• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Dan Penerapan Akuntansi Sosial Di Indonesia Ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan akuntansi sosial

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Perkembangan dan Penerapan Akuntansi Sosial Di Internasional Perusahaan-perusahaan di eropa sudah mempelopori pengungkapan

4.2.1.2 Perkembangan Dan Penerapan Akuntansi Sosial Di Indonesia Ide dasar yang melandasi perlunya dikembangkan akuntansi sosial

(sosial Accounting) adalah tuntutan terhadap perluasan tanggung jawab perusahaan. Akuntansi sosial mengisyaratkan bahwa suatu entitas bisnis tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan sosial dimana entitas tersebut berada, sehingga interaksi antara keduanya perlu diakomodasi dalam teknik dan metode akuntansi. Secara teoritis tentang akuntansi sosial dan penerapannya di Indonesia dengan satu kesimpulan bahwa penerapan akuntansi sosial di Indonesia masih sangat rendah dan peran akuntansi sosial menjadi relevan sebagai solusi bagi permasalahan sosial yang dihadapi oleh perusahan di Indoensia.

Oleh karena itu perusahaan sebagai organisasi bisnis harus mampu merespon apa yang dituntut oleh lingkungan sosialnya, sehingga entitas bisnis dan entitas sosial dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi untuk kepentingan bersama. Seiring dengan perkembangan para akuntan juga membicarakan bagaimana permasalahan tanggungjawab sosial dapat diadaptasikan dalam ruang lingkup akuntansi (Hines, 1988)

Harahap (2001) mengemukakan bahwa persoalan perusahaan perlu mempunyai tanggungjawab sosial atau tidak, sampai saat ini masih terus terjadi perdebatan ilmiah dalam sistem ekonomi kapitalis yang menyebutkan bahwa fenomena ini merupakan bentuk dari penyadaran kapitalis terhadap tanggung jawab sosial perusahaan melalui penyajian informasi akuntansi. Pro dan kontra tersebut tentunya dapat dipahami karena kelompok yang mendukung maupun yang tidak mendukung punya kepentingan dan argumentasinya masing-masing.

Di Indonesia sendiri, permasalahan akuntansi sosial memang bukanlah hal yang baru, para pakar akuntansi di Indonesia juga telah melakukan analisis dan studi tentang kemungkinan penerapan akuntansi sosial di Indonesia, hanya saja akuntansi sosial menjadi kurang populer karena kemungkinan perusahaan-perusahaan di Indonesia memanfaatkan laporan tahunan hanya sebagai laporan kepada Stakeholders dan Debtholders atau sebagai informasi bagi calon investor (Muslim Utomo,2000).

a. Akuntansi Sosial Pada PT. Pusri

Penerapan akuntansi sosial ekonomi akan kepedulian/komitmen yang tercermin dari biaya sosial terhadap tanggung jawab sosial pada perusahaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya-biaya sosial PT Pusri terdiri dari biaya sosial yang terkait dengan karyawan, biaya sosial yang terkait dengan masyarakat, pengusaha kecil dan koperasi, biaya sosial yang terkait dengan konsumen, dan biaya sosial yang terkait dengan lingkungan. Biaya-biya ini ditelusuri melalui laporan tahunan PT Pusri kemudian diklasifikasikan. PT Pusri sendiri memperlakukan biaya sosial ini sebagai biaya yang dikelompokkan dalam biaya administrasi dan umum. Biaya sosial yang paling besar ditujukan bagi karyawannya sebagai lingkungan sosial yang terdekat dan mempunyai hubungan langsung dengan perusahaan.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Pusri selama ini telah menjalankan tanggung jawab sosialnya dengan baik melalui departemen-departemen yang ada kepada setiap pihak di dalam lingkungan sosialnya. Namun belum adanya pelaporan atas pertanggung jawaban tersebut membuat tidak semua pihak dapat mengetahui tanggung jawab sosial PT Pusri. Dari hasil analisis penerapan akuntansi sosial ekonomi pada

PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang, biaya-biaya sosial yang terdiri dari biaya yang terkait dengan karyawan, biaya yang terkait dengan masyarakat, pengusaha kecil dan koperasi, biaya yang terkait dengan konsumen, biaya yang terkait dengan lingkungan, dan biaya yang terkait dengan pemerintah. Analisis biaya-biaya sosial ini menggunakan metode

Outlay Cost Approach dimana biaya-biaya sosial yang berhubungan dengan perusahaan mengalami peningkatan pada:

1. Fungsi akuntabilitas yang dijalankan oleh PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) sudah cukup baik dimana PT Pusri menjalankan fungsi akuntabilitas sebagai suatu kesadaran dalam bertanggung jawab secara kuantitatif dan kualitatif kepada masyarakat berkenaan dengan dampak aktivitas sosialnya.

