• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN IPTR DI KOTA MEDAN

PERKEMBANGAN IKATAN PEMUDA PELAJAR TANAH RENCONG DI MEDAN

3.1 Periode Awal Berdiri Hingga Tahun 1965

Awal mula Ikatan Pemuda Pelajar Tanah Rencong didirikan pada tahun 1953 yang menjadi rayon pertama adalah Rayon Medan Baru, sedangkan komisariat yang pertama adalah Komisariat Fakultas Kedokteran USU. Baru saja menjelang tiga bulan IPTR didirikan dan dipimpin oleh Zainuddin Yusuf sebagai ketua dan M. Yusuf Hanafiah sebagai wakil ketua meletuslah peristiwa Aceh yang dikenal dengan nama Pemberontakan DII/TII pimpinan M. Daud Beureueh tahun 1953, yang mengakibatkan banyaknya pemuda, pelajar serta orang-orang tua dari Aceh datang dan bermukim di Medan.

Dalam periode 1954/1955 ketika IPTR dipimpin oleh M. Noernikmat IPTR membeli sebuah rumah tua yang beratapkan nipah, berdinding kayu yang terletak di Jalan Amaliun No. 25 Medan dan hingga sekarang masih dipergunakan sebagai kantor IPTR.

Periode selanjutnya yaitu tahun 1955/1956 masih dibawah pimpinan M. Noernikmat IPTR berhasil melaksanakan Kongres Mahasiswa/Pemuda/Pelajar/ Masyarakat Aceh se Indonesia pada bulan September tahun 1956, yang boleh dikatakan sebagai awal dari proses penyelesaian keamanan dalam peristiwa Aceh. Kongres ini adalah ide dari pada anggota IPTR sendiri, supaya lebih mencerminkan masyarakat Aceh di Medan.

IPTR telah berhasil merangkul orang-orang tua dan “abang-abang” mereka yang agak lebih tua dari mereka untuk mensukseskan kongres tersebut.

Periode 1956/1957 ketika IPTR dipimpin oleh Zainuddin Yusuf IPTR kembali mengelorakan hasil kongres dan juga bersiap dalam menghadapi lahirnya Provinsi Aceh. Selain

itu, IPTR juga telah berhasil memperbaiki kantor IPTR. Dalam masa kepemimpinan ini juga IPTR meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang pada waktu itu dijabat oleh Sarino agar anggota-anggota IPTR yang ingin masuk sekolah-sekolah kejuruan untuk mendapat ikatan dinas.

Periode tahun 1957/1958 IPTR mengalami fase penyempurnaan dan percobaan. Pada tahun ini diadakan acara Halal Bil Halal Masyarakat Aceh Medan dan sekitarnya yang disponsori oleh IPTR sendiri. Halal Bil Halal terakhir kali diselengarakan sekitar tahun 1954, tetapi bedanya Halal Bil Halal tahun 1957 ini diselengarakan secara besar-besaran dengan melibatkan seluruh masyarakat Aceh dalam jumlah besar yang ada di Kota Medan. Dikala meletusnya Operasi Sabang Merauke (OSM) pada bulan Maret 1958, IPTR dituduh terlibat dalam OSM.51

Periode 1958/1959 dipimpin oleh Zainuddin Yusuf adalah fase tenang karena dikala ini sebagian besar pemuda, pelajar dan mahasiwa telah kembali ke Aceh untuk menyumbang Akibatnya para penggurus IPTR banyak yang pulang ke Aceh untuk sementara waktu. Pada saat diadakannya Biro Asisten Gurbernur Aceh di Medan Tahun 1958, sama halnya seperti di Jakarta, Bandung dan Jogyakarta, pada dasarnya Biro Assitensi Gubernur Aceh itu untuk IPTR dalam mencari tenaga-tenaga ke Aceh dan lain-lain. Dengan di sponsori oleh saudara Iljas Bentjut dari IPTR untuk membentuk Biro Assitensi Gurbernur Aceh. tapi nyatanya sekarang IPTR diluar dari Biro Assitensi tersebut, yang lebih menitikberatkan kepada semacam biro pelayanan. Keadaan di kantor IPTR telah disempurnakan dengan mengusahakan bantuan yang diperoleh dari Komando Daerah Militer Aceh (KDMA) dan Gurbernur Aceh.

