• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep diri siswa SMP : studi deskriptif komparatif konsep diri dilihat dari faktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yoyakarta tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep diri siswa SMP : studi deskriptif komparatif konsep diri dilihat dari faktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yoyakarta tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KONSEP DIRI SISWA SMP (Studi Deskriptif Komparatif Konsep Diri

Dilihat dari Faktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015) Anastasia Listiyani

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep diri pada siswa kelas VII SMP Stella Duce1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, ditinjau dari etnis tionghoa-non tionghoa, dan dari segi jenis kelamin. Pertanyaan yang secara khusus dijawab pada penelitian ini adalah: (1) Seberapa positif konsep diri siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, (2) Apakah ada perbedaan konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta beretnis tionghoa dan non tionghoa, (3) Apakah ada perbedaan konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 120 siswa. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 43 butir item yang mengungkapkan 5 aspek yaitu; diri fisik, diri etika moral, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial. Konsep diri siswa dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu; sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, sangat kurang positif.

Nilai reliabilitas pada penelitian ini sebesar 0,728, sehingga peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi. Teknik analisis data penelitian ini ada dua yaitu : (1) menentukan kategori, (2) melakukan uji asumsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta memiliki konsep diri yang positif (72%), dan siswa yang memiliki konsep diri sedang (13%), berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, ada perbedaan antara konsep diri pada etnis tionghoa dan non-tionghoa, dan tidak ada perbedaan antara konsep diri laki-laki dan perempuan.

(2)

ABSTRACT

JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS SELF CONCEPT (Comparative Descriptive Research of Self Concept for Chinese Non-Chinese ethnic and Gender In class VII SMP Stella Duce I Yogyakarta

Academic Year 2014/2015)

Anastasia Listiyani

Sanata Dharma University Yogyakarta, 2015

The aim of this research is to determine the self-concept in class VII SMP Stella Duce I Yogyakarta academic year 2014/2015, in terms of non-Chinese ethnic chinese and gender. Specific Questions in this research are: (1) How positive self-concept for students in SMP Stella Duce I Yogyakarta?' (2) Are there difference self-concept for students in SMP Stella Duce I Yogyakarta between ethnic chinese and non-chinese?, (3) Are there difference self-concept for students in SMP Stella Duce I Yogyakarta between female and male?.

The kind of this research is comparative descriptive. The object of this research are 120 students at class VII SMP Stella Duce I Yogyakarta academic year 2014/2015. The research instrument is a questionnaire by the researcher. The questionnaire has 43 questions and contains 5 aspects are; physical self, moral ethics self, personal self, family self, social self. There are 5 categories of students self-concept : very positive, positive, moderate positive, less positive, much less positive.

Value of reliability in this research is 0.728, according the results of reliability coefficient calculation on evilford criteria could be concluded that the coefficient of reliability of the instrument included in the high criteria. There are 2 technique analize data in this research : (1) determine the categories, (2) the assumption test.

The results are 72% in positive self consept and 13% in moderate positive self-concep. ,according the results of this research that there wasn't difference between self-concept in Chinese ethnic and non-chinese and there wasn't difference between the self-concept of female and male.

(3)

(St (Studi Deskriptif Komparatif Konsep Diri aktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan Jen a Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakar

Tahun Ajaran 2014/2015) SKRIPSI

iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Anastasia Listiyani

101114035

RAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELIN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

(4)

i (Studi Deskriptif Komparatif Konsep Diri aktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan Jen a Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakar

Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Anastasia Listiyani

101114035

RAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELIN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO

Segala sesuatu akan indah pada waktunya.

Hidup hanya menemui kita separuh jalan. Separuh

perjalanan yang lainnya, membiarkan kita untuk

menemukan apa kesanggupan kita.

Persembahan:

Gregorius Samanto Suryo, ayahandaku tercinta

Christina Muryani, ibundaku tercinta

Yohanes Antoni Wibowo dan Christina Indratin,

kakakku tersayang

Agustinus Suryo Antono, adikku tersayang

Josaphat Nathannael Andra Wibowo, keponakanku

tersayang

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

KONSEP DIRI SISWA SMP (Studi Deskriptif Komparatif Konsep Diri

Dilihat dari Faktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015) Anastasia Listiyani

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep diri pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, ditinjau dari etnis tionghoa-non tionghoa, dan dari segi jenis kelamin. Pertanyaan yang secara khusus dijawab pada penelitian ini adalah: (1) Seberapa positif konsep diri siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, (2) Apakah ada perbedaan konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta beretnis tionghoa dan non tionghoa, (3) Apakah ada perbedaan konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 120 siswa. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 43 butir item yang mengungkapkan 5 aspek yaitu; diri fisik, diri etika moral, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial. Konsep diri siswa dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu; sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, sangat kurang positif. Nilai reliabilitas instrumen penelitian ini sebesar 0,728, sehingga peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi. Teknik analisis data penelitian ini ada dua yaitu : (1) teknik deskriptif komparatif, (2) teknik t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta memiliki konsep diri yang positif (72%), dan siswa yang memiliki konsep diri sedang (13%), berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa, tidak ada perbedaan konsep diri pada siswa etnis tionghoa dan non-tionghoa, dan tidak ada perbedaan konsep diri pada siswa laki-laki dan perempuan.

(11)

viii

ABSTRACT

JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS SELF CONCEPT

(Comparative Descriptive Research of Self Concept of Chinese Non-Chinese Ethnicity and Gender Among the Students of Class VII SMP Stella Duce I

Yogyakarta Academic Year 2014/2015)

Anastasia Listiyani

Sanata Dharma University Yogyakarta, 2015

The aim of this research is to determine the self-concept in terms of chinese-Non-Chinese and gender among students of SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, academic year 2014/2015. The research question are: (1) How positive is the self concept among the students of SMP Stella Duce 1 Yogyakarta?,(2) Is there any difference in self-concept in terms of Chinese-Non Chinese Ethnicity among the students?,(3) Is there any difference in self-concept among the male and female syudents of Stella Duce 1 Yogyakarta?

