• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA MANTAN PECANDU NARKOBA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA MANTAN PECANDU NARKOBA."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA

MANTAN PECANDU NARKOBA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Diah Ardiantina NIM 11104241073

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya, jadikan waktumu menjadi lebih

berharga, bukan menunggu waktu yang berharga datang.”

(6)

--PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk: Bapak dan Ibu tersayang

Adik dan sahabat “konyolitas”tersayang Seluruh guru dan dosen

(7)

STUDI KASUS KEHIDUPAN REMAJA MANTAN PECANDU NARKOBA

Oleh Diah Ardiantina NIM. 11104241073

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya remaja Indonesia yang menjadi pecandu narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba, (2) Mendeskripsikan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba, (3) Mendeskripsikan perkembangan sosio-emosional remaja mantan pecandu narkoba yang terdapat atau berasal dari Panti Sosial Pamardi Putra Sehat Mandiri.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 2 subjek dan 3 key informan. Kedua subjek berada dalam rentang usia masa remaja akhir. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Uji keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Subjek 1 pada penelitian ini telah mengonsumsi narkoba selama 5 tahun dan mengikuti proses rehabilitasi selama 2 bulan, sedangkan subjek 2 telah mengonsumsi narkoba selama 3 tahun dan mengikuti proses rehabilitasi selama 6 bulan. Hasil penelitian terhadap 2 remaja mantan pecandu narkoba dilihat dari aspek: 1) Perkembangan fisik, kedua subjek memiliki kondisi fisik yang baik didukung dengan pola hidup yang baik pula. (2) Perkembangan kognisi, kedua subjek dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Subjek menjadi pelupa setelah mengonsumsi narkoba. Dalam kemampuan intelektual, subjek pertama tidak mengalami penurunan prestasi akademik. Hal sebaliknya dialami subjek kedua. (3) Perkembangan sosio-emosional, kedua subjek dapat mengendalikan emosi. Akan tetapi subjek pertama pasif terhadap kegiatan di lingkungan tempat tinggal. Berbeda dengan subjek kedua yang aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh panti rehabilitasi narkoba.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, inayah, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Kasus Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dalam kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M. A, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang mengijinkan penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta ini. 2. Dr. Haryanto, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Fathur Rahman, M. Si, Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Suwarjo, M. Si, Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi, terimakasih telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Dra. Sri Iswanti, M. Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasihat, pengarahan, serta bantuan dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ilmu dan kesabaran selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

(9)
(10)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah...7

3. Tugas Perkembangan Remaja ...14

4. Bahaya dan Masalah Remaja...15

5. Karakteristik-karakteristik Remaja Pengguna atau Penyalahguna Narkoba ...16

6. Macam Perkembangan Remaja ...18

(11)

1. Definisi Narkoba...24 A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ...43

B. Subjek dan Objek Penelitian ...44

C.SettingPenelitian ...44

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...44

E. Instrumen Penelitian...46

1. Kisi-kisi Pedoman Observasi...46

2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara...46

F. Metode Analisis Data ...47

G. Uji Keabsahan Data ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...51

1. Gambaran UmumSettingPenelitian ...51

2. Deskripsi Subjek Penelitian...52

3. Deskripsi Tentang Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba ...59

B. Pembahasan...76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...85

B. Saran ...86

DAFTAR PUSTAKA ...88

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Kisi-kisi Pedoman Observasi ...46

Tabel 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara...47

Tabel 3 Rangkuman Profil Subjek Penelitian...57

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ...91

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ...92

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara...97

Lampiran 4. Catatan Lapangan ...120

Lampiran 5. Display Data ...127

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian FIP ...130

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Provinsi...131

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Dinas Sosial DIY ...132

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja tidak lagi dekat dengan orang tua maupun saudara seperti pada saat masa anak-anak melainkan mereka cenderung tertarik pada kehidupan sosial dengan mencari teman sebanyak-banyaknya. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya dibandingkan dengan anggota keluarga. Pada pergaulan dengan teman sebaya, remaja merasa lebih dihargai dan mendapat perhatian (“di-orang-kan”). Selain itu, teman sebaya juga memiliki fungsi perkembangan kepribadian, walaupun pergaulan tidak selalu membawa pengaruh positif melainkan ada juga pengaruh negatifnya. (Mega Dwi Suryani, 2014)

(15)
(16)

Adanya dampak negatif yang banyak dialami masyarakat terutama kaum remaja adalah adanya kecenderungan merokok, minum-minuman beralkohol, narkoba, bahkan seks bebas. Pergaulan remaja yang kurang sesuai dengan lingkungan sekitar biasanya diawali dari bermain bersama teman setelah pulang sekolah kemudian merokok yang awalnya sekedar mencoba tetapi tanpa disadari lama-kelamaan menjadi perokok berat. Ketika rokok dirasa tidak dapat lagi menghilangkan stres dalam diri, remaja mencoba hal yang lebih menantang seperti minum-minuman beralkohol, dilanjutkan narkoba dan seks bebas. (Heny Lestari dan Sugiharti, 2007)

(17)

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012 menyebutkan 5% dari populasi di dunia pernah menggunakan obat-obatan terlarang dan yang masih menjadi pecandu narkoba sebesar 27 juta orang di dunia dan 5% diantaranya adalah pengguna narkoba di Indonesia. Di tahun 2013, melalui Kompas.com (31/8) Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Komjen Anang Iskandar menyebutkan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 4,9 juta lebih. Sebagian besar mereka adalah pengguna narkotika jenis ganja dan sebagian besar pengguna narkoba berada dalam usia remaja. (Alfiyattur Rohmah, 2013)

Penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama Puslitkes UI pada tahun 2011 menunjukkan jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 2,2% yang setara dengan 4,2 juta orang dari total populasi penduduk Indonesia di kisaran usia 10 tahun sampai 59 tahun. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat pada tahun 2015 menjadi 2,8% atau 5,1 juta orang. Daftar penyalahgunaan narkoba didominasi oleh ganja, sabu-sabu, ekstasi, heroin, kokain, dan obat-obatan daftar G. Dari jumlah 4,2 juta jiwa penyalahgunaan narkoba dapat didistribusikan menjadi 27% kelompok coba pakai, 45% kelompok teratur pakai, 27% kelompok pecandu bukan suntik, dan 2% kelompok pecandu suntik. (Budiharso, 2013)

(18)

obat-obatan terlarang tersebut. Diperlukan niat dan usaha yang besar dari individu tersebut untuk dapat lepas dari belenggu narkoba. Akan tetapi, ada pula yang dapat keluar dari jeratan narkoba dengan mudah dikarenakan tuntutan keadaan. Beberapa usaha yang dilakukan untuk melepaskan diri dari penyalahgunaan narkoba antara lain masuk ke Rumah sakit Ketergantungan Obat (RSKO), Panti Rehabilitasi Narkoba, dan Penjara.

Selayaknya orang lain di sekitarnya, mantan pecandu narkoba pun ingin memiliki kehidupan yang normal, namun terkadang masih ada masyarakat yang menganggap mantan pecandu narkoba sebagai sampah masyarakat. Selain itu, ada pula mantan pecandu narkoba yang dapat beradaptasi lagi dengan keluarga dan masyarakat. Memiliki masa lalu kehidupan yang berbeda dengan orang lain, para pecandu narkoba pun mengalami masa sulit dalam kehidupannya. Ia berusaha untuk melawan sugesti yang ada dalam diri agar tidak mengkonsumsi narkoba lagi.

