• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.3. Perekonomian Wilayah

4.3.1. Perkembangan PDRB / Kapita

Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Perekonomian Kabupaten Kerinci didukung oleh empat sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, pengangkutan/ komunikasi, dan jasa. Berikut adalah tingkat kemampuan ekonomi

Kabupaten Kerinci dalam hal Produk Domestik Regional Bruto Harga Berlaku (PDRB HB).

Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto Harga Berlaku (PDRB HB) 2006 No Kecamatan Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Jumlah PDRB HB

1 Gunung Raya 15.059 98.530.896.339 2 Batang Merangin 22.560 89.956.035.068 3 Danau Kerinci 15.968 32.842.870.065 4 Keliling Danau 21.999 52.029.137.578 5 Sungai Penuh 31.921 233.060.193.361 6 Hamparan Rawang 13.087 34.578.978.656 7 Sitinjau Laut 13.940 88.435.142.356

8 Air Hangat 21.129 75.268.620.319

9 Air Hangat Timur 17.712 43.161.750.932 10 Gunung Kerinci 11.441 123.207.583.945

11 Kayu Aro 35.725 232.089.748.793

12 Kumun Debai 8.715 29.963.827.072 13 Tanah Kampung 8.280 47.392.834.272 14 Pesisir Bukit 16.533 72.252.461.355

Jumlah 1.252.770.080.111

Rata-Rata 89.483.577.151

Sumber : BPS Kabupaten Kerinci 2006, www.kerincikab.go.id (Kecamatan Depati Tujuh, Siulak, dan Gunung Tujuh tidak ada data)

Rata-rata pertumbuhan ekonomi kecamatan di Kabupaten Kerinci adalah 5,31 persen lebih besar dari laju pertumbuhan Kabupaten Kerinci sendiri terhadap Provinsi Jambi yang hanya mencapai 5,01 persen. Kecamatan Kayu Aro memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi diantara kecamatan lainnya. Hal ini disebabkan di wilayah tersebut terdapat perkebunan teh yang sangat besar dan lahan persawahan irigasi yang cukup luas. Kecamatan lain yang memiliki laju pertumbuhan tinggi adalah kecamatan Sungai Penuh dan Pesisir Bukit. Laju pertumbuhan ekonomi kecamatan di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kabupaten Kerinci 2006

No Kecamatan Laju Pertumbuhan (LPE)

1 Gunung Raya 6,0

PDRB Per-kapita Kabupaten Kerinci atas harga berlaku meningkat dari Rp 3.391.206,45 pada tahun 2000 dengan rata-rata per bulan Rp 282.600,53 menjadi sebesar Rp 3.891.839,1 atau sebesar Rp 324.319,92 per bulan pada tahun 2001, pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi Rp 4.770.055,59 atau sebesar Rp 397.504,63 per-bulan. Sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi Rp 477.83,35, dan pada tahun 2004 PDRB per-kapita mencapai Rp 6.523.996,15 dengan rata-rata per bulan Rp 543.666,34, akhirnya pada tahun 2005 PDRB perkapita mencapai Rp 7.456.251,38.

Perkembangan PDRB /Kapita di atas menjadikan pertumbuhan PDRB per-Kapita meningkat sebesar 14,76 persen pada tahun 2001, meningkat sebesar 22, 57 persen pada tahun 2002, meningkat sebesar 20,22 persen pada tahun 2003 dan pada tahun 2004 ini meningkat lagi sebesar 13,77 persen. Sedangkan PDRB per-kapita Kabupaten Kerinci atas harga konstan 2000 meningkat dari Rp 3.391.2006,45 pada tahun 2000 menjadi sebesar Rp 4.493.634,32 pada tahun 2002, pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi Rp 3.627.223,63 dan tahun 2003 meningkat menjadi Rp

3.752.777,55, sedangkan pada tahun 2004 ini meningkat 3.902.424,90.

Perkembangan ini menjadikan peertumbuhan PDRB per-kapita meningkat sebesar 3,82 persen pada tahun 2002 dan 3,46 persen pada tahun 2003 dan 3,99 persen pada tahun 2004.

