• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Deskripsi Hasil Kuesioner Konsep Diri

Hasil analisis konsep diri siswa disusun untuk mengetahui tingkat

konsep diri siswa melalui layanan bimbingan klasikal yang telah dilaksanakan

dengan menggunakan media permainan. Angket diberikan kepada siswa

diakhir kegiatan. Adapun hasil analisis optimalisasi konsep diri siswa adalah

sebagai berikut.

Tabel 9.

Penggolongan Skor Konsep Diri Tahap Pratindakan

No Rentang Skor

Kategori No Subjek Jumlah Subjek Persentase 1. 25 - 35 Sangat Rendah - 2. 35 - 45 Rendah 24 1 4 % 3. 45 - 55 Sedang 3, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17 18, 19, 20, 21, 22, 23 14 58% 4. 55 – 65 Tinggi 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 14, 9 38% 5. 65 – 80 Sangat Tinggi - Jumlah 24 100 %

Hasil analisi angket konsep diri siswa yang diolah dari kegiatan

pratindakan menunjukkan bahwa konsep diri siswa SMP Kanisius Kalasan

Tabel 10.

Penggolongan Skor Konsep Diri Siklus I

No Rentang Skor

Kategori No Subjek Jumlah Subjek Persentase Siklus I Pra tindakan 1. 25 - 35 Sangat Rendah - - 2. 35 - 45 Rendah - 4% 3. 45 - 55 Sedang 22, 23, 24 3 12,5% 58 % 4. 55 – 65 Tinggi 8, 10, 13, 16, 17, 18, 19, 20,21 9 37,5% 38 % 5. 65 – 80 Sangat Tinggi 1,2,3,4,5,6,7,9, 11,12,14,15, 12 50% - Jumlah 24 100 % 100% Hasil analisis angket konsep diri siswa pada siklus I ini

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan capaian skor pratindakan.

Hasil analisis skor konsep diri siswa siswi kelas VIII A sebagai berikut:

Tabel 11.

Capaian Skor Perkembangan Konsep Diri Pertemuan

Rentan g Skor

Kategori Pratindakan Siklus I

Siklus II

Jlh Persentase Jlh Persentase Jlh Persntase

25 - 35 SR - - - - 35 - 45 R 1 4,2 % - - - - 45 - 55 S 14 58,3 % 3 12,5% - - 55 - 65 T 9 37,5 % 9 37,5 % 3 12,5 % 65 - 80 ST - - 12 50 % 21 87,5 %

Dari tabel hasil analisis capaian skor perkembangan konsep diri di

setiap siklus layanan bimbingan klasikal dengan media permainan.

Optimalisasi dari pratindakan, siklus I, hingga siklus II dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Pada layanan bimbingan tahap pratindakan terdapat 1 (satu) siswa yang

konsep dirinya rendah (R) dengan persentase 4%. Konsep diri sedang (S)

berjumlah 13 siswa dengan persentase 54%, dan konsep diri tinggi (T)

berjumlah 10 dengan persentase 42%.

2. Dalam layanan bimbingan pada siklus I, persentase siswa yang memiliki

konsep diri pada kategori tinggi (T) mencapai 58% dengan jumlah 14

siswa dan yang kategori sedang (S) sebanyak 38% dengan jumlah 9

siswa. Peneliti melihat masih perlu melakukan tindakan siklus II untuk

mengoptimalkan konsep diri siswa yang memiliki kategori sedang dan

tinggi.

3. Dalam layanan bimbingan pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat

baik terhadap jumlah siswa, yaitu yang memiliki konsep diri sangat

tinggi (ST) jumlah 22 siswa atau 59 %. Sedangkan jumlah siswa yang

tinggi (T) yaitu 2 atau 8 %. Adanya optimalisasi konsep diri di setiap

siklus tindakan dalam layanan bimbingan klasikal dengan media

permainan, ini membantu siswa siswi yang awalnya memiliki konsep

diri sedang menjadi memiliki konsep diri yang sangat tinggi. Berikut ini

disajikan grafik analisis capaian skor butir konsep diri yang diperoleh

Grafik 7.

