• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA NILAI PROPERTI APARTEMEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA NILAI PROPERTI APARTEMEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SPECIAL REGION IN 2015

Oleh Andoyo 20130430147

FAKULTAS EKONOMI

(2)

i

ANALISA NILAI PROPERTI APARTEMEN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015

VALUE ANALYSIS OF PROPERTY APARTMENT IN YOGYAKARTA SPECIAL REGION IN 2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh Andoyo 20130430147

FAKULTAS EKONOMI

(3)
(4)

iii MOTTO

“Kejujuran adalah rantai-rantai kehidupan”

“Hang your high idea in the sky”

-Endah Nuftapia-

“Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas ditambah dengan do’a

tidak akan berakhir sia-sia”

“Never Stop Learning !”

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Bismillah…Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dengan segala kekuranganku.

Segala syukur ku ucapken kepadaMu karena telah menghadirkan mereka yang

selalu memberi semangat dan doa kepada ku. Terima kasih aku ucapkan kepada:

1. Kepada Keluarga Besar Sastro Hartoyo’s Family Ayah serta kakak-kakakku Mas Hartono, Mbak Ning, Mbak Pujiyem, Mas Agus, Mas Pamuji, Mbak Tanti, dan Mas Endro yang selalu mendoakan, The Sukamto’s Om Kamto dan Bulik Yayuk yang selalu memberikan dukungannya serta orang-orang

terdekat.

2. Brayat Inspect terutama Mas Sheto, Mbak Prima, Mas Herjuna yang selalu

mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada teman-teman yang banyak membantu dalam menyelesaikan tugas

akhir ini, Awan, Harry, Thoumy, Berry, Iman, Mbong, Yunan, Andrew,

Misbah, Ikhwan, Izzat, Sahlan, Qorry, Dita, Wati dan teman-teman

seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas partisipasinya

hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan melimpahkan rahmatNya

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisa Nilai Properti Apartemen di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015”, dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat untuk memenuhi

tugas pada semester akhir pada Program Studi Ekonomi Keuangan dan Perbankan

Islam.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

banyak membantu, dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

5. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Dr. Imamudin Yuliadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Keuangan dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Ahmad Ma’ruf, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing dan penguji dalam penelitian ini atas segala bantuan, kemudahan, perhatian dan kelonggaran

waktunya untuk kelancaran penelitian.

8. Agus Tri Basuki, SE., M.Si. selaku dosen penguji atas segala bimbingan dan

saran yang sangat berguna bagi kesempurnaan penelitian.

9. Seluruh staf dosen dan administrasi Program Studi Ekonomi Perbankan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu memfasilitasi

kelancaran proses penelitian ini.

10. Sastro Hartoyo’s Family dan The Sukamto’s serta Trah Resoyudo Jakarta dan Yogyakarta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan.

11. Kepada para sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per

(7)

vi

Semoga segala bantuan yang telah di berikan, sebagai amal soleh dan

senantiasa mendapat Ridho ALLAH SWT. Sehingga pada akhirnya skripsi ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan penyusunan

penelitian ini. Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya

bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

diharapkan sekali masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.

Yogyakarta, 23 Juni 2016

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Properti ... 32

(9)

viii

D. Definisi Operasional Variabel ... 48

E. Analisis Data ... 49

A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta ... 56

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Hunian Apartemen ... 20

Tabel 2.2 Fasilitas Standar Apartemen ... 22

Tabel 3.1 Sampel Apartemen Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 42

Tabel 5.1 Hasil Uji Hipotesis ... 60

Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinearitas... 65

Tabel 5.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 66

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Low Rise Apartemen ... 15

Gambar 2.2 Mid Rise Apartemen ... 16

Gambar 2.3 High Rise Apartemen ... 17

Gambar 2.4 Slab Apartemen ... 20

Gambar 2.5 Single Tower Apartemen ... 21

Gambar 2.6 Multi Tower Apartemen ... 22

Gambar 2.7 Varian Apartemen ... 23

Gambar 2.8 Kerangka Konsep Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Banyaknya Desa Menurut Kabupaten/Kota di D.I.Yogyakarta ... 54

Gambar 4.2 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota dan Provinsi di D.I.Yogyakarta ... 55

Gambar 4.3 Kepemilikan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Menurut Kabupaten/Kota dan Provinsi di D.I.Yogyakarta ... 56

Gambar 4.4 Lokasi Mataram City Apartemen Yogyakarta ... 57

Gambar 4.5 Lokasi Student Castle Apartemen Yogyakarta ... 58

(12)
(13)
(14)

vii

data yang digunakan berjumlah 54 unit observasi. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling, yang dapat diartikan sampel yang dipilih dapat mewakili dengan rancangan penelitian nilai properti apartemen yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai properti apartemen, sedangkan variabel bebasnya meliputi jarak ke pusat kegiatan ekonomi, tinggi lantai, dummy view, jumlah kamar, luas kamar, dan jarak ke jalan raya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda (Multiple Regression) karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel bebas dengan metode (Ordinary Least Square) OLS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dummy view, jumlah kamar, luas kamar berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai sewa apartemen, jarak ke jalan raya berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai sewa apartemen. Sebaliknya variabel jarak ke pusat bisnis dan tinggi lantai berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai sewa apartemen.

(15)

viii

the sample is carefully selected so that relevant to the study design affect of the value property apartment located in Special Region of Yogyakarta. The dependent variable used is the value of property apartment, while the independent variabel covers a distance to center bussines district, floor, dummy view, broad, amount of rooms, distance to road. The analytical tools in this study used multiple regression cause this study used more than one variabel independent with (Ordinary Least Square) OLS methods.

The result showed that the dummy view variable, amount of rooms, broad a significant positive effect on value of property apartment, distance to road significant negative effect on value of property apartment. In contrast, distance to center bussines district and floor positive not significant effect on value of property apartment.

(16)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu daerah dari 33 provinsi

di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian selatan. Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) di bagian selatan dibatasi Samudera Indonesia,

sedangkan dibagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut dibatasi oleh

wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi: Kabupaten Klaten di sebelah

Timur Laut, Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara, Kabupaten Purworejo

di sebalah Barat, dan Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut. Posisi DIY

terletak antara 70 .33’ - 80.12’ Lintang Selatan dan 1100.00’ – 1100.50’ Bujur

Timur, memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia

(1.860.359,67 km2), merupakan daerah dengan luas terkecil setelah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta (BPS: 2013).

DIY sudah sejak puluhan tahun yang lalu menjadi salah satu kota

tujuan wisata. Dengan label yang melekat pada DIY secara tidak langsung

mendorong pergerakan ekonomi daerah sekitar dengan berbagai aktifitasnya

untuk melakukan kegiatan ekonomi di DIY. Tidak hanya daerah sekitar, tetapi

kota lain di Indonesia pun tertarik untuk datang ke DIY entah itu untuk belajar

ataupun untuk mengadu nasib di kota ini. Perpindahan penduduk dari

(17)

ekonomi, tetapi disisi lain perpindahan penduduk ini juga memberikan

dampak terhadap populasi penduduk di DIY.

