• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN BUSINESS JUDGEMENT RULE DALAM

B. Perkembangan Prinsip Business Judgement Rule

Perseroan Terbatas sebagai suatu perusahaan atau suatu entitas ekonomi dimana salah satu karakteristiknya adalah terpusatnya manajemen di bawah struktur Dewan Komisaris. Oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol perilaku mereka. Awal dari pentingnya fungsi control terhadap Direksi tidak terlepas dari perkembangan teori pemisahan kekayaan dalam hukum perusahaan itu sendiri.22

Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yakni untuk mencapai keadilan, khususnya bagi Direksi sebuah Perseroan Terbatas dalam melakukan

Berkaitan dengan tindakan Direksi yang mengambil tindakan untuk kepentingan dan keuntungan bagi Perseroan, terdapat pula doktrin dalam hukum korporasi yang melindungi Direksi yang beritikad baik tersebut sebagaimana terdapat dalam teori Business Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat populer untuk menjamin keadilan bagi Direksi yang mempunyai itikad baik.

22

Bismar Nasution, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank, disampaikan dalam Seminar Sehari “Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Perbankan”, Surabaya, 21 Februari 2008, hal. 1.

suatu keputusan bisnis.23

Teori ini berasal dari Teori Salomon yang muncul dari Putusan Pengadilan kasus Salomon v Salomon & Co. Ltd. (1897). Teori ini mengungkapkan bahwa pada sebuah pembentukan Perseroan Terbatas, perusahaan menjadi bagian terpisah dari orang yang membentuknya atau menjalankannya, dimana perusahaan tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang berkaitan erat dengan aktivitasnya bukan kepada orang yang memiliki atau menjalankannya.

Business Judgement Rule merupakan sebuah doktrin yang telah lama diterapkan untuk melindungi Direksi dalam pertanggungjawaban hukum yang diambil dari keputusan-keputusan bisnis mereka.

24

Pemegang saham ini seringkali hanya mempunyai pengawasan yang kecil atau bahkan tidak sama sekali terhadap perilaku seorang Direksi. Oleh karena itu, dengan adanya pemisahan kekayaan antara Direksi dan perusahaannya, para Direksi mempunyai moral hazard yang tinggi karena mereka tidak mendapat konsekuensi finansial yang serius apabila keputusan mereka merugikan perusahaan. Akibatnya banyak para Direksi yang menggunakan kekuasaannya

Dalam perkembangannya, Teori Solomon sering disalahgunakan oleh para pemilik atau Direksi yang beritikad buruk untuk kepentingannya sendiri. Hal ini terjadi karena seorang Direksi dari sebuah perusahaan akan selalu berurusan dengan asset milik orang lain, tidak hanya dalam aspek hukum dimana dia akan berkuasa penuh untuk mengelola aset-aset perusahaan, tetapi juga perusahaan mungkin mempunyai pemegang saham yang menginvestasikan uangnya dalam perusahaan tersebut dengan membeli saham.

23

Teori Business Judgement Rule mengalami perkembangannya sebagai yurisprudensi dalam prinsip common law di Amerika dimulai dengan keputusan Lousiana Supreme Court, dalam kasus Percy v Millaudon pada tahun 1829.

24

Christopher L. Rya, Company Directors, Liabilities, Rights and Duties, CCH Editions Limited, Third Edition, 1990, hal. 215.

untuk memperkaya diri sendiri yang seringkali menyebabkan perusahaan mereka mengalami kerugian.

Adanya penyimpangan ini tentunya menimbulkan suatu isu tersendiri dalam hukum perusahaan. Kerugian perusahaan tentunya dapat merugikan pemilik modal perusahaan. Investasi mereka akan hilang apabila perusahaan tersebut menjadi insolven. Demikian juga apabila ada barang atau jasa yang digunakan oleh perusahaan yang diperoleh secara kredit, Direksi akan mengelola barang dan jasa yang didalamnya terdapat hak para kreditur yang baru akan hilang apabila hutang kredit tersebut dibayar lunas.

Dalam hal ini maka dibuatlah pengecualian terhadap teori ini, misalnya dalam hal ini para pemilik dan Direksi berada pada posisi yang tidak terlindungi (exposed position) maka mereka bertanggung jawab secara pribadi kepada akibat-akibat hukum dari perbuatan mereka.25

Pengadilan menerangkan bahwa Business Judgement Rule adalah sebagai berikut:

Dalam kasus Gries Sports Enterprises, INC. v Cleveland Brown Football

Co., Inc., 26 Ohio St.3d 15, 496 N.E2D 959 (1986), yang melibatkan pemegang

saham yang mengajukan gugatan minoritas dan/atau melawan Direksi-Direksi perusahaan yang diduga melanggar prinsip-prinsip keadilan dalam pengambilalihan saham kepada perusahaan lain.