Grafik Perbandingan Prasiklus dan Siklus I

Grafik di atas menunjukkan adanya penigkatan skor konsep diri

siswa pada siklus I. Peneliti melihat beberapa item yang masih tergolong

rendah pada pratindakan. Item yang masih terlihat rendah seperti pada

nomor 7, 9, 17, dan 18. Item yang masih rendah itu dijadikan sebagai

acuan untk perbaikan pada siklus I dan II

Grafik 8.

Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S ko r Su b jek Grafik Perbandingan Prasiklus Siklus I 0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S ko r Su b jek Grafik Perbandingan Siklus I Siklus II

Pada grafik perbandingan diatas terjadi perubahan konsep diri

yang lebih baik, terlihat pada item nomor 7, 9,17, dan 18. Beberapa item

inilah yang terlihat masih rendah pada siklus I dan diusahakan lebih

optimal pada siklus II. Peneliti melakukan perbaikan pada siklus II

sehingga item-item tersebut lebih optimal. Peneliti berakhir di siklus II

dengan melihat hasil skor rata-rata penelitian dari pratindakan hingga

siklus II, menunjukkan di atas rata-rata dan terlihat sudah optimal.

Berikut ini disajikan grafik yang menggambarkan peningkatan butir-butir

skor konsep diri siswa mulai dari pratindakan, siklus I, dan siklus II.

Grafik 9.

Garafik Perbandingan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Pada grafik di atas terlihat konsep diri siswa semakin optimal mulai

dari prasiklus hingga siklus II. Pada setiap item terjadi peningkatan yang

baik. Terlihat perkembangan siswa siswi dalam mengoptimalkan konsep diri

mereka melalui layanan bimbingan klasikal dengan media permainan. Siswa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S ko r Su b jek Prasiklus Siklus I Siklus II

siswi lebih aktif dalam kegiatan, komunikatif, dan tidak malu-malu dalam

mengungkapkan pendapat atau bershering di depan teman-temannya.

Berikut ini grafik perkembangan antar siklus capaian skor konsep diri siswa

siswi.

Grafik 10.

Grafik Perkembangan Skor Konsep Diri Antar Siklus

Grafik di atas menunjukkan adanya perkembangan konsep diri siswa

siswi SMP Kanisius Kalasan kelas VIII A melalui layanan bimbingan

klasikal dengan media permainan. Konsep diri siswa semakin optimal dari

prasiklus, siklus I, dan siklus II.

Dari tabel dan grafik di atas, maka dapat dilihat perbandingan

optimalisasi konsep diri siswa dari nilai hasil observasi dan hasil kuesioner

selama bimbingan prasiklus, siklus satu, dan siklus dua. Terjadi perubahan

konsep diri siswa disetiap siklus. Pada prasiklus terlihat konsep diri siswa

66,5 81,6 85,3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Prasiklus Siklus I Siklus II

Perkembangan

Skor Konsep Diri Antar Siklus

sudah baik, namun dari hasil observasi mitra kolaboratif masih perlu

diperbaiki supaya siswa siswi lebih percaya diri dan berani berbicara.

Peneliti melihat ini suatu masukan yang baik. Kegiatan pada siklus satu

sudah dimulai dengan permainan, terlihat pada grafik adanya optimalisasi

konsep diri siswa dari setiap tahap. Demikian siklus dua perubahan semakin

drastis dalam diri siswa terhadap optimalisasi konsep diri. Siswa dapat

tampil dengan apa adanya lewat permainan, berani untuk berkomunikasi

satu dengan yang lain, bahkan siswa siswi sudah tidak merasa malu-malu

ketika harus berbagi pengalaman didepan teman-temannya. Siswa lebih

aktif.

D.Hasil Wawancara

Hasil dari wawancara, peneliti memperoleh data tentang tanggapan

Siswa siswi dan guru BK di SMP Kanisius terhadap layanan bimbingan

Klasikal dengan media permainan. Peneliti merangkum hasil wawancaranya

sebagai berikut :

1. Hasil Wawancara dengan Siswa

Peneliti melakukan wawancara pada akhiri siklus dua setelah

dilaksanakannya bimbingan. Hasil wawancara yang peneliti peroleh adalah

sebagai berikut:

a. Secara umum siswa siswi senang dengan media yang digunakan oleh

ada hal baru yang didapatkan disetiap pertemuan yang membuat siswa

siswi merasa senang, seperti pada siklus satu siswa siswi diminta untuk

bercermin dengan sesama yang bagi mereka itu adalah hal baru. Pada

siklus dua siswa siswi merasakan lebih senang karena diajak belajar

diluar lewat permainan.

b. Siswa siswi mengalami kejenuhan saat peneliti berceramah, bagi mereka

itu sudah setiap hari didapatkan.

c. Siswa siswi menyatakan bahwa mereka sangat senang karena di kelas

dan di luar kelas dapat belajar dengan permainan dan cara yang baru.