Pertumbuhan penduduk DIY pada tahun 2013 terhadap tahun 2010

mencapai 0,76 persen, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun

sebelumnya, yakni 0,82 persen. Dengan luas wilayah 3.185,80 km2, kepadatan

penduduk di DIY tercatat 1.128 jiwa per km2 (BPS: 2013). Kepadatan

tertinggi di Kota Yogyakarta yakni 12.241 jiwa per km2 dengan luas wilayah

hanya satu persen dari luas DIY. Pertambahan penduduk ini secara tidak

langsung akan membawa dampak terhadap tata ruang tempat tinggal serta

fasilitas umum. Pertambahan penduduk jika tidak dibarengi dengan

pertambahan tempat tinggal dan fasilitas umum akan menyebabkan masalah

baru. Banyaknya pembangunan di DIY mulai dari perguruan tinggi, hotel dan

perkantoran, sampai dengan perumahan di DIY menyebabkan harga tanah di

DIY menjadi semakin mahal. Berkaca pada hal ini mulai ada pemikiran untuk

memanfaatkan tanah dengan semakin efisien dan maksimal karena

keterbatasan lahan. Pembangunan dengan konsep vertikal mulai

dikembangkan di DIY dengan fungsi hunian, perkantoran ataupun untuk

fungsi yang lain yang lebih familiar dengan sebutan rumah susun atau

apartemen.

Pembangunan apartemen di DIY dalam kurun waktu lima tahun

belakangan semakin banyak. Permintaan apartemen atau rumah susun

didominasi oleh kalangan menengah ke atas. Walaupun begitu apartemen atau

(18)

banyak juga rumah susun yang di bangun untuk kalangan menengah ke

bawah. Seperti halnya contoh rumah susun yang dibangun untuk kalangan

menengah ke bawah yakni: rusunawa dabag, rusunawa gemawang, rusunawa

mranggen yang terletak di lingkup Kabupaten Sleman (Sleman Rusunawa:

2016).

Tujuan dari pembangunan apartemen adalah untuk pemanfaatan lahan

yang semakin sempit serta karena harga tanah yang semakin mahal. Fenomena

pembangunan apartemen di DIY bukanlah hal yang baru di Indonesia, karena

sebelumnya di DKI Jakarta lebih dahulu terjadi fenomena pembangunan

apartemen serta di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Selain untuk tujuan

pemanfaatan lahan, pembangunan apartemen juga memiliki tujuan untuk

mobilitas para penghuninya. Maka tak heran banyak apartemen yang dibangun

di pusat kota DIY. Sampai saat ini apartemen masih menjadi salah satu

alternatif hunian tempat tinggal.

Pembangunan apartemen selalu diawali dengan studi kelayakan bisnis.

Apakah pembangunan apartemen tersebut layak untuk dibangun dilokasi

tersebut atau tidak. Pertimbangan pembangunan apartemen dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya lokasi, harga unit apartemen, fasilitas, amenities

and services, jarak ke center business district, tinggi lantai, view, jumlah

kamar, luas kamar, jarak ke jalan raya (Siana: 2012).

Berdasar latar belakang kondisi diatas, penulis tertarik untuk meneliti

seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai apartemen di

(19)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah susun diartikan sebagai

gedung atau bangunan bertingkat, terdiri atas beberapa tempat tinggal

(masing-masing) untuk satu keluarga, serta disamakan artinya dengan flat.

Sedangkan apartemen adalah tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar

tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan

bertingkat; rumah flat; rumah pangsa.

Antara rumah susun dengan apartemen pada dasarnya adalah sama,

yaitu bangunan bertingkat yang kepemilikannya secara bersama-sama. Tetapi

pada kenyataannya terdapat perbedaan. Rumah susun jelas berupa dan

berfungsi sebagai rumah dan pemilik rumah susun memegang atau memiliki

hak milik atas satuan rumah susun. Sedangkan apartemen memiliki ruang yang

terpisah-pisah dan pemilik apartemen memegang hak apartemen. Rumah susun

(20)

B. Rumusan Masalah

Dalam penetitian ini penulis akan melihat faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta tahun 2015,

yaitu jarak ke center business district, tinggi lantai, dummy view, jumlah

kamar, luas kamar, jarak ke jalan raya. Berdasarkan uraian latar belakang,

maka permasalahan yang dapat di rumuskan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Apakah jarak ke center business district berpengaruh terhadap nilai

properti apartemen di D.I.Yogyakarta?

2. Apakah tinggi lantai berpengaruh terhadap nilai properti apartemen di

D.I.Yogyakarta?

3. Apakah dummy view berpengaruh terhadap nilai properti apartemen di

D.I.Yogyakarta?

4. Apakah jumlah kamar berpengaruh terhadap nilai properti apartemen di

D.I.Yogyakarta?

5. Apakah luas kamar berpengaruh terhadap nilai properti apartemen di

D.I.Yogyakarta?

6. Apakah jarak ke jalan raya berpengaruh terhadap nilai properti apartemen

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas, maka tujuan

yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah jarak ke center business district berpengaruh

terhadap nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui apakah tinggi lantai berpengaruh terhadap nilai properti

apartemen di D.I.Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui apakah dummy view berpengaruh terhadap nilai

properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

4. Untuk mengetahui apakah jumlah kamar berpengaruh terhadap nilai

properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

5. Untuk mengetahui apakah luas kamar berpengaruh terhadap nilai properti

apartemen di D.I.Yogyakarta.

6. Untuk mengetahui apakah jarak ke jalan raya berpengaruh terhadap nilai

(22)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bersifat akademis

maupun praktis :

1. Sebagai tambahan referensi bagi dunia pendidikan dan wawasan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan investasi properti.

2. Bahan masukan bagi investor dan masyarakat yang berkaitan dengan

investasi properti.

3. Bahan referensi untuk penelitian penilaian properti dan lebih lanjut yang

berkaitan dengan penelitian ini, bahwa banyak faktor yang membentuk

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Apartemen

Apartment : a suite of rooms forming one residence; a flat. -> a

block of apartments. (Oxford English Dictionary). Menurut Oxford

English Dictionary definisi Apartemen adalah beberapa ruangan yang

merupakan tempat tinggal, atau berbentuk flat.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia apartemen

adalah:

1) tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar

mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan

bertingkat; rumah flat; rumah pangsa.

2) Bangunan bertingkat yang terbagi dalam beberapa tempat tinggal.

Secara umum apartemen dapat didefinisikan sebagai suatu

bangunan bertingkat lebih dari satu yang didalamnya merupakan

kumpulan dari beberapa unit hunian. Tiap unit hunian memiliki rung untuk

hidup yang lengkap, dimana para penghuninya saling berbagi fasilitas

yang sama (Saputra: 2014).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa apartemen adalah sebuah

(24)

tinggal, yang terdiri dari kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur,

dsb (Fortunata; 2009).

Apartemen juga didefinisikan sebagai bangunan yang memuat

beberapa group hunian, yang berupa rumah flat atau rumah petak

bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi masalah perumahan. Akibat

kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan dengan harga yang

„terjangkau’ disesuaikan dengan sasaran konsumen bagi setiap apartemen

(Marlina: 2008).

Apartemen tidak hanya sebuah produk tetapi juga merupakan dasar

dari pengalaman-pengalaman hidup penghuninya. Apartemen haruslah

menjadi tempat melepaskan lelah dan tekanan dari kesibukan kerja

sehari-hari, dari keramaian, kecemasan dan stress. Apartemen harus dapat

menyajikan keindahan, kenyamanan, keamanan dan privasi bagi keluarga

penghuninya. Ada suatu tanggung jawab yang lebih bagi arsitek dan

pembangunnya untuk mencapai pemecahan terbaik dari tuntutan

kebutuhan dan membangun proyek yang menjadi asset penting untuk

lingkungan masyarakat sekitarnya (Saputra: 2014).

a. Karakteristik Apartemen

Ada beberapa hal yang dapat membedakan antara satu apartemen

dengan apartemen lainnya seperti; tinggi bangunan, penampilan fisik,

fasilitas yang disediakan, struktur yang digunakan dan kelas (Saputra:

(25)

Namun secara garis besar apartemen memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1) memiliki jumlah lantai lebih dari satu.