4.3.2 Keuangan Daerah

Jenis pendapatan yang menyusun penerimaan asli daerah Kabupaten Kerinci terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMN dan pendapatan lainnya. Pada tahun 2005 total pendapatan asli daerah sebesar Rp 11.234.833.734,38 mengalami kenaikan sebesar 22,39 persen dibandingkan tahun 2004, kenaikan juga terjadi pada komponen pendapatan lainnya yaitu retribusi daerah 63,83 dan bagian laba BUMN sebesar 11,92 persen. Dana Alokasi Umum (DAU) kabupaten Kerinci sebesar Rp. 193.116.000.000 sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp. 13.458.268.000yang dialokasikan untuk dana alokasi khusus reboisasi sebesar Rp. 738.268.000 dan dana alokasi khusus non reboisasi sebesar Rp. 12.720.000.000.

Penerimaan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Kerinci dari PBB saat ini adalah dari sisi penerimaan masih mengandalkan sumber pendapatan dari sektor pertanian, dari pertambangan dan bahan galian. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada realisasi pemasukan PBB tahun 2006 yang terdiri dari sektor perkotaan, perdesaan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Ketiga sektor tersebut yang paling memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertambangan, yaitu sebesar Rp 16.076.240.873 dari total jumlah penerimaan yang sebesar Rp 17.616.772.362.

Akan tetapi jumlah penerimaan yang lebih besar berasal dari penerimaan pajak (berdasar data tahun 2006) yang berasal dari pajak Penerangan Jalan sebesar Rp 2.210.766.435 dan pajak Hotel dan Restoran sebesar Rp 224.005.765 dari total penerimaan pajak tahun 2006 sebesar Rp 4.289.858.342,7

Sumber pendapatan daerah yang lain adalah retribusi daerah. Retribusi daerah pada tahun 2006 yang besar adalah pada jenis retribusi SHP sebesar Rp 459.292.490 selain itu adalah retribusi pasar sebesar Rp 421.182.700 dan retribusi Leges sebesar Rp 237.402.300. Jenis retribusi yang belum dapat dioptimalkan adalah retribusi hiburan, reklame, parkir, tempat penginapan, dan izin gangguan.

Padahal jenis retribusi tersebut paling banyak dinikmati oleh golongan masyarakat menengah ke atas yang notabene memiliki kondisi keuangan yang relatif lebih baik.

Pendapatan daerah berikutnya adalah dari bagian laba BUMD dan pendapatan lainnya. Bagian laba BUMD berasal dari BPD sebesar Rp 1.181.884.582,56 sedangkan pendapatan lainnya adalah Jasa Giro dan penerimaan lainnya sebesar Rp 2.383.488.764,85.

V. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KERINCI

5.1 Dasar Pertimbangan, Tujuan, dan Sasaran Tata Ruang Wilayah Kabupaten

5.1.1 Dasar Pertimbangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Berdasarkan hasil kajian terhadap faktor-faktor eksternal (determinan) dan faktor internal (potensi dan masalah) terkait Kabupaten Kerinci, maka didapat 5 (lima) faktor penting yang harus menjadi bahan pokok-pokok pertimbangan perencanaan Kabupaten Kerinci pada masa yang akan datang, yaitu :

1. Peluang eksternal bisa dimanfaatkan untuk mengatasi keterisolasian Kabupaten Kerinci.

2. Posisi penting Kabupaten Kerinci sebagai hulu DAS Batanghari, memiliki beberapa DAS lainnya, serta memiliki separuh kawasan lindung (TNKS) menjadikan Kabupaten Kerinci diarahkan menjadi fungsi konservasi.

3. Perlunya evaluasi dan kontrol penggunaan lahan budidaya untuk kepentingan fungsi resapan air dan mitigasi bencana alam.

4. Pertimbangan rawan bencana dalam pengembangan sarana dan prasarana wilayah/perkotaan terkait dengan sebaran penduduk.

5. Mengarahkan kegiatan ekonomi prospektif sesuai daya dukung lingkungan (contoh : Pariwisata, Perkebunan, Perikanan Darat, Pertanian Lahan Basah dan Kering sebagai konpensasi konservasi lahan).