This is a comparative descriptive research. The objects of the research are 120 seventh grade students of Stella Duce 1 Yogyakarta academic year 2014/2015. The research instrument is a questionnaire which contains 43 question and 5 aspects, nameky physical, moral ethic, personal, family, and social

self-concepts. There are five categories of students’ self-concept: very positive, positive, moderately positive, less positive, and much less positive. The reliability value of this research instrument is 0.728, and according to Guilford’s criteria, the

result of reliability coefficient is categorized as high. There are two (2) techniques to analyze the data of the research: (1) comparative descriptive technique, (2) t-test technique.

The results show that 72% of the students have positive self-concept and 13 % of the students have moderately positive self-concept. It also shows that there was not any difference in self concept between Chinese and non-Chinese students and between female and male students.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Konsep Diri Siswa SMP (Studi Deskriptif Komparatif Konsep DiriDilihat dari Faktor Etnis Tionghoa Non-Tionghoa dan Jenis Kelamin Pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015). Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena adanya banyak bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan selaku dosen pembimbing yang dengan begitu sabarnya dalam membimbing, meneliti dan memberikan nasehat-nasehat kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi.

(13)
(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUKKEPENTINGAN AKADEMIK... vi A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri... 12

2. Faktor-faktor Konsep Diri... 15

3. Karakteristik Konsep Diri... 17

4. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri... 20

(15)

xii

B. Konsep Diri dan Etnisitas

1. Hakekat Etnis... 24

2. Karakteristik Etnis Tionghoa ... 26

3. Karakteristik Etnis Non-Tionghoa ... 27

4. Konsep Diri dari Segi Etnis... 28

C. Konsep Diri dan Jenis Kelamin 1. Pengertian Jenis Kelamin... 29

2. Perbedaan Antara Pria dan Wanita... 31

3. Konsep Diri Dilihat dari Jenis Kelamin... 33

D. Hipotesis Penelitian... 35

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 36

B. Subjek Penelitian... 37

C. Metode Pengumpulan Data... 38

D. Validitas dan Reliabiltas Kuesioner... 41

1. Validitas ... 41

2. Reliabilitas ... 44

E. Teknik Analisis Data... 45

1. Menentukan Kategori... 45

2. Uji Asumsi ... 49

F. Prosedur Pengumpulan Data... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 65

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Subjek Penelitian... 37

Tabel 2 : Norma Skoring... 39

Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner... 40

Tabel 4 : Rincian Item yang Gugur dan Valid... 43

Tabel 5 : Kriteria Guilford... 45

Tabel 6 : Norma Kategorisasi Tingkat Konsep Diri... 46

Tabel 7 : Norma Kategorisasi Konsep Diri... 48

Tabel 8 : Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Konsep Diri... 49

Tabel 9 : Uji Normalitas Berdasarkan Etnis... 49

Tabel 10: Uji Homogenitas Berdasarkan Etnis... 50

Tabel 11: Uji Normalitas Jenis Kelamin... 50

Tabel 12: Uji Homogenitas Jenis Kelamin... 51

Tabel 13:Kategorisasi Tingkat Konsep Diri... 53

Tabel 14: Kategorisasi Skor Item Konsep Diri... 55

Tabel 15: Item-item yang Tergolong Belum Optimal... 56

Tabel 16: Konsep Diri Ditinjau dari Segi Etnis Berdasar Hasil Uji T... 57

(17)

xiv

DAFTAR GRAFIK

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Konsep Diri... 68

Lampiran 2 : Tabulasi Data Uji Coba Instrumen... 71

Lampiran 3 : Tabulasi Data Penelitian... 72

Lampiran 4 : Rincian Item Valid dan Gugur... 75

Lampiran 5: Validitas dan Reabilitas... 81

Lampiran 6: Profil Capaian Skor Konsep Diri... 82

Lampiran 7 : Output Uji Normalitas Etnis Tionghoa... 86

Lampiran 8 : Output Uji Normalitas Etnis Non Tionghoa... 87

Lampiran 9 : Output Uji Normalitas Laki-laki... 88

Lampiran 10: Output Uji Normalitas Perempuan... 89

Lampiran 11: Output Uji T Berdasar Etnis... 90

Lampiran 12: Output Uji T Berdasar Jenis Kelamin... 91

(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan sangat berperan penting dalam upaya membantu anak didik mencapai tahapan perkembangan untuk menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penilaian. Proses pendidikan berlangsung dengan melibatkan siswa. Siswa sebagai subjek belajar memiliki karakteristik masing-masing, yang membedakan dirinya dengan orang lain.

(20)

Deaux, Dane & Wrightsman (dalam Sarlito, 2009 :53) mengemukakan bahwa konsep diri adalah sekumpulan keyakinan seseorang mengenai dirinya berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, dan penampilan fisik. Dilihat dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang maka dengan mudah membantu individu dalam membentuk konsep diri. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri terbentuk dari proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.

(21)

Konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan, tahapan yang paling mendasar ialah konsep diri primer, di mana konsep ini terbentuk atas dasar pengalaman terhadap lingkungan terdekat. Konsep diri sekunder ialah konsep diri yang didapat dari lingkungan pergaulan yang lebih luas, konsep diri primer berpengaruh terhadap terbentuknya konsep diri sekunder. William H. Fits (dalam Hendrianti, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan(frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Keseluruhan kesadaran yang memberikan penilaian terhadap dirinya merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri individu.

Vaughan & Hogg (dalam Sarlito, 2009 : 54) mengemukakan bahwa konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengenai sesuatu yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman, dengan demikian konsep diri adalah pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang dalam mengolah informasi dan mengambil tindakan.

(22)

persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya. (b) Konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakan. Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seks, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilaku yang ditunjukkan, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidak mampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.

(23)

kelebihan. Keadaan ini berakar pada tiadanya kesenangan pada diri sendiri. Sementara konsep diri positif tercermin pada (1) orang yang terbuka (2) orang yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain (3) orang yang cepat tanggap pada situasi sekelilingnya. Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif juga memiliki rasa aman dan percaya diri tinggi, mampu lebih menerima dan memberi pada orang lain, memiliki sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain.