2) Terdiri dari beberapa unit hunian dalam satu lantai.

3) Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang

tidur, dapur dan kamr mandi.

4) Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada

apartemen.

5) Sirkulasi vertikalnya berupa tangga atau lift sementara sirkulasi

horizontalnya berupa koridor.

6) Setiap unit akan mendapatkan jendela yang menghadap ke luar

ruangan.

b. Pengelompokan apartemen

Apartemen dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,

diantaranya sebagai berikut.

1) Apartemen berdasarkan system kepemilikan

Ada dua jenis apartemen berdasarkan kepemilikan antara lain (Paul,

1967. Dalam saputra:2014).

1) Apartemen dengan sistem sewa

Pada apartemen ini, penghuni hanya membayar biaya sewa unit

yang ditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya itu

dibayarkan per bulan ataupun per tahun. Biaya utilitas seperti

(26)

Sementara biaya maintenance dan gaji pegawai pengelola

apartemen ditanggung oleh pemilik. Penghuni yang tidak ingin

tinggal lagi di apartemen tersebut harus mengembalikan apartemen

tersebut kepada pemiliknya, kemudian akan mencari lagi orang

baru untuk mengisi unit-unitnya yang kososng.

2) Apartemen dengan sistem beli

Apartemen dengan sistem beli dapat dibagi lagi menjadi dua jenis.

i. Apartemen dengan sistem kepemilikan bersama (cooperative

ownership)

Pada apartemen ini, setiap penghuni memiliki saham dalam

perusahaan pemilik apartemen serta menempati satu unit

tertentu sesuai dengan ketentuan perusahaan. Penghuni hanya

bisa menjual unitnya kepada orang yang telah dianggap cocok

oleh penghuni apartemen lainnya. Bila terdapat unit apartemen

yang kosong, maka sahamnya akan dibagi rata antara penghuni

dan harus menanggung semua biaya maintenance unit yang

kosong tersebut, sampai unit tersebut ditempati oleh penghuni

baru.

ii. Condominium

Pada apartemen ini, setiap penghuni menjadi pemilik dari

unitnya sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan

penghuni yang lainnya terhadap fasilitas dan ruang public.

(27)

kepemilikannya kepada orang lain. Jika terdapat unit apartemen

yang kosong, maka biaya maintenance unit itu ditanggung oleh

badan pengelola apartemen itu.

2) Apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya

Ada 3 macam apartemen berdasarkan golonga ekonomi penghuninya

(Paul, 1967. Dalam saputra: 2014).

a) Apartemen golongan bawah.

b) Apartemen golongan menengah.

c) Apartemen golongan mewah.

Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran

ruang pada tiap unit hunian, serta fasilitas yang disediakan oleh

apartemen tersebut. Semakin besar ukuran unit dan semakin banyak

fasilitas yang tersedia, semakin mahal harga per unit apartemen

tersebut.

3) Apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya

Ada dua jenis apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya, yaitu:

a) Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah;

b) Apartemen yang dibiayai oleh swasta atau investor.

Perbedaan antara kedua jenis apartemen ini umumnya berpengaruh

pada status kepemilikan unit-unit dalam apartemen tersebut.

Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah umumnya berharga murah

dan memiliki system sewa atau system beli dengan tipe kepemilikan

(28)

masyarakat kalangan bawah yang tidak memiliki tempat tinggal,

disebut pula dengan istilah rumah susun. Sementara apartemen yang

dibiayai oleh investor swasta umumnya diperuntukkan bagi kalangan

menengah dan kalangan atas dengan system sewa atau system beli

dalam bentuk condominium.

4) Apartemen berdasarkan sistem pelayanan dan kelengkapannya

Ada tiga jenis apartemen berdasarkan sistem pelayanan dan

kelengkapannya.

a) Apartemen serviced dan furnished

Pada apartemen ini, setiap unit dijual atau disewakan lengkap

dengan perabotan standar seperti meja atau kursi makan, sofa

ruang duduk, tempat tidur, lemari-lemari, meja dan kursi kerja.

Terdapat pelayanan pembersihan dan pemeliharaan ruang dari

pihak pengelola, adapun yang menyediakan pelayanan

binatuseperti umumnya pelayanan kamar pada hotel.

b) Apartemen serviced dan non-furnished

Pada apartemen ini, setiap unit dijual atau disewakan tanpa

perabotan namun dilengkapi dengan pelayanan sebagaimana

layaknya pada hotel-hotel.

c) Apartemen non-serviced dan non-furnished

Pada apartemen ini, setiap unit dijual atau disewakan tanpa

perabotan dan tanpa pelayanan. Tipe apartemen demikian yang

(29)

5) Apartemen berdasakan arsitektural bangunannya

Secara arsitektural bangunan apartemen dapat dikelompokkan

berdasarkan ketinggian bangunan, sirkulasi vertical, sirkulasi

horizontal, system penyusunan lantai, bentuk massa bangunan, standar

besaran ruang, dan jumlah kamar tidur.

a) Apartemen berdasarkan ketinggian bangunan (Paul, 1967: 44-47.

Dalam Saputra: 2014).

i. Aparteen Low-rise

Apartemen jenis ini biasanya memiliki ketinggian antara 2-4

lantai. Apartemen ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa tipe.

1) Garden Apartment, memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. ketinggian bangunan antara 2-3 lantai.

b. Tiap unit hunian memiliki teras dan balkon tersendiri.

c. Umumnya terdapat pada daerah pinggiran kota dengan

kepadatan rendah (maksimal 30 keluarga per hektar).

d. Memiliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parker

yang dekat dengan bangunan

e. Antara massa bangunan satu dengan bangunan lain

terdapat ruang terbuka pemisah yang cukup luas.

2) Row house, touwnhouse atau maisonette, memiliki

ciri-ciri sebagai berikut.

(30)

b. Antara massa bangunan satu dengan lainnya saling

berdempetan atau bahkan saling berbagi tembok

pembatas yang sama.

c. Ruang terbuka yang ada hanya berupa halaman depan

dan halaman belakang yang sempit pada setiap massa

bangunan.

d. Umumnya dibangun pada daerah dengan kepadatan

sedang (antara 35-50 unit per hektar).

Sumber:http://gimme-shelter.com/term-2/low-rise-apartment-50074/, 2016

Gambar 2.1

(31)

ii. Apartemen Mid-rise

Apartemen ini memiliki ketinggian antara 4-8 lantai.

Sumber:https://rde.stanford.edu/studenthousing/escondido-village-midrise-apartments, 2016

Gambar 2.2

Mid Rise Apartemen

iii. Apartemen High-rise

Apartemen tipe ini memiliki ketinggian diatas 8 lantai. Tipe

apartemen ini umumnya merupakan apartemen untuk golongan

menengah ke atas karena biasanya dibangun didaerah yang

memiliki keterbatasan lahan dan harga lahannya mahal serta

biaya konstruksi bangunannya cukup mahal. Apartemen ini

seringkali berlokasidi tengah kota dan cukup dekat ke pusat

bisnis. Pada dasarnya para pembeli atau penyewa apartemen ini

bertujuan mendapatkan pemandangan lingkungan sekitar tanpa

(32)

Sumber:http://www.architravel.com/architravel/building/holzhafen-high-rise-apartment-building/, 2016

Gambar 2.3 High Rise Apartemen

b) Apartemen berdasarkan sirkulasi horizontal

Sirkulasi horizontal pada apartemen adaah berupa koridor.

Berdasarkan macam bentuk koridor, apartemen dapat

dikelompokkan menjadi dua.

i. Single-loaded corridor apartment

Apartemen dengan tipe koridor ini dapat terbagi lagi menjadi

dua.

