagai dosen pembimbing yang begitu sabar dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi yang telah membantu penulis untuk mencarikan dosen penguji.

4. Drs. Y. Maksum Warsito selaku Kepala Sekolah SMP Regina Pacis Jakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Lilis selaku Koordinator BK kelas VII dan membantu dalam menjelaskan kuesioner dan mencarikan siswa. Guru mata pelajaran yang telah memberikan waktu pada siswa untuk mengisi kuesioner.

(11)

x

7. Papa dan Mama tercinta, GM. Winarso dan MT. Widati E. yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian, dan biaya yang telah diberikan buat “Cemplon” (penulis). Kakak-kakaku tercinta, keponakanku tercinta dek Desta dan dek Lio dan seluruh keluarga besar dari Papa dan Mama. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabatku (Piggy yang selalu sabar dan setia menemaniku dari jauh, Onchu, Lupsyong, dan Ella), kakak Rm. Mouzy, teman-teman Bimbingan dan Konseling Angkatan 2003, 2004, dan 2005 yang telah bersedia membantu penulis (Sr. Brigitta SCMM, Tian, Wahyu, Lasibe, Yasinta, Sr. Hilaria ADM, Sr. Lina Fdcc, Fr. Paul CMM, Mas Alel, Mas Bayu), para Suster SCMM, para frater CMM dan BHK dan juga teman-teman kos. Terima kasih atas doa, dukungan, perhatian, saran dan kritik yang telah diberikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

Yogyakarta, 17 Mei 2010

(12)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Definisi Operasional ... 9

BAB II. KAJIAN TEORITIS ... 11

A. Kegiatan Pembelajaran ... 11

B. Penyesuaian Diri ... 15

(13)

xii

2. Ciri Penyesuaian Diri ... 17

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 19

C. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran ... 23

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Instrumen Penelitian ... 32

1. Kuesioner Penyesuaian Diri... 32

2. Kisi-kisi ... 33

3. Penentuan Skor ... 34

4. Validitas Kuesioner ... 35

5. Reliabilitas Kuesioner ... 36

6. Uji daya Diskriminasi ... 37

D. Pelaksanaan Ujicoba dan Penelitian ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

(14)
(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah Keseluruhan dan Jumlah Subyek Ujicoba dan

Penelitian Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta

Tahun Ajaran 2009/2010 ... 31 Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Diri Siswa kelas VII SMP

Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

sebelum diacak dan diujicobakan ... 33 Tabel 3. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP

Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

setelah diujicobakan ... 39 Tabel 4. Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP

Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

Tahun Ajaran 2009/2010 (penelitian) ... 40 Tabel 5. Norma Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP

Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

Tahun Ajaran 2009/2010 ... 44 Tabel 6. Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP

Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

Tahun Ajaran 2009/2010 ... 46 Tabel 7. Kategorisasi Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP

Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

(16)

Lampiran 2. Data Statistik Ujicoba ... 72 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian

(17)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini akan memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi siswa supaya

mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan, sehingga akan

menimbulkan perubahan dalam dirinya (Hamalik, 2008:3). Salah satu

lingkungan pendidikan adalah sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan

yang secara formal dan terstruktur berpusat pada pendidikan siswa yang

dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Sekolah memiliki tiga jenjang

pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP/SMA),

dan pendidikan tinggi (PT). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 11,

mengatakan “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.” (Sri Renani, dkk, 2008:19).

Penelitian ini berfokus pada siswa saat mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

menjadikan seorang siswa belajar. Kegiatan pembelajaran mengarahkan siswa

(18)

seperti siswa aktif bertanya kepada guru, aktif mencari jawaban dari

pertanyaan yang diberikan oleh guru, aktif memberikan pendapat saat diskusi

kelompok, aktif mengikuti kegiatan eksperimen/percobaan, dan aktif mencatat

hal-hal penting yang diperoleh dari pengalaman belajarnya. Theo Riyanto

(2003) juga mengatakan pembelajaran menekankan keaktifan siswa untuk

mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan

daya pikir, emosional dan keterampilannya mereka belajar dan

berlatih.(http://www.bruderfic.or.id, diakses tanggal 11 April 2009)

Peneliti mengambil subyek siswa pada jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP), khususnya siswa kelas VII. Siswa kelas VII adalah

siswa yang baru memasuki jenjang pendidikan SMP. Siswa yang baru

memasuki jenjang pendidikan yang baru tentunya akan menemukan beberapa

perubahan, antara lain mendapat beberapa mata pelajaran baru, mendapat

teman-teman yang baru, dan mendapat beberapa guru yang masing-masing

memegang satu mata pelajaran. Situasi seperti inilah yang menuntut siswa

melakukan penyesuian diri. Siswa yang dapat menyesuaikan diri di sekolah,

khususnya saat di kelas akan merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran,

sehingga dia mampu memfokuskan pikiran pada pelajaran, mampu mengikuti

peraturan yang diberikan oleh guru mata pelajaran, mampu berelasi dengan

teman, dan mampu memahami penjelasan guru. Dengan demikian siswa

mampu memenuhi berbagai tuntutan dan harapan dari pembelajaran sehingga

(19)

 

 

3

Dalam menyesuaikan diri, seseorang dapat dikatakan melakukan

penyesuaian yang baik (well-adjusted) atau penyesuaian yang salah

(maladjusted). Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan hasil pengamatan

terhadap perilaku siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP

Taman Dewasa Jetis pada tanggal 12 Juli-18 Agustus 2007 sebagai penelitian

pendahuluan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa siswa masih

belum mampu menunjukkan sikap yang baik saat mengikuti kegiatan

pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh perilaku siswa yang sering keluar kelas

saat pelajaran berlangsung, tidur di kelas saat guru menjelaskan, berbicara

dengan teman sebangku, tidak mengerjakan tugas dari guru, melamun, tidak

mau bertanya pada guru bila belum mengerti penjelasan bahan pelajaran dan

senang memainkan HP yang dibawanya. Perilaku tersebut dikatakan perilaku

salah suai (maladjusted). Namun demikian, peneliti juga melihat ada siswa

yang menunjukkan penyesuaian yang baik saat mengikuti kegiatan

pembelajaran, seperti siswa mau bertanya pada guru bila mengalami kesulitan,

siswa selalu memperhatikan penjelasan guru, dan siswa selalu mengerjakan

tugas-tugas dari guru.