(19)

meningkatkan ketrampilan komunikasi penyalahguna NAPZA usia remaja. Melalui metode permainan dapat menimbulkan komunikasi yang efektif, subjek saling berinteraksi, bertukar pendapat dalam memecahkan masalah, menimbulkan kepedulian, minat, dan keingintahuan. Dalam hal ini, peneliti ingin membahas tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Panti Sosial Pamardi Putra Sehat Mandiri Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta terdapat 2 individu yang menarik untuk diteliti yaitu berinisial “DM” dan “RK”. “RK” adalah pria berusia 20 tahun yang telah keluar dari PSPP “Sehat Mandiri” setelah menjalani 2 bulan proses rehabilitasi. “RK”

(20)

langsung menjemput paksa ke rumah karena “RK” belum benar-benar bersih dari pengaruh narkoba. Setelah “RK” benar-benar bersih dari narkoba, ia baru diperbolehkan pulang oleh pihak PSPP. Saat ini “RK” sudah menjalani kehidupan diluar PSPP bersama dengan keluarga. Ia juga telah mempunyai rencana untuk kedepannya yaitu ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Adapun alasan memilih subjek RK adalah RK yang telah mengonsumsi narkoba selama 5 tahun, tetapi dapat pulih dan keluar dari PSPP setelah menjalani proses rehabilitasi selama 2 bulan.

(21)

telah dinyatakan pulih setelah mengikuti proses rehabilitasi selama 6 tahun, tetapi setelah itu DM masih belum keluar dari PSPP.

Berdasarkan penjelasan terkait masalah yang dialami oleh 2 remaja diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kehidupan remaja yang pernah menjadi penyalahguna narkoba dan bagaimana ia menjalani kehidupan yang akan dihadapi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Dari laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa 27 juta orang di dunia menjadi pecandu narkoba dan 5% diantaranya adalah pengguna narkoba di Indonesia.

2. Jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 4,9 juta lebih, sebagian besar mereka adalah pengguna narkotika jenis ganja dan sebagian besar pengguna narkoba berada dalam usia remaja. 3. Penyalahguna narkoba yang terdapat di Indonesia berada dalam

kisaran usia 10 tahun sampai dengan 59 tahun.

(22)

6. Masyarakat menganggap bahwa para pecandu narkoba sebagai sampah masyarakat.

7. Kehidupan DM dan RK sebagai pecandu narkoba belum banyak diketahui oleh masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi masalah pada belum diketahui kehidupan remaja yang telah terlepas dari jeratan narkoba.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana kehidupan“DM”dan“RK”sebagai mantan pecandu narkoba?

E. Tujuan Penelitian

(23)

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan atau informasi di bidang Bimbingan dan Konseling dan dapat digunakan sebagai kajian tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Residen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi residen mengenai kehidupan remaja mantan pecandu narkoba.

b. Bagi Konselor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait latar belakang dan perilaku remaja mantan pecandu narkoba .

c. Bagi Lembaga Permasyarakatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi dalam pengambilan kebijakan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Remaja

1. Definisi Remaja

Istilah remaja dalam bahasa Inggris adalah adolescence dan dalam bahasa latin yaitu adolecere yang berarti tumbuh, tumbuh dengan masak. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana seorang individu mulai mencari jati diri. Santrock (2007: 20) juga mengungkapkan bahwa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup tiga perubahan yaitu perubahan biologis, perubahan kognisi, dan perubahan sosial-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa.

(25)

Perkembangan remaja menurut Steinberg (1993: 5) terbagi dalam 3 tahap, yaitu tahap remaja awal dengan kisaran usia 11 – 14 tahun, remaja tengah pada usia 15–18 tahun, dan remaja akhir dengan rentang usia 18– 21 tahun. Adanya 3 tahap perkembangan remaja tersebut juga sejalan dengan pendapat Petro Blos (Sarlito Wirawan Sarwono, 2005: 24-25), yaitu:

a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Pada tahap ini remaja masih mengalami kebingungan akan perubahan fisik yang terjadi serta dorongan yang turut menyertai perubahan tersebut. Pada usia ini remaja akan cepat tertarik dengan lawan jenis dan cepat terangsang secara erotis.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja akan membutuhkan lebih banyak interaksi dengan teman sebayanya, lebih senang apabila berada di lingkungan sosial yang menyukai dirinya pula. Remaja cenderung akan lebih menyukai teman-teman yang memiliki sifat mirip dengannya.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini merupakan tahap terjadinya konsolidasi menuju kedewasaan. Hal tersebut ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu: 1) Minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

(26)

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadi (private self) dan

masyarakat umum (the public).

Berdasarkan paparan yang ada, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa tersebut terdapat tiga perubahan yaitu perubahan biologis, perubahan kognisi, dan perubahan sosial-emosional. Dalam hal ini peneliti akan melaksanakan penelitian dengan subjek remaja akhir yang memiliki rentang usia 18 sampai 21 tahun. Pada usia tersebut biasanya individu telah lulus SMU, memasuki perguruan tinggi, dan mungkin telah bekerja.

2. Ciri-ciri Remaja

Adapun ciri-ciri khas remaja akhir menurut Muhammad Al-Mighwar (2006: 71-74) yaitu:

(27)

tempat tinggal antara remaja dengan orangtua. Proses kestabilan remaja lebih cepat dicapai dalam keluarga dengan orangtua yang demokratis. Demikian pula dengan remaja yang tinggal jauh dari orangtua biasanya lebih cepat stabil dibandingkan dengan remaja yang tetap tinggal dengan orangtua. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Andi Mappiare (1982: 37) tentang pola sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara remaja dengan orang tua, merupakan dua hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses penstabilan.

b. Lebih realistis, remaja akhir mulai memandang dirinya secara apa adanya, menghargai apa yang dimiliki, keluarga, orang lain seperti keadaan yang sebenarnya. Pandangan realistis ini sangat positif karena akan menimbulkan perasaan puas, menjauhkan diri dari rasa kecewa, dan menghantarkan pada puncak kebahagiaan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (1980: 209) bahwa dengan bertambahnya pengalaman pribadi, pengalaman sosial, dan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja lebih realistik dalam memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman, dan kehidupan.

(28)

remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang. Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah yang dihadapi; baik dengan cara sendiri maupun dengan diskusi dengan teman-teman sebaya.

d. Lebih tenang perasaannya, pada paruh akhir masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya dibanding pada paruh awal masa remaja akhir. Remaja akhir jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan dan kecewa.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (Hurlock, 1991: 10) terdapat tugas-tugas perkembangan remaja yang harus dilalui agar dapat melaksanakan tugas perkembangan di masa selanjutnya dengan baik, antara lain:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih dekat dan erat dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.

b. Mencapai peran antara laki-laki dan perempuan.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku bertanggung jawab. e. Mempersiapkan karir ekonomi.

f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

(29)

dalam menghadapi masa depan. Sebaliknya apabila individu tidak berhasil melaksanakan tugas perkembangan dengan baik maka akan merasa tidak mampu dan pesimis dalam menghadapi masa depan.

Berdasarkan tugas perkembangan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja jika dikaitkan dengan kehidupan remaja mantan pecandu narkoba adalah menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Hal tersebut berarti individu dapat mengetahui dan menilai bagaimana saja memperlakukan tubuh secara efektif. Selain itu, individu diharapkan dapat mencapai perilaku bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sehingga individu dan orang lain di sekitar merasa ia berharga.