1) Open corridor apartment

Koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas

terhadap ruang luar berupa tembok atau railing yang

ketinggiannya tidak lebih dari 1-1,5 meter.

(33)

Koridor bersifat tertutupoleh dinding, kadang memiliki

bukan berupa jendela ataupun jalusi atau bahkan tidak ada

bukan sama sekali.

ii. Double-loaded corridor apartment

Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit

hunian, sehingga seringkali terletak ditengah-tengah bangunan

(central corridor).

c) Apartemen berdasarkan sirkulasi vertical

Berdasarkan sirkulasi vertical, apartemen dapat dibagi menjadi dua

kelompok (Lynch dan Hack, 1984: 280-281. Dalam Saputra:

2014).

i. Walk up Apartment

Pada apartemen ini sirkulasi vertical umumnya adalah

menggunakan tangga. Ketinggian bangunan apartemen ini

maksimal hanya 4 lantai. Apartemen ini dirancang dengan

koridor seminimal mungkin dan kebanyakan unit hunian dekat

dengan tangga sirkulasi. Apartemen ini dapat dibagi lagi

menjadi dua berdasarkan letak tangga sirkulasinya.

1) Care type walk apartment

Pada apartemen tipe ini tangga sirkulasi (stair core)

dikelilingi oleh unit-unit hunian. Berdasarkan jumlah unit

hunian yang mengelilinginya, apartemen ini dapat dibagi

(34)

a. Duplex: tangga sirkulasi apartemen dikelilingi dua unit

hunian.

b. Triplex: tangga sirkulasi apartemen dikelilingi tiga unit

hunian.

c. Quadruplex: tangga sirkulasi apartemen dikelilingi

empat unit hunian.

2) Corridor-type walk up apartment

Pada apartemen ini tangga sirkulasi terletak di kedua ujung

koridor. Dengan menggunakan tipe sirkulasi ini dapat

memperbanyak jumlah unit pada satu lantai.

ii. Elevator Apartment

Pada apartemen ini sirkulasi vertical utamanya adalah lift dan

memiliki sirkulasi vertical sekunder berupa tangga yang

seringkali juga merupakan tangga darurat. Umumnya

apartemen ini dilengkapi dengan lobby atau ruang tunggu lift.

Ketinggian bangunan umumnya diatas 6 lantai. Ada dua

macam system lift yang dapat digunakan pada tipe apartemen

ini.

1) Lift yang digunakan berhenti di setiap lantai bangunan.

2) Lift yang digunakan deprogram untuk berhenti hanya pada

lantai-lantai tertentu pada bangunan (skip-floor elevator

system). Umumnya system ini digunakan pada apartemen

(35)

ini antara lain dapat mengurangi koridor public dan

memperluas ukuran unit hunian pada lantai dimana lift

tidak berhenti. Kelemahannya terletak pada perlunya

menambah tangga pada setiap unit hunian.

d) Apartemen berdasarkan massa bangunan

Ada 3 macam tipe apartemen berdasarkan bentuk massa

bangunannya (Paul, 1967: 47).

i. Apartemen berbentuk slab

Pada apartemen berbentuk slab, antara tinggi bangunan dan

lebar atau panjang bangunan hamper sebanding, sehingga

bangunan seperti kotak yang pipih. Biasanya memiliki koridor

yang memanjang dengan unit-unit hunian berada di salah satu

atau kedua sisi koridor.

Sumber:http://abc-consultants.com.au/projects/structural-design-riva-apartments/, 2016

(36)

ii. Apartemen berbentuk tower

Pada apartemen berbentuk tower, lebar atau panjang bangunan

lebih kecil dibandingkan dengan tingginya, sehingga bentuk

bangunan seperti tiang. Biasanya ketinggian bangunannya di

atas 20 lantai. System sirkulasinya menggunakan system core,

karena menggunakan lift. Ada berbagai variasi bentuk tower

antara lain sebagai berikut.

1) Single tower

Apartemen dengan hanya satu massa bangunan. Core

umumnya terletak di tengah. Ruang koridor dapat

diminimalkan. Unit-unit hunian akan terletak dekat dengan

tangga dan lift. Berdasarkan bentuk massa, apartemen

dengan satu tower dapat dibedakan menjadi tower plan,

expanded tower plan, circular plan, cross plan dan five

wing plan.

Sumber:http://buildingindonesia.co.id/?p=407, 2016

Gambar 2.5

(37)

2) Multi tower

Apartemen yang memiliki lebih dari satu massa bangunan.

Antara massa bangunan dapat dihubungkan oleh suatu

massa penghubung ataupun hanya berupa pedestrian

penghubung saja. Bila massa bangunan dihubungkan oleh

suatu massa penghubung, umumnya massa penghubung

terletak dengan massa lain mengelilinginya. Lift dan tangga

diletakkan pada massa lain mengelilinginya. Lift dan tangga

diletakkan pada massa penghubung tersebut. Sementara

untuk massa yang hanya dihubungkan oleh pedestrian, tiap

massa akan memiliki lift dan tangga masing-masing.

Sumber:http://www.centerra-sentulcity.com/p/about.html, 2016

Gambar 2.6

(38)

iii. Apartemen dengan bentuk varian (campuran antara slab dan c. Tipe-tipe hunian pada partemen

Ada 5 macam tipe hunian yang sering dijumpai pada apartemen

berdasarkan jumlah kamar tidur, antara lain (Saputra: 2014):

Tabel 2.1

Tipe-tipe Hunian Apartemen

Keterangan Ruang-ruang yang ada Tipe penghuni

Studio 1. Satu kamar mandi;

2. Dapur kecil dan ruang makan

menjadi Satu;

2. Dapur dan ruang makan menjadi

(39)

Lanjutan Tabel Tipe-tipe Hunian Apartemen

Keterangan Ruang-ruang yang ada Tipe penghuni

1 Kamar tidur 5. Satu kamar mandi;

6. Dapur dan ruang makan menjadi satu;

3. Ruang duduk dan ruang makan menjadi satu; kamar mandi dalam kamar tidur; 2. Dapur;

3. Ruang duduk;

(40)

Lanjutan Tabel Tipe-tipe Hunian Apartemen

Keterangan Ruang-ruang yang ada Tipe penghuni

Penthouse 1. Terdiri atas 2 lantai; 2. 3 sampai 5 kamar tidur; 3. 3 kamar mandi;

4. Dapur;

5. Ruang makan;

6. Ruang duduk/ruang keluarga;; 7. Ruang kerja;

d. Fasilitas standar apartemen

Ada beberapa fasilitas standar yang terdapat pada apartemen berdasarkan

kelas apartemen tersebut antara lain (Saputra: 2014).

(41)
(42)

2. Konsep Harga, Biaya dan Nilai Properti

a. Harga Penawaran

Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI: 2007) harga adalah

konsep yang berkaitan dengan pertukaran komoditas, barang atau jasa.

Harga adalah sejumlah uang yang diminta, ditawarkan atau dibayarkan

untuk suatu benda. Ketika terjadi transaksi (baik yang diungkapkan

maupun tidak), maka harga menjadi suatu fakta historis. Apabila

digambarkan dalam bentuk grafik, maka harga yang telah dibayarkan

merepresentasikan titik perpotongan kurva penawaran dan kurva

permintaan.

pada saat seseorang atau organisasi memiliki keinginan untuk

membeli atau menjual properti, permasalahan yang sering timbul adalah

dalam hal mengkomunikasikannya kepada pembeli. Proses

mengkomunikasikan sebuah properti untuk dijual atau dibeli ini adalah

proses awal dari sebuah transaksi. Pada masa ini proses tersebut semakin

dipermudah melalui iklan disurat kabar atau internet yang menyajikan

informasi penawaran properti.