Pada tanggal 5-6 Januari 2009 di SMP Regina Pacis Jakarta, peneliti

melakukan survei mengenai perilaku siswa saat mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan mewawancarai guru mata pelajaran Agama, guru PPKN

dan guru BK kelas VII.  Dalam wawancara dengan guru mata pelajaran, 

(20)

mengikuti kegiatan pembelajaran, bagaimana siswa menerima materi

pelajaran yang disampaikan guru?, apakah siswa mendengarkan penjelasan

guru?, dan bagaimana guru menangani siswa yang berperilaku salah saat

pelajaran berlangsung? Dari wawancara tersebut, terungkap bahwa banyak

perilaku siswa yang belum menunjukkan bisa mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan baik. Hal itu digambarkan guru dengan ungkapan bahwa

masih banyak siswa yang tidak berkonsentrasi saat mengikuti pelajaran,

banyak siswa malas mengerjakan latihan soal, banyak siswa tidak peduli pada

penjelasan guru, dan banyak siswa yang sering memainkan HP saat pelajaran

berlangsung. Selain itu terungkap pula bahwa pada saat guru memberikan

pertanyaan pada siswa, siswa meminta guru mengulang kembali isi

pertanyaan; pada saat guru memberikan latihan soal, siswa meminta guru

mengulang kembali penjelasannya; pada saat guru memberikan waktu untuk

mengerjakan latihan soal, siswa tidak segera mengerjakan tetapi justru

bermain dengan teman; pada saat guru menjelaskan bahan pelajaran, siswa

berbicara dengan teman atau mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Perilaku

tersebut menunjukkan perilaku siswa yang salah saat mengikuti kegiatan

pembelajaran (maladjustment), sehingga dapat dikatakan siswa tersebut belum

mampu melakukan penyesuaian diri. Para guru juga mengatakan ada siswa

yang sudah mampu melakukan penyesuaian diri (well-adjustment) saat

mengikuti kegiatan pembelajaran, seperti siswa mengajukan

pertanyaan-pertanyaan pada guru, siswa memiliki kemauan untuk mendengarkan

(21)

 

 

5

yang diberikan guru, dan siswa lebih berusaha untuk dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan baik. Tindakan yang sudah dilakukan guru mata

pelajaran dalam menghadapi siswa yang berperilaku salah saat pelajaran

berlangsung, seperti menegur siswa dengan keras, memberikan pertanyaan

pada siswa, mengingatkan siswa akan peraturan yang sudah disepakati antara

guru dengan siswa saat mengikuti kegiatan belajar di kelas, dan menghukum

siswa bila tidak ada perubahan dari perilaku siswa tersebut.

Dalam mewawancarai guru BK kelas VII, peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan, antara lain: (1) topik bimbingan apa saja yang diberikan

untuk siswa kelas VII pada saat bimbingan klasikal? (2) layanan BK apa saja

yang sudah diberikan pada siswa kelas VII yang baru? (3) apa yang guru BK

lakukan untuk membantu siswa yang kesulitan menyesuaikan diri dalam

kegiatan pembelajaran? dan (4) secara garis besar bagaimana penyesuaian diri

siswa kelas VII dalam melakukan kegiatan pembelajaran? Dari jawaban guru

BK dapat disimpulkan, bahwa ada banyak usaha yang telah dilakukan pihak

sekolah untuk membantu siswa, seperti guru BK memberikan topik bimbingan

klasikal, seperti “Siapa Saya”, “Mengenal Kekuatan dan Kelemahan Diri”,

“Dahulukan yang Utama (Prioritas)” dan “Penerimaan Diri”. Usaha lain yang

dilakukan guru BK adalah memberikan layanan orientasi dan layanan

informasi bagi siswa kelas VII yang baru, serta layanan konseling pribadi dan

layanan bimbingan belajar untuk membantu siswa yang sulit mengikuti

kegiatan pembelajaran. Menurut informasi yang diterima guru BK dari

(22)

mengikuti kegiatan pembelajaran seimbang, dimana dalam satu kelas jumlah

siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sama dengan jumlah

siswa yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

Dapat disimpulkan dari survei yang dilakukan pada guru mata

pelajaran dan guru BK terdapat kesamaan pendapat bahwa faktanya masih

banyak siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta yang belum menunjukkan

penyesuaian diri yang baik saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini

karena siswa masih terbawa pola belajar di SD yang lebih banyak bermain,

siswa belum mandiri/masih bergantung pada orang lain, siswa belum

menyadari akan pentingnya belajar, kurangnya rasa tanggung jawab dan

disiplin diri terhadap pembelajaran. Program bimbingan yang sudah diberikan

oleh guru BK saat bimbingan klasikal memberi kesan bahwa program lebih

membantu siswa mengenal diri belum sampai pada siswa mengenal

lingkungan yang baru dimasukinya.

Selain itu peneliti melihat kenyataan bahwa para siswa sedang

mengalami masa transisi, masa peralihan dari akhir usia kanak-kanak menuju

usia remaja awal dan masa peralihan dari SD masuk ke SMP. Ketika siswa

memasuki jenjang pendidikan SMP para siswa dihadapkan dengan berbagai

perubahan, seperti meningkatnya tanggung jawab, perubahan dari suatu

struktur kelas yang kecil menjadi lebih besar, perubahan dari sistem satu guru

menjadi banyak guru, penambahan mata pelajaran, metode mengajar guru,

sikap belajar, dan tuntutan belajar. Hal ini dikatakan juga oleh Winkel dan Sri

(23)

 

 

7

lanjutan tingkat pertama merupakan langkah yang cukup berarti dalam

kehidupan anak, baik karena tambahan tuntutan belajar bagi siswa lebih berat,

maupun karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri. Siswa

akan berhadapan dengan sejumlah guru yang masing-masing memegang

bidang studi tertentu, hal ini yang menuntut siswa untuk menyesuaikan diri

dengan gaya mengajar.”

Perbedaan yang mencolok pada kurikulum di SD dan SMP, seperti

adanya perbedaan mata pelajaran IPA dan IPS di SD dengan SMP. Ketika di

SD dinamakan mata pelajaran “IPA terpadu” dan “IPS terpadu”, yang artinya

tidak dipisahkan antara pelajaran biologi dan fisika dan juga geografi,

ekonomi, dan sejarah. Sedangkan di SMP mata pelajaran IPA dan IPS sudah

terbagi, menjadi biologi dan fisika, sedangkan IPS menjadi geografi, ekonomi,

dan sejarah. Metode mengajar guru SD lebih banyak menggunakan ceramah

dan memberi catatan. Siswa dituntut mendengarkan dan mengerjakan soal.

Sedangkan di SMP metode mengajar yang digunakan adalah ceramah

interaktif-tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi, observasi dan melakukan

eksperimen. Di SD siswa mengenal satu guru sebagai wali kelas yang

memegang sebagian besar mata pelajaran, tetapi di SMP siswa berhadapan

dengan guru yang masing-masing memegang mata pelajaran tertentu. Oleh

karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut, siswa dituntut menyesuaikan

diri dengan perbedaan itu.

Oleh sebab itu peneliti menganggap topik ini penting untuk diteliti

(24)

penelitian ini guru BK akan mengetahui tingkat penyesuaian diri siswa

sehingga bisa memberikan layanan bimbingan dan layanan konseling yang

tepat bagi siswa. Bagi siswa yang sudah menunjukkan penyesuaian diri yang

baik bisa lebih dibimbing untuk mempertahankan dan meningkatkannya. Bagi

siswa yang belum menunjukkan penyesuaian diri yang baik bisa di bantu

dengan layanan konseling pribadi dan layanan bimbingan belajar. Dengan

demikian siswa akan terbantu untuk menyesuaikan diri dalam melakukan

kegiatan pembelajaran sehingga mencapai prestasi akademik yang baik.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti memilih SMP Regina Pacis Jakarta sebagai tempat penelitian yang mengukur tingkat penyesuaian

diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah,

yaitu:

Bagaimanakah tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis

Jakarta dalam kegiatan pembelajaran tahun ajaran 2009/2010?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dalam

(25)

 

 

9

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh:

1. Guru-guru mata pelajaran sebagai masukan untuk mempertahankan dan

meningkatkan penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis

Jakarta dalam kegiatan pembelajaran.

