ABSTRAK
OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN (Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015)
Krisna Saragih Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi konsep diri siswa dan mengetahui seberapa optimal konsep diri siswa melalui layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media permainan pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru BK. Subjek penelitian berjumlah 24 siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII A. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Penelitian terdiri dari dua siklus, setiap pertemuan dilakukan 1 x 55 menit. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner konsep diri siswa yang didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan klasikal berlangsung, wawancara, dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis kuesioner konsep diri, observasi konsep diri, wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling dan siswa, ditemukan adanya optimalisasi konsep diri siswa SMP Kanisius Kalasan melalui layanan bimbingan klasikal dengan media permainan. Hal ini ditunjukkan dengan rincian sebagai berikut: (1) pratindakan terdapat 1 siswa (4,2%) yang konsep dirinya rendah, 14 siswa (58,3%) konsep dirinya sedang, 9 siswa (37,5%) konsep dirinya tinggi. (2) Kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 3 siswa (12,5%) yang konsep dirinya sedang, 9 siswa (37,5%) yang konsep dirinya tinggi, 16 siswa (50%) yang konsep dirinya sangat tinggi. (3) Pada perbaikan siklus 2 menjadi 3 siswa (12,5%) yang konsep dirinya tinggi dan 21 siswa (87,5%) konsep dirinya sangat tinggi. Dari hasil wawancara, dan dokumentasi diperoleh keterangan bahwa siswa SMP Kanisius Kalasan memiliki konsep diri yang baik. Berdasarkan data hasil observasi konsep diri, hasil kuesioner konsep diri, wawancara, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa konsep diri remaja di SMP Kanisius Kalasan dapat optimal setelah mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media permainan.
ABSTRACT
STUDENT SELF-CONCEPT OPTIMIZATION THROUGH CLASSICAL COUNSELING SERVICES
USING GAME MEDIA
(Counseling Action Research on grade VIII-A student of Kanisius Junior high School, Kalasan, Yogyakarta
Academic Year 2014/2015) knowing how optimal their self concept after receiving classical counseling services using the game media in grade VIII-A Kanisius Junior high school, Kalasan ,Yogyakarta, Academic Year 2014/2015.
This study is an action research conducted collaboratively by researchers and teachers in junior high school guidance counseling Canisius, involving 24 students as research subjects. Each cycle of the service carried out once meeting between the counselor and the student classically. The study consisted of two cycles of meetings, each meeting was held for 1 x 55 min. Data were collected by self-concept questionnaire and also supported by the observation, interviews, and documentation during the classical guidance activities.
Based on the analysis performed, there was an optimization level of
OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA
MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN
(Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A
SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015
)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Krisna Saragih NIM: 101114027
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA
MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN
(Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A
SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015
)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Krisna Saragih NIM: 101114027
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Allah Tri Tunggal Maha Kudus yang menjadi guru
kehidupan saya.
2. Timpimpinan Propinsi dan semua suster SSpS Propinsi
Maria Bunda Allah Jawa yang telah mendukung dan
menyemangati saya selama menjalankan tugas studi di
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
MOTTO
“ Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”
(Lukas 22:42)
“ Allah sendiri dapat memenuhi kerinduan hati anda Hati manusia terlampau luas, terlalu besar, tak mungkin
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Februari 2015
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Krisna Saragih
NIM : 101114027
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA MELALUI LAYANAN
BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
PERMAINAN (Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A
SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberi royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Februari 2015
ABSTRAK
OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN (Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015)
Krisna Saragih Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi konsep diri siswa dan mengetahui seberapa optimal konsep diri siswa melalui layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media permainan pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru BK. Subjek penelitian berjumlah 24 siswa SMP Kanisius Kalasan kelas VIII A. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Penelitian terdiri dari dua siklus, setiap pertemuan dilakukan 1 x 55 menit. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner konsep diri siswa yang didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan klasikal berlangsung, wawancara, dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis kuesioner konsep diri, observasi konsep diri, wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling dan siswa, ditemukan adanya optimalisasi konsep diri siswa SMP Kanisius Kalasan melalui layanan bimbingan klasikal dengan media permainan. Hal ini ditunjukkan dengan rincian sebagai berikut: (1) pratindakan terdapat 1 siswa (4,2%) yang konsep dirinya rendah, 14 siswa (58,3%) konsep dirinya sedang, 9 siswa (37,5%) konsep dirinya tinggi. (2) Kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 3 siswa (12,5%) yang konsep dirinya sedang, 9 siswa (37,5%) yang konsep dirinya tinggi, 16 siswa (50%) yang konsep dirinya sangat tinggi. (3) Pada perbaikan siklus 2 menjadi 3 siswa (12,5%) yang konsep dirinya tinggi dan 21 siswa (87,5%) konsep dirinya sangat tinggi. Dari hasil wawancara, dan dokumentasi diperoleh keterangan bahwa siswa SMP Kanisius Kalasan memiliki konsep diri yang baik. Berdasarkan data hasil observasi konsep diri, hasil kuesioner konsep diri, wawancara, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa konsep diri remaja di SMP Kanisius Kalasan dapat optimal setelah mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media permainan.
ABSTRACT
STUDENT SELF-CONCEPT OPTIMIZATION THROUGH CLASSICAL COUNSELING SERVICES
USING GAME MEDIA
(Counseling Action Research on grade VIII-A student of Kanisius Junior high School, Kalasan, Yogyakarta
Academic Year 2014/2015) knowing how optimal their self concept after receiving classical counseling services using the game media in grade VIII-A Kanisius Junior high school, Kalasan ,Yogyakarta, Academic Year 2014/2015.
This study is an action research conducted collaboratively by researchers and teachers in junior high school guidance counseling Canisius, involving 24 students as research subjects. Each cycle of the service carried out once meeting between the counselor and the student classically. The study consisted of two cycles of meetings, each meeting was held for 1 x 55 min. Data were collected by self-concept questionnaire and also supported by the observation, interviews, and documentation during the classical guidance activities.
Based on the analysis performed, there was an optimization level of
student’s self-concept through classical counseling services using the game media. This is shown by the description of the following findings: (1) in the pre-action there is 1 student (4.2%) with a low level of self-concept, 14 students (58.3%) with a middle level of self-concept, 9 students (37, 5%) with a high level of self-concept. (2) then in the first cycle increased. 3 students (12.5%) with a moderate level of self-concept, 9 students (37.5%) with a high level of self-concept, 16 students (50%) with a very high level of self-concept. (3) In the improvement cycle of 2 to 3 students (12.5%) with a high level of self-concept, and 21 students (87.5%) with a very high level of self-concept. Based on research interviews and documentation, show that subjects involved in this research have a good self-concept. Generally, based on a combination analysis of observation, questionnaires, interviews, and documentation of student self concept, it can be concluded that the students self-concept in Kanisius junior high school Kalasan experience optimal self concept after following the classical counseling services using the game media.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Tri Tunggal Maha Kudus atas rahmat dan
pendampinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi (Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Bimbingan dan
Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan tidak hanya dari usaha dan kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tim Pimpinan Propinsi yang telah memberi kepercayaan dan kesempatan untuk mengembangkan diri melaliu studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, beserta seluruh suster SSpS di Propinsi Maria Bunda Allah Jawa yang telah mendukung lewat doa dan perhatiannya sehingga dapat menyelesaikan tugas studi ini.
2. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu, membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Yusup Indrianto P., S,Pd selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan
5. Sr. Wati Irene, FCJ selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6. Siswa-siswi kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Yoyakarta tahun pelajaran 2014/2015 yang telah bersedia menjadi subjek dan membantu penulis dalam proses pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Para suster komunitas Roh Suci Yogyakarta yang telah mendukung lewat
doa, perhatian, kususnya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi, dorongan dan doa kepada penulis.
9. Stefanus Pryatmoko selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan skripsi.
10.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2010 yang telah memberikan kontribusi positif bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini. Oleh karena itu, sumbang saran dari pembaca, sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi
ABSTRAK vii
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 11
A. Hakekat Konsep Diri 11 1. Pengertian Konsep Diri 11
2. Jenis Konsep Diri 12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri 12 4. Aspek-aspek Konsep Diri 13 5. Karakteristik Remaja……….... 14 6. Kualitas Individu Memiliki Konsep Diri Negatif……….... 16 7. Kualitas Individu Memiliki Konsep Diri Positif……….... 17 B. Bimbingan Klasikal 17 1. Pengertian Bimbingan Klasikal 17
C. Permainan 19
3. Kelebihan dari Permainan 21
4. Prinsip-prinsip Permainan……….. 22
5. Jenis-jenis Permainan………. 23
BAB III METODE PENELITIAN 25 A. Jenis Penelitian 25 B. Subjek dan Obyek Penelitian 26 C. Waktu dan Tempat Penelitian 26 D. Setting Penelitian 26 E. Jadwal Penelitian 28 F. Prosedur Penelitian 28 G. Tahap Penelitian 30 H. Teknik Pengumpulan Data 34 I. Uji Coba 38 J. Teknik Analisis Data……… 40
K. Indikator Keberhasilan……… 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 45 1. Pratindakan………. 46
B. Hasil Observasi Perilaku Siswa 66 1. Data Awal Peneliti………. 68
2. Siklus I……… 69
3. Siklus II………... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan 25
Tabel 2 : Kriteria Panduan Observasi Siswa 30
Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner 32
Tabel 4 : pedoman wawancara 33
Tabel 5 : Kategorisasi Skor Subjek 37
Tabel 6 : Kategorisasi Skor Item 37
Tabel 7 : Kriteria Keberhasilan 39
Tabel 8 : Jadwal Penelitian 40
Tabel 9 : Penggolongan Skor Konsep Diri Pratindakan 67
Tabel 10 : Penggolongan Skor Konsep Diri Siklus I 68
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Observasi Konsep Diri Negatif 62
Grafik 2 : Observasi Konsep Diri Positif 63
Grafik 3 : Persentase Hasil Observasi Pratindakan 64
Grafik 4 : Persentase Hasil Observasi Siklus I 65
Grafik 5 : Persentase Hasil Observasi Siklus II……… 66
Grafik 6 : Perbandingan Skor Hasil Observasi 66
Grafik 7 : Perbandingan Prasiklus, Siklus I 70
Grafik 8 : Perbandingan Siklus I dan Siklus II 70
Grafik 9 : Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II …………. 71
Grafik 10 : Perkembangan Skor Konsep Diri Antar Silus 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : SPB 91
Lampiran 2 : Kisi-kisi Penelitian 104
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian 107
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data Penelitian 110
Lampian 5 : Tabulasi Data Penelitian 114
Lampiran 6 : Photo-photo Penelitian 118
Lampiran 8 : Surat Keterangan Ijin Uuntuk Penelitian 125
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
batasan istilah.
A.Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa ambang dewasa (Hurlock 1990). Pada masa
ini remaja mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan
yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat
sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa. Clarke-stewart & Friedman
(Hendrianti 2006) menyatakan pada periode ini, remaja mulai melepaskan
secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya
yang baru sebagai orang dewasa. Remaja belajar untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan norma-norma yang berlaku ditempat ia berinteraksi.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari usia tiga belas tahun sampai
dengan usia enam belas atau tujuh belas tahun. Akhir dari masa remaja
bermula dari usia enam belas atau tujuh belas tahun sampai delapan belas
tahun. Masa remaja disebut juga sebagai masa yang bergejolak, dimana
mereka mengalami perubahan dalam sikap dan perilaku yang sejajar dengan
tingkat perubahan fisik.
Perkembangan kepribadian remaja dipengaruhi oleh bagaimana mereka
kepribadian remaja yang diungkapkan lewat cara berperilaku/berpenampilan
dan bagaimana ia menilai dan menerima dirinya. Setiap remaja akan memiliki
konsep diri yang berbeda-beda, ini disebabkan dari hasil interaksi remaja
dengan lingkungannya. Konsep diri sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang
diri sendiri. Taylor Comb (Hendrianti 2006) menyatakan dengan bertambahnya
usia, pandangan tentang diri menjadi lebih banyak didasari oleh nilai-nilai yang
diperoleh lewat interkasi dengan orang lain. Pandangan tentang diri
mempengarui kondisi dalam kehidupan remaj yang turut membentuk pola
kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri (Hurlock, 1990).
Seifert dan Huffnung (Desmita, 2010), mendefinisikan konsep diri
sebagai suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Santrock
(Desmita, 2010) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi
bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu Atwater (Desmita, 2010)
menyebut bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mendefinisikan konsep diri
atas tiga bentuk. Petama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu
bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu
bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga,
social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burns (Desmita, 2010), konsep diri adalah hubungan antara
sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Cawagas menjelaskan
fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihan atau
kecakapannya, kegagalan, dan sebagainya.
Konsep diri dapat digambarkan sebagai sebuah kemampuan yang
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang, atau sebagai sistem operasi
yang menjalankan komputer mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir
seseorang. Setelah ter-install, konsep diri akan masuk ke pikiran bawah sadar
dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
Semakin baik atau positif konsep diri seseoarang, maka akan semakin mudah ia
mencapai keberhasilan. Sebab dengan konsep diri positif, seseorang akan
bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula
gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan
tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir positif. Kita berusaha mewujudkan
konsep diri yang positif dalam diri remaja sehingga mamapu menampilkan diri
yang positif.