4. Bahaya dan Masalah Remaja

Perkembangan yang sangat cepat dapat menimbulkan akibat bagi remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Hurlock (1980: 236-238) menyebutkan bahwa 2 bahaya yang timbul yaitu:

a. Bahaya-bahaya fisik seperti kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, cacat fisik, kecanggungan, dan kekakuan;

(30)

Pada masa ini, remaja juga sering melakukan perilaku Juvenile Delinguence atau perilaku antisosial yaitu tindakan yang dilakukan oleh remaja dan menjurus pada pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum yang sering dilakukan oleh anak remaja (Sudarsono, 2004: 32) pada umumnya tentang:

a. Kejahatan-kejahatan kekerasan (pembunuhan dan penganiayaan) b. Pencurian (pencurian biasa dan pencurian dengan pemberatan) c. Penggelapan

d. Penipuan e. Pemerasan f. Gelandangan

g. Anak sipil (orang tua yang mengadukan ke pengadilan tentang perbuatan/kelakuan anak yang nakal sehingga orang tua tidak mampu untuk mengurusi, dalam hal ini pemeliharaan dan pendidikan)

h. Remaja dan narkotika

5. Karakteristik-karakteristik Remaja Pengguna atau Penyalahguna

Narkoba

(31)

a. Tanda-tanda pecandu di rumah

1) Semakin jarang ikut serta dalam kegiatan keluarga

2) Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya

3) Teman sebayanya semakin lama tampak mempunyai pengaruh positif 4) Mulai melupakan tanggung jawab rutinnya di rumah

5) Lebih sering dihukum atau dimarahi

6) Bila dimarahi, ia semakin menjadi-jadi dengan sikap membangkang 7) Tidak mau mempedulikan peraturan keluarga

8) Sering pulang melewati aturan jam malam 9) Sering pergi ke disko, mall, atau berpesta

10) Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang (bokek) 11) Sering mencuri uang dan barang keluarga

12) Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan berbagai alasan

13) Sering bercerita kepada keluarga atau sanak saudara yang mau mendengarkannya, untuk memperoleh simpati, sehingga bisa dijadikan tempat meminjam uang

14) Selalu meminta kebebasan lebih

15) Ketika di rumah banyak menghabiskan waktu di kamar mandi 16) Malas mengurus diri

17) Jarang mau makan bersama keluarga

18) Malas makan dan sering makan sembarangan 19) Sering menginap di rumah teman

20) Tidak mau peduli terhadap kebutuhan keluarga

21) Sering pusing, tersinggung, mudah marah, emosi naik-turun

22) Sering berkelahi, luka akibat berkelahi, kecelakaan motor/mobil, dan sebagainya

23) Mendengarkan musik keras-keras dan gaya musiknya keras (metalika), tanpa mempedulikan orang lain

24) Sering menghabiskan waktu di rumah dengan menonton televisi 25) Mengunci diri di kamar dan tidak mengizinkan orang tua masuk

kamarnya

26) Sering berbohong, sikapnya manipulatif (tampak manis tetapi ada maunya). Omongannya basa-basi dan menghindari pembicaraan panjang. Ingkar janji dengan berbagai alasan (lupa)

27) Sering makan permen karet (permen mentol) untuk menghilangkan bau mulut

28) Sering memakai kacamata gelap dan membawa obat tetes

29) Ada kertas timah, obat-obatan, bau-bauan, atau jarum suntik yang tidak biasa di rumah (terutama di kamar mandi atau kamar tidur). Bila ketahuan, umumnya tidak mengaku, kalau semua itu bukan barang miliknya)

(32)

2) Motivasi belajar menurun, malas berangkat, dan malas mengerjakan pekerjaan rumah

3) Sering keluar kelas dan tidak kembali ke sekolah

4) Mengantuk di kelas, sering bosan, dan tidak memperhatikan guru 5) Meninggalkan hobi-hobi yang terdahulu (misal: ekstrakurikuler/

olahraga)

6) Mengeluh karna menganggap orang rumah tidak memberi kebebasan atau terlalu menegakkan kedisplinan

7) Mulai sering berkumpul dengan anak-anak yang tidak beres di sekolah

8) Sering meminjam uang kepada teman

9) Sering pergi hingga malam atau menginap di rumah teman 10) Berubahnya gaya berpakaian dan gaya musik yang disukainya 11) Tidak peduli pada kebersihan dirinya

12) Menunjukkan sikap tidak peduli 13) Teman lama ditinggalkan

14) Bila ditanya, sikapnyadefensiveatau penuh kebencian 15) Mudah tersinggung

Berdasarkan karakteristik kehidupan remaja di rumah dan di sekolah yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui apakah remaja menggunakan obat-obatan atau alkohol dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada remaja. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari segi interaksi remaja di rumah dan di sekolah, kemampuan menjalankan tanggung jawab, kedisiplinan terhadap aturan yang ada, prestasi di sekolah, cara berpakaian, dan kemampuan pengendalian emosi.

6. Macam Perkembangan Remaja

(33)

kaget sehingga anak dapat menerima perubahan yang ada pada diri. Adapun 3 dasar perkembangan yang terjadi pada masa remaja adalah: a. Perkembangan fisik

(34)

remaja awal dan periode pubertas. Pertumbuhan fisik lain yang menjadi sempurna adalah wajah yang simetris, bentuk bahu yang berimbang dengan pinggul dan anggota badan yang lain.

Perkembangan fisik pada remaja pada umumnya tentu berbeda dengan perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba. Penyalahgunaan narkoba memiliki pengaruh cukup besar dalam perkembangan fisik remaja penyalahguna narkoba. Perkembangan fisik pada remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja mengalami gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sering sakit kepala, kulit mengalami alergi, kesukaran bernafas, jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), mengantuk, dan agresif. Selain itu, pengaruh jangka panjang pada fisik yaitu penampilan yang tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, dan banyaknya bekas suntikan pada lengan (Rosita Endang Kusmaryani, 2009). Lebih lengkap, gangguan-gangguan terhadap fisik mantan pengguna narkoba antara lain berat badan yang turun drastis, mata yang terlihat cekung dan merah, muka yang pucat, bibir menjadi kehitam-hitaman, dan tangannya dipenuhi bintik-bintik merah (Dewi Anggreni, 2015: 43)

b. Perkembangan kognisi

(35)

masa remaja, mereka sudah dapat melakukan pengambilan keputusan secara mandiri. Pengambilan keputusan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, dan seterusnya. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengambilan keputusan remaja tentang pilihan-pilihan dunia nyata meliputi masalah seks, obat-obatan, dan kebut-kebutan merupakan peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok yang berkaitan dengan keadaan-keadaan semacam ini di sekolah (Santrock, 1995: 10-13). Lebih lengkap, Keat (Endang Poerwanti dan Nur Widodo, 2005: 40) menyatakan perkembangan kognisi sebagai proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan pembandingan, berfikir, dan mengerti. Selanjutnya, Keat juga menjelaskan bahwa proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep.

(36)

daya ingat yang berkurang, sulit berkonsentrasi, sering berkhayal, dan motivasi belajar yang rendah. Lebih dari itu, narkoba mengakibatkan remaja menjadi tidak disiplin, terkadang mengganggu ketenangan kegiatan belajar-mengajar. Remaja penyalahguna narkoba memiliki kemungkinan berkaitan dengan kenakalan remaja dan putus sekolah yang disebabkan oleh seringnya membolos kegiatan belajar-mengajar di sekolah. (Nova Farida Sembiring, 2015)

c. Perkembangan sosio-emosional

(37)
(38)

terhadap tatanan dan adanya kepincangan-kepincangan sosial yang terjadi.

Remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perkembangan sosio-emosional yang berbeda dengan remaja pada umumnya. Perbedaan perkembangan yang dialami remaja mantan pecandu narkoba antara lain remaja menjadi acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/orang lain yang terganggu. Selain itu, remaja mantan pecandu narkoba menjadi individu yang anti-sosial, mementingkan diri sendiri, hilangnya sopan santun, dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain. (Rosita Endang Kusmaryani, 2009)

B. Kajian Narkoba

1. Definisi Narkoba

Saat ini penyebaran narkoba semakin tidak terkendali dan tidak dapat dicegah lagi. Narkoba dapat diperoleh dengan mudah melalui oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya narkoba dapat diperoleh dari bandar-bandar narkoba yang sedang mencari sasaran di sekolah, diskotik, tempat lokalisasi, maupun di tempat perkumpulan geng.

(39)

terjadi di masyarakat yang bertani atau mengambil keperluan hidupnya di pegunungan yang hawanya sangat dingin dan tekanan udaranya sangat rendah seperti Pegunungan Columbia dan Aceh. Mengkonsumsi daun ganja bagi para pendaki dapat meningkatkan daya tahan dan selalu merasa segar dan sehat. Di Aceh bahkan daun ganja digunakan untuk mencampur gulai.

Narkoba yang merupakan kependekan dari narkotika dan obat-obatan terlarang adalah zat yang dapat menyebabkan ketergantungan apabila dipersalahgunakan atau dikonsumsi secara rutin dan terus-menerus. Istilah lain yang digunakan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yaitu singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif. Menurut Undang-undang no. 22 tahun 1997 (Lidya dan Satya, 2006: 6) tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan kesadaran dan menghilangkan rasa nyeri. Narkotika dibagi berdasarkan potensi ketergantungan, antara lain: a. Narkotika golongan 1: berpotensi sangat tinggi yang menyebabkan ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi (heroin murni, kokain, ganja, putaw)

b. Narkotika golongan 2: berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, digunakan dalam terapi (morfin, fentanil, petidin)

(40)

Berbeda lagi dengan Undang-undang no. 5 tahun 1997 (Muhammad Yahya, 2005: 91-92) tentang psikotropika yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif dan susunan syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, yang dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungan sebagai berikut:

a. Psikotropika golongan 1: berpotensi sangat tinggi terhadap ketergantungan, tidak digunakan dalam terapi (ekstasi, LSD, STP) b. Psikotropika golongan 2: berpotensi tinggi menyebabkan

ketergantungan, dalam terapi amat terbatas digunakan (ampetamin, metamfetamin, ritalin)

c. Psikotropika golongan 3: berpotensi sedang menyebabkan ketergantungan, digunakan dalam terapi (pentobarbital)

d. Psikotropika golongan 4: berpotensi ringan tinggi menyebabkan ketergantungan, sangat banyak digunakan dalam terapi (diazempam, klobazam, barbital, dan nitrazepam).

(41)

2. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba pada remaja tidak hanya disebabkan oleh remaja sendiri, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan di sekitar dan ketersediaan obat-obatan atau NAPZA tersebut. Adapun faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba yaitu:

a) Faktor individu

(42)

b) Faktor lingkungan

(43)

c) Faktor ketersediaan narkoba

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan dan mudahnya mendapatkan narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba. Biasanya para remaja mendapatkan informasi tentang narkoba dan pengedar, berasal dari teman sebaya yang juga sebagai penyalahguna narkoba (Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti, 2006: 25). Lebih lengkap, Subagyo Partodiharjo (tt: 79-80) menyebutkan bahwa pengedar narkoba di Indonesia dengan cepat meluas, bukan hanya di kota besar, tetapi juga di kotamadya, bahkan desa-desa. Selain itu, tidak diperlukannya biaya promosi untuk membuat brosur, poster, seminar, dan sebagainya membuat penyebaran narkoba mudah meluas cukup dari mulut ke mulut.

3. Macam-macam Narkoba

Narkoba dibagi menjadi 3 jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Dari setiap jenis tersebut, dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok. (Subagyo Partodiharjo, tt: 11-17)

a. Narkotika

(44)

ketergantungan. Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi:

1) Narkotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya:

a) Ganja

Daun ganja banyak tumbuh di daerah Indonesia seperti Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Sumatra Selatan, Pulau Jawa, dan lain-lain. Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak, daya adiktifnya rendah, namun tidak demikian apabila dibakar atau dihirup asapnya.

Mengonsumsi ganja dapat menyebabkan perasaan ringan (gembira, banyak bicara, tertawa cekikian), meningkatnya daya khayal atau berhalusinasi, adanya perubahan perasaan waktu (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat). (Lydia dan Satya, 2006: 7)

b) Hasis

(45)

dengan cara dihisap seperti rokok dan dimakan (Sofyan S. Wilis, 2005: 163)

c) Koka

Tanaman koka mirip pohon kopi. Buah koka yang telah matang akan berwarna merah seperti biji kopi. Dalam masyarakat Indian kuno, biji koka sering digunakan untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu binatang. Koka kemudian diolah menjadi kokain. Sofyan S. Wilis (2005: 165) menyebutkan bahwa Kokain sering dihirup melalui hidung, tetapi juga dapat dihisap dengan rokok atau disuntikkan dalam darah. Zat kokain yang mencapai otak mengakibatkan pemakai merasafly/high. d) Opium

Dahulu masyarakat Mesir dan daratan Cina menggunakan opium untuk mengobati beberapa penyakit atau menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka pada saat berperang atau berburu.

2) Narkotika semisintetis

Narkotika jenis ini berasal dari narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan dalam ranah kedokteran. Contohnya: a) Morfin digunakan dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan

(46)

c) Heroin tidak digunakan dalam pengobatan karena memiliki daya adiktif yang sangat besar dan belum ditemukan manfaatnya bagi medis. Kebanyakan pemakai heroin menyuktikkan zat tersebut ke tubuhnya. Setelah itu, pemakai akan merasa senang diiringi dengan badan panas, mulut kering, perasaan yang berat dan mental jadi kelam menuju depresi (Sofyan S. Wilis, 2005: 169)

3) Narkotika sintetis

Narkotika sintetis adalah narkoba yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba (substitusi). Contohnya:

a) Petidin digunakan untuk obat bius lokal, operasi kecil, dan sebagainya.

b) Methadone untuk pengobatan pecandu narkoba. c) Naltrexon untuk pengobatan pecandu narkoba.

(47)

b. Psikotropika

Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan menjadi 3 golongan:

1) Kelompok depresan/ penekan saraf pusat/penenang/ obat tidur

Apabila diminum, efek dari obat ini akan memberikan rasa tenang, mengantuk, tentram, damai. Obat ini juga menghilangkan rasa takut dan gelisah. Contohnya: valium, BK, rophinol, mogadon, dan lain-lain.

2) Kelompok stimulan/ perangsang saraf pusat/ antitidur Contoh dari psikotropika jenis ini adalah:

a) Amfetamin berbentuk tablet, berwarna putih. Efek dari mengonsumsi ini adalah mendatangkan rasa gembira, hilangnya rasa permusuhan, hilangnya rasa marah, ingin selalu aktif, badan terasa fit, dan tidak merasa lapar. Daya kerja otak menjadi serba cepat, namun tidak terkendali.

(48)

c) Shabu berbentuk tepung Kristal kasar berwarna putih bersih seperti garam.