2. Guru bimbingan dan konseling sebagai masukan untuk mencari solusi

yang tepat bagi siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta yang belum

mampu menyesuaikan diri dalam mengikuti pembelajaran.

D. Definisi Operasional

1. Tingkat adalah suatu susunan yang berlapis-lapis atau ukuran yang

menunjukkan tinggi rendah (Depdikbud, 1990:950).

2. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan/ aktivitas yang bertujuan membuat

siswa mau belajar secara keseluruhan dengan memperhitungkan faktor

lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta

berbagai strategi pembelajaran.

3. Penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk memperoleh keselarasan

dan keharmonisan antara tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan

oleh lingkungan (Agustini, 2006:165).

4. Tingkat penyesuaian diri siswa saat mengikuti pembelajaran adalah sejauh

mana siswa mampu membuat diri sesuai dengan keadaan/situasi belajar di

kelas, baik dengan guru, teman, maupun mata pelajaran yang akan

(26)

kuesioner tingkat penyesuaian diri siswa dan hasilnya dikategorikan

menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.

5. Penyesuaian diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga

aspek, yaitu (1) aspek penyesuaian diri siswa terhadap guru saat mengikuti

kegiatan pembelajaran merupakan usaha siswa membuat diri menjadi sesuai

dengan perilaku guru, metode pembelajaran yang digunakan guru,

kecerdasan dan ketekunan guru dalam mengajar, sehingga siswa dapat

termotivasi untuk aktif belajar dalam memahami setiap materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru, (2) aspek penyesuaian diri siswa dengan mata

pelajaran dalam melakukan kegiatan pembelajaran merupakan usaha siswa

membuat diri lebih memahami maksud dari materi pelajaran yang

diterimanya, seperti menerima penjelasan yang diberikan oleh guru di kelas

dan dilanjutkan pada proses siswa mengolah materi pelajaran, (3) aspek

penyesuaian diri dengan teman sebaya dalam melakukan kegiatan

pembelajaran merupakan usaha siswa membuat diri menjadi sesuai/ cocok

dengan teman dalam bergaul dan berinteraksi dengan siswa lain di kelas.

Usaha siswa ditunjukkan dengan berusaha mengembangkan potensi diri,

berusaha bekerjasama dengan teman, sehingga mudah memahami materi

pelajaran.

6. Siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta adalah peserta didik yang

terdaftar secara resmi di SMP Regina Pacis Jakarta dengan rentang usia

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

Bab II ini memuat tiga pokok bahasan. Pokok bahasan pertama mengenai

kegiatan pembelajaran. Kedua, mengenai penyesuaian diri, dan ketiga mengenai

penyesuaian diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

A.Kegiatan Pembelajaran

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dan terstruktur dengan

kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan. Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Pasal 2, tentang Sistem Pendidikan

Nasional, menegaskan bahwa kurikulum merupakan:

Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:7).

Tujuan pendidikan merupakan seperangkat hasil pendidikan yang tercapai

oleh siswa setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan

terdiri dari kegiatan pembimbingan, pengajaran dan pelatihan. Ketiga kegiatan

tersebut dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran adalah kegiatan yang memotivasi seseorang untuk mau belajar.

Hamzah (2006) mengartikan pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang berupaya

membelajarkan siswa secara terintegrasi/ keseluruhan dengan memperhitungkan

faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakterisitk bidang studi, serta

(28)

kegiatan pembelajaran menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk

melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan kesempatan tersebut, siswa akan

berusaha memfokuskan diri dengan memusatkan perhatian, pembicaraan,

pandangan, dan sasaran pada kegiatan belajar khususnya dalam mengolah bahan

pelajaran.

Levine (1989:44) mengatakan pembelajaran sebagai proses aktif yang

memiliki tiga elemen dasar, yaitu usaha (effort), perhatian (attention), dan

kebiasaan (habit). Ketiga elemen tersebut meliputi, antara lain:

1. Effort involves paying attention to what is being taught and participating in learning activities.

2. Attention involves focusing on a particular learning activity or stimulus. 3. Habit, a) Active: involves thought, invention, and initiative in applying

capacities attained to new learning. b) Routine: involves developing certain behavioral tendencies through numerous repetitions of those behaviors.

Levine juga mengatakan ketiga elemen tersebut saling berhubungan satu dengan

yang lain, seperti sulit dibayangkan seorang individu memberikan perhatian penuh

tanpa berusaha membangun kebiasaan dari perhatian itu. Sama halnya berusaha

tanpa memberikan perhatian akan tidak ada hasilnya atau tanpa arah/tujuan. Jadi,

dalam melakukan pembelajaran seorang siswa akan memberikan perhatian penuh

yang menuntut adanya usaha sehingga menghasilkan kebiasaan yang baik. Siswa

yang seperti itulah yang mampu mengolah lebih lanjut informasi yang

diterimanya dan menyimpan informasi tersebut dalam penalarannya, dengan

(29)

 

 

13

Siswa yang aktif belajar akan melakukan aktivitas belajar sebagai berikut:

(Soemanto, 1984:102-107)

1. Mendengarkan: siswa mendengarkan secara aktif saat guru menjelaskan

bahan pelajaran.

2. Memandang: siswa memperhatikan penjelasan guru saat menerangkan bahan

pelajaran.

3. Meraba, membau, dan mencicipi: siswa meraba, membau, atau mencicipi,

seperti ketika mengikuti mata pelajaran yang menggunakan metode

eksperimen.

4. Mencatat: siswa menuliskan atau menyalin kembali hal-hal yang menurutnya

penting dari apa yang didengar dan dilihatnya selama pelajaran berlangsung.

5. Membaca: siswa melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis di papan

tulis maupun buku pelajaran, baik dengan lisan atau hanya dalam hati

(Kamus, 1990:62).

6. Membuat ringkasan: siswa membuat suatu tulisan yang berisi tentang intisari

dari apa yang sudah dipelajarinya melalui diskusi, membaca buku, presentasi,

praktek dengan eksperimen, dengan demikian siswa mudah memahami materi

yang disampaikan.

7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan

8. Menyusun paper/kertas kerja: siswa membuat suatu tulisan dari hasil belajar

(30)

9. Mengingat: siswa memperhatikan dan memikirkan dengan pikiran tentang

materi pelajaran yang disampaikan (Kamus, 1990:331) dan disimpan melalui

penalarannya.

10. Berpikir: siswa dengan menggunakan akal budinya mempertimbangkan dan

memutuskan sesuatu, seperti sebelum menjawab pertanyaan guru, siswa

memikirkan jawaban yang tepat terlibih dahulu.

11. Latihan/praktek: siswa mengerjakan soal dari guru untuk mengasah

pemahaman dan memperoleh kemahiran dalam mata pelajaran tertentu.

Dierich (dalam Oemar Hamalik, 2008:90) membagi kegiatan/aktivitas

belajar menjadi delapan kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain

bekerja dan bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan

dan mendengarkan diskusi kelompok.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis laporan, membuat rangkuman,

membuat sketsa, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik,

(31)

 

 

15

6. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,

dan menari.