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak
dilahirkan dengan konsep diri tertentu. Bahkan ketika lahir, kita tidak memiliki
konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, kita tidak memiliki
pengetahuan tentang diri kita, serta tidak memiliki pengetahuan apapun tetang
diri kita sendiri (Desmita, 2010). Konsep diri terbentuk melalui proses belajar
yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa, konsep diri juga
terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap orang lain tentang
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri
seseorang.
Menurut Hurlock (1990) mengemukakan bahwa konsep diri dapat
dibagi menjadi dua, yaitu (a) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep
seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan
hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain
terhadap dirinya. (b) Konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang
mengenai ketrampilan dan kepribadian yang didambakannya. Setiap macam
konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari
konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan
seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan
gengsi yang diberikan tubuhnya dimata orang lain, dengan demikkian
diharapkan selain memahami diri dan menerima dirinya, remaja juga
diharapkan tidak mudah kehilangan arah dalam hidupnya, tidak mudah
terpengaruh dan shock apabila mengalami perubahan, tetapi mempunyai
sebuah tolok ukur dalam bertindak dalam hidup. Gunawan (2007)
mengemukakan, jika kita mengerti cara membuat suatu konsep diri yang baru
dan lebih baik, maka kita akan berhasil dalam bidang apa saja.
Hasil penelitian Srinarti, dkk tahun (2012) dalam Journal Konseling
menggambarkan fenomena yang terjadi pada siswa SMP Negeri 1 Secang
Kabupaten Magelang mengindikasikan gejala konsep diri negatif, hal itu
ditunjukkan pada saat proses belajar mengajar tidak mau menjawab pertanyaan
mode, mempunyai kebiasaan mengerjakan tugas asal-asalan dan merasa ragu
dalam mengambil keputusan.
Fakta lain yang yang menjadi sorotan yang cukup memprihatinkan
yang jika ditelaah memiliki kaitan erat dengan kurangnya pemahaman remaja
terhadap konsep diri dan pemanfaatan waktu untuk melakukan tindakan positif,
yaitu kasus NAPZA. Berdasarkan data badan Narkotika Nasional (BNN),
mengatakan bahwa pada tahun 1998-2005 adalah 50.401 orang, dimana pada
tahun 2005 ada 70% berusia 15- 19 tahun. Peluang waktu yang dimiliki remaja
tidak dimanfaatkan untuk aktifitas yang berguna, hal ini dikarenakan
pemahaman konsep diri yang kurang (www.bkkbn.go.id,2005).
Permasalahan di atas membuat peneliti tertarik untuk menggali lebih
banyak lagi tentang konsep diri siswa di SMP Kanisius Kalasan. Berdasarkan
data yang didapat dari hasil observasi peneliti di SMP Kanisius Kalasan,
terlihat perilaku yang mengarah pada konsep diri yang negatif yang ditandai
dengan kurangnya daya juang dalam mengerjakan tugas, memandang diri
lemah, tidak berani untuk sharing pengalaman didepan kelas saat mata
pelajaran berlangsung, berbicara tidak sopan, mengikuti mode lewat
penampilan diri.
Data peneliti diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan guru
BK, maka peneliti memperoleh data bahwa siswa SMP Kanisius Kalasan kelas
VIII A menunjukkan gejala konsep diri yang negatif. Hal itu ditunjukkan
dengan: (1) pada saat proses belajar mengajar siswa cenderung tidak mau
sebenarnya bisa, (2) mempunyai kebiasaan mengerjakan tugas asal-asalan, (3)
merasa ragu dalam mengambil keputusan, (3) ketidak yakinan akan
kemampuan dalam pelajaran yang mendorong untuk menyontek saat ujian,(4)
tidak bisa tenang, (5) tidak berani berinisiatif untuk tampil atau berbicara di
depan orang, (6) kebiasaan saling merendahkan, (7) bicara tidak sopan dan
mudah terpengaruh mode (penampilan, potongan rambut). Keadaan di atas
apabila dibiarkan akan menghambat kesuksesan siswa baik di bidang pribadi,
sosial, belajar maupun karir.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses bantuan secara
ilmiah, memiliki pendekatan, teknik dan strategi serta bidang layanan untuk
membantu siswa mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Salah satu
strategi bimbingan dan konseling adalah bimbingan klasikal (PMPTK, 2007).
Geltner dan Clark (2005) menyatakan bimbingan klasikal (classroom
guidance) merupakan bagian yang penting diberikan dalam kurikulum
bimbingan, yaitu sekitar 25% sampai dengan 35%. Layanan bimbingan
klasikal merupakan cara yang paling efektif dalam mengidentifikasi siswa
yang membutuhkan perhatian ekstra (Myrick, 2003; Geltner dan Clark, 2005).
Dalam kaitannya dengan pengertian bimbingan klasikal, Gysber & Henderson
(1998) menyatakan bahwa bimbingan klasikal merupakan bentuk kegiatan
yang diselenggarakan dalam guidance curriculum. Meskipun kurikulum
bimbingan merupakan inti dari kegiatan layanan, namun hanya terdapat 24%
studi yang dilakukan pada area ini. Review terhadap 12 hasil studi yang
bahwa: delapan studi yang meneliti tentang keberhasilan bimbingan klasikal
dalam meningkatkan harga diri (selfesteem) dan konsep diri (self concept).
Ada berbagai media yang bisa diterapkan bagi siswa untuk
meningkatkan konsep diri, salah satunya adalah memalalui permainan. Media
permainan dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
mendengar, berbahasa, melihat, mengamati, berimajinasi, berpikir kreatif,
mengingat, berkonsentrasi, berhitung, bersosialisasi kemampuan motorik, dan
lain-lain. Media permainan mengarah pada penyelesain konflik dan membantu
siswa untuk mengerti pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Berdasarkan
uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan Bimbingan dan
Konseling mengenai upaya peningkatan konsep diri melalui layanan bimbingan
klasikal dengan bantuan media permainan pada siswa kelas VIII SMP Kanisius
B.Rumusan Masalah
Berangkat dari beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini,
dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut:
1. Apakah konsep diri siswa dapat dioptimalkan melalui layanan bimbingan
klasikal dengan bantuan media permainan?