Memahami konsep diri sangatlah penting, karena dengan pemahaman konsep diri yang benar seseorang akan lebih dapat mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak mudah kehilangan arah perjalanan hidup, dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Untuk mengetahui konsep diri pada seseorang maka dapat ditinjau dari berbagai hal.

(24)

tidaknya perbedaan konsep diri yang dimiliki siswa laki-laki dan perempuan.

Dalam penulisan ini, penulis meninjau konsep diri berdasarkan dari etnis dan jenis kelamin. Menurut (Kartono, 1994:157) etnis adalah sekelompok orang yang memiliki kebudayaan, ras kebangsaan dan bangsa yang sama, dan lebih jelasnya etnis berkaitan dengan masyarakat luas seperti pembagian dalam kebudayaan. Menurut Fredrick Barth etnis adalah himpunan manusia karena adanya kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada nilai budaya.

Jenis kelamin mempunyai unsur dasar dalam pembentukan konsep diri. Pengetahuan menjadi pria maupun wanita diperoleh pada saat awal kehidupan. Pada usia dua atau tiga tahun, anak-anak menyadari jenis kelamin mereka sendiri dan dapat mengatakan pada orang lain, bahwa mereka laki-laki atau perempuan. Pada usia empat atau lima tahun, anak-anak mampu menyebutkan jenis kelamin orang lain dengan tepat. Pemahaman tentang jenis kelamin berbeda antara anak-anak dengan orang dewasa. Jenis kelamin merupakan unsur dasar dari konsep diri.

(25)

Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015). Hal ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti ketika peneliti melakukan PPL-BK di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, peneliti melihat bahwa terdapat siswa-siswi dari etnis Tionghoa maupun non Tionghoa, yang bersekolah dalam sekolah yang sama, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui perbedaan tentang konsep diri yang dimiliki pada siswa yang berasal dari etnis Tionghoa-non Tionghoa, dan konsep diri yang dimiliki pada siswa laki-laki maupun perempuan.

(26)

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Seberapa positif konsep diri siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015?

2. Apakah ada perbedaan konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang beretnis Tionghoa dan non Tionghoa?

3. Apakah ada perbedaan konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan seberapa positif konsep diri yang dimiliki siswa

SMP Stella Duce1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan, konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang beretnis Tionghoa dan non Tionghoa.

(27)

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis :

a. Memberikan wacana baru tentang pentingnya mengenalkan konsep diri pada anak didik, khususnya remaja untuk dapat menjadi individu yang berharga dan mempunyai komitmen.

b. Memberikan pemikiran positif dalam upaya membantu memecahkan permasalahan permasalahan dalam menumbuhkan konsep diri secara khusus bagi remaja.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk guru BK dalam memahami konsep diri pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta dengan melihat dari faktor etnis dan jenis kelamin, sehingga membantu guru BK dalam memberikan bimbingan.

b. Bagi siswa

(28)

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini membantu peneliti sebagai calon konselor untuk dapat mengembangkan serta memberikan bimbingan tentang konsep diri pada siswasiswi yang akan dihadapi kelak.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Ada beberapa istilah yang maksudnya perlu dijelaskan yaitu ; 1. Konsep diri

Konsep diri adalah pengetahuan seseorang tentang dirinya, yang mempengaruhi cara seseorang dalam mengolah informasi dan mengambil tindakan.

2. Etnis

a. Etnis Tionghoa

Etnis Tionghoa adalah individu yang berasal dari keturunan Tionghoa yang bertempat tinggal pada daerah tertentu di Indonesia.

b. Etnis Non Tionghoa

(29)

3. Jenis kelamin

(30)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan konsep diri, etnis dan jenis kelamin.

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri berkembang sepanjang rentang kehidupan. Ketika manusia dilahirkan, maka konsep diri belum muncul atau belum melekat pada individu. Konsep diri mulai berkembang dalam masa satu atau dua tahun di awal kehidupan, ketika seorang individu telah dapat membedakan dirinya dengan dunia luar. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan. Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan ini tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya.

(31)

Dengan demikian, konsep diri adalah skema diri (Self-scema), yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (dalam Sarlito, 2009:53) konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik. Individu yang mempunyai keyakinan pada dirinya, mempunyai sikap percaya diri, dan memiliki sikap menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya.

(32)

Menurut Symonds (dalam Hendrianti, 2006:143) perkembangan konsep diri merupakan suatu proses disepanjang kehidupan manusia. Persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat manusia lahir, melainkan mulai berkembang secara bertahap. Diri (self)berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain, sebagai contoh: ketika ibu dikenali sebagai orang yang terpisah dari dirinya dan ia mulai mengenali wajah-wajah orang lain, seorang bayi membentuk pandangan yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang individu.

(33)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai berikut (dalam Inge, 2007:27) :

a. Orang lain

Konsep diri seseorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya. Tidak semua orang mempunyai pengaruh terhadap proses terbentuknya konsep diri. Orang-orang yang dapat berpengaruh terhadap proses terbentuknya konsep diri dinamakan significant others. Ketika kecil, significant others yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang (orang tua, saudara,). Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika yang bersangkutan mendapat senyuman, penghargaan, pelukan atau pujian. Sebaliknya seorang individu akan menilai dirinya negatif jika memperoleh kecaman, cemoohan atau makian. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan seseorang.

(34)

Hary Stack Sullivan (dalam Jalaluddin, 2011:99) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

b. Kelompok acuan(reference group)

Dalam kehidupan, setiap individu merupakan bagian anggota masyarakat dalam berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok ini yang akan mempengaruhi konsep diri seseorang.

c. Jenis Kelamin

(35)

3. Individu yang Memiliki Karakteristik Konsep Diri Positif dan Negatif Menurut Burns (dalam Inge, 2007:23) konsep diri terbagi atas dua karakteristik yaitu, konsep diri positif dan konsep diri negatif. Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut:

a. Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik yang diterima, dipandang sebagai pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka.

b. Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan diri sendiri.

c. Individu yang sulit mengakui bahwa dirinya salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan pada rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan itu ditunjukkan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.