7. Kegiatan-kegiatan mental, seperti merenung, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan

dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti memiliki perasaan tenang, memiliki minat, memiliki keberanian, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam

kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas. Kegiatan

emosional merupakan kegiatan yang memotivasi diri untuk belajar

memahami, mengenali emosi diri dan orang lain, mengelola, dan

mengerkpresikan diri. (http://duniapsikologi.dagdigdug.com, diakses

tanggal 4 Agustus 2009)

B.Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Individu yang memasuki lingkungan baru akan melakukan

penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan dengan maksud untuk

menyelaraskan diri dengan kondisi lingkungan yang ada. Setiap individu

yang menyesuaikan diri akan mengalami banyak perubahan dalam

hidupnya, seperti perubahan fisik, perubahan psikis, dan perubahan sosial.

Karena adanya perubahan-perubahan tersebut, maka banyak individu yang

(32)

yang dihadapi itu disebabkan kurangnaya individu mengenal diri dan

lingkungannya. Lazarus (1963:3) mengatakan, “When we adjust something

we change it in some way to make it appropriate to certain requirements”.

Ketika seseorang melakukan penyesuaian terhadap suatu tuntutan di

lingkungan, orang tersebut akan berusaha melakukan perubahan untuk

mencapai kesesuaian diri dengan keadaan lingkungannya.

Seorang individu akan terus menyesuaikan diri ketika memasuki

lingkungan yang baru. Sundari (2005:43) mengatakan, penyesuaian diri

merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan (lifelong

process). Sama halnya dengan yang dikatakan Good (1973:524),

penyesuaian diri adalah

“Full understanding in relating feelings toward self as well as toward others; a continous process of maintaining harmony among the attributes of the individual and the environmental conditions that surround him”.

Manusia harus berusaha menemukan dan mengatasi rintangan, tekanan, dan

tantangan untuk mencapai pribadi yang seimbang. Keseimbangan akan

terwujud apabila seorang individu berhasil dalam pemenuhan kebutuhan

sehingga mencapai kepuasan. Setiap individu diharapkan dapat

menyesuaikan antara kebutuhan-kebutuhan yang harus diutamakan dengan

segala kemungkinan yang ada dalam lingkungannya.

Ada beberapa rumusan pengertian penyesuaian diri. Menurut

Gerungan (dalam Mappiere, 1982:156), penyesuaian diri sebagai suatu

(33)

 

 

17

mengatakan, “Adjustment adalah usaha mencapai harmoni pada diri sendiri

dan pada lingkungannya.” Sundari (2005:40) berpendapat bahwa

penyesuaian diri sebagai usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada

dirinya dan lingkungannya. Usaha itu dilakukan dengan cara memenuhi

kebutuhan dengan tidak berlebihan, tidak merugikan orang lain, dan saling

menolong. Dengan demikian, akan menumbuhkan hubungan yang baik

antara diri dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mencapai

keharmonisan/keselarasan antara diri dengan lingkungan sosialnya guna

menjaga keseimbangan diri untuk mencapai keberhasilan dalam hubungan

dengan orang lain.

2. Ciri Penyesuaian Diri

Seorang individu dalam menyesuaikan diri akan menunjukkan

perilaku-perilaku yang menandakan suatu penyesuaian diri yang baik (w

ell-adjustment) atau penyesuaian diri yang salah (maladjustment). Orang yang

dipandang mempunyai penyesuaian diri yang baik (well adjusted person)

akan memiliki harmoni dalam dirinya, artinya ia akan merasa puas dengan

dirinya dalam kelompok, meskipun sewaktu-waktu ada kekecewaan atau

kegagalan tetapi ia tetap berusaha mencapai tujuan. Menurut Semiun

(2006:37), orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang

yang memiliki respons/ tanggapan yang matang, efisien, memuaskan dan

(34)

baik-baik, sehingga tidak merugikan salah satu pihak. Respon yang efisien

adalah mampu memberikan tanggapan yang tepat dan cermat dengan

mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Respon yang

memuaskan adalah respon yang dapat memberikan kepuasan bagi semua

pihak. Respon yang sehat adalah respon yang dilakukan dengan baik,

hati-hati dan sesuai dengan hakikat individu atau kelompok.

Hurlock (1978:258) menyebutkan beberapa ciri penyesuaian diri,

yaitu:

a. Mampu menerima tanggung jawab sesuai dengan usia.

b. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan tiap tingkat usia.

c. Mampu mengatasi masalah dengan baik.

d. Mampu mengambil keputusan dengan senang tanpa banyak meminta bantuan orang lain.

e. Mampu mengambil pelajaran dari kegagalan.

f. Mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.

g. Mampu menunjukkan reaksi yang positif. h. Mampu menerima kenyataan hidup.

i. Mampu memusatkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai.

Kartono (1971:121) menyebutkan beberapa ciri orang yang

menyesuaikan diri dengan baik, yakni:

a. Dapat melakukan regulasi pengontrolan diri yaitu kontrol terhadap pikiran, angan-angan, keinginan-keinginan, dorongan-dorongan dan sentimen terhadap emosi.

b. Mengenal kemampuan serta batas-batasnya.

c. Memiliki konsep yang sehat terhadap diri sendiri yaitu pengakuan terhadap diri sendiri dan menerima nasib dengan sikap yang rasional. d. Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik, kebiasaan yang efisien,

ketepatan dalam menanggapi situasi, cepat mengambil keputusan, berpikir secara kritis dan obyektif dalam menilai diri orang lain.

(35)

 

 

19

Penyesuaian diri yang salah merupakan ketidakmampuan individu

menyelaraskan diri dengan lingkungannya, sehingga ia merasa tidak

nyaman dengan diri dan lingkungannya. Menurut Semiun (2006:37),

“Orang yang salah menyesuaikan diri adalah orang yang sangat tidak efisien

dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.” Seseorang yang

tidak puas dengan keadaan diri dan lingkungannya akan melakukan

tindakan atau perilaku yang salah (maladjustment).

Menurut Hurlock (1978:266) individu yang mempunyai penyesuaian

diri yang salah (maladjusted) ditandai dengan:

a. Menyelesaikan konflik dengan emosional b. Melanggar peraturan-peraturan yang berlaku c. Tidak bisa mempertahankan diri

d. Menolak belajar dari pengalaman positif maupun negatif e. Gagal menyelesaikan tugas/tanggung jawab

f. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan secara berlebihan. g. Sering melamun

h. Tidak mampu menghindari perilaku salah

i. Kebiasaan berbohong untuk memenuhi suatu tujuan j. Ragu menentukan pilihan

k. Suka menarik perhatian orang lain dengan bertindak tidak wajar

3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

Menurut Hariyadi (dalam http://one.indoskripsi.com diakses tanggal 4

Agustus 2009), mengatakan bahwa pada dasarnya penyesuaian diri

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu:

a. Faktor-faktor internal, meliputi:

1) Faktor motif, merupakan dorongan yang menyebabkan adanya tingkah

laku guna memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan

(36)

2) Faktor harga diri, yaitu bagaimana seorang individu memandang secara

positif pada dirinya sendiri, baik pada aspek fisik, psikologis, sosial

maupun akademik. Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah

dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang

tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat membuat seseorang

memiliki penerimaan diri, percaya diri, dan harga diri. Individu dengan

harga diri tinggi akan lebih memiliki kemampuan untuk melakukan

penyesuaian yang menyenangkan.