2. Seberapa tinggi optimalisasi konsep diri siswa kelas VIII A SMP Kanisius
Kalasan setelah mengikuti penerapan layanan bimbingan klasikal dengan
bantuan media permainan antar siklus?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengoptimalkan konsep diri siswa melalui layanan bimbingan klasikal
dengan media permainan
2. Mengetahui seberapa tinggi optimalisasi konsep diri siswa kelas VIII A
SMP Kanisius Kalasan setelah mengikuti penerapan layanan bimbingan
klasikal dengan bantuan media permainan antar siklus.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam
menggunakan media untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru BK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai
dasar untuk memberikan layanan bimbingan klasikal dengan
menggunakan media permainan.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini memberi kesempatan kepada peneliti untuk berlatih
mengaplikasikan penelitian tindakan dalam Bimbingan dan Konseling
guna meningkatkan konsep diri siswa melalui layanan bimbingan
klasikal dengan bantuan media permainan.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mengetahui
atau mengenal dirinya dan belajar untuk lebih menerima dirinya.
d. Bagi peneliti lain
Dapat memberikan inspirasi dan referensi untuk penelitian sejenis.
E.Definisi Operasional
1. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri yang
dapat mempengaruhi pola pemikiran dan perilaku individu.
2. Bimbingan klasikal
Bimbingan klasikal adalah bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang
disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal
masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman
pendidikan bagi dirinya sendiri
3. Permainan
Permainan adalah suatu media pembelajaran yang memabantu manusia
untuk memproduksi diri melalui proses pengalaman, perilaku, dan realitas
sosial. Permainan adalah seperangkat batasan yang dijabarkan tujuan yang
tujuan yang diberikan kepada pemain, aturan yang harus diikuti pemain,
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bab ini dipaparkan secara singkat mengenai pengertian konsep diri,
pembentukan konsep diri, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri,
aspek-aspek konsep diri,karakteristik remaja yang memiliki konsep diri positif,
faktor-faktor positif-negatif yang mempengaruhi konsep diri, dan media permainan.
A.Hakikat Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri
Rogers (dalam Budiharjo, 1997) menjelaskan bahwa konsep diri
adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan
disimbolisasikan, yaitu “aku” merupakan pusat refrensi setiap pengalaman.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara
perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangaan tentang
diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya” dan “apa sebenarnya
yang harus kuperbuat”.
Brooks (1971: 64) menyatakan bahwa diri meliputi aspek fisik,
aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan
interaksi kita dengan orang lain. Konsep diri adalah semua persepsi kita
terhadap aspek. Amir dan Zulfanah (2011: 41) konsep diri merupakan
sebuah kepastian tentang anggapan atau identitas diri tentang siapa aku.
Berdasarkan pengertian konsep diri menurut para ahli di atas, dapat
pikiran diri sendiri atau dengan kata lain sikap terhadap diri sendiri yang
meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap diri sendiri.
2. Jenis Konsep Diri
Hurlock (dalam Inge, 2007: 22) menyatakan ada dua jenis konsep
diri yaitu:
a. Konsep diri sebenarnya adalah konsep seseorang tentang dirinya yang
sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain
serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya.
b. Konsep diri ideal adalah seseorang mengenai ketrampilan dan
kepribadian yang didambakannya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri:
a. Orang lain
Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang lain
terlebih dahulu. Konsep diri seseorang terbentuk dari bagaimana
penilaian orang lain mengenai dirinya.
b. Kelompok acuan
Kelompok yang mengarahkan perilaku individu sesuai dengan
norma dan nilai yang dianut dalam kelompok. Kelompok inilah yang
c. Keluarga
Keluarga, seperti cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orangtua, dan latar belakang kebudayaan.
4. Aspek-aspek Konsep Diri
Agustiani (2006: 139-141), membagi konsep diri dalam beberapa
aspek-aspek:
a. Aspek fisik
Aspek fisik meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu
mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti pentingnya
tubuh, dan perasaan gengsi dihadapan orang lain yang disebabkan oleh
keadaan fisiknya.
b. Aspek psikologis
Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis
dirinya, seperti perasaan mengenai kemampuan atau
ketidakmampuannya. Peranan tersebut akan berpengaruh terhadap rasa
percaya diri dan harga dirinya.
c. Aspek moral
Aspek moral merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan
arah dalam kehidupan individu atau seseorang dalam memandang nilai
yang dialaminya, religiusitas serta perilakunya (nilai-nilai hidup yang
dijalaninya).
d. Aspek sosial
Aspek ini meliputi kemampuan individu dalam berhubungan
dengan dunia diluar dirinya seperti perasaan mampu dan berharga dalam
lingkup interaksi sosial dengan orang lain secara umum, yaitu mencakup
hubungan antara individu dengan keluarga dan individu dengan
lingkungan.
5. Karakteristik Konsep Diri Remaja
Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting konsep
diri remaja, yaitu:
a. Abstract and idealistic
Gambaran konsep diri yang abstrak, misalnya dapat dilihat dari
pernyataan remaja mengenai dirinya: “saya seorang manusia. Saya tidak
dapat memutuskan sesuatu. Saya tidak tahu siapa diri saya”, sedangkan
deskripsi idealistik dapat dilihat dari pernyataan: “ saya orang yang
sensitif, yang sangat peduli terhadap perasaan orang lain. Saya rasa, saya
cukup cantik.”
b. Differentiated
Remaja menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau
situasi yang terdiferensiasi. Misalnya, remaja berusaha menggambarkan
keluarganya, atau dalam hubungannya dengan teman sebaya, dan bahkan
dalam hubungan romantis dengan lawan jenisnya.
c. The fluctiating self
Diri remaja akan terus akan terus memiliki ciri ketidakstabilan
hingga masa dimana remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya
yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir,
bahkan hingga masa dewasa awal.
d. Real and ideal, true and false selves
Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri
ideal mereka di samping diri yang sebenarnya, sesutau yang
membingungkan bagi remaja. Remaja dapat membedakan diri mereka
yang benar dan diri mereka yang palsu. Kecenderungan remaja
menunjukkan diri yang palsu hanya untuk membuat orang lain
menganguminya, untuk mencoba peran baru yang disebabkan adanya
pemaksaan dari orang orang lain untuk berperilaku palsu, karena orang
lain tersebut tidak memahami diri remaja yang sebenarnya.
e. Social comparison
Remaja menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi
diri mereka. Namun kesediaan remaja untuk mengakui bahwa mereka
menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka
f. Self-conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya, menjadi lebih introspektif, yang
mana hal ini menjadi bagian dari kesadaran diri remaja dan bagian dari
eksplorasi diri. Intropeksi tidak selalu terjadi ketika remaja dalam
keadaan isolasi sosial. Remaja meminta dukungan dari teman-temannya.
g. Self-protective
Mekanisme untuk mempertahankan diri. Menunjukkan adanya
kebingungan dan konflik yang diakibatkan danya usaha-usaha
introspektif untuk memahami dirinya, juga memiliki upaya untuk
melindungi dan mengembangkan dirinya.
h. Unconscious
Melibatkan bahwa komponen yang tidak disadari (unconscious)
termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari
(conscious).
i. Self-integration
Pada akhir masa remaja konsep diri menjadi lebih terintegrasi, di
mana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik manjadi satu
kesatuan. Remaja yanag lebih tua lebih mampu mendeteksi adanya
ketidakkonsistenan dalam gambaran diri mereka sebelummnya.
