• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Orang Bajo Di Tengah-Tengah Komunitas Lokal

Dalam dokumen Orang Bajo Dan Komunitas Lokal Studi Ten (Halaman 48-52)

PERKEMBANGAN ORANG BAJO SEJAK DEKADE 2000 AN

A. Perkembangan Orang Bajo Di Tengah-Tengah Komunitas Lokal

Berbicara mengenai perkembangan yang dialami komunitas Bajo di Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi, berarti adanya suatu peningkatan taraf kehidupan yang terjadi dalam hidup orang Bajo. Yang pada umumnya

apa yang dimiliki tidak begitu menunjang pola hidup orang Bajo. Oleh karena itu, perkembangan yang dapat dilihat dari orang Bajo setelah membaurnya dengan penduduk lokal di darat yaitu dari pola pikir serta dari segi ekonomi, pendidikan maupun kesehatan.

1. Pola Pikir

Seiring perkembangan zaman, pola pikir komunitas orang mulai terbuka, maju serta berkembang. Orang Bajo, ingin seperti dengan penduduk lokal di darat. Orang Bajo Mola telah menerima perkembangan modernisasi yang terjadi dilingkungan mereka. Perubahan pola pikir orang Bajo yang dari waktu ke waktu semakin berkembang membuat hidup mereka jauh lebih baik serta orang Bajo kini berani tampil dimuka umum. Perubahan Pola pikir mereka berkembang sejak tahun 2000.

Dengan perubahan pola pikir orang Bajo, membawa dampak baik dalam kehidupannya. Salah satu bentuk perubahan pola pikir orang Bajo Mola. Yaitu saat ini orang Bajo kini telah banyak yang mengenyam pendidikan, mata pencahariannya kini berkembang, serta paham akan ilmu kesehatan (medis).

Salah satu data yang diambil di lapangan yaitu pada keluarga Pa Abdul Gafur, yang berusia 54 tahun, beliau sekaligus menjabat sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Bajo, yang mana mempunyai tujuh orang anak. Dalam hal ini, dengan perubahan pola pikir yang terjadi pada dirinya. Beliau dalam keluarganya kini telah mengedepankan yang namanya pendidikan. Salah satu bukti kini anaknya telah ada yang menjadi PNS pada tahun 2008, Pengusaha dan selebihnya saat ini sedang menuntut ilmu di bangku SD, dan SMA.

Dari segi ekonomi yang dimilikinya, orang Bajo kini mengalami kemajuan, mereka memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Namun, saat ini mata pencahariannya bukan hanya itu saja. Pada tahun 2000 ada yang beralih menjadi petani sebanyak 10 orang, pengusaha kecil dan menengah sebanyak 15 orang, polisi sebanyak 3 orang, peternak sebanyak 51 orang, serta montir sebanyak 20 orang. Bahkan, orang Bajo yang ada di Desa Mola ini sudah ada yang menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) yaitu sebanyak 41 orang. Hal, tersebut menjadi bukti bahwa orang Bajo kini jauh lebih maju. Walaupun berada ditengah – tengah penduduk lokal. Mereka kini juga bersaing dalam memajukan taraf hidupnya, tidak ingin selalu berada di bawah.

Tetapi, tidak hanya melihat dari segi mata pencahariannya yang saat ini berkembang. Melainkan juga dari segi keterampilan yang orang Bajo Mola miliki, khususnya orang Bajo yang berprofesi sebagai nelayan. Yang mana pada tahun 2003 orang Bajo telah menggunakan alat tangkap yang modern. Orang Bajo yang pertama kali menggunakan alat tangkap modern adalah H. Halim. Dengan melihat hasil yang diperoleh meningkat pada tahun 2005 H.Gega pun membeli alat tangkap modern.