3) Faktor persepsi, yaitu pengamatan dan penilaian individu terhadap

objek peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun

afeksi untuk membentuk konsep dengan objek tersebut.

4) Faktor sikap, yaitu kecenderungan individu untuk berperilaku baik atau

menyimpang. Individu yang bersikap baik terhadap sesuatu yang

dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian

diri.

5) Faktor intelegensi dan minat, yaitu intelegensi merupakan modal untuk

menalar, menganalisis dan menyimpulkan berdasarkan argumentasi

yang matang, sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan

penyesuaian diri. Individu yang memiliki minat terhadap sesuatu akan

memiliki penyesuaian yang cepat dan lancar tentunya didukung pula

(37)

 

 

21

6) Faktor kepribadian, yaitu individu yang memiliki kepribadian ekstrovet

akan lebih lentur dan dinamis, sehingga mudah melakukan penyesuaian

diri.

b. Faktor-faktor eksternal, meliputi:

1) Faktor keluarga, menurut Schneiders (dalam Moh. Ali, 2005:181)

interaksi individu antara orang tua dan saudara dalam lingkungan

keluarga merupakan dasar dari perkembangan diri seseorang. Bila

dalam keluarga tercipta saling memberi dan menerima, persahabatan,

saling menghargai, dan saling bekerja sama akan sangat membantu

perkembangan penyesuaian diri anak.

2) Faktor kondisi sekolah, lingkungan sekolah menjadi sarana bagi siswa

dalam bersosialisasi dengan teman, guru, dan karyawan. Dengan

demikian akan membantu siswa dalam perkembangan intelektual,

moral, dan perilaku-perilaku sosial siswa yang berpengaruh terhadap

perkembangan penyesuaian diri mereka.

3) Faktor kelompok sebaya, pembentukan hubungan yang erat diantara

kelompok sebaya akan penting pada masa remaja. Sesuatu yang sulit

bagi remaja menjauh dari kelompoknya, remaja mengungkapkan pada

kelompok sebayanya apa yang tersimpan di dalam hatinya, pemikiran

dan perasaan. Remaja merasa menemukan telinga yang mau

mendengarkan dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan

demikian, penerimaan kelompok sebaya terhadap diri remaja akan

(38)

menemukan cara penyesuaian diri yang tepat dan sesuai dengan

potensinya. (http://www.bali-travelnews.com, diakses tanggal 2 Juni

2009)

4) Faktor prasangka sosial, menurut Sherif (dalam Ahmadi, 2002:211)

prasangka sosial adalah sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu

atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain. Prasangka sosial

juga terjadi di kalangan masyarakat terhadap remaja dengan

memberikan label remaja sebagai remaja yang pasif, nakal, suka

menentang orang tua, sukar diatur, malas, dan semacamnya. Prasangka

seperti ini yang akan menghambat remaja dalam proses menyesuaikan

diri.

5) Faktor hukum dan norma sosial, yang dimaksudkan disini adalah

pelaksanaan tegaknya hukum dan norma sosial hanya merupakan

“slogan”, artinya tidak ditegakkan sebagaimana mestinya sehingga

dapat melahirkan remaja yang malas (maladjusted). Bila suatu

masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum dan norma

yang berlaku, niscaya akan mengembangkan remaja-remaja yang

“welladjusted”, mudah dipahami bahwa faktor ketidakpastian hukum

dan dilecehkannya norma sosial akan sangat berpengaruh terhadap

(39)

 

 

23

C. Penyesuaian Diri Siswa saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

Penyesuaian diri perlu dilakukan siswa ketika memasuki lingkungan

sekolah yang baru agar siswa mengenali keadaan lingkungannya baik

mengenali guru, teman, maupun mata pelajaran. Siswa yang mampu

menyesuaikan diri dengan program dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di

kelas akan dapat belajar dengan baik. Penyesuaian diri siswa saat mengikuti

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas berarti usaha siswa membuat

dirinya sesuai dengan kondisi atau situasi belajar di kelas baik terhadap guru,

mata pelajaran, maupun teman. Dengan demikian, siswa akan merasa nyaman

selama mengikuti pelajaran dan siswa mudah menerima pelajaran yang

diberikan guru.

Siswa yang mampu menyesuaikan diri terhadap guru mata pelajaran

berarti siswa dapat mengikuti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

dan memahami cara guru mengatasi persoalan-persoalan yang erat dengan

interaksi guru-siswa. Siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan teman di

kelas berarti mampu mengembangkan sikap peka, setia kawan, tenggang rasa,

menerima dan memahami orang lain, bekerja sama dengan baik, menjaga relasi

dengan teman agar tidak terjadi perselisihan, menunjukkan rasa simpati dan

empati serta tidak mau menang sendiri (Setiawan, 2006). Siswa yang mampu

menyesuaikan diri dengan mata pelajaran berarti siswa mudah memahami

materi pelajaran dan mudah mengikuti kegiatan belajar dari setiap mata

pelajaran yang diberikan guru, seperti melakukan kegiatan eksperimen dan

(40)

Penyesuaian diri pada saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di

kelas ditunjukkan dengan keterlibatan langsung dan peran aktif pada saat guru

menjelaskan materi pelajaran, kemampuan bekerja sama dengan teman, dan

kemampuan menerima serta mempelajari materi pelajaran dengan perasaan

senang. Adapun bentuk penyesuaian diri siswa yang menyimpang, seperti:

hilangnya interes/minat siswa pada mata pelajaran sekolah, kebiasaan suka

membolos, relasi emosional yang negatif dengan guru, suka memberontak

terhadap aturan dan disiplin sekolah (Kartono, 2000:266). Perilaku tersebut

dilakukan siswa karena pengaruh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri

dan dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti

kondisi fisik yang kurang sehat, keadaan emosi siswa, kurangnya kesadaran

siswa untuk mau mendengarkan penjelasan guru, dan merasa bosan berada di

kelas. Faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti suasana kelas yang

kurang nyaman, ajakan teman untuk mengobrol, guru yang bersikap terlalu

keras pada siswa saat mengajar, dan materi pelajaran yang sulit dimengerti.

Willis (2005:61) mengatakan dalam bukunya bahwa hal yang penting

dalam penyesuaian diri di sekolah adalah penyesuaian diri terhadap guru, mata

pelajaran, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Dalam penyesuaian diri saat

mengikuti kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian

diri siswa terhadap guru, mata pelajaran dan teman sebaya.

a. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Guru

Penyesuaian terhadap guru banyak bergantung pada sikap dan

(41)

 

 

25

(2008:105) mengatakan, “Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat,

didengar, dan ditiru oleh siswa. Siswa senang dengan sikap dan perilaku

yang baik yang diperlihatkan oleh guru.” Guru yang memiliki sikap terlalu

keras dan berperilaku kasar akan membuat siswa takut dan sulit

menyesuaikan diri. Kepribadian guru juga turut menentukan apakah belajar

di kelas merupakan suatu tekanan atau suatu kegiatan belajar yang

menyenangkan bagi siswa.