6. Kualitas Individu yang Memiliki Konsep Diri Negatif
Kualitas individu yang memiliki konsep diri negatif adalah:
b. Mengharapkan pujian untuk setiap tindakan yang dilakukan
c. Merasa tidak disukai orang lain dan beranggapan bahwa orang lain akan
menganggap negatif tentang dirinya
d. Suka mengkritik negatif kepada orang lain
e. Kurang mampu berinteraksi dengan orang lain
7. Kualitas Individu yang Memiliki Konsep Diri Positif
Kualitas individu yang memiliki konsep diri positif adalah:
a. Menyelesaikan masalah secara obyektif
b. Merasa sama dengan orang lain/memiliki kerendahan hati
c. Tidak malu saat dipuji, karena menyadari bahwa seseorang layak
mendapat pujian berdasarkan hasil yang dicapainya
d. Mampu memperbaiki diri
B.Bimbingan Klasikal
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Menurut Tolbert (dalam Fenti, 2010: 1) bimbingan adalah seluruh
program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang
diarahkan pada bantuan individu agar mereka dapat menyusun dan
melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek
kehidupannya sehari-hari. Winkel (1997: 519) menyatakan bimbingan
klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal
pengalamannya di sekolah bagi dirinya sendiri. Bimbingan klasikal
dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan dengan
topik-topik bimbingan yang relevan dan sejalan dengan kebutuhan siswa.
Pada dasarnya bimbingan klasikal merupakan bentuk dan sarana pelayanan
bimbingan yang diberikan konselor di dalam kelas dengan menyajikan
materi yang telah disiapkan sebelumnya untuk menunjang perkembangan
optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat
dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti,
2004). Bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan kelompok yang
diberikan dalam suasana kelompok kelas di sekolah.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
klasikal diberikan oleh konselor kepada kelompok dalam kelas-kelas
tertentu di sekolah. Sehingga dalam perkembangannya bimbingan kelompok
semacam ini sering disebut bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal
diberikan secara kontinyu dan sistematis sebagai bagian dari program
bimbingan dan konseling. Peserta didik diharapkan mampu menyerap,
mengevaluasi, dan merefleksikan nilai-nilai dalam bimbingan klasikal serta
menyusun rencana dalam setiap langkap hidupnya dan dan mengambil
C.Permainan
1. Pengertian Permainan (Games)
Games menurut Echols dan Shadily (1996) dalam kamus
Inggris-Indonesia berarti permainan. Permainan,bermain atau padanan kata dalam
bahasa Inggris disebut “games” (kata benda), “to play” (kata kerja), “toys”
(kata benda) ini berasal dari kata main berarti melakukan perbuatan untuk
tujuan bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak); perbuatan
sesuatu dengan sesuka hati, berbuat asal saja. (Wardani, 2009). Definisi
bermain dijelaskan Dockett & Fleer (Eva Imania Eliasa,M.Pd, 2011;
Musyawarah Guru BK) “was a process in enganging in aimless activities, could not be defined by activities, rather that it was an attitude mind”.
Bermain merupakan sebuah proses dalam mengikutsertakan peserta dalam
tujuan, namun lebih dari pembentukan sikap di dalamnya. Karakteristik
bermain menurut Fromberg(1992) dan Dockett & Fleer (2000) memberikan
gambaran bahwa bemain mempunyai sifat: simbolis, penuh arti, aktif,
menyenangkan, kerelaan, pembangunan peranan, episode.
Peter L. Berger (Utomo Dananjaya 2010), pada hakikatnya adalah
manusia memproduksi dirinya sendiri melalui pengalaman dalam realitas
sosial. Permainan sebagai media pembelajaran melibatkan siswa dalam
proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan, mendapat inspirasi,
terdorong uuntuk kreatif, dan berinteraksi dalam kegiatan dengan sesama
siswa dalam melakukan permainan (Utomo Dananjaya 2010; 165). Erikson
bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak
menguasai kecemasan dan konflik. Permainan adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran melalui berbagai bentuk permainan yang dapat digunakan
untuk memberi pengalaman menarik bagi siswa dalam memahami suatu
konsep yang telah dipahami, menguatkan konsep yang telah dipahami, atau
memecahkan masalah, dapat mengembangkan motivasi intrinsik, berlatih
mengambil keputusan, berlatih dalam mengendalikan emosi.
Permainan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari dari kehidupan
manusia. Setiap siswa yang melakukan kegiatan atau permainan yang sama
dengan teman-temannya, tetapi proses pengalaman batin dalam
mengembangkan potensinya sendiri mungkin berbeda-beda. Perilaku dalam
permainan, proses batin yang dirasakan masing-masing, ekspresi dalam
bentuk kata dan perilaku menjadi bahan pengamatan untuk memahami
proses pengembangan potensi dirinya sebagai bahan pembentukan
kepribadian yang lebih bermutu (Utomo Dananjaya 2010; 166). Jadi,
permainan adalah fakta yang dianalisis untuk memahami proses perilaku
dalam permainan; pilihan keputusan masing-masing dalam bertindak atau
berkata sebagai pembelajaran memproduksi diri sendiri.
2. Manfaat Permainan
Permainan sebagai salah satu teknik dalam bimbingan dan
konseling, dipaparkan oleh ahli konseling anak, yaitu Katryn Geldard
bersama suaminya David Geldard (Eva Imania Eliasa,M.Pd, 2011;
a. Mendapatkan penguasaan diri atas permasalahan yang dihadapi
b. Mendapatkan kekuatan dalam dirinya
c. Mengekspresikan emosinya
d. Membentuk pemecahan masalah dan kemampuan membuat keputusan
e. Membangun kemampuan sosial
f. Membangun self concept dan self esteem
g. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
h. Menambah wawasan
3. Kelebihan dari permainan
a. Siswa dapat memperoleh pengetahuan tentang konsep meliputi
kaidah-kaidah asasnya, unsur-unsur pokoknya, prosesnya, hasil dan dampaknya
dengan cara yang menyenangkan.