(36)

daripada tidak sama sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut.

e. Individu dengan konsep diri negatif berkecenderungan untuk menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Sikap menarik diri dan menolak untuk berpartisipasi ini merupakan upaya untuk mencegah inferioritas secara terbuka sehingga mengkonfirmasikan apa yang diyakini oleh orang lain mengenai dirinya.

Sementara individu dengan karakteristik konsep diri positif tercermin pada:

a. Individu yang terbuka atau bersedia menerima kritik, saran dari orang lain. Individu yang mempunyai karakter tersebut, berarti ingin menjadikan dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya, menganggap bahwa orang lain membantu dirinya untuk menjadi lebih baik.

b. Individu yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing atau lingkungan yang baru dikenal.

(37)

d. Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain.

(38)

4. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006:140) dimensi-dimensi dalam konsep diri merupakan penilaian yang dilakukan individu, yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

a. Diri identitas(identity self)

Diri identitas atau (identity self) merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada

pertanyaan, “Siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut tercakup simbol-simbol yang diberikan pada diri (self)oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungan, pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya, dengan hal-hal yang lebih kompleks. b. Diri Pelaku(behavioral self)

(39)

sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan antara diri identitas dan diri pelaku dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri penerimaan/penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidak percayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya, individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif.

(40)

5. Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006:141) aspek-aspek konsep diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya, melalui hubungan dan aktivitas sosial, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Aspek-aspek konsep diri meliputi:

a. Diri Fisik(physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya, (misalnya: cantik, jelek, menarik) dan keadaan tubuh (misalnya: gemuk, kurus, pendek, tinggi). Pada aspek ini, individu membentuk konsep diri dengan melihat keadaan fisik dalam dirinya.

b. Diri etik-moral(moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri pribadi(personal self)

(41)

hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri keluarga(family self)

Diri keluarga menunjukkan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluaga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota dari suatu keluarga.

e. Diri sosial(social self)

(42)

B. Konsep Diri dan Etnisitas

1. Hakikat Tionghoa-non Tionghoa

Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia menyangkut pada keanekaragaman budaya. Hal ini meliputi perbedaan adat istiadat, agama, bahasa dan seni budaya. Etnis atau suku merupakan suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan yang lain berdasarkan akar dan identitas kebudayaan. Dengan kata lain, etnis adalah kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas yang ditentukan oleh adanya kesadaran kelompok, pengakuan akan kesatuan kebudayaan dan persamaan asal-usul. Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis dan hubungan kekerabatan. Etnis mengacu pada orang yang didasarkan pada asal-usul sebagian warisan budaya kelompok orang tertentu.

(43)

dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Kebudayaan Tionghoa adalah kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tionghoa yang tersebar di pulau Jawa.

Etnis Tionghoa yang berada di Indonesia tidak hanya terdiri dari satu kelompok. Masyarakat Tionghoa di pulau Jawa secara garis besar dapat dibedakan antara Tionghoa totok dan peranakan. Tionghoa totok dimaksudkan sebagai orang Tionghoa yang telah lama menetap di Indonesia, selama tiga generasi atau lebih. Perbedaan lama menetap berpengaruh terhadap nilai-nilai yang dianut. Tionghoa totok lebih kuat memegang tradisi Tionghoa yang berasal dari nenek moyang, sehingga segala perbuatannya memiliki kekhasan dibanding dengan Tionghoa peranakan. Sedangkan yang dimaksud dengan Tionghoa peranakan yaitu nilai tradisi Tionghoa yang berasal dari nenek moyang telah meluntur, sehingga dalam hal-hal tertentu segala sepak terjang kurang menonjol kekhasannya sebagai orang Tionghoa.

(44)

2. Karakteristik Etnis Tionghoa a. Hakikat Hidup

Ahli filsafat Tionghoa mengatakan, tingkat tertinggi yang dapat dicapai manusia adalah kedudukan sebagai orang arif, bijaksana, yang kedudukannya satu tingkat di mana diri pribadinya sama dengan alam semesta. Fung ( dalam Hariyono, 1994:36) hakikat hidup pada masyarakat Tionghoa adalah sengsara, dukkha. Manusia dapat membebaskan diri dari penderitaan itu melalui kesempurnaan hubungan sosial. b. Hakikat Kerja

Etos tentang kerja pada orang Tionghoa banyak dipengaruhi oleh ajaran Konfusius. Dalam Konfusiusme terdapat ajaran yang disebut hubungan segitiga, yaitu hubungan antara konfusianisme, keluarga dan kerja. Max (dalam Hariyono, 1994:39) etos kerja pada masyarakat Tionghoa terletak pada keinginan untuk berbakti kepada keluarga serta memperoleh pahala.

c. Hubungan antara Manusia dengan Alam

(45)

3. Karakteristik Etnis non Tionghoa (Jawa) a. Hakikat Hidup

Hakikat hidup pada masyarakat Jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidup adalah sebagai rangkaian peristiwa yang penuh kesengsaraan, yang harus dijalankan dengan tabah dan pasrah.

b. Hakikat Kerja

Rakyat kecil beranggapan bahwa bekerja supaya mendapatkan makan. Sedangkan pada kalangan menengah ke atas memandang masalah tujuan akhir serta pengaruh daya upaya manusia dikaitkan dengan pahala.

c. Hubungan antara Manusia dan Alam

(46)

4. Konsep Diri dari Segi Etnis

Menurut Cooley (dalam Sarlito, 2009:53) konsep diri seseorang diperoleh dari hasil penilaian atau evaluasi orang lain terhadap dirinya. Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul, pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial. Orang lain mempunyai pengaruh di dalam proses pembentukan konsep diri, karena penilaian orang lain yang diberikan akan membantu individu, mengetahui kesan orang lain terhadap dirinya.