Penyesuaian terhadap guru pada awalnya didasari oleh penerimaan

siswa terhadap sikap dan perilaku guru serta metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru saat mengajar di kelas. Penerimaan para siswa tersebut

dapat dilihat dalam proses siswa berinteraksi dengan guru selama pelajaran

berlangsung, seperti siswa menuruti ucapan guru dalam bentuk perintah dan

larangan selama pelajaran, siswa mentaati peraturan guru, siswa menjadi

bersemangat dengan guru yang memiliki semangat ketika mengajar.

b. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Mata Pelajaran

Mata pelajaran merupakan bagian penting bagi pendidikan siswa di

sekolah. Guru hendaknya menyusun kurikulum mata pelajaran yang sesuai

dengan usia, kecerdasan dan kebutuhan siswa, agar siswa mudah

menyesuaikan diri terhadap mata pelajaran yang diberikan. Siswa yang

menemukan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan mata pelajaran yang

diberikan tentunya akan sulit memahami penjelasan guru. Bentuk

penyesuaian diri siswa diawali dengan keadaan para siswa menerima

(42)

menarik. Menurut Willis (2006:62), “Guru yang memberikan pelajaran

secara humor dan bersahabat dengan siswa, pelajarannya akan mudah

dipahami siswa, karena adanya suasana bebas berpikir dan gembira serta

menarik minat.”

Bentuk penerimaan para siswa berlanjut pada proses pengolahan

bahan mata pelajaran yang diterima. Proses pengolahan berbentuk pada

usaha siswa menjadi aktif di kelas selama pelajaran berlangsung, seperti

siswa berusaha sendiri mengerjakan latihan soal, memfokuskan pikiran pada

pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa bertanya mengenai pelajaran

yang disampaikan sehingga menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik

yang membuat siswa senang mengikuti pelajaran di kelas dan mencapai

hasil belajar yang memuaskan. Kegiatan-kegiatan di atas menunjukkan satu

bentuk usaha siswa dalam menyesuaikan diri terhadap mata pelajaran yang

diberikan dan siswa memperoleh kepuasan dalam mempelajari bahan mata

pelajaran.

c. Penyesuaian Diri Siswa terhadap Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan kelompok anak-anak yang hampir sama

umur, kelas dan memiliki dorongan untuk bergaul. Penyesuaian diri dengan

teman sebaya merupakan usaha siswa agar di terima oleh temannya.

Penerimaan antar teman dapat menjadi dasar bagi siswa untuk dapat

menyesuaikan diri. Para siswa di sekolah setiap hari bergaul dan

berinteraksi dengan teman–teman di kelas. Dalam mengembangkan

(43)

 

 

27

diterima oleh teman di kelas. Proses penyesuaian diri para siswa pada

awalnya didasari oleh adanya penerimaan terhadap teman yang dijumpai di

kelas. Penerimaan terhadap teman diikuti usaha untuk memperoleh

kepercayaan dan pengakuan dari teman. Usaha-usaha ini sebagai bentuk

penyesuaian diri para siswa terhadap teman, seperti bergaul dengan teman

yang mendukung dalam meraih prestasi, berpartisipasi dalam kelompok

dengan memberikan pendapat/ide saat kerja kelompok, mampu bekerja

sama, menerima kelebihan dan kekurangan teman dan berusaha

mendengarkan setiap permasalahan yang diungkapkan teman.

D.Hasil Penelitian yang Relevan

Alimoi (2005), mengadakan penelitian tentang “Deskripsi Penyesuaian

Diri Siswa kelas I SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran

2004/2005 Terhadap Kehidupan di Sekolah”. Penelitian ini melibatkan semua

siswa kelas I SMA sebagai subjek penelitian. Peneliti memilih kelas I dengan

pertimbangan bahwa kelas I merupakan siswa baru yang berasal dari SMP dan

harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dimasukinya. Instrumen

yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan memodifikasi

kuesioner yang disusun TH. Aria Dini (1999). Teknik analisis data yang

digunakan adalah rumus uji-t. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

tingkat penyesuaian diri siswa kelas IA dan IB SMA Pangudi Luhur Sedayu

dalam kategori tinggi 8,1%, kategori cukup 50%, kategori rendah 39,1% dan

(44)

Setiawan (2006), mengadakan penelitian tentang “Deskripsi Penyesuaian

Diri Siswa Kelas X SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta terhadap Kegiatan

Akademik dan Kehidupan di Sekolah Tahun Ajaran 2005/2006”. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dilakukan dengan

menyusun kriteria tingkat kemampuan penyesuaian diri terhadap kegiatan

akademik dan kehidupan di sekolah berdasarkan PAP Tipe I yang dikategorikan

menjadi lima yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, dan sangat rendah. Hasil

yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) penyesuaian diri terhadap kegiatan

akademik yang berkategori tinggi dicapai oleh 38 siswa (67,85%), (2)

penyesuaian diri siswa terhadap kegiatan akademik yang berkategori cukup tinggi

dicapai oleh 18 siswa (32,15%), (3) tidak ada siswa yang mempunyai tingkat

penyesuaian diri terhadap kegiatan akademik sangat tinggi, rendah, dan sangat

rendah (0%), (4) penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah yang berkategori

sangat tinggi dicapai 9 siswa (16,07%), (5) penyesuaian diri terhadap kehidupan

di sekolah yang berkategori tinggi dicapai oleh 46 siswa (82,14%), (6)

penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah dengan kategori cukup tinggi

dicapai 1 siswa (1,79%) dan (7) tidak ada yang mempunyai penyesuaian diri

terhadap kehidupan di sekolah rendah dan sangat rendah (0%).

Mali Dua (2008) juga mengadakan penelitian tentang “Penyesuaian

Diri di Sekolah Para Siswa Kelas X SMAN 1 Ende tahun ajaran 2008/2009”.

Sampel penelitian ditentukan dengan penarikan sampel yang dilakukan

menggunakan teknik random sampling dengan cara undian. Jumlah populasi

(45)

 

 

29

(angket). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persentase penyesuaian diri

terhadap mata pelajaran sebesar 72,84%, penyesuaian diri terhadap guru sebesar

72,56%, dan penyesuaian diri terhadap teman sekolah sebesar 80,95%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa para siswa sudah mampu

menerima materi pelajaran di kelas, mampu menerima dan memahami sikap para

guru dan metode pembelajaran yang digunakan guru, serta siswa sudah mampu

pengembangan perilaku para siswa dalam memberikan respon positif, nasihat,

memperoleh rasa aman dalam bergaul, mendengarkan setiap permasalahan teman,

menghargai kekurangan teman, dan mampu membentuk pergaulan dengan teman

(46)

Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian, yakni jenis penelitian,

subyek penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian

dilakukan (Furchan, 2004:447). Tujuan penelitian deskriptif untuk melukiskan

suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi dalam suatu situasi (Mardalis, 1989). 