5.1.2 Tujuan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tujuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang berkualitas, serasi, optimal sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan daerah serta sesuai dengan kebutuhan pembangunan

dan kemampuan daya dukung lingkungan. Lebih lanjut tujuan tata ruang wilayah kabupaten adalah :

1. Terlaksananya perencanaan tata ruang secara terpadu dan menyeluruh.

2. Terwujudnya tertib pemanfaatan ruang.

3. Terselenggaranya pengendalian pemanfaatan ruang.

5.1.3 Sasaran Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Sasaran perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut :

1. Terumuskannya pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan budidaya.

2. Terumuskannya pengelolaan kawasan pedesaan perkotaan dan kawasan tertentu.

3. Tersusunnya sistem prasarana wilayah yang meliputi prasarana transportasi, pengairan, energi/listrik, telekomunikasi, prasarana pengelolaan lingkungan.

4. Terumuskannya pengembangan kawasan-kawasan yang perlu di proritaskan pengembangannya selama jangka waktu rencana.

5. Tersusunnya penatagunaan lahan/tanah, air, udara, hutan, mineral dan sumber daya alam lainnya.

5.2 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang 5.2.1 Rencana Struktur Ruang

Arahan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Kerinci merupakan arah garis besar pola pemanfaatan ruang wilayah yang diinginkan di masa mendatang sebagai pengejewantahan visi pembangunan daerah dikaitkan dengan potensi dan

masalah pembangunan wilayah. Dalam rencana struktur tata ruang yang sangat terkait adalah sistem pusat-pusat permukiman/perkotaan yang dikaitkan dengan sistem rencana jaringan prasarana.

5.2.2 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Pembahasan rencana pengembangan kawasan budidaya akan meliputi uraian tentang beberapa aspek yang berkaitan dengan pembudidayaan kawasan yang meliputi kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan perindusterian, kawasan pariwisata, kawasan pemukiman pedesaan, kawasan permukiman perkotaan dan kawasan lainnya yang masih berkaitan dengan kegiatan budidaya. Adapun untuk menentukan suatu kawasan, harus diperhatikan kesesuain lahan bagi suatu kegiatan dengan memperhatikan faktor-faktor fisik dasar, yaitu faktor kemiringan lahan, ketinggian tempat, jenis tanah dan kawasan.

Konsep pengembangan pola pengembangan pola pemanfaatan ruang wilayah kabupaten terbagi dalam :

1. Zona Kawasan Lindung (Taman Nasional Kerinci Seblat).

2. Zona Kawasan Penyangga (Perkebunan Tanaman Keras, Hutan Kemasyarakatan).

3. Zona Budidaya Non Pertanian ( Permukiman, Industri, Pusat Kota, Sarana dan Prasarana, dll).

4. Zona Budidaya Pertanian (Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Kering, Kebun campuran, dll).

5. Zona Kawasan Perlindungan Setempat : Merupakan zona kawasan buffer terhadap sungai dan danau.

6. Kawasan Budidaya Sumber Daya Air (Perikanan Darat dan Danau).

5.3 Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya 5.3.1 Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama menjaga kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumberdaya alam, budaya dan sejarah bangsa untuk kepentingan berlangsungnya pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan lindung harus dilindungi dari kegiatan-kegiatan produksi dan kegiatan manusia yang lainnya yang dapat merusak kelestarian lingkungan kawasan. Untuk penentuan arahan kebijakan dalam pemanfaatan kawasan lindung perlu terlebih dahulu dikenali tujuan dan sasaran pemanfaatan kawasan tersebut.

Secara umum tujuannya adalah mengurangi resiko kawasan lingkungan hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan. Sedangkan sasarannya adalah :

1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim (hidro-orologis).

2. Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna dan tipe ekosistem serta keunikan alam.

Kebijaksanaan pengembangan pada kawasan pada kawasan lindung adalah sebagai berikut :

1. Daerah dengan fungsi sebagai suaka alam harus benar-benar dan tidak boleh ada kegiatan lain pada daerah tersebut, kecuali kegiatan yang bersifat untuk menjaga fungsi kawasan tersebut.