(47)

C. Konsep Diri dan Jenis Kelamin 1. Pengertian Jenis Kelamin

Kesadaran akan kelaki-lakian atau keperempuanan seseorang dan semua implikasinya dalam masyarakat merupakan aspek penting dalam perkembangan konsep diri. Menurut Maccoby (dalam Papalia, 2008:373) jenis kelamin adalah perbedaan psikologis atau perilaku antara pria dan wanita. Perempuan dan laki-laki sejak lahir telah mempunyai perbedaan secara biologis. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksi sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur, dan secara biologis perempuan mengalami menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan tidak dapat ditukarkan diantara keduanya.

Disaat awal kehidupan berlangsung individu sudah dapat dikatakan mempunyai jenis kelamin pria atau mempunyai jenis kelamin perempuan. Menurut Keenan (dalam Papalia, 2008:373) ketika masa bayi perbedaan menjadi pria dan wanita sangat sedikit, kedua jenis kelamin tersebut sama-sama sensitif terhadap sentuhan dan cenderung untuk tumbuh gigi, duduk, dan berjalan pada usia yang sama.

(48)

memiliki kekuatan dan kontrol yang lebih kecil dibanding pria. Pada pria mempunyai motorik cenderung lebih agresif dibanding wanita, diharapkan pada anak pria lebih dapat membangun sifat maskulin sementara pada anak wanita lebih dapat membangun sifat feminin. Hal ini yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mendasar pada pria maupun wanita.

(49)

2. Perbedaan Antara Pria dan Wanita

Pria dan wanita mempunyai perbedaan sejak saat awal kehidupan yang mendasar, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu tersebut, perbedaan tersebut meliputi:

a. Menurut Keenan (dalam Papalia 2008:373)

Pada bayi perempuan memiliki keuntungan biologis bahwa mereka tidak terlalu rentan dibandingkan dengan anak pria, dari mulai kehamilan dan proses perkembangan lebih cepat, memiliki reaktivitas yang lebih rendah terhadap stres, dan lebih dapat bertahan hidup pada masa bayi.

b. Menurut Eaton (dalam Papalia 2008:373)

Bayi pria sedikit lebih panjang, lebih kuat dan lebih berat dibandingkan dengan bayi perempuan. Bayi pria lebih aktif dibandingkan dengan bayi perempuan.

c. Menurut Turner (dalam Papalia 2008:373)

Perbedaan antara pria dan wanita terjadi pada perilaku paling awal yang mulai muncul diusia 2 tahun, adalah pemilihan mainan dan aktivitas permainan serta teman bermain dari jenis kelamin yang sama.

d. Menurut Coei (dalam Papalia 2008:373)

(50)

dan kooperatif terhadap orang tua dan mencari pembenaran pada orang dewasa dibandingkan pada anak laki-laki.

e. Menurut Halpern (dalam Papalia 2008:374)

Secara kognitif pada anak perempuan cenderung lebih baik dalam tugas verbal, pada komputasi matematika, dan pada tugas yang mensyaratkan motoris halus dan keterampilan perseptual, sedangkan anak laki-laki lebih baik dalam hampir seluruh kemampuan spasial dan dalam matematika abstrak serta penalaran ilmiah.

f. Menurut Buckner (dalam Papalia 2008:374)

(51)

3. Konsep Diri Dilihat dari Jenis Kelamin

Konsep diri dapat terbentuk dengan adanya pengaruh di dalam keluarga, lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat yang lebih luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang berbeda, berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Tuntutan ini berdasarkan tiga macam kekuatan yang berbeda yaitu: biologis, lingkungan keluarga dan kebudayaan. Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (dalam Sarlito, 2009:53) konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik. Individu yang mempunyai keyakinan pada dirinya, mempunyai sikap percaya diri, dan memiliki sikap menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya.

(52)

Faktor keluarga juga berpengaruh terhadap besar kecilnya agresifitas pada pria dan wanita. Sebagai contoh: orang tua akan memperlakukan anak pria secara berbeda dengan anak wanita. Seorang anak wanita cenderung mendapat perlakuan yang lebih lembut dan kurang agresif dibandingkan dengan perlakuan kepada anak pria. Hal ini membuat terbentuknya perilaku lembut dan halus pada wanita.

(53)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kajian pustaka dalam penelitian ini, maka ditentukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat konsep diri pada siswa beretnis Tionghoa dan siswa beretnis non Tionghoa pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

2. Ha : Ada perbedaan tingkat konsep diri pada siswa beretnis tionghoa dan siswa beretnis non tionghoa pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

3. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat konsep diri pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. 4. Ha : Ada perbedaan tingkat konsep diri pada siswa berjenis

(54)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai: jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan pendekatan survei. Penelitian deskriptif komparatif merupakan metode yang menjelaskan dan melaksanakan perbandingan data dari hasil dua penelitian dengan perlakuan yang berbeda. Aswani (dalam Suharsimi, 2006:267) menjelaskan tujuan penelitian komparatif adalah untuk menemukan persamaan dan perbedaan dari dua variabel. Dalam penelitian deskriptif, peneliti menggunakan strategi kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner untuk mengumpulkan data.

(55)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Stella Duce 1 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini melibatkan siswa-siswa kelas VII, karena peneliti ingin mengetahui konsep diri yang dimiliki siswa-siswa yang sedang berada dalam masa peralihan dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama. SMP Stella Duce 1 Yogyakarta dipilih sebagai tempat penelitian karena : (1) Peneliti pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL), sehingga telah mendapatkan sedikit banyak informasi mengenai konsep diri pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta (2) SMP tersebut mempunyai siswa-siswa yang beretnis tionghoa maupun non tionghoa secara berimbang sehingga memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek penelitian, (3) SMP tersebut memiliki siswa-siswa yang heterogen yang berarti mempunyai keadaan siswa yang beragam yaitu siswa perempuan dan siswa laki-laki, sehingga memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek penelitian.