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat

penyesuaian diri siswa kelas I SMP Regina Pacis Jakarta tahun ajaran 2009/2010

saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan survei adalah

mengumpulkan informasi tentang variabel (Furchan 1982:450). Survei yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah survei populasi. Survei populasi adalah

survei yang dilakukan pada sekelompok orang, kejadian atau subyek yang telah

(47)

 

 

31

B.Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang

telah dirumuskan secara jelas (Furchan, 2004:193). Populasi yang digunakan

adalah seluruh siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta Tahun Ajaran

2009/2010 yang terdiri dari lima kelas paralel dengan keseluruhan jumlah siswa

162 orang. Peneliti mengambil sampel dari populasi untuk ujicoba dan penelitian

sebanyak 80 siswa, 30 siswa untuk ujicoba dan 50 siswa untuk penelitian. Peneliti

mengambil sampel sebanyak 16 siswa dari masing-masing kelas, 6 siswa untuk

ujicoba dan 10 siswa untuk penelitian. Jumlah tersebut sudah sesuai dengan

ketentuan penarikan sampel penelitian yaitu 10-20% dari populasi. Furchan

(2005:204) menyebutkan bahwa penarikan sampel pada penelitian deskriptif

dianjurkan sebanyak 10-20% dari populasi yang dapat dijangkau. Jadi sampel

dalam penelitian ini sudah memenuhi standard sampel dalam penelitian deskriptif,

sehingga mampu mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel ini

dilakukan dengan teknik sampling sistematis yaitu berdasarkan nomor urut ganjil

dan genap. Jumlah keseluruhan siswa dan jumlah subyek yang diteliti dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Keseluruhan dan Jumlah Subyek Ujicoba dan Penelitian Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta

Tahun Ajaran 2009/2010

Kelas Jumlah Sampel Uji Coba Sampel Penelitian

(48)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah skala psikologis untuk mengukur

penyesuaian diri siswa SMP kelas VII dalam bentuk kuesioner.

1) Kuesioner Penyesuaian Diri

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala penyesuaian diri yang berpedoman pada teknik penyusunan skala

model Likert yang dimodifikasi. Skala ini dirancang oleh peneliti dalam

bentuk item tertutup, dengan alternatif jawaban empat jawaban (genap).

Penyajian alternatif jawaban dengan pilihan empat jawaban ditempuh

untuk menghindari central tendencey effect yaitu kecenderungan

responden untuk memilih pilihan tengah.

Item-item kuesioner yang digunakan untuk mengungkap

penyesuaian diri saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siswa SMP

Regina Pacis Jakarta adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang

aspek-aspek penyesuaian diri, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

bersifat mendukung ciri dari atribut yang diukur (favorable) dan

pernyataan yang bersifat tidak mendukung atribut yang diukur

(unfavorable). Alternatif jawaban yang disediakan penulis ada empat,

yaitu “Selalu” (S), “Sering” (Ss), “Jarang” (J), dan “Tidak Pernah” (TP).

Pernyataan untuk penelitian tersebut terdiri dari 66 item (sebelum diuji

(49)

 

 

33

2) Kisi-kisi

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

sebelum dan sesudah diacak (untuk ujicoba)

Sebelum diacak Sesudah diacak

Aspek Indikator Item

favorable guru baik verbal maupun non-verbal

Mengenal guru dengan berbagai metode pembelajaran yang digunakan saat mengajar.

17,18,19 20,21,22 52,14,6 63,37,59 6

Berpartisipasi aktif saat guru menjelaskan belajar bersama guru.

33 34 24 13 2

Total 34

Memahami penjelasan materi pelajaran yang diberikan guru. terhadap setiap materi yang diberikan oleh guru.

45,46 47,48 12,48 9,17 4

Total 14

Berpartisipasi saat bekerja dalam kelompok belajar di kelas.

49,50,51 52,53,54 38,62,56 27, 61, 35 6

Mengembangkan potensi diri dalam belajar bersama teman di kelas. dari belajar bersama teman di kelas.

63,64 65,66 10,26 41, 25 4

Total 18

(50)

3) Penentuan Skor (Scoring)

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan

adalah sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek

penyesuaian diri, jawaban “Selalu” (S) diberi skor 4, “Sering” (Ss)

diberi skor 3, “Jarang” (J) diberi skor 2, dan “Tidak Pernah” (TP)

diberi skor 1.

b. Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap aspek

penyesuaian diri, jawaban “Selalu” (S) diberi skor 1, “Sering” (Ss)

diberi skor 2, “Jarang” (J) diberi skor 3, dan “Tidak Pernah” (TP)

diberi skor 4.

Subyek diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban

yang disediakan peneliti pada setiap pernyataan, dengan memberikan

tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban. Setelah jawaban-jawaban

tersebut diberi skor, skor-skor yang diperoleh pada setiap jawaban

pernyataan akan diakumulasi guna mengungkap penyesuaian diri mereka.

Semakin tinggi skor total pada item-item yang bersifat favorable, maka

semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis

Jakarta dan sebaliknya. Demikian pula semakin tinggi skor total pada

item-item yang bersifat unfavorable, maka semakin rendah pula

penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dan

(51)

 

 

35

4) Validitas Kuesioner

Furchan (1982) berpendapat bahwa validitas berhubungan dengan

sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur

oleh alat tersebut. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila alat itu

mampu mengukur apa yang diharapkan, dan dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 1989:136). Suatu instrumen

pengukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Validitas terdiri dari: (1) validitas isi yaitu suatu validitas yang

menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan

hal-hal yang akan diukur, (2) validitas konstruksi atau konsep yaitu

validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes alat ukur sesuai

dengan konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau konsep teoritis yang

mendasari disusunnya alat-alat ukur tersebut, (3) validitas kriteria yaitu

suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara alat ukur

dengan alat ukur lainnya yang berfungsi sebagai kriteria (Masidjo,

1995:243).

Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Masidjo (1995:243) menjelaskan bahwa validitas isi menunjukkan sampai

di mana isi suatu tes/alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau

(52)

ahli. Ada beberapa hal yang dilakukan para ahli dalam mempertimbangkan

validitas isi dari sebuah tes antara lain sebagai berikut: mengoreksi

item-item yang telah dibuat oleh peneliti dan memberikan pertimbangan tentang

bagaimana tes tersebut telah menggambarkan atribut yang hendak diukur.

Dalam penelitian ini, validitas kuesioner dipertimbangkan oleh Dr.

M. M. Sri Hastuti, M. Si sebagai dosen pembimbing yang sekaligus

sebagai orang yang telah memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan

Konseling. Pertimbangan ini dilakukan dengan mengoreksi item-item yang

telah dibuat oleh peneliti, kemudian mengkomunikasikannya kepada

peneliti bila ada kesalahan atau ketidakcocokan antara aspek penyesuaian

diri siswa dengan isi pernyataan item, juga memberikan pertimbangan

tentang bagaimana tes tersebut dapat menggambarkan atribut yang hendak

diukur yaitu penyesuaian diri siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

5) Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subyek yang

sama, akan tetap diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2007:4).

Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx') yang angkanya

berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas dan mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi reliabilitasnya

(53)

 

 

37

mengukur reliabilitas alat ukur dengan menggunakan koefisien alpha (α)

Cronbach melalui program SPSS for windows versi 15.0, dihasilkan rxx' =

0,930. Angka tersebut menunjukkan bahwa kuesioner penyesuaian diri

yang telah diujicobakan sebelumnya, layak untuk digunakan dalam

pengambilan data penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

6) Uji daya diskriminasi/ daya beda

Daya beda/diskriminasi item adalah kemampuan item dalam

membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak.