Siswa siswi mengungkapkan bahwa mereka dapat belajar bekerja sama,

berani tampil, tidak malu-malu lagi, menyadari bakat yang ada dalam

diri. Mereka semakin yakin jika memiliki niat untuk berubah pasti bisa.

d. Siswa siswi berharap bahwa kegiatan seperti ini dapat diberikan lagi

kepada mereka. Layanan bimbingan klasikal dengan media permainan

ini dapat membantu mereka untuk mengembangkan kepribadian mereka.

Siswa siswi mengungkapkan bahwa mereka semakin optimis untuk

selanjutnya, mereka menyadari kalau terus melihat diri buruk maka tidak

akan pernah berkembang.

e. Ungkapan kusus seorang siswa yang menjadi pengamatan kusus peneliti,

menyampaiakan melalui kegiatan ini, dia merasa dibantu untuk berubah

dalam cara menyikapi masalah yang ia hadapi, yakni tentang

hubungannya dengan pacarnya, belajar untuk fokus pada studinya, dan

itu bersyukur karena ditemani oleh peneliti secara kusus. Sekarang ia

merasa lega dan tidak perlu menyesali yang sudah terjadi tetapi

mengambil hikmanya dan tetap semangat belajar.

2. Hasil Wawancara dengan guru BK

Wawancara dengan guru BK dilakukan setelah dilaksanakan

imbingan siklus II. Hasil wawancara yang diperoleh dari guru BKD adalah

sebagai berikut:

a. Guru BK berpendapat bahwa dihari pertama bimbingan yang diberikan

cukup baik. Bahasa yang dipakai masih terlalu abstrak untuk anak dan

perlu disederhanakan. Pada hari kedua bimbingan sudah lebih baik dan

bahasanya sudah sederhana. Anak-anak lebih mau berpartisipasi

meskipun masih ada yang malu dan merasa kaku. Pada hari ke tiga

bimbingan lebih baik lagi, suasana berbeda karena diadakan di luar kelas

dan anak-anak lebih aktif.

b. Pada hari pertama siswa siswi masih kaku, banyak yang tidak

konsentrasi, pada hari kedua siswa dapat mengikuti permainan dengan

cukup baik, meskipun masih malu dan kaku. Mereka belum cukup berani

membuat gerakan dari kreatifitasnya sendiri. Pada hari ketiga, pilihan

permainan bagus dan sangat sesuai dengan materi yang diberikan,

mereka dapat mengikuti dengan lebih baik, gembira dan berani berbicara

dan mengungkapkan dirinya.

c. Secara umum ada perubahan konsep diri ke arah yang positif. Melalui

menghargai dirinya. Mereka semakin berani mengungkapkan diri dan

mengkomunikasikan pendapat dengan baik. Mereka diberi motivasi

untuk melatih dirinya dalam permainan dan terlibat secara penuh dalam

permainan. Mereka dibimbing dengan berbagai cara untuk berefleksi dan

mengungkapkan refleksinya dengan berbagai media. Beberapa siswa

yang kadang kurang perhatian karena aktif semakin dapat mengikuti

bimbingan dengan metode ini dan nampak terlibat lebih baik dalam

proses bimbingan. Siswa siswi yang jarang bicara mulai berani berbicara

dihadapan teman-teman dan guru. Siswa siswi juga semakin berani

tampil beda dan berpendapat berbeda dengan yang lain.

d. Guru BK perpendapat yang perlu diperbaiki untuk bimbingan berikutnya

adalah penggunaan bahasa yang lebih sederhana, menambah waktu

refleksi untuk siswa siswi sehingga semakin mendalam.

e. Reaksi siswa siswi ketika mendapatkan bimbingan dengan media

permainan ditanggapi secara baik, karena biasanya mereka lebih suka

adanya aktifitas. Ketika siswa siswi diberi kesempatan refleksi dan tugas,

juga semakin ditanggapi lebih positif.

Dokumen terkait