Tabel 1 Subjek Penelitian

Kelas Lk P T Non T Jumlah

VII Lenso 14 20 16 18 34

VII Lumense 12 18 13 17 30

VII Pendet 12 19 15 16 31

VII Bedaya 10 15 8 17 25

(56)

Penelitian ini melibatkan siswa kelas VII. Pada saat dilakukan penyebaran kuesioner, jumlah siswa yang hadir berjumlah 120 siswa.

C. Metode Pengumpulan Data

Sukardi (2003:194) menjelaskan bahwa penelitian survei dapat dilakukan dengan menggunakan satu metode atau lebih. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket untuk panduan pengumpulan data. Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada prinsip-prinsip skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 134).

Instrumen atau alat pengumpulan data berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang diteliti. Pernyataan yang terdapat dalam kuesioner terdiri dari pernyataan positif atau favorable dan pernyataan negatif atau unfavorable. Pernyataan positif atau favorable merupakan konsep perilaku yang sesuai mendukung atribut yang diukur, sedangkan pernyataan negatif atau unfavorable merupakan konsep perilaku yang tidak sesuai mendukung atribut yang diukur.

(57)

Norma skoring yang digunakan dalam pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2 Norma Skoring

Alternatif Jawaban SkorFavorable SkorUnfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Kurang Setuju 1 4

(58)

Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner

No Aspek Sub Aspek Favorable Unfavorable

1

penampilan 11, 12 13, 14

2

yang berlaku 23, 24 25, 26

3 Diri pribadi (personal self)

1. Memiliki rasa percaya

diri 27, 28 29, 30

2. Menghargai diri

sendiri 31, 32 33, 34

3. Memiliki prinsip

dalam diri 35, 36 37, 38

4 Diri keluarga (family self)

1. Mengetahui perannya

didalam keluarga 39, 40 41, 42 2. Mengetahui

kewajiban dalam

keluarga 43, 44 45, 46

5 Diri sosial

1. Menjalin relasi baik

dengan orang lain 47, 48 49, 50 2. Memiliki rasa peduli

terhadap orang lain 51, 52, 53 54, 55

(59)

D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas

Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Proses validitas meliputi pengumpulan bukti-bukti untuk menunjukan dasar penafsiran skor seperti yang direncanakan. Validitas adalah penafsiran skor tes seperti tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran atau pemaknaan harus divalidasi.

Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dapat diperoleh dari analisis hubungan antara isi tes dan konstruk yang ingin diukur. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan caraProffesional judgement(Azwar 2004:45). Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya berdasarkan pertimbangan para ahli (experts judgment). Dalam penelitian ini istrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).

Hasil konsultasi dan telaah yang dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan pengujian empirik dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi

(60)

Keterangan :

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 2007;103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur.

(61)

Tabel 4

Rincian Item yang Valid dan Gugur Kuesioner Konsep Diri

Aspek Sub Aspek Favorabel Unfavorabel Valid Gugur

Diri

penampilan 11, 12 13, 14 11,12,13 14

Diri

etika-berbicara santun 19, 20 21, 22

19,20, 21 3. Mentaati

peraturan yang

berlaku 23, 24 25, 26

22,23,24,

percaya diri 27, 28 29, 30

27,28,29, 30 2. Menghargai diri

sendiri 31, 32 33, 34 32,34 31,33

3. Memiliki

prinsip dalam diri 35, 36 37, 38 35,36 37,38

Diri

keluarga 39, 40 41, 42

39,40,41, 42 2. Mengetahui

kewajiban dalam

keluarga 43, 44 45, 46

(62)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ketetapan dari hasil pengukuran. Ketepatan menunjuk kepada instrumen yang dinyatakan benar atau sesuai dalam pengukuran. Instrumen yang tepat adalah instrumen di mana pernyataannya jelas, mudah dimengerti dan rinci. Sukardi (2003: 127) mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisienAlpha Cronbach(α). Adapun rumus koefisien reliabilitasAlpha Cronbach(α) adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

]

Keterangan rumus :

S12dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

(63)

Tabel 5 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91–1,00 Sangat positif

2 0,71–0,90 Positif

3 0,41–0,70 Cukup Positif

4 0,21–0,40 Kurang Positif

5 negatif–0,20 Sangat Kurang Positif

Dari hasil uji coba empirik yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta dengan jumlah subjek (N) 40 siswa, diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,728. Berdasarkan peninjauan terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi.

E. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2011: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Menentukan kategori

(64)

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009:107). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari kurang positif sampai dengan sangat positif.

Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009:108), yang mengelompokkan tingkat konsep diri siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta ke dalam lima kategori yaitu;sangat kurang positif, kurang positif, sedang, positif dan sangat positif dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 6

Norma Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Norma/Kriteria Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ Sangat kurang positif µ -1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Kurang positif

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Cukup positif µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Positif

µ +1,5 σ <X Sangat Positif

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala.

(65)

Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis.

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tingkat konsep diri siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta dengan jumlah item = 43, diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 43 = 172

Skor minimum teoritik : 1 x 43 = 43

Luas jarak : 172–43 = 129

Standar deviasi (σ / sd) : 129 : 6 =22

µ (mean teoritik) : (172+43):2 =108

(66)

Tabel 7

Norma Kategorisasi Konsep Diri Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor

Kategori Makna X≤µ -1,5σ ≤ 76 Sangat Rendah Sangat kurang

positif µ +1,5 σ <X ≥ 141 Sangat Tinggi Sangat positif

Berdasarkan norma kategori pada tabel 7, ditetapkan pengelompokan tingkat capaian skor butir konsep diri pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta dengan jumlah subjek = 120, diperoleh unsur perhitungan skor item sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 120 = 480 Skor minimum teoritik : 1 x 120 = 120 Luas Jarak : 480– 120 = 360 Standar deviasi (σ / sd) : 360 : 6 = 60 µ (mean teoritik) : (480+120) : 2 = 300

(67)

Tabel 8

Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Konsep Diri Norma Skor Rentang Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ ≤90 Sangat Kurang Positif µ -1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 91-270 Positif

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 271-330 Cukup Positif µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 331-420 Kurang Positif µ +1,5 σ <X ≥420 Sangat Kurang Positif

2. Melakukan Uji Asumsi

Uji asumsi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya normalitas residual. Pada penelitian ini peneliti melakukan uji asumsi dengan uji Kolmogorov Smirnov. Kolmogorov Smirnov digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal. Nilai residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Langkah untuk melakukan uji asumsi pada penelitian ini dengan menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, langkah selanjutnya menggunakan uji homogenitas untuk mengetahui varian populasi data apakah antara dua kelompok memiliki varian yang sama atau tidak Priyatno (2014:84). Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok adalah sama.