2. PT Pusri dalam laporan keuangan untuk segera dipahami dan relevan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan relevan dalam akuntansi sosial dapat memberikan informasi yang valid yang berhubungan dengan biaya-biaya sosial perusahaan dan keuntungan dari hubungan kegiatan-kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan

stakeholders.

b. Akuntansi Sosial Pada PT.Cakra Mandiri Pratama Indonesia Dalam hal ini peneliti mengambil contoh Perusahaan pada PT. Cakra Mandiri Pratama Indonesia untuk mengetahui aktivitas sosial perusahaan dalam menerapkan laporan pertanggungjawaban sosial secara terpisah dengan laporan keuangan utama. Jika perusahaan belum menerapkan pertanggungjawaban sosial. Kemudian melaporkan data-data yang terkait dengan biaya sosial pada laporan pertanggungjawaban sosial. Model laporan pertanggungjawaban sosial, diantaranya: Inventory Approach, Outlay Cost Approach, Program Management Approach, Goal Accounting Approach, dan Cost Benefit Approach. Dari kelima model laporan pertanggungjawaban sosial akan dibandingkan untuk mengetahui model laporan yang sesuai dengan perusahaan. Melalui Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan telah melaksansakan aktivitas sosial yang merupakan sebuah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Terbagi dalam empat kelompok, diantaranya: karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Akan tetapi perusahaan belum mengungkapkan pertanggungjawaban sosial secara terpisah dengan laporan keuangan utama (konvensional). Oleh karena itu pengguna informasi laporan keuangan yang membutuhkan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan tidak memperolehnya.

Menurut peneliti mengatakan kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan ini adalah model laporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan perusahaan adalah Outlay Cost Approach dan Cost Benefit

Approach. Karena dapat diketahui aktivitas dan biaya sosial yang telah dilaksanakan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melaporkan aktivitas dan biaya sosial yang telah dikeluarkan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam format laporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan sebagai laporan tambahan dalam laporan keuangan perusahaan.

(www.google.com source : OAI Yuni Suryaningsih)

c. Akuntansi Sosial Pada PT.PLN (Persero) Kepulauan Riau

Kepualuan Riau telah ditetapkan sebagai propinsi (UU RI no.25 tahun 2002) maka dilakukan perubahan nama organisasi yang resmi menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau berdasarkan Keputusan Direksi No. 098.K/010/DIR/2006 tentang perubahan Keputusan Direksi No. 300.K/010/DIR/2006 tentang organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Riau, dan Kepulauan Riau. Keberadaan PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dengan unit – unitnya, sebelumnya merupakan bagian dari PT. PLN (Persero) Wilayah III dan telah mengalami beberapa kali perubahan. Sebagai tindak lanjut dari keputusan Presiden No. 139 tahun 1998 tanggal 11 September 1998 tentang Tim Restrukturisasi dan Rehabilitasi PT PLN (Persero). PT PLN menerbitkan keputusan Direksi No.113.K/101/DIR/2001 tanggal 25

Mei 2001 sehingga PLN Wilayah III berubah status menjadi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Sumbar Riau termasuk di dalamnya pembentukan Wilayah Usaha Riau

Implementasi CSR pada PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan RiauProgram CSR yang telah dilakukan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau yaitu Program Partisipasi Pembinaan Lingkungan P3L/comdev yang dimulai sejak tahun 2005 sampai dengan sekarang. ComDev yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau terdiri dari 3 jenis kegiatan yaitu:

1. Community Service yaitu pelayanan terhadap masyarakat diantaranya, bantuan pembangunan tempat ibadah, pengembangan prasarana umum dan lainnya serta bantuan untuk musibah bencana alam.

2. Community Empoworing yaitu bantuan yang diberikan untuk tujuan pengembangan generasi muda dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat seperti bantuan untuk pembangunan sekolah, rumah sakit dan penggalangan donor darah.