2. Kawasan dengan fungsi sebagai kawasan lindung (sempadan sungai, sempadan danau/waduk, kawasan dengan faktor pembatas

lereng/ketinggian) dimanfaatkan dengan tanaman yang berfungsi untuk reboisasi.

5.3.2 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Arahan pengembangan kawasan budidaya dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) Kawasan Budidaya Pertanian yang terdiri dari tanaman pangan lahan kering, tanaman pangan lahan basah, tanaman tahunan/tanaman keras, kawasan perkebunan, kawasan hutan produksi pola partisipasi masyarakat, dan kawsan penyangga/buffer; (2) Kawasan Budidaya Non-Pertanian yang terdiri dari kawasan permukiman (permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan), kawasan pariwisata, kawasan perindusterian, kawasan penambangan dan bahan galian.

5.4 Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan, Pedesaan dan Kawasan Tertentu

5.4.1 Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan

Dalam struktur tata ruang wilayah kabupaten keberadaan kota-kota perlu dilihat keterkaitannya dalam konteks wilayah Kabupaten Kerinci sendiri maupun wilayah sekitarnya, baik secara spasial maupun fungsional. Pola pengembangan sistem kota-kota ini mencangkup arahan mengenai hirarki kota, fungsi kota, arahan kebijaksanaan dan strategi pengembangan kota-kota. Oleh karena itu dalam mengembangkan kota-kota di Kabupaten Kerinci baik hirarki maupun fungsinya, arah kebijaksanaan pengembangan masing-masing hirarki kota adalah :

1. Pengembangan Kota Hirarki I (Kota Sungai Penuh).

2. Pengembangan Kota Hirarki II ( Kota Semurup, Sanggaran Agung, Jujun, Siulak Deras, Batang Sangir dan Tamiai ).

3. Pengembangan Kota Hirarki III ( Kota Lempur, Hiang, Rawang, Siulak, Pelompek, Kumun, Tanah Kampung, Sungai Tutung, Koto Tuo dan Sungai Liuk ).

Tabel 9. Pembagian Perwilayahan Pengembangan Kabupaten Kerinci No WP/Sub

Sungai Penuh, Hamparan Rawang, Tanah Kampung, Sumber : RTRW Kabupaten Kerinci 2006-2016

5.4.2 Rencana Pengelolaan Kawasan Pedesaan

Kawasan pedesaan di Kabupaten Kerinci yang mempunyai kecenderungan untuk dapat dikembangkan menjadi sentra-sentra produksi komoditi andalan sehingga dapat lebih meningkatkan hubungan/keterkaitan fungsional diantara kawasan-kawasan tersebut serta keterkaitannya dengan sistem jaringan prasarana transportasi dan sarana wilayah lainnya dalam mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kerinci yang ditetapkan. Hirarki dan arahan pengembangan perkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2.

5.4.3 Rencana Pengelolaan Kawasan Tertentu

Pengelolaan kawasan tertentu yang dimaksud dalam wilayah Kabupaten Kerinci adalah Kawsan Lindung (Taman Nasional Kerinci Seblat). Sesuai dengan SK Menhutbun No. 901/KPTS2/I/99, bahwa luas TNKS yang ada di Kabupaten

Kerinci adalah 215.000 Ha. Sesuai dengan fungsi TNKS tersebut, maka bentuk pengelolaan TNKS ini sebagai kawasan tertentu yang merupakan kawasan perlindungan berskala nasional, dititikberatkan pada upaya pelestarian alam atau mempertahankan aset alam konservasi. Kawasan lain sebagai kawasan tertentu adalah kawasan rawan bencana, mengingat Kabupaten Kerinci memiliki fisik dan geomorfologi yang rentan terhadap bencana alam : gempa, longsor, banjir dan gunung berapi.

5.5 Rencana Sistem Prasarana 5.5.1 Sistem Transportasi

Masalah transportasi merupakan salah satu yang dijumpai di Kabupaten Kerinci yaitu masih rendahnya kualitas prasarana transportasi terutama jaringan jalan yang menghubungkan antar wilayah Kerinci dengan Kabupaten Merangin maupun Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Solok Sumatera Barat.