Tabel 9 Uji Normalitas Etnis

Etnis N Mean K-S Sig. (2-tailed)

Tionghoa 52 132,23 0,760 0,611

(68)

Dari hasil uji asumsi yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, diketahui bahwa data berdistribusi normal karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 atau 0,760 > 0,05 untuk kelompok subjek Tionghoa dan 0,663> 0,05 untuk kelompok subjek non-Tionghoa.

Tabel 10

Uji Homogenitas Etnis Levene’s Test for Equality of Variances

F Sig

0,517 0,474

Dari hasil uji homogenitas yang telah dilakukan peneliti pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, diketahui bahwa data berasal dari populasi yang mempunyai varians sama sebab probabilitas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,474 > 0,05.

Tabel 11

Uji Normalitas Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Mean K-S Sig.(2-tailed)

Laki-laki 48 130,25 0,516 0,953

Perempuan 72 131,14 0,472 0,979

(69)

lebih besar dari 0,05 atau 0,516 > 0,05 untuk subjek dari etnis Tionghoa dan 0,472 > 0,05 untuk subjek berasal dari etnis non-Tionghoa.

Tabel 12

Uji Homogenitas Jenis Kelamin Levene’s Test for Equality of Variances

F Sig

0,330 0,566

Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan peneliti pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 diketahui bahwa data berasal dari populasi dengan varians yang sama dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,566 > 0,05.

F. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian

Berikut ini merupakan tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan dan analisis data:

1. Menyusun kuesioner konsep diri.

2. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut.

3. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban : Sangat Setuju=4, Setuju=3, Tidak Setuju=2, Kurang Setuju=1. Pada pernyataanfavorabledan sebaliknya pada pernyataanunfavorable. 4. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing

(70)

5. Mengkategorikan capaian skor konsep diri maupun item.

6. Analisis uji asumsi. Dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas pada setiap data variabel.

7. Analisis uji beda (t-tes). Pengujian ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Uji beda (t-tes) dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua sampel.

(71)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Konsep Diri pada Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner konsep diri, dilakukan analisis data dengan teknik deskriptif kategoris dan persentase yang disajikan dalam tabel 13 dan dalam grafik 1.

Tabel 13

Kategorisasi Tingkat Konsep Diri pada

Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Kriteria Skor Kategori Distribusi Subjek Presentase

141 < X Sangat Positif 18 15%

120 < X < 141 Positif 86 72%

98 < X < 119 Cukup Positif 16 13% 76 < X < 97 Kurang Positif 0 0%

X < 76 Sangat Kurang Positif

0 0%

(72)

Dalam perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat konsep diri tergambar sebagai berikut:

Grafik 1

Tingkat Konsep Diri Siswa-Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015

Pengamatan pada tabel maupun grafik menunjukkan:

a. Terdapat 18 siswa (15%) yang memiliki konsep diri sangat positif. b. Terdapat 86 siswa (72%) yang memiliki konsep diri positif. c. Terdapat 16 siswa (13%) yang memiliki konsep diri cukup positif d. Tidak terdapat siswa yang memiliki konsep diri kurang positif.

Jadi, sebagian besar siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta telah memiliki konsep diri dalam kategori positif sebanyak 72%, hal ini dibuktikan dari jumlah subjek sebanyak 120 yang dilakukan penelitian terdapat 86 siswa yang telah memiliki konsep diri positif.

0

Sangat Positif Positif Cukup Positif Kurang Positif Sangat Kurang Positif

(73)

2. Mengidentifikasi capaian skor pengukuran konsep diri yang kurang positif frekuensi kemunculannya pada siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta. Berdasarkan analisis skor butir/item pengukuran konsep diri diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 14

Kategori Skor Item Konsep Diri

Pada Siswa SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Rentang

Skor

Kategori No Item Jumlah

≥420 Sangat Positif 19 1

331-420 Positif 1,2,3,4,5,8,10,11,12,13,14,15, 16,17,20,24,25,26,27,28,29,3 0,31,32,34,36,37,38,39,40,41,

42,43

33

271-330 Cukup Positif 6,7,9,18,21,22,23,33,35 9

(74)

tercapai secara optimal. Item-item yang masuk dalam kategori belum optimal, diuraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 15

Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Belum Optimal

No Aspek Sub Aspek No Item dan Pernyataan

1 Diri fisik(physical self) 1. Penerimaan Kondisi Fisik

6. Saya merasa ketika saya sedang berjalan orang-orang

menertawakan saya 2 Diri fisik (physical self) 2.Mengetahui

Kelebihan Kondisi Fisik

7.Saya suka dengan wajah yang saya miliki

(75)

3. Analisis Tingkat Konsep Diri pada Siswa Berdasarkan Etnis Sesuai dengan Hasil Uji-T.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri pada siswa yang berasal dari etnis tionghoa dan non-tionghoa dapat diketahui dengan hasil uji-T berikut ini, dan output hasil uji T dapat dilihat pada lampiran:

Tabel 16

Konsep Diri Ditinjau dari Segi Etnis Berdasarkan Hasil Uji T

(76)

sebesar 0.342 dan 0,343, sehingga dari uraian hasil uji-t tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 berdasarkan dari etnis Tionghoa dan non-Tionghoa tidak ada perbedaan secara signifikan.