Harga penawaran dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Harga penawaran yan ditawarkan oleh penjual (listing).

Biasanya mewakili persepsi penjual akan nilai sebuah properti

dan biasanya mencerminkan batas atas dari sebuah nilai

(43)

2) Harga penawaran yang ditawarkan oleh pembeli (offering).

Biasanya mewakili persepsi pembeli akan nilai sebuah properti

dan biasanya mencerminkan batas bawah dari sebuah nilai

properti.

Apabila pihak penjual dan pembeli telah mencapai kesepakatan

untuk nilai sebuah properti. Akhir dari proses ini akan melahirkan sebuah

kontrak (The Appraisal of Real Estate, 2001: 151).

b. Konsep Biaya

Menurut Hidayati dan Harjanto (2003; 5-7) biaya adalah sejumlah

uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan atau mengadakan sesuatu.

Sebagai contoh untuk mewujudkan sebuah rumah, sejumlah uang perlu

dikeluarkan untuk membeli tanah, membeli material bangunan, upah

buruh/pekerja, izin, bunga dan lain-lain.

Biaya adalah konsep yang berhubungan dengan produksi, berbeda

dengan konsep pertukaran, didefinisikan sebagi sejumla uang yang

diperlukan untuk menciptakan atau memproduksi suatu komoditas,

barang atau jasa. Ketika suatu barang telah diproduksi atau jasa telah

diberikan, maka biaya produksi barang atau saja tersebut menjadi suatu

fakta historis (Standar Penilaian Indonesia 2007).

c. Nilai Properti

Penjelasan mengenai istilah harga, biaya dan nilai telah diuraikan

didalam Standar Penilaian Indonesia (SPI) 2007. Konsep nilai

(44)

pembeli dan penjual atas suatu barang atau jasa yang tersedia untuk

diperjualbelikan. Nilai mencerminkan harga hipotesis atau dugaan yang

paling mungkin disepakati para penjual dan pembeli barang atau jasa.

Dengan demikian nilai bukan suatu fakta, melainkan suatu estimasi atas

harga yang paling mungkin dibayar atas suatu barang atau jasa yang

tersedia untuk diperjualbelikan pada periode waktu tertentu. Nilai bagi

pemilik adalah suatu estimasi dari manfaat yang akan diperoleh pihak

tertentu atas suatu kepemilikan (standar Penilaian Indonesia 2013:

KPUP, 4.0.4.4: 4).

Nilai suatu properti dapat pula ditafsirkan sebagai suatu harga yang

dibayar oleh pembeli yang mampu, bersedia dan berkelayakan membeli

dari penjual yang bersedia, berkelayakan dan mempunyai hak untuk

menjualnya. Dalam hal ini pembeli dan penjual harus mengetahui

keadaan pasaran yang sebenarnya, atau kedua belah pihak telah

mendapat nasihat dari pihak rofesional yang telah mahir dalam pasaran

properti, nilai dapat pula dinyatakan sebagai kekuatan atau daya tukar

suatu barang terhadap barang lain (Hidayati dan Harjanto, 2010: 2).

Sedangkan harga dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang

dibayar dalam sebuah transaksi untuk mendapatkan hak milik dari

sesuatu benda. Harga dan biaya ini dapat berbeda atau berarti sama

karena disebabkan adanya faktor kepentingan dan pasaran. Begitupun

antara nilai dan harga. Kedua istilah ini dapat berbeda tetapi dapat juga

(45)

pembeli atau diterima oleh penjual dalam sebuah transaksi, dan harga

adalah apa yang akhirnya disetujui. Faktor yang menyebabkan perbedaan

dan persamaan antara nilai dan harga adalah “faktor kewajaran”, yang

antara lain seperti: penjual yang berkelayakan dan mempunyai hak

bersedia menjual hartanya, pembeli yang mampu dan berkelayakan

bersedia membeli harta tersebut, ada waktu yang cukup untuk tawar

menawar, ada waktu yang cukup untuk menunjukkan harga yang dijual

kepada pasaran. Harga tidak berubah atau mengalami fluktuasi dalam

jangka waktu tertentu. Tidak mempertimbangkan penawaran-penawaran

istimewa (misalnya antara anak dan bapak, antara induk perusahaan

dengan anak perusahaan dan sebagainya).

Nilai dan harga adalah berbeda tetapi keduanya dapat pula menjadi

sama. Jika memenuhi faktor-faktor kewajaran, maka nilai akan sama

dengan harga, tetapi sebaliknya jika tidak memenuhi faktor-faktor

kewajaran nilai akan berbeda dengan harga jualnya. Sebagai contoh

transaksi jual beli rumah tinggal yang dilakukan antara dua orang yang

telah berteman lama dan memiliki hubungan emosional yang erat,

sehingga sebuah rumah tinggal dijual dengan harga dibawah harga

pasarnya dan otomatis harga akan lebih rendah daripada nilainya

(46)

d. Pendekatan Data Pasar (Perbandingan Penjualan)

Dalam pendekatan perbandingan penjualan, nilai pasar diestimasi

melalui perbandingan subjek property dengan property lain yang sejenis

yang telah terjual atau telah terjadi penawaran jua-beli (Saputra: 2014).

Analisis perbandingan dalam pendekatan perbandingan penjualan

adalah terfokus pada perbedaan dalam hal legalitas, fisik, lokalisasi dan

karakteristik ekonomi antara property subjek (property yang dinilai)

dengan property pembandingnya yang serupa atau sejenis serta atas

perbedaan dalam hal hak-hak yang terkandung dalam property (property

right conveyed), tanggal penjualan, motivasi penjual dan pembeli, dan

system pendanaan atau pembiayaan dari masing-masing transaksi

penjualan (Hidayati dan Harjanto, 2010: 113). Pendekatan perbandingan

penjualan adalah proses dimana estimasi nilai pasar diperoleh dengan

cara menganalisis pasar pada property tersebut dengan subjek property.

Analisis teknik perbandingan yang digunakan dalam pendekatan

perbandingan penjualan ini adalah fundamental dalam proses penilaian.

Dalam pendekatan pasar langkah pertama adalah mempertimbangkan

harga yang baru terjadi di pasar dari transaksi asset yang identic atau

sebanding. Jika transaksi terakhir yang telah terjadi hanya sedikit, dapat

dipertimbangkan dengan menggunakan harga yang ditawarkan (untuk

dijual), atau yang terdaftar (listed) dari asset yang identic atau sebanding,

relevansinya dengan informasi ini perlu diketahui secara jelas dan dengan

(47)

Dalam hal ini perlu dilakukan penyesuaian atas informasi harga

transaksi atau penawaran apabila terdapat perbedaan dengan transaksi

yang sebenarnya, sesuai dengan dasar nilai dan asumsi yang akan

digunkan dalam penilaian. Perbedaan dapat juga meliputi karakteristik

hokum, ekonomi atau fisik dari asset yang ditransaksikan dan yang

dinilai (Standar Penilaian Indonesia 2013: KPUP.17.2).