26

25

Ibid, hlm. 216.

26

Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengeloaan Perseroan, disampaikan dalam Seminar Sehari Nasional Sehari “Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan dan Pertanggungjawaban Keberadaan Perseroan Terbatas (Perseroan) Dilingkungan BUMN Ditinjau Dari Aspek Hukum dan Transparansi”, Jakarta, 8 Maret 2007, hal. 10.

Business Judgement Rule adalah sebuah prinsip dalam kepemimpinan

perusahaan yang menjadi tujuan dari Common Law sejak 150 tahun yang lalu.

Business Judgement Rule telah lama diterapkan untuk melindungi Direksi dari

tanggung jawab yang diambil dari keputusan-keputusan bisnis mereka. Apabila Direksi-Direksi dalam pelaksanaan tanggung jawab dimandati atas perlindungan tersebut, maka pengadilan tidak boleh mencampuri hal tersebut atau memberikan pendapat lain atas keputusan Direksi. Sebaliknya jika Direksi tidak dimandati atas perlindungan Business Judgement Rule maka pengadilan wajib memeriksa keputusan-keputusan tersebut apakah perilaku Direksi memang untuk kepentingan perusahaan dan dengan itikad baik serta memperhatikan pemegang saham minoritas perusahaan. Prinsip Business Judgement Rule merupakan ketentuan yang dapat dikesampingkan jika Direksi bertindak lebih baik daripada pengadilan yang akan mendalilkan Business Judgement Rule dan apabila Direksi bertindak dalam keputusan bisnis yang bebas dari self-dealing (untuk kepentingan pribadi) dan dapat menunjukkan tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan alasan yang wajar serta itikad baik. Pihak yang menggugat keputusan Direksi menghadapi risiko akan adanya ketentuan akan ditolaknya gugatan jika pada akhirnya dapat dibuktikan bahwa Direksi membuat keputusan bisnis yang tepat.

Oleh sebab itu Direksi harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya kepada perusahaan untuk menghindari hal yang di atas. Hal ini berkaitan dengan prinsip tanggung jawab Direksi atau yang sering disebut dengan fiduciary duty tersebut.27

27

Prinsip ini ditemukan dan dielaborasi oleh Court of Chancery pada sekitar abad 18-19 untuk menjamin bahwa orang yang memegang asset atau menjalankan fungsi dalam kapasitasnya sebagai perwakilan untuk kepentingan orang lain berlaku dengan itikad baik dan secara konsisten

pemegang saham perusahaan, karena Direksi mempunyai kewajiban untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan sewenag-wenang pemegang saham mayoritas. Namun perlu ditekankan bahwa kewajiban utama dari Direksi adalah kepada perusahaan secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham baik secara individu amupun kelompok.

Dalam perkembangannya penerapan prinsip fiduciary duty telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagi para Direksi untuk mengambil keputusan bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi Direksi untuk mengambil sebuah keputusan yang bersifat spekulatif karena ketatnya persaingan usaha.

Permasalahan timbul ketika keputusan bisnis yang diambilnya ternyata merugikan perusahaan, padahal dalam mengambil keputusan tersebut, Direksi tersebut melakukannya dengan jujur dan dengan itikad yang baik. Untuk melindungi Direksi yang beritikad baik tersebut maka muncul teori Business

Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat populer untuk

menjamin keadilan bagi para Direksi yang mempunyai itikad baik.

Business Judgement Rule selain melindungi tanggung jawab pribadi

seorang Direksi apabila terjadi pelanggaran, ia juga dapat diberlakukan terhadap pembenaran-pembenaran keputusan bisnis di mana perintah-perintah yang ditujukan kepada Dewan Komisaris, atau terhadap keputusan-keputusan itu sendiri, terhadap kasus yang menitikberatkan kepada keputusan bisnis yang merupakan tanggung jawab dari pembuat keputusan.

melindungi kepentingan dari orang yang diwakilinya, lihat Robert R. Pennington, Director’s Personal Liability, Collin Professional Books, 1997, hlm. 33.

Menurut Business Judgement Rule, pertimbangan bisnis (business

judgement) dari pada anggoita Direksi tidak akan ditantang (diganggu gugat) atau

ditolak oleh pengadilan atau oleh para pemegang saham, dan para anggota Direksi tersebut tidak akan dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis oleh anggota Direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu.