3) Kelompok halusinogen

Halusinogen adalah obat, zat, tanaman, makanan, atau minuman yang dapat menimbulkan khayalan. Contohnya adalah LSD (Lysergic Acid Diethyltamide), getah tanaman kaktus, kecubung, jamur tertentu (misceline), dan ganja.

c. Bahan adiktif lainnya

Bahan adiktif lain adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:

1) Rokok. Ketika rokok dihisap, nikotin (kandungan psiko aktif utama tembakau) dan sekitar 4.000 bahan kimia lain yang secara kolektif disebut tar, diserap masuk ke dalam paru-paru. Konsekuensi merokok dalam jangka panjang patut diwaspadai. Smoker’s syndrome ditandai oleh nyeri dada, sesak nafas, suara yang mendesah, batuk-batuk, dan kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan (Pinel, John P. J., 2009: 476)

2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

(49)

4. Jenis-jenis Pecandu

Pecandu adalah orang dengan ketergantungan obat atau alkohol. Menurut Gordon dan Gordon (dalam Agus Dariyo, 2004: 35) membedakan 5 jenis pecandu yaitu:

a) Pecandu derelict adalah pecandu yang berasal dari orang-orang pinggiran, seperti: orang jalanan (OJ) atau pecandu jalanan (PJ), peminta-minta, pengamen, pengemis, orang-orang kumuh. Mereka mengalami sakaw, mungkin karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli obat atau alkohol, maka dari itu mereka menggantinya dengan menggunakan lem, minum arak tradisional (ciu, oplosan bodrex, coca-cola/ sprite, bir). Jumlah mereka berkisar 5% dari total pecandu.

b) Pecandu kronis yaitu mereka yang setiap kali menggunakan obat atau alkohol, selalu mengalami fly, high, atau mabuk. Setiap harinya, mereka berusaha untuk menggunakan obat atau alkohol untuk mencapai high/ fly. Bagi mereka“tiada hari tanpa narkoba”.

c) Pecandu periodik yaitu mereka yang menggunakan obat/ alkohol secara periodik, berkala yakni pakai-berhenti, pakai-berhenti. Mereka akan berhenti untuk beberapa saat guna membuktikan kepada diri mereka/ orang lain bahwa mereka bukanlah pecandu murni, karena mereka bisa berhenti. Walaupun beberapa waktu kemudian, mereka akan menggunakan narkoba lagi.

(50)

dramatis, atau traumatis ketika mereka menggunakan narkoba itu. Misalnya saat mereka kecewa, stres, sedih, bosan total (bete).

e) Pecandu sosial merupakan tipe pecandu yang hidup normal dan penggunaannya hanya untuk kehidupan sosial, artinya bersama dengan orang lain. Mereka seringkali menggunakan narkoba hanya pada malam minggu, akhir minggu, pesta, atau situasi sosial lainnya. Para pecandu ini seringkali sulit diidentifikasikan (dikenali) dan seringkali mereka terdiri atas para penguasa, orang-orang sukses, orang-orang penting/ selebritis.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Hasil penelitian tentang “Self-esteem and the Initiation of Substance Use Among Adolescence” oleh Chris G. Richardson, Jae-Young Kwon, dan Pamela A. Rartner (2013), pada kalangan siswa menengah di British Columbia ditemukan hasil bahwa harga diri digunakan sebagai alat untuk melindungi diri dari penggunaan tembakau, alkohol, dan ganja.

(51)

3. Hasil penelitian tentang “Hubungan antara Harga Diri dan Persepsi Pola Asuh Orang Tua yang Authoritatif dengan Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Narkoba” oleh Trisakti dan Kamsih Astuti (2014) menunjukkan bahwa harga diri mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. Semakin tinggi harga diri, cenderung semakin negatif sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba.

4. Hasil penelitian tentang “Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas Remaja Penyalahgunaan Narkoba (Penelitian pada Remaja Penyalahguna Narkoba di Tempat-tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba) oleh Maharsi Anindyajati dan Citra Melisa Karima (2004) ditemukan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan asertivitas. Harga diri mampu memprediksi atau memiliki peran sebesar 31,3% terhadap asertivitas.

D. Kerangka Pikir

(52)

pertama, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan munculnya kumis dan mimpi basah untuk pertama kali.

Perubahan fisik yang terjadi juga diiringi dengan adanya perubahan perkembangan psikologis. Aspek psikologis perkembangan fisik remaja adalah remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Akan tetapi, menjelang masa remaja akhir, pertumbuhan remaja tidak sepesat saat masa remaja awal. Pada masa ini pertumbuhan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan tinggi badan. Hal tersebut terjadi untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan tinggi badan yang telah terjadi pada saat masa remaja awal dan masa pubertas. Pertumbuhan fisik tersebut yang terjadi pada remaja umumnya berbeda dengan remaja mantan pecandu narkoba. Pada remaja mantan pecandu narkoba, mereka mengalami gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sering sakit kepala, kulit mengalami alergi, kesukaran bernafas, jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), mengantuk, dan agresif. Selain itu, pengaruh jangka panjang pada fisik remaja mantan pecandu narkoba yaitu penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, dan banyaknya bekas suntikan pada lengan.

(53)

mandiri. Pengambilan keputusan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan, teman-teman mana yang dipilih, apakah harus kuliah, dan seterusnya. Perkembangan kognisi sebagai proses-proses mental, mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan pembandingan, berfikir, dan mengerti. Proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep.

Berbeda dengan remaja pada umumnya, remaja yang pernah menjadi pecandu narkoba mengalami perbedaan perkembangan kognisi. Perbedaan perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba yang mengalami terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja antara lain kemampuan daya ingat yang berkurang, sulit berkonsentrasi, sering berkhayal, dan motivasi belajar yang rendah. Lebih dari itu, narkoba mengakibatkan remaja menjadi tidak disiplin, terkadang mengganggu ketenangan kegiatan belajar-mengajar. Remaja penyalahguna narkoba memiliki kemungkinan berkaitan dengan kenakalan remaja dan putus sekolah yang disebabkan oleh seringnya membolos kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

(54)

kasih sayang dari orangtua dapat meningkatkan kemungkinan bahwa remaja akan kompeten secara sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dan sehat. Sekelompok kecil remaja yang mengalami konflik orangtua-remaja yang berat dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja. Konflik yang berkepanjangan dan mendalam antara orangtua-remaja dapat menimbulkan sejumlah masalah seperti orangtua-remaja kabur dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan pernikahan dini, keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Hal tersebut berbeda dengan remaja yang sudah mampu mengendalikan emosinya dengan mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.

(55)

mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga/orang lain yang terganggu. Selain itu, remaja mantan pecandu narkoba menjadi individu yang anti-sosial, mementingkan diri sendiri, hilangnya sopan santun, dan tidak memperdulikan kepentingan orang lain.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kehidupan remaja akhir mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan fisik yang meliputi:

a. Bagaimana kondisi fisik remaja akhir mantan pecandu narkoba? b. Bagaimana kondisi kesehatan remaja akhir mantan pecandu narkoba? c. Apa saja kegiatan fisik yang dilakukan oleh remaja akhir mantan

pecandu narkoba?

2. Bagaimana kehidupan remaja akhir mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan kognisi yang meliputi:

a. Bagaimana cara remaja akhir mantan pecandu narkoba dalam menyelesaikan masalah?

b. Bagaimana kemampuan daya ingat remaja akhir mantan pecandu narkoba?

(56)

3. Bagaimana kehidupan remaja akhir mantan pecandu narkoba dilihat dari perkembangan sosio-emosional yang meliputi:

a. Bagaimana sikap toleransi remaja akhir mantan pecandu narkoba terhadap orang lain?

b. Bagaimana cara remaja akhir mantan pecandu narkoba dalam mengontrol diri sendiri?

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2010: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(58)

B. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitian sebagai informan. Subjek penelitian adalah dua remaja penyalahguna narkoba. Hal yang melatarbelakangi peneliti memilih kedua subjek tersebut karena perbedaan masa rehabilitasi yang dialami oleh DM dan RK. Peneliti tertarik untuk meneliti DM karena selama 10 bulan proses rehabilitasi, ia belum dikatakan pulih. Berbeda dengan RK yang hanya menjalani proses rehabilitasi selama 2 bulan dan telah dikatakan pulih.

Objek penelitian merupakan variabel penelitian. Pada penelitian ini terdapat satu jenis variabel yaitu variabel bebas berupa kehidupan remaja mantan pecandu narkoba, terutama mengenai perkembangan fisik, kognisi, dan sosio-emosional.

C. SettingPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat meliputi tempat tinggal subjek (RK) dan di panti rehabilitasi. Adapun tempat tinggal subjek (RK) adalah perumahan Sambiroto, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta dan Panti Sosial Pamardi Putra Komplek Perumahan Pertamina, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(59)

(Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2011: 103). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode:

1. Observasi (pengamatan)

Penelitian ini menggunakan pengamatan secara terbuka dimana subjek mengetahui dan dengan sukarela memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengamati peristiwa yang diamati, tetapi suatu saat peneliti juga menggunakan pengamatan tertutup untuk menghindari kalau suatu data dicari merupakan data yang masih dirahasiakan (Lexy J. Moleong, 2009: 176). Peneliti memilih melakukan observasi karena dengan metode ini peneliti dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada subjek dalam kehidupan sehari-hari.

2. Wawancara Mendalam (Indepht Interview)

(60)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Adapun pedoman observasi dan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Kisi-kisi pedoman observasi

Kisi-kisi pedoman observasi berisi tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diamati. Berikut kisi-kisi pedoman observasi disusun secara rinci sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor

Kehidupan 1.

Perkembangan fisik

a. Kondisi fisik 1) keadaan fisik 2) Postur fisik

2. Kisi-kisi pedoman wawancara

(61)

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara

Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor

Kehidupan 1.

Perkembangan fisik

a. Kondisi fisik 1) Keadaan fisik 2) Kekuatan fisik

c.Kegiatan fisik 6)Aktivitas fisik yang dilakukan

b. Kontrol diri 12) Pengendalian emosi c. pergaulan di

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009: 246) yaitu analisis data model interaktif dan terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Adapun tiga langkah dalam analisis data berikut ini:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

(62)

dengan fokus dan masalah penelitian kemudian disederhanakan. Data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penyajian serta untuk menarik kesimpulan sementara.

2. Penyajian Data (Display Data)

Data yang telah direduksi kemudian disajikan. Display data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2009: 249) menjelaskan yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menyajikan data adalah teks yang berupa naratif. Data yang telah disortir dalam tahap reduksi disusun dan diurutkan sehingga strukturnya mudah dipahami, kemudian data mulai dinarasikan dan disatukan menjadi kumpulan informasi.

3. Verifikasi (Conclusion Drawing)

(63)

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada penelitian ditekankan pada uji validitas dan uji realibilitas. Sugiyono (2009: 267) menjelaskan dalam penelitian kualitatif valid, reliabel, serta obyektif menjadi kriteria utama terhadap hasil penelitian. Lebih lengkap, Lexy J. Moleong (2010: 321) menyatakan sama dengan penelitian kuantitatif bahwa suatu penelitian tidak akan valid apabila tidak reliabel, maka penelitian kualitatif tidak akan bisa transferabel jika tidak kredibel, dan tidak akan kredibel apabila tidak memenuhi kebergantungan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sebagai uji kredibilitas data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama, tetapi dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang telah diperoleh pada saat wawancara dicek dengan hasil observasi. Apabila hasil yang diperoleh berbeda maka dilakukan diskusi untuk memastikan data yang benar. Dalam teknik ini peneliti memperpanjang waktu wawancara dan observasi hingga ditemukan data jenuh.

2. Triangulasi Sumber

(64)
(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran UmumSettingPenelitian

Penelitian mengenai “Studi Kasus Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba” dilaksanakan di Desa Purwomartani. Lokasi yang pertama di Perumahan Griya Sambiroto Asri yaitu tempat tinggal RK (subjek 1), sedangkan lokasi yang kedua yaitu di PSPP Sehat Mandiri yaitu lokasi rehabilitasi DM (subjek 2).

Desa Purwomartani merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Desa Purwomartani berbatasan dengan wilayah:

a. Sebelah Utara : Ds. Selomartani

b. Sebelah Selatan : Ds. Kalitirto dan Ds. Berbah

c. Sebelah Barat : Ds. Wedomartani, Ds. Ngemplak, dan Ds. Maguwoharjo

d. Sebelah Timur : Ds. Tirtomartani

(66)

terdapat 5 pekerja sosial dan 12 konselor. Selain itu, di PSPP Sehat Mandiri terdapat sebanyak 64 residen.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Semua data pada penelitian ini bersumber dari informan yang terdiri dari 2 orang subjek dan 3 orang key informan. Penelitian ini mengungkap tentang kehidupan remaja mantan pecandu narkoba. Sebelum mengulas hasil penelitian secara lebih lanjut, peneliti akan memperkenalkan identitas kedua subjek yang diteliti. Berikut ulasan mengenai gambaran kehidupan remaja mantan pecandu narkoba:

a. Subjek 1 berinisial RK

Subjek adalah mantan residen dari PSPP Sehat Mandiri. Subjek pernah menjadi pecandu narkoba selama 5 tahun dan dinyatakan pulih setelah mengikuti proses rehabilitasi selama2 bulan. Hal tersebut terjadi karena adanya tekat yang kuat serta komitmen yang telah dibuat oleh RK dan keluarga. Sebelumnya, subjek pernah menjadi salah satu siswa di sekolah swasta di Yogyakarta. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak RK saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Ayah subjek adalah salah satu dokter di Rumah Sakit sedangkan Ibu subjek adalah ibu rumah tangga.

(67)

usia yang masih sangat muda karena MBA (married by accident). Ia tinggal bersama anak dan istri, namun masih bersama orangtua terkadang juga mertua. Pada hari Sabtu-Selasa, RK tinggal bersama orangtua di Purwomartani, sedangkan pada hari Rabu-Jumat, RK tinggal bersama orangtua sang istri di daerah Kaliurang. Keadaan RK yang masih tinggal bersama orangtua maupun mertua tersebut dikarenakan orangtua yang memang belum mengijinkan. Selain itu, RK pun juga belum bekerja sehingga belum memiliki penghasilan sendiri untuk menghidupi keluarga kecil yang RK miliki.

NN sebagai seorang istri dalam usia yang masih muda dan memiliki suami yang pernah menjadi pecandu narkoba membuat NN sebagai sosok perempuan yang kuat. NN sendiri bukanlah seorang pecandu narkoba. Ia dapat mengendalikan diri agar tidak ikut terlarut dalam pergaulan yang salah. Sebenarnya pada saat sebelum menikah, NN sudah pernah meminta RK untuk berhenti mengonsumsi obat-obatan, namun RK tidak menghiraukannya. Akhirnya NN pun tidak memaksa RK dan hanya berdoa semoga suatu saat nanti RK dapat terlepas dari barang-barang tersebut.

(68)

pada awal masuk PSPP, ia merasa tertekan dan tidak betah berada disana karena satu minggu pertama ia dimasukkan ke dalam ruang isolasi. Ia juga merasa tidak memiliki teman ketika disana. RK selalu merasa rindu dengan keadaan rumah, apalagi waktu itu istri RK baru melahirkan.