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Properti

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai properti antara lain: faktor

permintan dan faktor penawaran, faktor fisik properti, faktor lokasi dan

perletakan hingga faktor kebangsaan/politik (Hidayati dan Harjanto, 2003:

19-23). Namun, yang cenderung berkenaan atau relevan dengan penelitian ini

hanyalah faktor permintaan dan penawaran , fisik properti, lokasi dan

perletakan. Berikut penjelasannya.

a. Faktor permintaan dan penawaran

Faktor ini menjelaskan bahwa ketika penawaran properti

dipasaran tetap sedangkan permintaan bertambah, maka nilai properti

akan naik. Begitu pula sebaliknya, jika permintaan adalah tetap

sedangkan penawaran bertambah, maka nilai properti dapat menjadi

turun. Naik atau turunnya permintaan dan penawaran properti

dipasaran akibat adanya faktor kependudukan, perubahan citarasa dan

(48)

b. Faktor-faktor fisik properti

1) Jenis dan kegunaan

Nilai properti dapat meningkat ketika jenis atau kegunaan yang

sudah ada tergantikan oleh kegunaan yang lebih baik.

2) Ukuran dan bentuk

Nilai properti dapat meningkat ketika memiliki luasan tanah yang

semakin luas dikarenakan lebih mudah dan ekonomis suatu

aktifitas dapat dijalankan diatasnya meskipun tidak selamanya

begitu. Sedangkan bentuk fisik dicontohkan yaitu jika tanah

berbentuk segi empat sudah barang tentu lebih mudah dibangun

daripada tanah yang memiliki bentuk segilima atau yang memiliki

bentuk tidak teratur oleh karena itu tentunya nilai properti yang

memiliki bentuk bentuk segi empat memiliki nilai properti lebih

tinggi

3) Desain dan konstruksi bangunan

Ketidak sesuaian kegunaan bangunan dan selera dari masyarakat

yang menggunakan akan menyebabkan nilai sebuah bangunan

akan menjadi turun, demikian juga sebaiknya apabila sebuah

bangunan mempunyai desain yang baik, sesuai dengan kegunaan

dan mengikuti trend pada masa itu maka nilainya akan naik.

Demikian halnya dengan konstruksi bangunan. Baik tidaknya

(49)

yang baik, cara pemasangan dan kesesuaiannya dengan

lingkungan.

c. Faktor perletakan dan lokasi

Faktor perletakan dan lokasi properti juga dapat berpengaruh

terhadap nilai properti. Properti yang terletak di tempat rendah

misalnya adalah rawan terhadap banjir dan bila akan dibangun

diperlukan pengurugan tanah, dan ini tentunya memerlukan biaya

yang tinggi. Kedudukan seperti dilereng-lereng bukit atau ditepi

sungai menyebabkan sebuah properti mempunyai pemandangan yang

lebih menarik, oleh karena itu nilainya mungkin akan lebih tinggi

daripada properti disekitarnya sedangkan faktor lokasi dapat

dianggap sebagai faktor terkuat pengaruhnya terhadap nilai suatu

properti. Dua buah properti yang mempunyai bentuk fisik sama tetapi

bila lokasinya berbeda, maka nilainya tentu akan berbeda. Secara

umum teori lokasi menyatakan bahwa semakin jauh dari pusat kota

maka nilainya akan semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan kota

merupakan pusat segala aktifitas hidup manusia.

Eldred (1987: 21-24), mengatakan bahwa nilai suatu properti

dipengaruhi oleh faktor DUST, konsep DUST dapat diuraikan sebagai

berikut.

1) Demand, mengacu pada pertumbuhan kota, sumber pendapatan dan

(50)

minat untuk membeli, sebesar apa kemampuan masyarakat untuk

mendapatkan pembiayaan. Dengan pembiayaan daya beli dalam

transaksi real estate akan meningkat.

2) Utility (Properti benefit), utilitas mengacu pada seberapa besar

sebuah property dapat memenuhi kebutuhan pembeli atau

penyewa. Hal ini meliputi aturan atau hukum yang cenderung

membatasi penggunaan sebuah property, status kepemilikan,

lokasi, lingkungan, ukuran, bentuk, jenis bangunan yang dapat

dibangun, fasilitas khusus dan layanan yang mungkin disediakan.

3) Scarcity (the competitive environment), konsep ini mengacu pada

saat pembeli potensial atau penyewa memiliki pilihan yang banyak

terhadap property yang sejenis maka nilai property tersebut akan

rendah. Sebaliknya pada saat kelangkaan terjadi pada sebuah

property, maka nilai property tersebut akan tinggi.

4) Transferability (property transfer practice), merujuk kepada proses

peralihan ha katas suatu property dari pihak yang satu kepada

pihak yang lain. Satu alas an proses transfer sangat penting untuk

nilai sebuah property dikarenakan pembeli dan penjual menghadapi

kesulitan besar untuk bertemu satu sama lain. Apabila tugas-tugas

dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, maka akan

(51)

4. Teori Lokasi

Teori lokasi merupakan konsep ilmu dengan cakupan analisis yang

cukup luas meliputi beberapa sektor kegiatan. Secara umum teori lokasi ini

dapat dikelompokkan atas 3 (tiga) bagian besar, yaitu (Syafrizal, 2008: 27).

a. Bid-Rent Theoris, yaitu teori lokasi yang mendasarkan analisis

pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar

tanah (Bid-Rent) yang berbeda dengan harga pasar tanah (Land Rent).

Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai

bid-rent yang tertinggi.

b. Least Cost Theories, yaitu teori lokasi yang mendasarkan analisis

pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada prinsip biaya minimum

(least cost). Dalam hal ini dapat tercapai, maka tingkat keuntungan

maksimum perusahaan dapat dicapai.

c. Market Area Theories, yaitu teori lokasi yang mendasarkan analisis

pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada prinsip luas pasar (market

area) terbesar yang dapat dikuasai perusahaan. Luas pasar tersebut

adalah mulai dari lokasi pabrik sampai dengan lokasi konsumen yang

membeli produk perusahaan yang bersangkutan. Bila pasar yang

dikuasai adalah yang terbesar maka keuntungan maksimum

(52)

Eldred (1987: 187-193) berpendapat bahwa faktor lokasi dapat

dikategorikan menjadi dua;

1) Faktor aksesibilitas

Aksesibilitas mengacu pada kemudahan dalam mencapai suatu

tempat yang diinginkan oleh pemilik properti, dari properti yang

dimiliki. Faktor kemudahan akses ini dipengaruhi oleh tiga faktor

sebagai berikut.

a. Akses masuk dan akses keluar

Idealnya sebuah properti itu memiliki akses yang baik, sehingga

pencapaian dari dan ke lokasi properti mudah untuk dicapai.

b. Ketersediaan alat transportasi

Analisis akan menyelidiki seberapa baik sebuah tempat dapat

dilayani oleh perusahaan bus, taksi, ferri, perusahaan

penerbangan, perusahaan pengangkutan barang dan jasa

pengiriman, karena hal tersebut juga mempengaruhi nilai properti.

c. Kedekatan dengan tempat-tempat penting

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa semakin dekat sebuah

properti dengan tempat-tempat yang mendukung kegiatan dari

pengguna properti, maka akan sebaik manfaat dari properti

tersebut. Contohnya kedekatan dengan fasilitas pendidikan.