Masalah utama yang terjadi adalah kondisi alam yang berbukit-bukit dangan medan yang berat dan rawan longsor serta keterbatasan pengembangan prasarana jalan dengan adanya kawasan TNKS.

Alternatif pengembangan prasarana transportasi ini adalah mengembangkan terminal angkutan regional maupun lokal di tiap-tiap sentra pelayanan khususnya kota-kota kecamatan sesuai dengan fungsi dan posisinya dalam jenjang pelayanan. Pengaktifan kembali lapangan terbang Depati Parbo untuk mendukung kegiatan usaha potensial dan kepariwisataan di Kabupaten Kerinci sangat diharapakan, namun sampai saat ini belum terealisasi.

5.5.2 Sistem Telekomunikasi

Rencana sistem telekomunikasi terkait dengan kebutuhan pada tahun ke depan. Berdaarkan proyeksi penduduk pada tahun 2016 dan kebutuhan sarana telekomunikasi pada tahun tersebut maka terdapat beberapa korelasi berikut ini :

1. Kebutuhan total rumah tangga mencapai 16.000 SST dan akan terkonsentrasi di kawasan Perkotaan Sungai Penuh, Koto Tuo, dan Siulak Deras.

2. Untuk wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh fixed-phone, dapat menggunakan jaringan selular yang bersifat mobile dan wireless.

Untuk rencana jaringan telepon tetap, jaringan mengikuti jaringan jalan kolektor primer, yaitu : Sungai Penuh – Koto Tuo – Semurup – Siulak – Siulak Deras – Batang Sangir – Pelompek. Selain itu ada juga jaringan jalan lain adalah Sungai Penuh – Sanggaran Agung – Tamiai dan Sungai Penuh – Kumun – Jujun – Lempur. Jaringan telepon yang mengikuti jaringan jalan lokal adalah semurup – Sungai Liuk – Koto Tuo – Sungai Tutung.

5.5.3 Sistem Energi

Untuk memenuhi kebutuhan listrik maka arahan dasarnya adalah pembangunan pembangkit dan infrastruktur listrik di masa datang menjadi prioritas agar dapat mendukung kebutuhan ekonomi masyarakat. Keterbatasan kapasitas produksi dan kenaikan harga BBM khususnya minyak solar sebagai bahan baku PLTD perlu disikapi dengan alternatif energi seperti batubara, mikro hidro, panas matahari, dll.

Sumber energi listrik alternatif yang potensial di Kabupaten Kerinci adalah energi listrik tenaga air. Menurut laporan RUKD Kabupaten Kerinci 2004, ada beberapa alternatif energi, yaitu :

1. Tenaga Air

Tenaga air di Kabuapaten Kerinci merupakan sumber energi yang paling potensial karena curah hujan yang cukup tinggi (2.561 mm/tahun) serta ketersediaan air terjun dan sungai yang cukup banyak.

2. Panas Bumi

Energi panas bumi yang ada di Desa Lempur Kecamatan Gunung Raya dan Desa Semurup Kecamatan Air Hangat.

3. Batubara

Deposit batubara di Kabupaten Kerinci dapat ditemui di kecamatan Sitinjau Laut. Penggunaan batubara ini labih murah dan mudah walaupun terkompensasi dengan polusi udara yang cukup masif.

Pengembangan rencana listrik yang paling memungkinkan adalah pengembangan sumber tenaga listrik di seluruh kawasan, yaitu air terjun bedeng, pancuran aro dan batu namora yang terletak di Kecamatan Batang Merangin. Hal ini diperlukan karena keterbatasan penyediaan listrik dari PLTD selain terkendala dengan semakin meningkatnya harga BBM.

5.5.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan

Rencana sistem pengelolaan lingkungan adalah pengelolaan sampah dan instalasi pengolahan air limbah. Untuk pengelolaan sampah telah terdapat satu Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kecamatan Danau Kerinci. Penempatan

ini tidak begitu baik, karena berdekatan dengan Danau Kerinci, karena secara ekologis akan menganggu ekosistem sungai.