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir, berimajinasi,
menampilkan gagasan-gagasan baru secara lancar dan orisinal serta
memberikan kesempatan untuk menguasai keterampilan motorik.
c. Siswa dapat belajar untuk bertanggungjawab, tenggang rasa, mandiri,
saling menghargai dan menghormati.
d. Siswa dapat berpartisipasi aktif dan dapat dapat mengenal dirinya sebagai
individu dan sebagai anggota kelompok.
e. Suasana permainan dapat menerima siswa sebagaimana adanya,
memberikan kebebasan dan jauh dari sikap otoriter dalam memupuk
4. Prinsip-prinsip Permainan
Astuti (2014: 48) menguraikan beberapa prinsip permainan, yaitu:
a. Pembekalan atau pengarahan dan tanya jawab
Sebelum permainan dimainkan, terlebih dahulu menetapkan berbagai
aturan, harapan, dan hasil pembelajaran yang dihasilkan. Tanya jawab
dimaksudkan untuk mengajak peserta merenungkan seluruh pengalaman
mereka.
b. Pengetahun dalam permainan
Memastikan para pemain memiliki tingkat pengetahuan yang sesuai
konten terkait sebelum memereka memainkan permainan.
c. Memperhatikan perilaku pemain atau aksi-aksi pemain selama permainan
Aksi-aksi atau perilaku peserta dalam permainan menjadi catatan bagi
pembimbing untuk membantu peserta/murid dalam merefleksikan
pengalaman mereka, belajar lebih baik dari permainan yang dimainkan.
d. Pakar dalam permainan
Sebelum memberikan kepada peserta, hendaknya sudah dipersiapkan dan
bisa bermain dengan peserta
e. Jenis permainan hendaknya sesuai dengan sasaran
Permainan yang diberikan kepada murid/pesrta hendaknya sesuai dengan
apa yang ingin dicapai
f. Permainan-permainan berskala kecil berguna
Permainan-permainan berskala kecil, bersifat sederhana, dan familiar
g. Memikat para pemain dengan cara yang berbeda
Ketika murid-murid memainkan permainan dengan bagus, waktu
akan cepat berlalu. Ketika murid-murid memainkan permainan sebagai
aktivitas pembelajaran, guru atau pembimbing perlu sangat cermat dalam
mengelola waktu sehingga tetap ada waktu untuk merefleksikan
permainan yang dimainkan.
5. Jenis-jenis permainan
Sutton Smith (Yudhi Munandi;2013) menjelaskan tentang macam-macam
permainan aktif, yaitu:
a. Permainan konstruksi
Permainan ini biasanya membuat objek seperti rumah-rumahan,
mobil-mobilan, orang-orangan dengan menggunakan benda yang sudah
dikenal yang tersedia disekitarnya
b. Permainan eksplorasi
Permainan ini mengeksplorasi benda-benda baru yang belum
dikenal yang ada disekitar lingkungannya. Permainan merupakan awal
dari timbulnya kreativitas, merasakan objek-objek , dan
tantangan-tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara baru
c. Permainan menirukan
Disebut juga sebagai simulasi, yakni memperagakan atau
menirukan suatu keadaan yang sebenarnya, atau sebagai suatu model
hasil penyederhanaan suatu realitas. Melalui permainan simulasi peserta
dasar tersebut mereka dapat merumuskan suatu pemahamannya tentang
suatu konsep, prinsip, unsur-unsur pokok, proses, hasil dan dampaknya.
d. Permainan Menguji
Permainan yang dapat menguji pesertanya dengan cara
menyenangkan, misalnya mengenai kemampuan mendengar, melihat,
mengamati, berimajinasi, berbahasa, bersosialisasi, kemampuan motorik,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang jenis penelitian, subjek penelitian, setting
penelitian, objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian tindakan Bimbingan
dan Konseling dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pemberian
layanan bimbingan di dalam kelas dan upaya memecahkan masalah tersebut
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang sesuai.
Tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini berupa layanan
bimbingan klasikal dengan menggunakan media permainan sebagai upaya
untuk meningkatkan konsep diri siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Kalasan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling
sehingga prosedur dan langkah-langkah pelaksanaan ini mengikuti
prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan. Penelitian yang akan
dilakukan menggunakan penelitian tindakan (action research) yang di
dalamnya terdiri dari empat langkah, yaitu 1) perencanaan (planning), 2)
B.Subjek dan Obyek Penelitian
Siswa kelas VIII SMP Kanisius Kalasan tahun 2014/2015, peserta
berjumlah 26 orang, yang terdiri dari 14 pria dan 12 perempuan. Obyek dalam
penelitian ini adalah peningkatan konsep diri melalui pelaksanaan proses dan
hasil layanan bimbingan klasikal dengan bantuan media permainan.
C.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada jam bimbingan klasikal. Selanjutnya,
penelitian ini dilaksanakan pada setiap hari Senin setiap minggunya.
Pelaksanaannya pada tahun ajaran 2014/2015 pada bulan November. Tempat
penelitian ini adalah di kelas VIII SMP Kanisius Kalasan Krajan, Tirtomartani,
Kalasan, Sleman Yogyakarta .
D.Setting Penelitian
Penelitian ini menggunakan setting kelas dan setting kelompok. Data
diperoleh pada saat proses bimbingan klasikal yang dilaksanakan di dalam
kelas dan kelompok.
1. Partisipan dalam Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif
dan teman pengamat, yaitu:
a. Mitra Kolaboraatif
Nama : Sr.Irene Wati, FCJ
b. Pengamat
Nama : Nurhayati
NIM : 101114041
Status : Mahasiswa BK USD
2. Konteks Penelitian
Pada penelitian ini, keadaan yang diharapkan terjadi dalam tindakan
bimbingan dan konseling yaitu siswa-siswi mampu mempraktekkan
permainan yang telah diberikan oleh peneliti. Siswa-siswi mampu
bekerjasama satu sama lain, berani untuk mengekspresikan diri,
mengungkapkan pendapatnya menyadari perasaan-perasaan yang dialami
saat mengikuti kegiatan. Siswa-siswi yang konsep dirinya rendah akan
terlihat malu-malu dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya, dalam
permainan, siswa-siswi dilatih untuk berani berkomunikasi dengan teman
kelompok dan pasangannya, menatap lawan bicaranya, siswa-siswi juga
dilatih untuk lebih percaya diri agar konsep diri yang mereka miliki bisa
meningkat dan tidak lagi malu-malu. Peran mitra kolaboratif juga sangat
diperlukan untuk mengamati gerak gerik siswa-siswi (peserta layanan)
dalam permainan.
E.Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Mei Juli Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyususnan proposal
√ √ √ √ √ √ √
2 Persiapan Penelitian (SPB, instrumen Penelitian, jenis permaian)
√ √ √ √
3 Pelaksanaan penelitian
√ √ √ √
4 Laporan penelitian
√ √ √ √
F. Prosedur Penelitian
Berdasarkan model Hopkins (1993), PTK mencakup empat langkah
utama namun diawali dengan identifikasi masalah. Keempat langkah utama
(observing), 4) refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut tergambar dalam
gambar di bawah ini:
Gambar 1.
Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) (dalam Sanjaya, 2009:54)
Bagan PTK model Hopkins (1993), dapat diartikan bahwa setiap tahapan
penelitian wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria
keberhasilan PTK itu sendiri. Berdasarkan bagan PTK dapat diketahui bahwa
kegiatan penelitian diawali dari tahap identifikasi masalah.
Tahap identifikasi masalah dapat dilakukan oleh peneliti dengan
melakukan wawancara, FGD (Focus Group Discussion) dan observasi.
kegiatan tersebut dilakukan untuk merumuskan akar masalah agar lebih
disusun berdasarkan hasil identifikasi masalah. Tahap ini digunakan sebagai
acuan pemberian tindakan bimbingan. Tahap tindakan dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti
memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan pokok permasalahan yang
akan diteliti. Pada pelaksanaan tahapan tindakan ini peneliti tetap melakukan
observasi, wawancara dan membagikan angket untuk mengetahui hasil yang
dicapai melalui tindakan yang diberikan. Tahapan peneliti ini akan melihat
kesesuaian proses dengan pelaksanaan dan membuat refleksi setiap siklusnya.
Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi setelah melakukan
tindakan. Tahapan refleksi ini selain hasil penelitian dan renungan dari peneliti
juga berisi evaluasi proses. Jika pada tahap ini peneliti masih belum mencapai
tujuan dari patokan yang telah dibuat maka peneliti akan melaksanakan siklus
selanjutnya dengan perbaikan yang telah dilakukan.
G.Tahap Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus pada materi layanan
bimbingan klasikal. Siklus pertama memberi layanan bimbingan yang
bertujuan meningkatkan konsep diri siswa dengan menggunakan metode
permainan. Siklus kedua menggunakan metode permainan yang lebih
meningkatkan dan membangkitkan konsep diri siswa.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (planing)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mempersiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dan materi layanan
bimbingan klasikal dengan topik “Percaya Diri”.
b. Mempersiapkan media permainan yang akan digunakan
c. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan bimbingan, lembar catatan
lapangan yang akan digunakan untuk mengetahui dan sebagai catatan
aktivitas siswa selama proses bimbingan berlangsung. (lembar observasi
terlampir).
d. Menyiapkan lembar evaluasi siklus I.
e. Menyusun dan mempersiapkan angket/skala untuk mengukur capaian
skor konsep diri remaja siswa/siswi SMP Kanisius Kalasan dalam proses
bimbingan pada saat menggunakan media permainan
2. Tahap Pelaksanaan (Action)
Tahap pelaksanaan ini, peneliti melaksanakan kegiatan bimbingan
klasikal dengan media permainan sesuai dengan rencana bimbingan yang
telah dipersiapkan. Kegiatan pada tahap pelaksanaan ini adalah;
a. Perkenalan dan penjelasan tujuan dari bimbingan klasikal
b. Ice breaking untuk penyegar suasana
c. Tanya jawab dan penjelasan singkat berkaitan dengan materi yang
d. Kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas berupa permainan “self
dance”
e. Evaluasi dan refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan
f. Penjelasan materi layanan bimbingan dikaitkan dengan hasil refleksi
siswa
g. Mengisi kuisioner
3. Tahap Pengamatan
Tahap ini melibatkan mitra kolaboratif dan pengamat untuk
mengamati berjalannya proses bimbingan klasikal. Pengamatan dilakukan
untuk mendapatkan rekaman data layanan bimbingan klasikal yang
dilaksanakan pada siklus 1.
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan tahap pengolahan batin dan pengalaman,
kejadian-kejadian positif dan negatif, perasaan-perasaan puas dan tidak puas
yang dialami selama berlangsungnya proses tindakan bimbingan dan
konseling. Refleksi pada siklus I dilengkapi dengan panduan hasil analisis
data dan masukan-masukan yang diberikan mitra kolaboratif atau pengamat.
Siklus II
Berdasarkan hasil observasi, refleksi dan penilaian pada siklus 1
maka pada siklus 2 direncanakan upaya perbaikan penyajian layanan dan
pada siklus 2 merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan bimbingan
siklus 1, maka disusun uapaya perbaikan siklus 2 sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan (planning)
a. Menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dengan topik
Kemampuan Berkomunikasi
b. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan bimbingan dan lembar
catatan lapanganan
c. Menyiapkan lembar evaluasi siklus 2
d. Menyusun dan mempersiapkan permainan
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Melaksanakan kegiatan dengan media permainan pada siklus 2
sesuai dengan tahapan yang dibuat dalam SPB, memperhatikan hasil
refleksi pada siklus satu. Layanan bimbingan klasikal pada siklus dua
diharapkan terjadi lebih padu, siswa lebih terlibat dalam seluruh kegiatan,
berani berbicara dan aktif.
3. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini pelaksanaan sama pada siklus satu. Mitra
kolaboratif melakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses
layanan, aktivitas siswa dan peneliti.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan mitra kolaboratif melaksanakan
diskusi reflektif untuk menganalisis data hasil observasi untuk umpan
H.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Lembar Observasi Kegiatan Bimbingan
Sugiyono (2010:145) menyatakan bahwa observasi sebagai teknik
pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik yang tidak terbatas pada
orang tetapi juga obyek-obyek alam lainnya. Penelitian ini menggunakan
satu pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
keterlaksanaan bimbingan sebelum dilakukan tindakan bimbingan dan
observasi yang dilaksanakan setiap siklus. Peneliti dan mitra kolaboratif
melakukan pengamatan langsung di dalam kelas dan di luar kelas. Setiap
indicator diberikan nilai sesuai dengan pengamatan terhadap siswa.
Observasi tersebut dilakukan dengan melihat proses layanan bimbingan
klasikal dengan menggunakan media permainan. Berikut ini kriteria
panduan observasi siswa.
Tabel 2.
Kriteria Panduan Observasi Siswa
Aspek Indikator Jumlah
Konsep diri siswa dalam mengikuti layanan bimbingan
a. Perilaku siswa yang menunjukkan konsep diri positif
b. Perilaku siswa yang menunjukan konsep diri negatif
Sugiyono (2010: 1420) menyatakan bahwa kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur capaian skor konsep diri
setiap kali selesai tindakan bimbingan. Kuesioner disusun dalam bentuk
skala berjumlah 20 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan terdapat 4
pilihan respon dan pedoman penskoran butir, yaitu Sangat Setuju (SS) = 4,
Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1.