4. Analisis Tingkat Konsep Diri pada Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Sesuai dengan Hasil Uji-T.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan konsep diri pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat diketahui dengan hasil uji-T berikut ini, dan output hasil uji T dapat dilihat pada lampiran:

Tabel 17

Konsep Diri Ditinjau dari Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Uji T

(77)
(78)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang tergambar dalam tabel 13, terdapat 18 siswa (15%) yang memiliki konsep diri sangat positif, terdapat 86 siswa (72%) yang memiliki konsep diri positif, terdapat 16 siswa (13%) yang memiliki konsep diri cukup positif, tidak terdapat siswa (0%) yang memiliki konsep diri kurang positif. Berdasarkan paparan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 telah memiliki konsep diri yang positif.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh peneliti pada Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta, tampak perilaku yang mengidentifikasikan bahwa siswa SMP tersebut memiliki konsep diri yang belum optimal. Namun, hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar siswa SMP tersebut memiliki konsep diri yang positif. Ada kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman terutama yang berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dimana siswa memperoleh pengalaman tentang dirinya dengan cara memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga. Faktor tersebut menjelaskan bahwa pengalaman yang diperoleh seseorang untuk dapat mengungkapkan perasaan yang sedang dialami, akan membantu meningkatkan konsep diri seseorang.

(79)

orang lain yang mempunyai pengaruh terhadap konsep diri yakni, orang-orang yang dianggap mempunyai peran penting pada diri seseorang-orang, (2) kelompok acuan, seseorang yang menjadi anggota dalam suatu masyarakat akan mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu, hal ini juga turut serta dalam proses pembentukan konsep diri, (3) Jenis kelamin, seseorang akan membentuk konsep diri sesuai dengan perannya sebagai wanita maupun pria.

Hasil tersebut semakin diperkuat dengan keyakinan individu untuk berkompetensi, sehingga akan membantu meningkatkan konsep diri seseorang. Faktor aktualisasi diri akan membantu meningkatkan konsep diri hal ini berpengaruh pada kemampuan individu tersebut untuk dapat menampilkan diri yang sebenarnya sesuai dengan potensi, realisasi dan implementasi yang ada pada diri individu tersebut. Konsep diri merupakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri bukan bawaan dari lahir melainkan, tumbuh dan berkembang sesuai usia seorang individu. Konsep diri seseorang berkembang dari pengalaman-pengalaman yang diperolehnya yang berasal dari interaksi dengan lingkungan.

(80)

Menurut Burns (dalam Hutagalung, 2007:23) konsep diri terbagi atas konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri negatif tercermin dari: individu yang sulit menerima kritikan orang lain, mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, sulit untuk mengakui kesalahan sendiri, sulit mengungkapkan perasaan, dan sering menarik diri. Sikap negatif ini merupakan dasar bagi tidak adanya perhatian dan kasih sayang terhadap orang lain. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri positif tercermin pada: individu yang terbuka, tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, dan mempunyai kepekaan terhadap orang lain.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak adanya perbedaan konsep diri yang dimiliki pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 dilihat dari segi etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa, hal ini dibuktikan dengan adanya persamaan hasil Sig.(2 tailed. Konsep diri dapat terbentuk dari adanya berbagai faktor diantaranya adalah faktor kelompok acuan (reference group), bahwa setiap individu merupakan bagian anggota dalam berbagai kelompok atau asal daerah. Dapat dikatakan bahwa etnis tidak turut serta dalam proses pembentukan konsep diri, hal ini didasari bahwa pada siswa jaman sekarang sudah banyak yang meninggalkan unsur keturunan dalam pembentukan konsep dirinya.

(81)
(82)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan konsep diri siswa.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:

1. Sebagian besar siswa-siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 mempunyai konsep diri positif. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah mampu dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dengan kata lain, bahwa pada siswa-siswa kelas VII SMP Stella Duce 1 Yogyakarta telah memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya.

(83)

3. Pada siswa-siswa kelas VII di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta baik siswa yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki konsep diri yang sama. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan konsep diri yang dimiliki pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan kelas VII di SMP Stella Duce 1 Yogyakarta.

B. Saran-saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang diberikan kepada pihak-pihak terkait dalam penelitian ini:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Diharapkan guru bimbingan dan konseling dapat menambahkan materi bimbingan yang berkaitan dengan konsep diri. Supaya siswa dapat mengetahui pengertian konsep diri yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah pengertian.

2. Bagi Peneliti Lain

(84)

DAFTAR PUSTAKA

Adryanto Michael .1994.Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Agustiani, Hendriarti. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik: Jakarta. Ghalia Indonesia.

Azwar, Saifudin. 2007.Sikap Manusia Ed. 2. Yogyakarta: PustakaPelajar. ---. 2009.Penyusunan Skala Psikologis.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

---. 2011.Reliabilitas dan Validitas Ed. 3.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burns. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.

Hadiyanto Purnomo . 2006.Konsep Diri Remaja. Jakarta: Erlangga.

Hariyono. 1994.Kultur Cina dan Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan.Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Hutagalung Inge. 2007.Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Indeks.

Kartono. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan & Industri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Komalasari. 2011.Teori Dan Teknik Konseling.Jakarta: Indeks.

Masidjo, I. 1995.Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Gambar

Grafik 1. Tingkat Konsep Diri.........................................................................
Tabel 1 Subjek Penelitian
Tabel 2 Norma Skoring
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner
+3

Referensi

Dokumen terkait

This is in particular true of the binary encodings, variable array size, local and reference frames and semantics concepts4. Summary of change:  Add clear examples and

Apabila besar sudut H lebih besar 15º maka bentuk profil wajah adalah cembung, sedangkan bila lebih kecil dari 7º maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih

Penelitian ini mengembangkan dari aplikasi sistem pakar yang telah ada sebelumnya pada penerapan ilmu psikolog klinis dengan diimplementasikan sebagai aplikasi

Ekonometrika sebagai suatu hasil dari suatu hasil tnjauan tertentu tentang peran ilmu ekonomi, mencakup aplikasi statistic matematik atas data

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Pengakhiran kepailitan dapat terjadi karena pencabutan (Pasal 18 ayat (1) UUK dan PKPU), perdamaian yang berkekuatan hukum, atau karena telah

Pengaruh Inovasi Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Pengusaha Batik Trusmi Di Kabupaten Cirebon.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering