BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS HASIL
B. Perkembangan Psikososial Anak
Seperti yang kita ketahui psikososial menggambarkan satu hubungan
saling mempengaruhi yakni efek psikologi dan sosial. Hubungan ini bersifat
dinamis, terkadang ada dominasi hubungan dari keduanya. Dalam satu waktu,
efek psikologi lebih besar pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, begitupun
sebaliknya.
Kata psikologi sosial itu sendiri menggaris bawahi suatu hubungan
yang dinamis antara efek Psikologis dan Sosial, yang mana masing-
masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan Psikososial mencakup cara
seseorang berfikir dan merasa mengenal dirinya dengan orang lain, keamanan
dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna
baginya, hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta
pemahan-pemahaman
dan
reaksinya
terhadap
kejadian-kejadian
di
sekitarnya.
3636
1.
Pemahaman Emosi Anak
Dalam perihal memahami emosi anak, pengasuh atau perawat sudah
memahami karakter setiap anak. Karakter anak berbeda-beda, ada yang
pendiam, ada yang pemalu, ada yang pemarah semua bisa terlihat dari bahasa
tubuh dan raut wajah mereka.
Pendapat ini dijelaskan oleh Bu Nurlly.
“Emosi anak dapat terlihat dari bahasa tubuhnya dan raut
wajah. Ada anak yang mukul-mukul mainanya, berarti anak tersebut
sedang marah. Ada yang menunjukan keceriaanya atau kesenanganya
dengan lari-lari. Menunjukan kesedihanya denga menagis. Beda-beda
deh mba cara mereka mengekpresikanya”.
37pendapat ini pun ditambahkan oleh Bu Diah, bahwa:
‘Dari raut wajah anak kita bisa melihat keadaan anak, dari raut
wajah itulah kita bisa memahami anak. Kalau misal usia 3 -5 tahun kalau dia
lagi sedih ya kita bercandain, kita ajak bermain, nonton tv. Kalau usia 6
bulan-2 tahun apabila dia menagis kita liat dulu kegiatan sebelumnya seperti
apa setekah minum susu/makan berarti dia nangis kemungkinan besar buang
kotoran atau apabila sudah semuanya tapi masih menangis maka kita
turunkan dari box dan kita belai belai sampai tertidur”
38Setidaknya, ada empat langkah agar emosi anak dapat berkembang
dengan baik.
1.
Kenali jenis-jenis emosi pada anak. “Mengenali jenis emosi pada
anak penting. Sehingga pada akhirnya, si anak akan tahu benar
37
Wawancara dengan Bu Nurlly pada tanggal 10 September 2011 38
89
kapan ia sedih, senang, murung, jijik, dan lain sebagainya,”
jelasnya.
2.
Selain memperkenalkan jenis emosi kepada anak, langkah kedua
adalah mengajarkan mereka untuk mengelola emosinya. “Langkah
kedua ini penting, agar anak tersebut mampu mengekspresikan
emosinya dengan baik,” katanya.
3.
Setelah si anak diberikan pemahaman dan pengelolaan emosi ialah
ajari mereka untuk memahami emosi orang lain. “Pada tahap ini,
mereka akan paham kondisi seseorang saat sedang marah karena ia
pun pernah mengalami hal tersebut. Mereka tidak akan tahu
seseorang sedang marah, jika ia tidak pernah mengalaminya,”
ungkapnya.
Setelah semua tahapan emosi sudah dikenali pada anak, selanjutnya
adalah ajari mereka untuk bersedia berkorban untuk orang lain. “Tahap
terakhir ini juga penting karena dapat melahirkan empati terhadap orang lain,”
tandasnya.
39
39
http://melafirraz.wordpress.com/2011/01/07/empat-langkah-agar-anak-cerdas-secara-
emosi/Anak sangat memerlukan orang yang bisa ia percayai, yang mengenal
dirinya dan menjaganya. Didalam mengekpresikan emosi anak, anak
membutuhkan orang yang dekat denganya.
Hal ini diungkapkan oleh Bu Diah bahwa :
“Ketika Anak mengekpresikan emosinya , seperti emosi sedih
anak menuju siapa orang dewasa yang dia lihat saat itu.”
402.
Model Pengasuhan Anak
Dalam kegiatan sehari-hari didalam panti, ada saja kegiatan anak-
anak. Dari mulai belajar, bermain, beribadah. Semua itu tidak lepas dari
pengasuhan pengasuh. Dari sinilah terlihat model pengasuhan anak.
Berasarkan pengamatan penulis, model yang digunakan oleh pengasuh
berbeda-beda, sesuai dengan kondisi kegiatan anak.
Hal ini dijelaskan oleh Ibu Diah, bahwa:
“Kami pada umunya gaya pengasuhan yang diberikan itu
otoratif (kondisiona, tergantung situasil)mba, jadi ada saatnya kami
melarang kalau memang tindakanya membahayakan dan ada saatnya
kami mengizinkan anak apabila itu tidak membahayakan. Seperti
apabila anak berlari-lari didalam ruangan kami melarangnya mba,
karena khawatir kebentur benda yang didalam dan juga terlalu
banyak anak didalam.”
41
40
Wawancara dengan Bu Diah pada tgl 12 September 2011 41
91
Dalam hal ini pula, model pengasuhan anak bukan saja diterapkan
didalam kegiatan anak, tetapi pemberian izinpun juga menggunakan model
pengasuhan. Anak-anak yang sudah duduk dibangku Sekolah Taman
kanak-kanak, pastinya mendapatkan pengalaman baru, baik dari
lingkungan, orang dewasa yang ditemui dan teman-teman baru. Dengan
kata lain mereka melewati batas karantina lingkungan panti. Tidak
menutup kemungkinan untuk anak setelah kegiatan dari sekolah dan
kembali ke panti untuk meminta izin keluar panti dengan alasan bermain
dengan teman-teman atau bertemu ibu guru.
42Hal ini dijelaskan oleh Bu Diah:
Anak-anak suka meminta izin keluar dengan alasan yang
berbeda-beda, tetapi didalam panti tidak mengizinkan begitu saja.
Kebanyakan dari mereka mengikuti mba, tapi kamipun menjelaskan
kenapa tidak dizinkan ke luar dengan gitu diharapkan anak tidak
marah. Tapi ada juga mba yang sampai nangis dan apabila nangis,
kami alihkan dengan kegiatan, seperti nonton. Dengan begitu anak
lupa dengan keinginanya.
43Pernyataan ini ditambahkan oleh Bu Nurlly:
“Iya mba disini anak minta izin keluar panti berbeda-beda
alasan. Tetapi keseringan anak yang bisa keluar panti hanya dengan
alasan sekolah, dijemput keluarganya dan kerumah sakit mba. Tetapi
terkadang kita semua keluar panri untuk jaln-jalan mba. “
44
42
Observasi pada tanggal 11 September 2011 43
Wawancara pribadi dengan Bu Diah pada tanggal 12 September 2011 44
Model pengasuhan yang diberikan panti kepada anak bersifat
situasioanal, tergantung keadaan. Tidak hanya meberikan larangan, tetapi
disertai alasan dengan begitu anak akan memahami dan dapat mempengaruhi
kecerdasan emosinal anak.
Dalam dokumen
Analisis biopsikososial spritual pada anak di panti sosial asuransi anak balita tunas bangsa Cipayung Jakarta Timur
(Halaman 88-93)