3. Community relation yaitu bantuan yang diberikan perusahaan yang bertujuan untuk pengembangan hubungan perusahaan demi peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar dengan cara memberikan bantuan berupa pelatihan keterampilan, memberikan pinjaman bagi UKM dan home industri untuk modal menjalankan usaha bagi masyarakat yang berpotensi.

Laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan program CSR oleh pengurus dimuatkan dalam sebuah laporan realisasi Program Partisipasi Pembinaan Lingkungan P3L / ComDev yang menjelaskan kegiatan- kegiatan yang telah dilaksanakan serta penggunaan dana ComDev oleh pengguna dalam periode satu tahun. Laporan ini ditujukan kepada pimpinan PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau rekap laporan realisasi Program Partisipasi Pembinaan Lingkungan P3L / ComDev. Sebagai Bentuk Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap Lingkungannya Pelaksanaan kerja CSR dimulai berdasarkan rekomendasi unit-unit PLN (PERSERO) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau yang diwajibkan untuk mencari lokasi pemberian bantuan, unit ini sebelumnya menunjuk beberapa tempat seperti sekolah, tempat ibadah, tempat kursus atau pelatihan.

Anggaran CSR Tahunan PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau pada Triwulan III tahun 2011 adalah sebesar Rp. 754.275.000. Anggaran tersebut akan digunakan untuk masing-masing aktivitas sebagai berikut :

Tabel 4.1 Anggaran Dana No Aktifitas Anggaran 1 Community relation Rp.20.000.000 2 Community services Rp. 265.250.000 3 Community empoworing Rp.428.200.000 4 Bantuan pelestarian alam Rp.5.000.000 5 Biaya administrasi Rp. 31.525.000

Jumlah Rp. 754.275.000

(Sumber : PT PLN (Persero) WRKR Pekanbaru)

Dari anggaran CSR diatas belum semua dana bisa terealisasikan oleh perusahaan adalah realisasi untuk setiap jenis kegiatan:

1. Community Realtions

a. Konsultasi publik Rp 2.000.000,

b. Dikirim ke Ranting Siak Rp 14.000.000, 2. Community Services

a. Bantuan korban bencana alam Rp 10.000.000, b. Bantuan Peningkatan kesehatan Rp 91.690.00,

c. Pengembangan sarana dan prasarana umum Rp114.150.000, d. Bantuan sarana ibadah Rp 94.650.000,

3. Community Empowering

a. Bantuan pendidikan dan pelatihan Rp 187.750.000,

b. Bantuan peningkatan kel. Swadaya masyarakat Rp 10.000.000, c. Bantuan peningkatan kapasitas usaha masyarakat Rp 95.000.000,

4. Pelestarian alam

a. Biaya administrasi Rp 13.375.000 b. Total Realisasi Rp 632.715.000

Berdasarkan rincian diatas belum semua dana CSR terealisasikan, dari anggaran perusahaan sebesar Rp 754.275.000 yang sudah direalisasikan sebesar Rp 632.715.000. Sisa dana yang belum terealisasi sebesar Rp 121.560.000 berikut adalah Arus dana Program Partisipasi Pemberdayaan Lingkungan (P3L) pada Triwulan III Tahun 2011 Laporan kegiatan CSR ini dibuat pada Triwulan ke III, setelah kegiatan CSR di lakukan oleh perusahaan. Dana untuk CSR ini telah dianggarkan oleh perusahaan sejak tahun 2010 dan dilaksanakan pada Triwulan I, Triwulan II, danTriwulan ke III pada tahun 2011.

Berikut ini adalah rincian pelaksanann CSR pada Triwulan I, Triwulan II. Triwulan III dana Community Relation, Community Services, Community Empowering tiap- tiap area kantor cabang pada Triwulan I, Triwulan II, dan Triwulan III. Untuk Community Relation perusahaan memberikan anggaran dana sebesar Rp 20.000.000 yang terealisasi sebesar Rp 16.000.000 yaitu pada Triwulan II sebesar Rp 2.000.000 dan pada Triwulan III sebesar Rp 14.000.000. sisanya sebesar Rp. 4.000.000 karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya sebesar Rp 16.000.000. Perusahaan memberikan anggaran dana untuk Community Services sebesar Rp 289.000.000 namun biaya yang dikeluarkan lebih besar dari yang dianggarkan perusahaan yaitu sebesar Rp 310.490.000. Dana pada bagian Community Services kurang sebesar Rp 21.490.000 dikarenakan banyaknya bantuan kesehatan yang dilakukan oleh perusahaan. Dananya digunakan sebesar Rp 36.840.000 pada Triwulan I, Rp 97.900.000 pada Triwulan II dan sebesar Rp 175.750.000 pada Triwulan III untuk kegiatan Community Empowering perusahaan yang memberikan anggaran dana sebesar Rp 428.500.000 yang terealisasi hanya sebesar Rp 292.850.000. Berarti dana yang tidak teralokasi sebesar Rp 135.650.000. Dana yang berlebih pada Community Empowering cukup banyak. Hal ini dikerenakan dananya telah dianggarkan tapi tidak mendapat persetujuan dari pimpinan sehingga tidak direalisasikan. Sehingga dana Community Empowering berlebih cukup banyak. Pada Triwulan I dana tidak dialokasikan pada Triwulan II dana