2) Faktor lingkungan

Komponen kedua dari faktor lokasi adalah lingkungan. Faktor lokasi

(53)

a. Estetika

Lingkungan estetika dari sebuah properti dibentuk dari

karakteristik fisik daerah sekitarnya. Misalnya seperti

propertidirancang dengan baik dan dipelihara, jalanan memiliki

taman yang menarik dengan pepohonan.

b. Hukum

Hukum lingkungan yang digunakan disini, mengacu pada

penggunaan yang dizinkan secara hukumsesuai dengan sifat dari

lingkungannya. Oleh karena itu, perlindungan hokum terhadap

suatu lokasi itu penting. Juga perbedaan zoning pada properti

menunjukkan bahwa penggunaan terbaik dari suatu tempat

tertentu kemungkinan akan berubah lingkungan hukumnya. Hal

ini tercermin dari perubahan dalam lingkungan fisik dan social

ekonomi.

c. Sosial ekonomi

Lingkungan social ekonomi dari sebuah properti dibentuk oleh

karakteristik demografis dan psikologis, pendapatan, budaya,

pendidikan, pekerjaan dan lainnya dari orang-orang yang berada

di lingkungannya. Lingkungan ini cukup penting, karena banyak

pembeli rumah yang ingin tinggal di dekat orang-orang yang

memiliki latar belakang dan keadaan yang sama. Dalam hal ini

(54)

maka akan menyebabkan penurunan atau peningkatan pada nilai

properti.

d. Fiskal

Lingkungan fiscal dari properti berasal dari hubungan antara

jumlah pajak yang dikenakan terhadap layanan yang tersedia.

Namun properti tidak bisa dievaluasi semata-mata atas dasar

hutang pajak, properti juga harus diperhitungkan dari perbedaan

dalam pelayanan yang ditawarkan seperti kualitas dan kuantitas

terhadap perlindungan, sekolah, kebakaran dan keamanan, taman

dan tempat bermain, fasilitas perawatan kesehatan, fasilitas

budaya dan ketersediaan fasilitas public lainnya. Penilaian yang

akurat dari lingkungan fiscal harus menghindari perbandingan

sederhana dari tariff pajak dinilai.

e. Keamanan

Faktor keamanan terhadap harta benda dan fisik adalah motivasi

besar para pembeli properti. Orang biasanya menginginkan

perlindungan fisik dari bencana alam atau perbuatan manusia.

Sebagi contoh, lingkungan yang rawan banjir, tanah longsor,

gempa bumi, atau kontaminasi nuklir akan mengurangi keamanan

fisik bagi manusia dan juga properti. Demikian pula keamanan

terhadap kejahatan, perampokan, pembobolan, narkoba dan

pembunuhan. Akibat dari tidak terpenuhinya faktor keamanan

(55)

meskipun banyak pengguna potensi yang memiliki aksesibilitas

baik untuk perusahaan.

f. Iklim politik dan ekonomi

Iklim politik dan ekonomi berpengaruh terhadap properti, hal ini

mengacu pada keterkaitan stabilitas politik, sikap dan

kemampuan pejabat pemerintah, dan faktor-faktor ekonomi yang

dapat menyebabkan daerah perkotaan untuk tumbuh.

g. Iklim

Ketika membandingkan manfaat potensial antara dua atau lebih

properti yang mungkin ditawarkan, kita harus mengevaluasi pola cuaca

(56)

B. Penelitian Terdahulu

Secara umum penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai apartemen di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015, belum pernah

dilakukan, namun beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai properti apartemen, antara lain sebagai berikut:

1. Rayasaputra (2009), melakukan penelitian mengenai semua variabel

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai apartemen yaitu luas, tinggi

lantai, jarak Central Bussines District dan view berpengaruh positif

terhadap suatu properti.

2. Suranto (2009), Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable dummy

waktu transaksi, dummy lokasi, luas tanah, dan jarak ke jalan raya

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tanah

3. Chen, et al. (2011), meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nilai rumah

susun di Hangzhou, Cina. Model analisis yang digunakan adalah regresi

panel dengan bantuan teknik pemetaan spasial untuk memprediksi dampak

eksternalitas pada harga rumah susun. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

faktor yang paling berpengaruh adalah kedekatan dengan CBD, sekolah,

tempat pembuangan sampah, dan jalan utama, diikuti peruntukan. Luas

proyek, trend, dan tempat pemakaman memiliki pengaruh yang tidak

linier. Hasil pencitraan GIS memberikan visualisasi distribusi spasial dan

(57)

4. Halim,et al. (2012), Melakukan penelitian mengenai nilai pasar apartemen

dipengaruhi jumlah kamar, luas kamar dan jarak ke Central Bussines

District (CBD), sedangkan faktor-faktor lainnya seperti amenities and

service, kedekatan transportasi umum tidak mempengaruhi nilai pasar

apartemen. Hal ini dapat diterima karena pada aartemen mewah Amenities

and Service serta faktor eksternal merupakan suatu kewajaran dan para

penghuninya tidak membutuhkan transportasi umum.

5. Saputra (2014), meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nilai apartemen

di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Model analisis yang digunakan

adalah linier berganda dengan Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini

menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi nilai apartemen adalah

luas kamar, jumlah lantai, jarak ke Center Bussines District serta Dummy

(58)

C. Kerangka Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu,

maka disusun suatu kerangka pemikiran mengenai penelitian yang akan

dilakukan. Kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut :

masalah

Solusi

Gambar 2.8

Kerangka Konsep Penelitian - Jumlah penduduk

- Kepadatan

- migrasi

Kebutuhan tempat tinggal

Apartemen

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

1. Jarak ke Center Business District 2. Tinggi Lantai 3. Dummy view 4. Jumlah Kamar 5. Luas Kamar

(59)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertayaan yang

dikemukakan dalam perumusan masalah yang akan diuji kebenarannya. Dari

permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori serta penelitian

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga variabel jarak ke center bussines district berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

2. Diduga variabel tinggi lantai berpengaruh positif dan signifikan terhadap

nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

3. Diduga variabel dummy view berpengaruh positif dan signifikan terhadap

nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

4. Diduga variabel jumlah kamar berpengaruh positif dan signifikan terhadap

nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

5. Diduga variabel luas kamar berpengaruh positif dan signifikan terhadap

nilai properti apartemen di D.I.Yogyakarta.

6. Diduga variabel jarak ke jalan raya berpengaruh negatif dan signifikan

(60)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah apartemen yang berada di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Apartemen yang berlokasi di D.I.Yogyakarta

diantaranya adalah Uttara the icon, The grand babarsari, The palace

apartment & condotel, Best western majestic Yogyakarta, Sahid yogya

lifestyle city, Graha indoland, Sun premira condotel & residence, Mataram

city apartment & hotel, Student castle apartment, Student park, Malioboro

city, Awana town house & condotel, Cokroningrat imperial park, Malioboro

heritage, Hadiningrat terrace, Wisanti express Yogyakarta, Vivo apartment.

Dari data jumlah apartemen tersebut kemudian peneliti memilih sampel

apartemen untuk dijadikan objek penelitian. Berdasarkan data yang peneliti

peroleh melalui survei langsung ke lapangan, maka peneliti mengambil

sampel apartemen yaitu:

Tabel 3.1

Sampel Apartemen di Daerah Istimewa Yogyakarta

No. Nama Apartemen Alamat

(61)

B. Jenis Data dan Sumber Data

Menurut Widarjono (2007) menyatakan, bahwa ada 3 (tiga) tipe data:

1) Data runtut waktu (time series).

Merupakan sekumpulan observasi dalam rentang waktu tertentu. Data ini

dikumpulkan dalam interval waktu secara kontinu.

2) Data antartempat atau ruang (cross section data)

Merupakan data yang dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu dari

sampel.

3) Panel data (pooled data)

Data ini merupakan gabungan antara data time series dan data cross

section.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis data yang

dikumpulkan dan digunakan adalah data antartempat atau ruang (cross

section data). kemudian data tersebut diolah dalam penelitian kuantitatif.

Alasan penggunaan data cross section adalah dikarenakan dalam penelitian

ini data seluruh variabel diperoleh dalam satu waktu yaitu data penawaran

dan transaksi apartemen pada tahun 2015. Sampel penelitian yang digunakan

adalah apartemen maratam city, student castle apartemen tower A dan tower

B serta student park apartemen yang dijadikan objek penelitian. Jenis data

yang digunakan adalah data primer.