51

Operasi Sabang Merauke merupakan operasi pemberantasan PRRI ( Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di seluruh Indonesia.

Dharma Bakti demi kejayaan bangsa dan negara menurut bidangnya masing-masing, sehingga otomatis kegiatan IPTR menjadi berkurang.

Periode 1959/1960 yang menjadi Ketua Umumnya adalah A. Hamid MS, pada masa jabatannya IPTR lebih menekankan ke dalam koordinasi sesama anggota dalam organisasi IPTR. Di periode inilah gedung semi permanen kantor IPTR dijalan Amaliun No. 25 mulai direnovasi.

Periode tahun 1960/1961 adalah fase kelanjutan dari periode sebelumnya, tetapi terdapat tambahan kegiatan-kegiatan yang lebih terfokus seperti kegiatan olahraga perpustakaan dan kesenian.

3.2 Periode Kepemimpinan IPTR dari Tahun 1960 Sampai Dengan Tahun 1980

Periode 1961/1962 IPTR kembali dipimpin oleh Zainuddin yusuf, pada fase ini lebih menggiatkan kepentingan-kepentingan pribadi di dalam tugasnya masing-masing baik di bidang pelajar maupun di bidang kemahasiswaan.

Tahun 1962/1963 Ketua Umum IPTR dijabat oleh M. Thaib Thahir, kegiatan organisasi IPTR lebih ditonjolkan untuk berkomunikasi kepada organisasi-organisasi lain.

Periode 1963/1964 jabatan Ketua Umum masih berada ditangan M. Thaib Thahir sebagai lanjutan dari periode sebelumnya tetapi lebih mementingkan konsolidasi internal IPTR, terlebih dalam penyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sesuai dengan kehendak zaman. Pada periode ini mulai dicoba untuk menambah masa periode kepengurusan menjadi 2 tahun. Periode ini juga mahasiswa IPTR melakukan study tour ke daerah Aceh.

Memasuki tahun 1964/1965 IPTR dipimpin oleh T. A. Rahman, pada periode ini IPTR melanjutkan program kerja pada periode yang lalu. Pada periode ini terjadi gesekan-gesekan

antara anggota IPTR. Hal ini disebabkan karena pada tahun 1965 banyak sekali ideologi- ideologi yang berkembang di Kota Medan.

Pada masa kepemimpinan A. Hamid yaitu Tahun 1965/1966 terjadi peristiwa besar yakni pemberontakan PKI atau yang lebih dikenal dengan peristiwa G30S/PKI di Indonesia. Akibat dari pemberontakan ini tujuh orang perwira TNI gugur. Peristiwa ini menjadi momentum bagi berbagai organisasi yang selama ini telah mencurigai PKI untuk segera menghancurkan PKI, salah satunya IPTR. IPTR kemudian bersama-sama dengan organisasi lain melancarkan aksi penghancuran basis-basis PKI beserta sayap-sayap partai tersebut. Dalam hal ini menurut Usman Pelly IPTR lah organisasi yang menjadi penggerak dalam aksi penghancuran PKI.52 Bahkan IPTR sempat membakar kantor SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) sayap dari PKI yang letaknya dekat kantor Alwasliyah. Dalam peristiwa itu ketua SOBSI yaitu Zakir Sobo tewas.53

Memasuki kepengurusan tahun 1966/1967 kepemimpinan IPTR dipegang oleh Aboe Bakar Oemar, kegiatan IPTR masih terkait masalah konsolidasi internal organisasi setelah terjadinya penghancuran terhadap G30S/PKI hampir diseluruh Indonesia. Keadaan Indonesia pun mulai baik di pusat maupun daerah masih sama-sama belum kondusif.

Usman Hasan memimpin IPTR dari tahun 1967 samapai dengan tahun 1978, dimana pada tahun 1968 para alumni dari IPTR beserta beberapa tokoh Aceh lainnya membentuk Aceh

52

Wawancara, dengan Usman Pelly, Medan, 19 Sptember 2013.

53

Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) adalah federasi pertama kali dibentuk di

Sepakat. Mulai dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1978 tidak terjadi regenerasi kepemimpinan dalam IPTR karena Usman Hasan memimpin IPTR lebih dari 10 tahun.