digunakan untuk kegiatan CSR sebesar Rp124.000.000 dan pada Triwulan III sebesar Rp.168.000.000 Perusahaan telah memberikan dana sebesar Rp. 5.000.0000 untuk kegiatan pelestarian alam, namun belum dialokasikan. Perusahaan akan mengalokasikan dana tersebut untuk kegiatan pelestarian alam pada tahun berikutnya. Karna padatnya acara kegiatan sosial ini maka perusahaan mengakumulasikan dananya untuk kegiatan CSR tahun depan.

Biaya operasional perusahaan dianggarkan sebesar Rp31.525.000 namun yang terpakai hanya sebesar Rp 13.375.000. Jadi sisa dana dari biaya operasional sebesar Rp18.150.000, Dana yang terealisasi yaitu sebesar Rp 450.000 pada Triwulan I, Rp 2.950.000 pada Triwulan II dan Rp 9.975.000 pada Triwulan III Dana pada Community Relation dana yang dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp 20.0000.000 telah terealisasi sebesar Rp 16.000.000 atau 80%. Community services dana yang dianggarkan oleh perusahaan sebesar 269.250.000 telah terealisasi sebesar Rp 310.490.000 atau 115,32% dana yang terealisasi lebih besar dari yang dianggarkan perusahaan sebesar Rp 41.240.000 maka untuk mengatasinya diambil dari akumulasi dari dana yang berlebih dari anggaran Community Empowering dalam bentuk kepedulian perusahaan yang ditujukan untuk membantu pelayanan masyarakat. Sedangkan untuk Community Empowering dana yang dianggarkan untuk beasiswa, kegiatan pelatihan, bantuan pada masyarakat kurang mampu dan sebagainya dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp 426.500.000 telah direalisasikan sebesar Rp 292.850.000 atau

68,34%. Untuk pelestarian alam perusahaan mengganggarkan dana sebesar Rp 5.000.000 namun belum ada yang terealisasikan.Terakhir untuk biaya operasi dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp 31.525.000 telah direalisasikan sebesar Rp 13.375.000. Secara keseluruhan perusahaan mengganggarkan dana untuk kegiatan CSR ini adalah sebesar Rp 754.275.000 yang telah direaliasasikan oleh perusahaan sebesar Rp 632.715.000 atau 83,88%. Dana yang berlebih ini akan diakumulasikan untuk kegiatan CSR untuk tahun berikutnya. PT PLN (Persero) telah melakukan kegiatan CSR dengan baik, namun belum optimal menggunakan dana yang dianggarkan. Untuk tahun selanjutnya PT PLN (Persero) akan melakukan kegiatan CSR lebih baik lagi, dan perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan dananya.

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan uraian tentang PT. PLN kepulauan riau diatas adalah :

1. PT. PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau telah melakukan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya yang terkait dengan masyarakat, lingkungan dan sumber daya manusia. Walaupun belum secara proposional mengalokasikan biayanya untuk masyarakat sekitarnya.

2. Undang-undang Pasal 2 dan Pasal 66 telah dilaksanakan dengan baik oleh PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau telah memberikan

sumbangan bagi perkembangan perekonomian Indonesia dan penerimaan pada kas negara sebangaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat 1, PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau menyelenggarakan jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Serta turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan pada golongan ekonomi lemah. Terbukti dengan adanya PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) ini memberikan bantuan peningkatan usaha pada masyarakat

(Sumber: www.google.com / PT.PLN Persero Kepulauan Riau)

4.2.1.3 Perkembangan Dan Penerapan Akuntansi Sosial Di Thailand

Dokumen terkait