• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam Perkembangan Remaja

BAB II KAJIAN TEOR

6. Macam Perkembangan Remaja

Diri setiap individu akan mengalami berbagai perkembangan pada masa remaja. Pada saat itulah peran orang tua untuk menjelaskan kepada anak tentang perubahan-perubahan yang terjadi agar anak tidak syok dan

kaget sehingga anak dapat menerima perubahan yang ada pada diri. Adapun 3 dasar perkembangan yang terjadi pada masa remaja adalah: a. Perkembangan fisik

Pada masa remaja, tanda awal dari adanya perubahan fisik adalah terjadinya masa pubertas. Masa pubertas remaja perempuan, ditandai dengan menarche atau haid pertama, sedangkan pada laki- laki ditandai dengan munculnya kumis untuk pertama kali dan mimpi basah untuk pertama kali. Selain perubahan tersebut, terdapat perubahan psikologis yang menyertai perubahan fisik. Aspek psikologis dari perkembangan fisik remaja adalah remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Berdasarkan penelitian, perempuan mengalami kematangan lebih awal dibanding laki-laki. Kematangan lebih awal tersebut dapat meningkatkan kerentanan remaja perempuan atas sejumlah masalah seperti merokok, minum alkohol, mengalami depresi, memiliki gangguan makan, menuntut kemandirian lebih awal dari orang tua, dan tubuh cenderung mengundang respon negatif dari lawan jenis (Santrock, 1995: 7-9). Lebih lengkap, Andi Mappiare (1982: 73-74) menyatakan bahwa menjelang masa remaja akhir, pertumbuhan fisik remaja tidak sepesat dalam masa remaja awal. Pada masa ini, pertumbuhan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan tinggi badan. Hal tersebut terjadi karena untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan tinggi badan yang telah terjadi saat masa

remaja awal dan periode pubertas. Pertumbuhan fisik lain yang menjadi sempurna adalah wajah yang simetris, bentuk bahu yang berimbang dengan pinggul dan anggota badan yang lain.

Perkembangan fisik pada remaja pada umumnya tentu berbeda dengan perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba. Penyalahgunaan narkoba memiliki pengaruh cukup besar dalam perkembangan fisik remaja penyalahguna narkoba. Perkembangan fisik pada remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja mengalami gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sering sakit kepala, kulit mengalami alergi, kesukaran bernafas, jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), mengantuk, dan agresif. Selain itu, pengaruh jangka panjang pada fisik yaitu penampilan yang tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, dan banyaknya bekas suntikan pada lengan (Rosita Endang Kusmaryani, 2009). Lebih lengkap, gangguan-gangguan terhadap fisik mantan pengguna narkoba antara lain berat badan yang turun drastis, mata yang terlihat cekung dan merah, muka yang pucat, bibir menjadi kehitam-hitaman, dan tangannya dipenuhi bintik-bintik merah (Dewi Anggreni, 2015: 43)

b. Perkembangan kognisi

Pada masa remaja, pemikiran yang berkembang semakin abstrak, logis, idealis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri dan orang lain, serta cenderung memantau dunia sosial. Dalam

masa remaja, mereka sudah dapat melakukan pengambilan keputusan secara mandiri. Pengambilan keputusan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, dan seterusnya. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengambilan keputusan remaja tentang pilihan-pilihan dunia nyata meliputi masalah seks, obat-obatan, dan kebut-kebutan merupakan peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan keadaan- keadaan semacam ini di sekolah (Santrock, 1995: 10-13). Lebih lengkap, Keat (Endang Poerwanti dan Nur Widodo, 2005: 40) menyatakan perkembangan kognisi sebagai proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan pembandingan, berfikir, dan mengerti. Selanjutnya, Keat juga menjelaskan bahwa proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep.

Berbeda dengan remaja pada umumnya, remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perbedaan perkembangan kognisi. Perbedaan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba yang mengalami terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja antara lain kemampuan

daya ingat yang berkurang, sulit berkonsentrasi, sering berkhayal, dan motivasi belajar yang rendah. Lebih dari itu, narkoba mengakibatkan remaja menjadi tidak disiplin, terkadang mengganggu ketenangan kegiatan belajar-mengajar. Remaja penyalahguna narkoba memiliki kemungkinan berkaitan dengan kenakalan remaja dan putus sekolah yang disebabkan oleh seringnya membolos kegiatan belajar-mengajar di sekolah. (Nova Farida Sembiring, 2015)

c. Perkembangan sosio-emosional

Pada masa remaja, individu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang dalam berbagai konteks sosial. Dalam lingkup keluarga, banyak orang tua mengalami kesulitan menangani tuntutan remaja akan otonomi. Remaja tidak hanya sekedar memasuki dunia yang terpisah dari orangtua; kasih sayang dari orangtua dapat meningkatkan kemungkinan bahwa remaja akan kompeten secara sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dan sehat. Akan tetapi, konflik dengan orangtua seringkali meningkat pada awal masa remaja. Sekelompok kecil remaja yang mengalami konflik orangtua-remaja yang berat dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja. Konflik yang berkepanjangan dan mendalam antara orangtua-remaja dapat menimbulkan sejumlah masalah seperti remaja kabur dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan dini,

keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Hal tersebut berbeda dengan remaja yang sudah mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima (Santrock, 1995: 40- 43). Berbeda dengan pendapat Andi Mappiare (1982: 83-91) yang menjelaskan bahwa salah satu sikap yang kuat dalam masa remaja akhir adalah sikap tertutup terhadap orang dewasa khususnya terhadap pemecahan masalah yang dihadapi. Hal tersebut muncul karena remaja ingin menentukan sikap dan keinginan untuk memecahkan masalah-masalah secara mandiri. Biasanya remaja terbuka terhadap kelompok teman sebaya. Dalam kelompok akrab tersebut, remaja dapat berdiskusi selama berjam-jam untuk membahas masalah yang dihadapi. Masalah yang sering dibahas antara lain hal-hal romansa, rekreasi, dan terkadang masalah perhiasan atau pakaian. Selanjutnya, perkembangan sosial dalam masa remaja berhubungan dengan perkembangan pribadi dan moral remaja akhir. Pandangan remaja terhadap masyarakat dan kehidupan bersama banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya pribadi, citra diri, dan rasa percaya diri. Remaja yang memiliki penilaian diri kurang atau tidak diterima, maka remaja akhir memproyeksikan penolakan diri pada keadaan atau tatanan masyarakatnya yang menimbulkan adanya kritikan-kritikan remaja

terhadap tatanan dan adanya kepincangan-kepincangan sosial yang terjadi.

Remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perkembangan sosio-emosional yang berbeda dengan remaja pada umumnya. Perbedaan perkembangan yang dialami remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja menjadi acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/orang lain yang terganggu. Selain itu, remaja mantan pecandu narkoba menjadi individu yang anti-sosial, mementingkan diri sendiri, hilangnya sopan santun, dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain. (Rosita Endang Kusmaryani, 2009)

B. Kajian Narkoba

Dokumen terkait