Dengan menggunakan alat tangkap modern pada tahun 2003 penghasilan pendapatan orang Bajo yang bekerja sebagai nelayan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Jika dibandingkan ketika masih menggunakan alat tangkap yang tradisional penghasilannya kurang lebih sekitar Rp. 1.000. 000,- . Dengan menggunakan alat tangkap modern sejak tahun 2003 sampai saat ini penghasilannya mencapai dua kali lipat

dari sebelumnya yaitu Rp. 3.000.000,-. Sebagaimana yang diungkapkan oleh:

“Keluarga Mudaing (45 tahun) seorang nelayan dari kalangan suku Bajo di Mola ini. Ketika masih menggunakan alat tangkap tradisonal penghasilan dalam setiap bulannya hanaya sekitar Rp. 1.000.000,-. Namun, setelah menggunakan alat tangkap modern sejak tahun 2008 penghasilannya mencapai sekitar Rp. 3. 000. 000,-/ bulan”.33

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat tangkap modern, pendapatan orang Bajo dari hasil tangkapan makin meningkat. Sehingga membuat kehidupan orang Bajo jauh lebih baik dan sejahtera. Walaupun mereka berada ditengah-tengah penduduk lokal di darat.

Alat tangkap modern yang dimilki nelayan Bajo yang berada di Desa Mola ini, sepeeti Pancing Tuna, yang mengasilakan ikan tuna ukuran besar, Pancing gurita, yang menghasilkan tangkapan gurita besar bahkan dapat menghasilkan ikan pari, Pukat Hariamau yang menghasilkan ikan pelagis maupun ikan cakalang kecil serta, Body Batang. Dengan menggunakan alat-alat modern ini penghasilan merekapun lebih sejahtera.

3.Segi Pendidikan

Dalam hal pendidikan komunitas Bajo saat ini tidak kalah dengan penduduk lokal. Mereka juga telah memiliki tingkat pendidikan yang hampir setara dengan tingkat pendidikan yang penduduk lokal capai. Walaupun tingkat pendidikan komunitas lokal lebih banyak. Namun, orang Bajo sudah banyak yang menunut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sampai tingkat universitas bahkan ada yang melanjutkan pendidikannya sampai S2. Universitas yang ia masuki seperti di Universita

Hasanuddin, Universitas Haluoleo, Universitas Negeri Makassar, UNDANA, UT, UMB, dan UMM (Universitas Muhammadiyah Malang).

NO Nama-nama orang Bajo Tingkat Pendidikan (Universitas) 1. Ir. Abdul Manan, M.Sc UNHALU dan Perancis

2. Abdul Gafur B, S. Ip UNDANA 3. Asraruddin, S. Pdi, M.Pd UMM dan UNM

4. A. Munawar, S.Si UNHAS

5. Darsono, SH UNHALU

6. Jumadir, S.Ag UMB

7. Minarmi, S.Kep Akper Bau-Bau 8. Iin Indriyani Akbid Kendari

9. Ravil, S. Sos UNHALU

Sumber: laporan kepala Desa Mola, 5 Agustus 2012

Hal tersebut menjadi bukti bahwa orang Bajo telah mengalami perkembangan dibidang pendidikan bahkan walaupun mereka berada ditengah-tengah penduduk lokal ini.

Pendidikan yang mereka capai sampai saat ini, karena mereka ingin meningkatkan ilmu pendidikan yang mereka miliki dan tidak ingin kalah dengan penduduk lokal sekalipun harus bersaing satu sama lainnya. Dengan tingkat pendidikan orang Bajo yang kini semakin baik dan maju membuat orang Bajo kini diperhitungkan dalam urusan pemerintahan daerah yang ada di Kabupaten Wakatobi itu sendiri.

“Menurut salah satu informan, orang Bajo kini tidak kalah dengan tingkat pendidikan penduduk lokal. Salah satu buktinya adalah bahwa orang Bajo yang kini telah berhasil menduduki salah satu jabatan penting yang ada di pemerintahan. Dia adalah seorang sosok Bapak Abdul Manan, Ia adalah ketua BAPPEDA Wakatobi. Ia terangkat menjadi ketua BAPPEDA pada tahun 2008. Orang Bajo kini dapat dipercaya untuk memegang jabatan penting di daerah, walaupun berada ditengah – tengah penduduk lokal, yang memiliki pendidikan yang tinggi.”34

Dalam dokumen Orang Bajo Dan Komunitas Lokal Studi Ten (Halaman 48-52)

Dokumen terkait