Mengenai perbuatan-perbuatan dan pertimbangan bisnis apa saja yang tidak dilindungi oleh Business Judgement Rule, sangatlah penting untuk diketahui masyarakat dan hakim. Apabila kita mempelajari putusan-putusan pengadilan Amerika Serikat, dapat diketahui bahwa ternyata pengadilan-pengadilan tidak seragam dalam merumuskan pengecualian-pengecualian rule tersebut. Beberapa pengadilan berpendapat bahwa pertimbangan (judgement) seorang anggota Direksi tidak dapat diganggu gugat kecuali apabila pertimbangan (judgement) tersebut didasarkan atas suatu kecurangan (fraud), atau menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest), atau merupakan perbuatan yang melanggar hukum (illegality). Sedangkan beberapa pengadilan yang lain berpendapat bahwa Direksi, yang dalam mengambil pertimbangan telah menimbulkan kerugian bagi Perseroan, tidak dilindunggi oleh Business Judgement Rule apabila kerugian tersebut adalah sebagai akibat kelalaian berat (gross negligence) dari anggota Direksi yang bersangkutan.28

Dari pendapat berbagai pengadilan di Amerika Serikat sepakat bahwa anggota Direksi tidak harus bertanggung jawab atas terjadinya kerugian perseroan

28

Francis v. United Jersey Bank, 432A. 2d814 (N.J.1981). Lihat juga Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Faillessementverordening Juncto Undang-undang No. 4 Tahun 1998, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002, hlm. 431.

apabila anggota Direksi dalam mengambil suatu pertimbangan (judgement) dilakukan dengan itikad baik. Namun kebanyakan dari pengadilan juga berpendapat bahwa tidak seharusnya para anggota Direksi ini bertindak sembrono (act negligently) atau melakukan kelalaian yang berat (act in a grossly negligently

way). Bila demikian halnya, maka anggota Direksi yang bersangkutan harus

bertanggung jawab atas kerugian Perseroan yang telah ditimbulkannya.29

1. memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi tersebut benar;

Dalam ilmu hukum , teori Business Judgement Rule diartikan sebagai aplikasi spesifik dari standar tingkah laku Direksi pada sebuah situasi dimana setelah pemeriksaan secara wajar, Direksi yang tidak mempunyai kepentingan pribadi menggunakan serangkaian tindakan dengan itikad baik, jujur dan secara rasional percaya bahwa tindakannya dilakukan hanya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

Salah satu tolak ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian tidak disebabkan oleh keputusan bisnis (business judgement) yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah:

2. tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad baik;

3. memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan.

Apabila terbukti bahwa tindakan atau keputusan yang diambil oleh Direksi untuk memberlakukan suatu kebijakan Perseroan yang didasarkan atas business

29

judgement yang tepat dalam rangka meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya

bagi Perseroan, maka apabila ternyata tindakan yang diambil tersebut menimbulkan kerugian yang melahirkan pertanggungjawaban hukum , tidak dapat dibebankan pada pribadi Direksi, tetapi dibebankan pada Perseroan. Pertanggungjawaban oleh pengurus hanya dimungkinkan apabila terbukti terjadi pelanggaran duty of care dan duty of loyality.

Aplikasi secara implicit atau eksplisit dari teori Business Judgement Rule dapat dilihat dari pengalaman di Kanada di mana pengadilan lebih memfokuskan perhatian hukum (judicial attention) dari proses pengambilan keputusan dari hasil keputusan yang dibuat tersebut.

Pengadilan lebih cenderung melihat apakah duty of care sudah terpenuhi, walaupun keputusan tersebut dilihat dari sudut pandang bisnis.30

Hal ini penting agar mereka mempunyai landasan hukum yang kuat dalam bertindak sesuai dengan UUPT terhadap segala kewajiban mereka kepada para pemegang saham jika perusahaannya dinyatakan bersalah karena melanggar undang-undang. Dan lebih penting lagi tindakan di atas mengacu pada keputusan bisnis yang akan memenuhi secara objektif kenaikan nilai dari perusahaan.

Oleh karena itu penting bagi Direksi untuk menjamin telah melakukan hal-hal yang sesuai dengan standar dan prosedur yang terdapat dalam perusahaannya sebelum mengambil sebuah keputusan bisnis. Tindakan tersebut harus sesuai dan konsisten dengan aktivitas due diligence yang dibutuhkan agar terhindar dari pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.

31

30

Margot Priest, R. Mecredy-Williams, Barbara R.C. Doherty dan James W. O’reilly, Director’s Duties in Canada, CCH Canadian Limited, 1995, hlm. 30.

31

C. Business Judgement Rule dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

Dokumen terkait