Tujuan dari daya beda diskriminasi untuk memilih item yang mengukur

atribut yang akan diteliti sehingga menghasilkan item yang valid yang

digunakan sebagai skala final.Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah

skala untuk mengungkap penyesuaian diri. Dalam penelitian ini, item yang

berdaya beda tinggi adalah item yang mampu membedakan mana subjek yang

memiliki kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan mana subjek yang

mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang rendah

Azwar (2007:59) menyatakan bahwa pengujian daya diskriminasi

item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara

distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini

akan menghasilkan koefisien korelasi item total

( )

rix , yang dikenal pula

dengan sebutan parameter beda item. Untuk menghitung koefisien korelasi

item total digunakan korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 2007:59)

(54)

( )(

)

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total,

biasanya digunakan batasan rix ≥0,30. Semua item yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap memuaskan dan jika

kurang dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi yang rendah.

Dari 66 item yang telah diujicobakan, terdapat 10 item yang gugur karena

tidak memenuhi syarat (rix ≥0,30). Dari 10 item yang gugur ada 4 item yang

menjadikan 2 indikator dari penyesuaian diri saat mengikuti kegiatan

pembelajaran menjadi tidak terwakili, yaitu nomor 9, 13, 17 dan 24. Oleh

karena itu peneliti melakukan revisi yaitu dengan mengganti rumusan isi

pernyataan keempat item tersebut.

Data koefisien item total dari item-item ujicoba skala dapat dilihat

dalam lampiran 3. Rekapitulasi distribusi item skala penyesuaian diri setelah

(55)

 

 

39

Tabel 3

Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran

setelah diujicobakan

No. Pernyataan Lolos Gugur

Aspek Indikator

F UF F UF F UF

Mengenal perilaku guru baik verbal maupun non-verbal Mengenal guru dengan

berbagai metode pembelajaran yang digunakan saat mengajar.

Berpartisipasi aktif saat guru menjelaskan materi pelajaran yang diberikan guru. terhadap setiap materi yang diberikan oleh guru.

12,48 9, 17 12 9,17 48 -

Berpartisipasi saat bekerja dalam kelompok belajar di kelas.

38,62,

56 27,61,35 38,62, 56 27, 35 - 61

Mengembangkan potensi diri dalam belajar bersama teman di kelas. dari belajar bersama

teman di kelas. 10,26 41,25 10 25 26 41

Total 33 33 30 30 3 3

(56)

Item-item yang lolos seperti di atas selanjutnya dipakai sebagai

item-item skala dalam penelitian ini. Nomor item-item pernyataan selanjutnya diubah

untuk membedakan ujicoba dengan penelitian. Nomor item penelitian dapat

dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4

Distribusi Item Skala Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta saat Mengikuti Kegiatan Pembelajaran Tahun Ajaran 2009/2010

(penelitian)

Item Ujicoba Item Penelitian

Aspek Indikator

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Jumlah Mengenal perilaku

guru baik verbal maupun non-verbal saat mengajar.

Mengenal guru dengan berbagai metode pembelajaran yang digunakan saat mengajar.

52,14 63,37,59 51, 43 28, 49, 52 5

Berpartisipasi aktif saat guru menjelaskan belajar bersama guru.

24 13 18 9 2 materi pelajaran yang diberikan guru. terhadap setiap materi yang diberikan oleh

guru. 12 9,17 8 17, 60 3

Total 13

Berpartisipasi saat bekerja dalam kelompok belajar di kelas. potensi diri dalam belajar bersama teman di kelas. dari belajar bersama teman di kelas.

10 25 57 6 2

Total 15

(57)

 

 

41

D. Pelaksanaan Uji Coba dan Penelitian

Untuk memperoleh instrumen/alat ukur yang memenuhi persyaratan atau

dapat dipertanggungjawabkan mutunya, sehingga data yang diperoleh baik, maka

kuesioner diujicobakan terlebih dahulu. Sebelum kuesioner diujicobakan, maka

terlebih dahulu harus memenuhi tuntutan validitas isi. Validitas isi diperoleh atas

pertimbangan ahli (professional judgment) yaitu melalui pertimbangan dosen

pembimbing.

1. Pelaksanaan Ujicoba

Ujicoba alat dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2010 dengan

jumlah item pernyataan 66 item. Ujicoba dikenakan pada 30 siswa kelas VII

SMP Regina Pacis Jakarta. Jumlah subyek sudah memenuhi persyaratan secara

statistik yaitu N minimal = 30 (Furchan, 2004:204).  

Hasil dari data ujicoba tersebut kemudian dihitung daya beda dan

reliabilitasnya. Item-item yang lolos adalah item-item yang memenuhi kriteria

30

. Item yang lolos tersebut dijadikan alat penelitian. Untuk menguji

reliabilitas skala, digunakan koefisien alpha (α) Cronbach. Dari 66 item yang

diujicobakan, 10 item dianggap gagal karena tidak memenuhi kriteria

30

. Namun, peneliti sudah melakukan revisi pada 4 item yang

menjadikan 2 indikator tidak terwakili, sehingga jumlah item penelitian

menjadi 60 item.

(58)

Penelitian dilakukan pada hari Sabtu tanggal 20 dan 22 Februari 2010

di SMP Regina Pacis Jakarta untuk 50 siswa (30,84%) dari jumlah

keseluruhan siswa kelas VII yaitu 162 siswa.

E.Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti untuk menganalisis data

penelitian penyesuaian diri para siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta tahun

ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah

diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari

masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor

masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan.

2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis

statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan

mean, standard deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah

ditentukan peneliti.

a.Kategorisasi tingkat penyesuaian diri subjek penelitian secara umum

Menentukan penggolongan kategorisasi penyesuaian diri seluruh

responden berdasarkan pada Azwar (1999:108) yang mengelompokkan

tingkat Penyesuaian Diri subjek penelitian dalam lima kategori yaitu

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar

(59)

 

 

43

penelitian dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi dan sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

X ≤ µ-1,5σ kategori sangat rendah

µ-1,5σ < X ≤ µ-0,5σ kategori rendah

µ-0,5σ < X ≤ µ+0,5σ kategori sedang

µ+0,5σ < X ≤ µ+1,5σ kategori tinggi

µ+1,5σ < X kategori sangat tinggi

Keterangan:

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin

diperoleh subjek penelitian dalam

skala

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin

diperoleh subjek penelitian dalam

skala

σ : standard deviasi, yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata

teoretis dari skor maksimum dan

minimum

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan

dalam pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan

Gambar

Tabel 1 Jumlah Keseluruhan dan Jumlah Subyek Ujicoba dan Penelitian
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Regina
Tabel 3
Tabel 5
+6

Referensi

Dokumen terkait

The width of canopy as a respond of dormancy breaking of porang’s tuber on several duration of photoperiod treatment... et al.: The Effect of Photoperiod to Break Dormancy

Pr oses yang t erjadi pada PT Inalum, aw alnya t er jadi per undingan antar a pihak Indonesi a dengan Konsor sium NAA, setelah ada kesepakat an maka Pemer intah

Visi Kementerian Perindustrian sampai dengan 2014 : Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Kemampuan mahasiswa PPL dalam perencanaan Pembelajaran menurut persepsi guru pamong pada kriteria baik untuk indikator merencanakan pengelolaan, indikator

bringing the issue of identity. The characters who have no proper education such as Mama and Ruth do not know that the pride of being African- Americans is

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dummy view, jumlah kamar, luas kamar berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai sewa apartemen, jarak ke jalan raya

Dalam penelitian ini menguji seberapa besar pengaruh komponen GCG yang meliputi: ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit dan transparansi terhadap