Siswa mengisi angket dengan memberikan tanda √ (check list) sesuai
dengan realitas yang dialami siswa dalam setiap pernyataan. Kisi-kisi yang
dikonstruk merupakan pedoman untuk menyusun pernyataan dalam
Tabel 3.
2.1 Siswa mampu menghargai diri sendiri maupun orang lain 2.2 Siswa memiliki rasa percaya
diri yang baik di dalam kelompok
3 Aspek Moral 3.1 Siswa memiliki tanggung jawab atas diri pribadinya 3.2 Keadaaan pribadi siswa dalam
hubungannya dengan Tuhan 4 Aspek Sosial 4.1 Siswa mampu berinteraksi
dengan individu lain didalam kelompok
4.2 Siswa dapat menilai diri apakah diterima/ditolak dalam
Dokumentasi diperoleh dari foto-foto selama proses bimbingan
klasikal pada setiap siklus. Dokumentasi dilakukan untuk melihat
4. Pedoman Wawancara
Nasir (1988:234) menyatakan wawancara adalah teknis dalam upaya
menghimpun data yang akurat tentang keperluan melaksanakan proses
pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. Pedoman wawancara
disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat
diketahui melalui observasi dan angket. Pedoman wawancara dapat
mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab bagaimana respon
siswa terhadap bimbingan klasikal dengan menggunakan media permainan.
Tabel 4. Pedoman wawancara
Setiap Siklus
No Pertanyaan Untuk siswa No Pertanyaan Untuk Guru BK
1 Bagaimana perasaan Anda selama mengikuti bimbingan hari ini?
1 Bagaimana tanggapan suster terhadap pelaksanaan bimbingan yang dilaksanankan pada hari ini? 2 Apakah Anda mengalami
kesulitan dalam mengikuti bimbingan hari ini?
2 Bagaimana kondisi siswa-siswi saat peneliti memberikan bimbingan menggunakan media permainan? 3 Bagaimana tanggapan Anda
mengenai angket yang harus Anda isi setelah bimbingan dilaksanakan?
3 Menurut pengamatan suster, apakah ada peningkatan konsep diri siswa-siswi (berani, sopan, percaya diri,
mengerjakan tugas dengan baik) selama mengikuti bimbingan dengan
4 Apa saja yang harus diperbaiki peneliti untuk melakukan tindakan/bimbingan berikutnya?
5 Menurut Anda apakah penting diadakannya bimbingan dengan menggunakan media permainan?
I. Uji Coba
Uji coba instrumen dilakukan untuk menguji kehandalan instrumen dan
untuk menguji ketepatannya dari segi teknik. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Suharsimi
Arikunto, 2002: 143). Alat ukur yang digunakan perlu dianalisis untuk
mengetahui validitas dan realiabilitas data.
1. Validitas butir atau item.
Sugiyono (2010: 348) menyatakan bahwa valid berarti dapat
digunakan untuk mengukur objek yang sebenarnya diukur. Item dikatakan
valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Sebuah
item memiliki validitas isi yang tinggi jika skor pada item mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Suharsimi (2006: 168) . Tingkat kevalidan ini
dapat dihitung dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
XY
r = korelasi skor-skor total kuesioner dan skor total butir
N = jumlah subyek
X = skor item kuesioner
Y = skor total butir kuesioner
XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Tahap pelaksanaannya menggunakan program komputer SPSS 15.
Bila harga korelasi di bawah 0,300 maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono,
2010: 179).
2. Reliabilitas
Reliabilitas berarti alat ukur menunjukan tingkat kepercayaan hasil
suatu pengukuran instrumen. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya, bila data yang diperoleh sesuai dengan
kenyataannya, walaupun digunakan berulang-ulang tetap akan sama.
Maksudnya instrumen tersebut akan memberikan hasil yang sama. Cara
mencari relibilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, (Suharsimi
Arikunto, 2006: 196), adalah menghitung reliabilitas menggunakan rumus
Alpha Crounbach, yaitu :
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir/item
∑ = jumlah varians skor butir
J. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, perlu segera diolah oleh peneliti. Adapun data
yang terkumpul adalah hasil observasi, hasil wawancara, data hasil kuesioner,
catatan lapangan, dan dokumentasi bimbingan. Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang
terjadi selama kegiatan bimbingan. Analisis data dilakukan sejak data diperoleh
dari hasil observasi sebagai acuan untuk membuat rencana perbaikan
bimbingan pada siklus berikutnya. Lebih lengkapnya, di bawah ini dijelaskan
analisis data penelitian secara rinci.
1. Analisis Data Kuesioner
Analisis data kuesioner dilakukan untuk mengukur capaian skor
konsep diri siswa SMP Kanisius Kalasan tahun 2014. Kuesioner konsep diri
terdiri dari 20 butir pernyataan. Penskoran Kuesioner untuk butir (+) adalah
4 untuk jawaban sangat setuju, 3 untuk jawaban setuju, 2 untuk jawaban
kurang setuju dan 1 untuk jawaban tidak setuju. Untuk butir (-) adalah 1
untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban
kurang setuju dan 4 untuk jawaban tidak setuju. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengkategorisasian jenjang
ordinal dengan norma pengkategorisasian menurut Azwar (2011:108).
Terdapat lima kategorisasi pengelompokan capaian skor konsep diri, yaitu
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Azwar (2010:6)
menjelaskan bahwa mengkategorikan subjek dan butir item berdasarkan
kategori subjek dan rentang kategori butir item. Perhitungannya adalah
sebagai berikut:
a) Kategori skor subjek
Kategori skor subjek dimaksudkan untuk menentukan nilai skor tiap
subjek yang berada dalam daerah kategori tertentu. Perolehan kategori
skor subjek dihitung seperti berikut ini:
X maksimum : 4 x 20 = 80
X minimum : 1 x 20 = 20
Luas Jarak : 80 – 20 = 60
σ (standar Deviasi) : 60/ 6 = 10
μ (mean teoritik) : (80 +20)/2 = 50.
Tabel 5.
Kategorisasi Skor Subjek
Kriteria Skor Rentang Nilai Skoring Subjek Angket Konsep Diri
Kategori
µ+1,5 σ < X 65 < X Sangat Tinggi
µ+0,5 σ < X ≤ µ+1,5 σ 55 < X ≤ 65 Tinggi
µ-0,5 σ< X ≤ µ+0,5 σ 45 < X ≤ 55 Sedang µ-1,5 σ< X ≤ µ-0,5 σ 35 < X ≤ 45 Rendah X ≤ µ-1,5 σ X ≤ 35 Sangat Rendah
b) Kategori Skor Item
Tujuan dari kategori isi item ini adalah untuk mempermudah
dalam menentukan tinggi rendahnya capaian skor suatu item. Jika item