Beberapa alternatif lokasi yang diarahkan sebagai lokasi TPA adalah di satu di setiap wilayah pengembangan. Untuk wilayah pengembangan A, yang terdiri dari Kecamatan Air Hangat, Danau Kerinci, Sitijau Laut, Air Hangat Timur, Kumun Debai, dan Sungai Penuh. Alokasi TPA diletakkan di Kecamatan Sitinjau Laut. Untuk Wilayah Pengembangan B, yang terdiri dari Kecamatan Gunung Raya dan Batang Merangin, alokasi TPA diletakkan di Kecamatan Gunung Raya da sekitar Lempur. Untuk wilayah pengembangan C yang terdiri dari Keamatan Kayu Aro, Gunung Tujuh, dan Gunung Kerinci, alokasi TPA dapat dialokasikan di Kecamatan kayu Aro.

5.6 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis

Dalam rangka menyiapkan investasi pengembangan yang bersifat lokal maupun regional di dalam wilayah Kabupaten Kerinci merupakan aspek penting dalam penataan ruang wilayah kabupaten, sehingga perlu menetapkan kawasan yang strategis arat kawasan prioritas. Pengembangan kawasan prioritas pada dasarnya mengacu pada kepentingan sektor/ subsektor atau permasalahan yang mendesak penanganannya.

Berdasarkan kecenderungan, pengaruh dan perkembangan dampak yang ditimbulkannya, maka kawasan prioritas dapat dikelompokkan atas 2 tingkatan, yaitu tingkat regional/nasional dan tingkat sub regional dengan penyebarannya sebagai berikut :

1. Kawasan Tingkat Regional/Nasional

Kawasan prioritas yang potensi dan persoalannya mempunyai pengaruh dan kepentingan ditingkat regional provinsi, antar provinsi dan nasional 2. Kawasan Tingkat Sub-Regional

Kawasan prioritas yang didalamnya mempunyai pengaruh dan kepentingan di tingkat lokal kabupaten.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Penentuan Lokasi Optimal Pusat Pemerintahan Kabupaten Kerinci 6.1.1 Lokasi Optimal Pusat Pemerintahan Menurut Pemerintah Daerah

Kabupaten Kerinci

Dalam pelaksanaan penataan ruang dan wilayah Provinsi Jambi, konsep dasar pengembangan perlu dijabarkan dalam rangka formal, yaitu ketentuan-ketentuan yuridis yang menjadi acuan perencanaan ini. Adapun kerangka formal yang menjadi acuan adalah UU No. 24 Tahun 1992 yang telah dirubah menjadi UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, khususnya terkait dengan pasal 21, kebijaksanaan pemerintah sebagai upaya penguatan proses desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan jiwa UU No. 22 dan 25 tahun 1999, UU No. 54 tahun 1999 tentang telah dimekarkannya Provinsi Jambi menjadi 9 daerah Kabupaten dan satu Kotamadya (Kota).

Dengan dibentuknya Kabupaten Kerinci, maka penetapan Ibukota Kabupaten merupakan hal yang penting. Penetapan ini mutlak untuk dilakukan mengingat ibukota memiliki peran yang sangat strategis, yaitu sebagai pengendali pusat pemerintahan. Dalam penetapan lokasi pusat pemerintahan dipilih kota Sungai Penuh sebagai pusat pemerintahan yang terletak di Kecamatan Sungai Penuh. Adapun alasan dipilihnya Kota sungai penuh sebagai pusat pemerintahan adalah:

1. Berdasarkan letak geografisnya, Kota Sungai Penuh terletak ditengah-tengah wilayah Kabupaten Kerinci dan pada jalur penghubung untuk ke segala arah (dilalui jalan kolektor primer yaitu jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Kerinci ke Kabupaten Bangko, Kabupaten

Kerinci ke Povinsi Sumatera Barat via Muara Labuh dan Tapan, serta Kabupaten Kerinci ke Provinsi Bengkulu via Tapan).

2. Penetapan Pusat Pemerintahan di Kabupaten Kerinci berdasarkan sejarahnya merupakan peninggalan dari pemerintah jajahan/kolonial.

6.1.2 Penentuan Lokasi Optimal Pusat Pemerintahan Kabupaten Kerinci Berdasarkan Analisis P-Median

Penentuan lokasi optimal secara umum memang relatif komplek.

Pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang matang dari segi geografis daerah untuk efisiensi pelayanan, histori wilayah serta aspek politik dan ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut, alternatif terbaik tentang penetapan ibukota kabupaten berdasarkan kepentingan Pemda adalah Kota Sungai Penuh. Akan tetapi dengan menggunakan program komputer Java Applets P-Median maka kita dapat membandingkan apakah keputusan Pemda tersebut telah sesuai dengan hasil olahan komputer untuk mencari alternatif lokasi yang paling baik. Pada prinsipnya penggunaan analisis ini bertujuan untuk meminimalkan jarak yang akan ditempuh berdasarkan bobot pada masing-masing simpul. Dalam penelitian ini, Kabupaten Kerinci memiliki 17 Kecamatan sehingga dalam pengolahannya digunakan 17 simpul.

a. Faktor Jarak

Pengertian jarak dalam kasus ini mengikuti pengertian relatif, yaitu satu posisi yang berkenaan dengan posisi yang lainnya. Dalam analisis ini, jarak yang dilihat adalah jarak antar ibukota kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Kerinci. Satuan jarak yang dipakai adalah kilometer (km) dengan simpul yang digunakan adalah ibukota kecamatan. Matriks jarak ke-17 simpul dapat dilihat pada lampiran 3.

b. Faktor Waktu

Pengertian waktu dalam kasus ini adalah waktu tempuh yang berkenaan dengan satu posisi dengan posisi yang lainnya. Dalam analisis ini, waktu yang digunakan adalah waktu tempuh antar ibukota kecamatan di wilayah Kabupaten Kerinci. Satuan waktu yang dipakai adalah menit. Simpul yang digunkan adalah ibukota kecamatan. Matriks waktu ke-17 simpul dapat dilihat pada lampiran 4.

c. Faktor Bobot

Pengukuran nilai dari suatu simpul tertentu akan sangat mempengaruhi hasil dari pengolahan dan sangat bergantung dengan masalah yang dianalisa. Pada penelitian ini faktor bobot yang dianalisa adalah:

1. Jumlah Penduduk

Asumsi yang mendasari adalah bahwa dengan sejumlah penduduk tertentu yang terdapat dalam suatu kecamatan, maka jumlah tersebut dapat mewakili suatu aktivitas lokasi. Dengan semakin besar jumlah penduduk di suatu kecamatan, maka semakin besar pula bobot wilayah tersebut karena terkait dengan pusat pemerintahan yang mampu melayani kebutuhan penduduk yang tersebar di masing-masing simpul.

2. Luas Wilayah Pemukiman

Dengan asumsi luas wilayah pemukiman yang dianggap memadai merupakan suatu syarat terselenggaranya pembangunan dan pengembangan ibukota kabupaten. Penggunaan data luas wilayah pemukiman dimaksudkan untuk membatasi luasan wilayah konservasi kedalam analisis, karena wilayah konservasi merupakan daerah yang tidak

boleh dijadikan pemukiman (hal-hal yang merusak kelestariannya) sehingga tidak relevan jika dimasukkan ke dalam analisis.

Selain dengan menggunakan kedua bobot diatas, analisis juga dilakukan dengan mengasumsikan bahwa bobot tiap ibukota kecamatan adalah sama sehingga faktor yang mempengaruhi adalah faktor jarak dan waktu antar ibukota kecamatan.

1. Bobot Jumlah Penduduk

Dengan menggunakan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program komputer menunjukkan lokasi optimal pusat pemerintahan di Kabupaten Kerinci adalah Kecamatan Sungai Penuh (ibukota kabupaten ini). Hal ini terlihat dari output komputer berdasarkan pengaruh jarak yang menunjukkan Kota Sungai

Dengan menggunakan bobot jumlah penduduk, hasil perhitungan program komputer menunjukkan lokasi optimal pusat pemerintahan di Kabupaten Kerinci adalah Kecamatan Sungai Penuh (ibukota kabupaten ini). Hal ini terlihat dari output komputer berdasarkan pengaruh jarak yang menunjukkan Kota Sungai

Dokumen terkait