Pada tahun 1978 mulai terjadi pergantian kepengurusan di IPTR yakni dengan terpilihnya T. Syaifuddin sebagai ketua umum IPTR yang baru. dr. T. Syaifuddin menjabat sebagai ketua umum IPTR sampai dengan tahun 1984.

3.3Periode 1980-2000 Sebagai Tahun Kevakuman Bagi Kegiatan IPTR

Memasuki tahun 1984 kepemimpinan IPTR dipegang oleh Bustami Usman. Saat itu Situasi dan kondisi di penghujung dekade 80-an sebagai titik awal terjadinya usaha-usaha menyatakan sikap dan tuntutan dari kelompok tertentu di daerah Aceh terhadap pemerintah, telah membawa dampak sedemikian rupa dalam masyarakat Aceh di Medan terutama di kalangan pemuda dan mahasiswa. Kecurigaan terhadap generasi muda Aceh di Medan cukup tinggi dan beralasan karena gejolak awal dan tuntutan pemisahan diri rakyat Aceh pada tahun 1977 yang dikenal dengan Aceh merdeka di motori oleh tokoh pemuda dan mahasiswa di Medan termasuk dari kalangan IPTR sendiri, sehingga setiap ada upaya berkumpul dan mengadakan rapat selalu diawasi dengan rasa curiga, apalagi banyak anggota masyarakat dan pemuda yang diamankan oleh aparat.

Gejolak di Aceh diakhir tahun 80-an dan paruh waktu 90-an dengan diberlakukannya daerah operasi militer (DOM) di Aceh dan memanasnya suhu politik dan keamanan membawa dampak menurunnya gairah dan minat berorganisasi di kalangan pemuda dan masyarakat Aceh di Medan, sehingga keterlambatan pelaksanaan Konferensi ditingkat Cabang dan Rapat Anggota (RAK) ditingkat Rayon dan Komisariat tidak begitu dihiraukan, sekaligus ada segelintir orang secara pribadi-pribadi selalu mengingatkan atas keterlambatan tersebut, namun

sangat sulit dan hampir tidak ada yang bersedia untuk menerima estafet kepemimpinan di Cabang maupun di Rayon dan Komisariat.

Situasi ini akhirnya berubah setelah tumbangnya kepemimpinan Soeharto dan berakhir masa Orde Baru yang ditandai dengan tuntutan reformasi di tahun 1998. Dalam masa Era Reformasi itu, IPTR kembali menggeliat dengan terbentuknya IPTR Komisariat USU pada september 1998. Tampilnya IPTR Komisariat USU menandai Era Baru kebangkitan IPTR masa kini dan masa mendatang, tuntutan demokrasia dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang digelar setelah tumbangnya pemerintahan rezim Orde Baru membawa angin segar tumbuhnya berbagai Organisasi Massa (ORMAS), Partai Politik (PARPOL), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), rangsangan ini telah membawa perubahan sikap dan perilaku di kalangan masyarakat Aceh terutama pemuda dan mahasiswa di Kota Medan. Akhirnya pada tanggal 16 September 2000 diselenggarakannya Konferensi Luar Biasa DPC IPTR Medan untuk memilih pengurusan baru guna menjalankan roda organisasi IPTR yang telah lama vakum.

Hal Yang menarik dari periode kepemimpinan Tahun 1984-1987 adalah rayon dan komisariat mulai di kembangkan, sehingga terbentuk rayon-rayon baru seperti Rayon Medan Kota, Rayon Medan Timur, Rayon Medan Barat, Rayon Medan Johor, dan Rayon Medan Helvetia. Sedangkan komisariat baru yang terbentuk antara lain Komisariat USU Fakultas Ekonomi, Pertanian, Hukum, MIPA, Sastra/Fisipol, dan FKG, kemudian dibentuk juga komisariat IPTR di IAIN Fakultas Dakwah, Syariah, Usluddin. Komisariat IPTR juga dibentuk

di IKIP Medan, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Universitas Medan Area (UMA), Perguruan Tinggi Harapan, dan Universitas Cut Nyak Dien.54

54

Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanah Rencong (IPTR) Medan Periode 1984-1987, disampaikan pada : Konferensi luar biasa IPTR Cabang Medan, 15- 16 September 2000.

Dokumen terkait