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri secara langsung

dari sumber aslinya atau responden (Purwanto, 2011). Data primer kuantitatif

(62)

Selain itu, data dalam penelitian ini juga didukung oleh narasi wawancara

dari sebagian responden yang bersifat kualitatif. Data primer yang diperoleh

dengan cara mencari data secara langsung pada saat melakukan peninjauan

lapangan, data tersebut adalah:

1. Data nilai properti apartemen;

2. Data jarak ke center business district;

3. Data tinggi lantai;

4. Data dummy view;

5. Data jumlah kamar;

6. Data luas kamar;

7. Data jarak ke jalan raya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan

metode purposive sampling, yang dapat diartikan sebagai sampel yang dipilih

secara cermat, sehingga mewakili sample dan relevan dengan rancangan

penelitian (Soeratno dan Arsyad, 2008: 112). Dikarenakan peneliti ingin

mengetahui sejauh apa variabel independen pada penelitian ini

mempengaruhi variabel dependen nilai apartemen yang berada di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Berdasar hal tersebut diatas, jumlah sampel yang akan

(63)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari varabel

dependen dan variabel indepanden. Variabel dependen adalah variabel yang

dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel independen

adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, dimana pengaruhnya

dapat positif maupun negatif.

1. Variabel Dependen

Nilai Properti (Y), adalah data harga penawaran properti apartemen yang

diambil di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang dinyatakan

dalam satuan mata uang rupiah, yang terjadi pada tahun 2015 dan

diperkirakan tidak terjadi kenaikan harga penawaran dilihat dari data

yang didapat. Data penawaran merupakan data primer yang diperoleh

dengan cara mencari data secara langsung pada saat melakukan

peninjauan lapangan.

2. Variabel Independen

a. Jarak ke center business district (X1) adalah jarak terdekat per lokasi

disetiap apartemen ke pusat kegiatan ekonomi yang berada di

D.I.Yogyakarta, yang sering disebut dengan kawasan kampus UGM

dan UNY di D.I.Yogyakarta yang dinyatakan dalam kilometer.

Diukur dengan bantuan sepeda motor dan fasilitas penghitung jarak

(ruler) pada aplikasi Google Earth.

b. Tinggi Lantai (X2) adalah lantai apartemen dan dinyatakan dalam

(64)

2015, serta merupakan data primer yang diperoleh dengan cara

mencari data secara langsung pada saat melakukan peninjauan

lapangan.

c. Dummy view (X3) adalah adalah bernilai 1 jika menghadap jalan raya

atau gunung merapi, dan bernilai 0 jika lainnya.

d. Jumlah Kamar (X4) adalah jumlah kamar pada setiap lokasi

apartemen dan dinyatakan dalam satuan jumlah kamar unit

apartemen, yang diperoleh dari data penawaran tahun 2015, serta

merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mencari data

secara langsung pada saat melakukan peninjauan lapangan.

e. Luas Kamar (X5) adalah ukuran luas dan dinyatakan dalam ukuran

meter persegi (m2) yang diperoleh dari data penawaran tahun 2015,

serta merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mencari

data secara langsung pada saat melakukan peninjauan lapangan.

f. Jarak ke Jalan Raya (X6) adalah jarak apartemen dengan jalan raya

terdekat, dinyatakan dalam satuan meter, serta merupakan data

primer yang diperoleh dengan cara mencari data secara langsung

pada saat melakukan peninjauan lapangan.

E. Analisis Data

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi nilai properti

apartemen yang berada di D.I.Yogyakarta tahun 2015. Maka digunakan uji

kriteria statistik dan untuk melihat pengaruh signifikan variabel independen

(65)

berganda dengan Ordinary Least Square (OLS). Sebagai alat bantu digunakan

program Eviews 7.

1. Analisis Regresi Linier

Analisis regresi berganda merupakan metode analisa yang digunakan

untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Hubungan antara variabel dependen dan independen tersebut dapat

diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel

dependen Y dengan satu atau lebih variabel independen X1, X2, X3, ….,

Xn. Dalam analisa regresi, pola hubungan antar variabel diekspresikan

dalam sebuah persamaan regresi yang diduga berdasar data sampel.

Untuk menduga pengaruh variabel antara jarak ke center business

district, tinggi lantai, dummy view, jumlah kamar, luas kamar, jarak ke

jalan raya terhadap nilai properti apartemen di Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2015, dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6)………(1)

Dimana:

Y : Nilai Properti Apartemen

X1 : Jarak ke center bussines district

X2 : Tinggi Lantai

X3 : Dummy View

X4 : Jumlah Kamar

(66)

X6 : Jarak ke Jalan Raya

Untuk kemudian dilakukan regresi berganda dengan Ordinary Least

Square (OLS) menjadi:

Y = β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+ e ………..(2)

Dengan keterangan variabel:

β0 : konstanta persamaan nilai properti apartemen

β1, β2, β3, …, β6 : koefisien masing-masing variabel independen

e : error term

2. Uji Asumsi Klasik.

Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik terdiri dari : uji

multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi (Maddala,

1992).

a. Uji Multikolinearitas.

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi memiliki hubungan dependen dan independen antara variabel

independen. Variabel Independen yang baik harusnya tidak memiliki

hubungan antar mereka sehingga layak disebut sebagai Independen

atau disebut tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen

sama dengan nol (Ghozali: 2005).

Berkaitan dengan masalah multikolinearitas, Sumodiningrat

(1994) mengemukakan bahwa tiga hal yang perlu dibahas terlebih

(67)

1) Multikol pada hakekatnya adalah fenomena sampel.

2) Multikol adalah persoalan derajat dan bukan persoalan jenis.

3) Masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya

hubungan linier diantara variabel-variabel bebas.

Multikolinearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar

variabel penjelas. Multikolinearitas terjadi diduga apabila nilai R2

tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai f

tinggi.

Konsekuensi multikolinearitas :

1) Kesalahan standart cenderung semakin besar dengan

meningkatnya tingkat korelasi antar variabel.

2) Karena besarnya kesalahan standart, selang keyakinan untuk

parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar.

3) Taksiran koefisien dan kesalahan standart regrasi menjadi sangat

sensitif terhadap sedikit perubahan dalam data.

Konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi

variabel maupun besaran koefisien variabel dan konstanta.

Multikolinearitas diduga terjadi apabila estimasi menghasilkan nilai

R kuadrat yang tinggi (lebih dari 0,8), nilai F tinggi, dan nilai

t-statistik semua atau hampir semua variabel penjelas tidak signifikan.

Pengujian terhadap ada tidaknya Multikolinearitas dilakukan

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4 Slab Apartemen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan perancangan struktur salah satu gedung apartemen di jalan Seturan Raya, Yogyakarta dengan mengacu pada SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012..

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara pelanggaran peraturan lalu-lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya.. Semakin tinggi

Berdasarkan uji validitas pengaruh, jumlah kunjungan wisatawan memiliki dampak positif signifikan terhadap Pendapatan Daerah, Jumlah Obyek Wisata tidak berpengaruh

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Nomor 85 Tahun 2014 tentang Tarif Sewa Kamar dan Ruang Rapat Education Hotel Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 dan Sekolah

(7) Contract rate sewa kamar Edotel Kenari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam kontrak kerjasama dengan besaran

Pengaruh Luas Lahan terhadap Produksi Padi di Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan hasil dari olah data, Luas Lahan menunjukkan hubungan yang positif dan

Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi di Provinsi Daerah

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astina (2013) menyimpulkan bahwa jumlah obyek wisata terbukti berpengaruh signifikan dan