Satu bulan berada di PSPP membuat RK semakin tidak betah, walaupun RK termasuk residen yang paling sering dijenguk, hal tersebut tidak dapat menghilangkan rasa bosan dan tertekan yag ada pada dirinya. Akibatnya, RK kabur dari PSPP dan pulang ke rumah yang terdapat di Perumahan Sambiroto. Tidak lama setelah RK kabur, pihak dari PSPP datang ke rumah RK untuk menjemput dan membawa RK kembali ke PSPP. Hal tersebut dilakukan pihak PSPP karena RK belum mengikuti semua rangkaian proses rehabilitasi dan RK belum dinyatakan pulih (bebas) dari pengaruh obat-obatan terlarang.

(69)

b. Subjek 2 berinisial DM

Subjek DM adalah subjek kedua dalam penelitian ini. Ia adalah remaja yang berasal dari Pekalongan, yang saat ini sedang menempuh masa pemulihan di PSPP Sehat Mandiri. DM telah berada di PSSP Sehat Mandiri selama 1 tahun. Subjek sebenarnya telah dinyatakan pulih dari 6 bulan yang lalu, tetapi ia masih berada di PSPP untuk memperdalam pemahaman terkait tahap-tahap pelayanan terapi dan rehabilitasi. Hal tersebut dilatar belakangi karena setelah keluar dari PSPP Sehat Mandiri, subjek akan dipekerjakan di BNNK Pekalongan. DM juga memiliki ketertarikan dalam membantu sesama residen yang menjalani proses rehabilitasi.

DM merupakan salah satu residen yang sedang mengikuti program Kejar Paket B yang disediakan PSPP dibawah naungan Dinas Sosial DIY. DM merupakan remaja yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ia mempunyai kakak perempuan yang sekarang bekerja di salah satu pabrik di daerah asalnya, sedangkan adik laki-laki DM saat ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

(70)

yang dekat dengan teman-teman sesama residen di PSPP. Hal tersebut terlihat saat DM bercanda dengan teman-temannya.

Awal kedatangan DM di PSPP karena keinginan orangtua. Orangtua mengatakan kepada DM bahwa ia akan diantar ke rumah saudara yang berada tinggal di Jogja untuk tinggal dan kerja disana. Mendengar hal tersebut, DM pun menyetujui karena ia juga ingin membantu perekonomian orangtuanya. Apalagi ia juga merasa bersalah karena telah dikeluarkan dari sekolah setelah ketahuan menggunakan narkoba. Akan tetapi, pada kenyataannya orangtua DM tidak mengantar DM ke rumah saudaranya, melainkan DM diantar dan dititipkan di PSPP agar ia dapat terlepas dari jerat narkoba.

DM tidak berontak walaupun ia merasa dibohongi oleh orangtua. DM sadar bahwa apa yang telah dilakukan orangtua, semua demi kebaikannya. DM menerima dengan lapang dada dan bersedia mengikuti semua tahapan selama ia direhabilitasi di PSPP. Dalam lubuk hati DM, ia juga merasa kasihan dengan orangtua apabila ia terus-menerus mengonsumsi narkoba.

(71)

orangtua sangat jarang menjenguk di PSPP, tetapi orangtuanya akan selalu mendoakan yang terbaik untuk dirinya.

Tabel 3. Rangkuman Profil Subjek Penelitian

No. Keterangan Subjek 1 Subjek 2

1. Nama RK DM

2. Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

3. Umur 20 tahun 18 tahun

4. Pendidikan SMA SMP

Data pada penelitian ini dikonfirmasikan kebenarannya pada key informan sebanyak 3 orang. Dalam penelitian ini, yang menjadi key informan adalah istri dari RK, tetangga RK, dan pekerja sosial di PSPP. Key informan yang dekat dengan subjek dan telah cukup lama mengenal subjek. Dari setiap data yang telah diperoleh dari subjek akan diverifikasi dengan data yang diperoleh melaluikey informan.

(72)

rasakan kepada NN, bahkan ketika RK mulai terlibat obat-obatan pun NN mengetahuinya. Walaupun larangan dan nasehat dari NN tidak dihiraukan, NN tetap dengan setia menemani dan mendampingi RK, dari awal ia menjadi teman dekat RK sampai sekarang ia menjadi istri RK.

Profil Key Informan yang kedua yaitu ST. ST adalah seorang perempuan berusia 56 tahun. ST telah menjadi tetangga RK selama kurang lebih 5 tahun ini. ST cukup mengenal keluarga RK. Dalam keseharian, ST sering bertemu dan berbincang dengan ibu RK. ST memang cukup mengenal dekat ibu RK.

Profil key informan yang kedua yaitu IM. IM merupakan seorang laki-laki berusia 52 tahun. IM bekerja sebagai salah satu pendamping residen di PSPP Sehat Mandiri, salah satunya adalah DM. IM telah mendampingi DM dari awal DM masuk ke PSPP sampai sekarang sudah 1 tahun DM menjalani rehabilitasi. Hampir setiap hari IM bertemu dengan DM, oleh karena itu IM juga menjadi orangtua dan teman berbagi cerita oleh DM. DM tidak segan-segan bercerita kepada IM tentang yang ia rasakan seperti saat DM gelisah masih teringat obat-obatan tersebut, DM merasa rindu dengan orangtua dan teman dekat di Pekalongan.

Tabel 4. Rangkuman ProfilKey Informan No. Keterangan Key

(73)

4. Alamat Sleman,

Istri Tetangga Pendamping di PSPP

3. Deskripsi Tentang Kehidupan Remaja Mantan Pecandu Narkoba

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara selama peneliti melakukan penelitian, berikut disajikan pembahasan hasil yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian mengenai kehidupan remaja mantan pecandu narkoba. Peneliti akan membahas tentang: (1) Perkembangan fisik remaja mantan pecandu narkoba, (2) Perkembangan kognisi remaja mantan pecandu narkoba, dan (3) Perkembangan sosio-emosional remaja mantan pecandu narkoba.

a. Subjek RK

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik yang dimaksud merupakan perubahan perkembangan fisik dari remaja yang pernah mengonsumsi narkoba. Berdasarkan hasil wawancara terdapat perubahan fisik pada mantan pecandu narkoba. Walaupun RK memiliki postur tubuh tinggi dan agak kurus, hal tersebut juga dikarenakan faktor keturunan. Kakak RK juga memiliki postur badan yang demikian. Akan tetapi, saat ini RK merasa memiliki berat badan yang bertambah setelah tidak menjadi pecandu narkoba. Seperti yang telah diungkapkan RK berikut ini:

(74)

rihex, soalnya kalo make rihex itu kadang sampe nggak sadar, mungkin karena dosisnya yang udah tinggi. Sekarang kata orang sih aku udah lebih gemuk. Dulu malah pernah ada yang bilang kayak tinggal kulit sama tulang. Hehe”. (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

Keadaan tubuh pada saat mengonsumsi narkoba tentu berbeda dengan keadaan tubuh setelah berhenti dan keluar dari jeratan narkoba. Tubuh atau fisik mengalami perubahan kearah yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya pada saat masih mengonsumsi narkoba. Demi menjaga keadaan tubuh yang semakin baik tersebut, RK meluangkan waktu untuk menjaga kesehatan pula. Seperti yang diungkapkan oleh RK.

Kalo sekarang sih udah fit lagi, mbak. Nggak kayak dulu. Dulu pas aku masih make itu badan rasanya gampang capek, lemes.” (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

Ya lumayan, mbak, tapi nggak rutin-rutin banget. Paling ya diajakin sama temen-temen SMP. Paling nggak dalam satu bulan aku main futsal minimal sekali.” (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

RK yang memiliki kegemaran dalam bidang olahraga terutama dalam bidang futsal atau sepakbola mini tentu juga membantu dalam menjaga kesehatan diri. Oleh karena itu, RK termasuk orang yang tidak mudah terserang penyakit. Didukung pula dengan RK yang tidak memiliki penyakit menahun dan ia memiliki pola makan yang baik. Seperti pengakuan RK berikut:

(75)

“Enggak kok, mbak. Alhamdulilah (tidak memiliki penyakit menahun)”(Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

“Aku termasuk orang yang lumayan gampang makan, misal di rumah ibu masak apa aja ya aku makan, mbak. Nggak pilih-pilih makanlah. Kalo diluar pun aku juga jajan di tempat nongkrong kok”(Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

RK yang termasuk orang yang jarang terserang penyakit tersebut, sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh NN (istri RK) dan ST (tetangga RK), serta diperkuat dengan surat dari dokter yang diperlihatkan kepada peneliti. Berikut permyataan yang disampaikan NN dan ST:

“Selama saya kenal, RK orangnya jarang sakit, mbak. Paling ya demam-demam biasa, tapi pas kapan itu dia juga sempat opname gara-gara sakit tifus” (Transkrip wawancara NN pada 26 Oktober 2015)

Iya,mbak. Bulan apa yaa? Saya lupa. Pokoknya belum lama banget. Saya sempat menengok RK di rumah sakit. Pas saya nengok itu katanya sakit tifus kalo nggak salah” (Transkrip wawancara ST pada 18 November 2015)

RK sudah lulus dari SMA saat ini lebih sering menghabiskan bersama keluarga kecilnya yaitu anak dan istri, serta keluarga besar. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu RK sudah mengikuti tes masuk perguruan tinggi, tetapi ia termasuk seseorang yang belum lolos seleksi. Ia memutuskan untuk mengikuti tes lagi tahun depan, karena ia memiliki keinginan untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Ia termasuk pribadi yang dekat dengan keluarga besar, baik keluarga besar dari pihak ia sendiri maupun dari pihak sang istri. Berikut pernyataan RK:

(76)

Soalnya aku kemarin nggak lolos seleksi, jadi ya sekarang aku les di bimbel biar materi sekolah nggak lupa juga. Oya, kalau hari Selasa malam aku kadang masih suka datang juga ke acara PSPP yang ada konselornya. Jadi masih suka konsultasi juga, hitung-hitung buat mempertebal benteng diri” (Transkrip wawancara RK pada 18 Oktober 2015)

Berdasarkan paparan yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik yang dialami oleh RK sebagai remaja mantan pecandu narkoba yaitu kondisi badan yang kurus dan tinggi, ditambah dengan beberapa tato permanen di bagian tangan dan kaki. Pada kondisi kesehatan, dari sebelum mengenal obat-obatan, RK memang memiliki kondisi kesehatan yang baik dan jarang sekali sakit. Akan tetapi, RK pernah satu kali dirawat di rumah sakit karena sakit tifus. Demi menjaga kesehatan, RK sering berolahraga terutama futsal atau sepakbola mini.

2) Perkembangan Kognisi

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dampak penggunaan narkoba itu berpengaruh ke cara berpikir, daya ingat, dan kemampuan intelektual. Dalam kemampuan berpikir, dapat ,dilihat dari bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dalam mengambil keputusan.

(77)

Biasanya aku selesaiin berdua sama NN. Soalnya kalo pake marah-marah aku nggak enak sama keluarga, mbak. Nggak enak sama bapak, ibu, kakak juga. Soalnya aku udah banyak salah sama mereka dengan aku yang kemarin make narkoba sama aku yang MBA”(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

Hal yang sepadan juga disampaikan oleh NN terkait sikap RK dalam menghadapi masalah.

“…Alhamdulillah dia sekarang udah beda,mbak. Lebih kalem lah kalo ada masalah. Menurutku terkadang RK semakin dewasa dalam nyelesaiin masalah” (Transkrip wawancara NN pada 26 Oktober 2015)

“Aku sama RK lebih banyak diskusi, ngobrol berdua. Nggak pake ribut lagi kayak dulu. Soalnya kan nggak enak sama orangtua juga kalo ribut-ribut” (Transkrip wawancara NN pada 26 Oktober 2015)

Pemakaian obat-obatan terlarang bagaimanapun juga memberikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang, begitupula yang RK rasakan. RK mengaku pelupa. Walaupun sebelum mengonsumsi obat-obatan ia juga pelupa, ia merasa sifat pelupa yang dimiliki menjadi semakin parah. Seperti yang RK sampaikan berikut:

“Aku orangnya lupaan, mbak. Apalagi sama barang-barang kecil kayak kunci. Aku paling sering lupa tentang tadi aku naruh kunci kendaraan dimana, kayak gitu. Dulu sebelum make sih aku udah pelupa, tapi kok aku ngerasa setelah make obat-obatan jadi makin parah pelupanya”.(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

“Kalo kejadian yang dulu-dulu ya ada yang inget, ada juga yang udah lupa, mbak. Kebanyakan sih inget kalo udah dipancing-pancing dikit, mbak” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

(78)

“Hehe. Dia orangnya pelupa banget, mbak. Apalagi soal naruh barang yang kecil”(Transkrip wawancara NN pada 26 Oktober 2015)

RK juga menambahkan tentang kegiatan akademik dan kegiatan non-akademik selama ia bersekolah. Selain itu, RK juga menunjukkan raport sekolah saat SMA, terlihat bahwa sebagian besar nilai-nilai mata pelajaran yang diperoleh RK berada diatas KKM, walaupun adapula yang tidak mencapai KKM. Berikut penuturan RK:

“Aku biasanya pas nggak suka sama pelajarannya ya tak tinggal tidur aja, daripada berisik ya, mbak. hahaha” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

“Aku bukan termasuk siswa berprestasi, tapi aku juga nggak termasuk siswa yang bodoh banget di sekolah” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

“Nggak ada (prestasi non-akademik), mbak” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

(79)

3) Perkembangan Sosio-emosional

Pada saat peneliti berada di rumah orangtua RK, ada seseorang yang datang dan berbincang akrab dengan RK. Saat peneliti menanyakan kepada NN (istri RK), ia menyampaikan bahwa orang tersebut adalah teman RK saat masih menjadi pecandu narkoba. Subjek RK juga menyatakan bahwa dirinya terkadang bertemu dengan teman-teman di rumah, yaitu teman-teman sesama penyalahguna narkoba. Pada saat bertemu tersebut, RK juga berbincang dan bercanda. Ia merasa harus tetap menjaga tali silaturahmi walaupun sekarang ia bukan seorang pecandu narkoba. Berikut penuturan RK:

“beberapa orang masih sering bertemu sama aku. Cuma nggak sering. Sekedar tanya kabar dan ngobrol buat jaga pertemanan aja”

(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

“Jarang sih. Biasanya kalo ketemu ya ngebahas hal-hal yang nggak nyangkut soal obat-obatan. Soalnya mereka pada tahu aku dah berhenti dan salutnya mereka mau menghargai aku yang udah berhenti”(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

RK juga menyampaikan bahwa pada saat berbincang dengan teman-teman, ia pernah mengalami perbedaan pendapat walaupun jarang.

“ya cari jalan tengah aja sih. Kita juga jarang ngalamin selisih pandangan atau salah paham” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

“yaa paling aku diem aja, mbak. Kalo nggak diem, takutnya ntar malah aku lepas kendali. Trus ngelakuin yang enggak-enggak”

(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

(80)

“Kalo sama keluarga, aku bersyukur dan beruntung punya keluarga kayak sekarang. Anak yang lucu dan istri yang baik. Orangtua dan mertua yang sangat menerima aku dengan semua kekurangan aku termasuk aku yang pernah make obat-obatan. Kalo sama temen-temen mah sekarang jarang ketemu, mbak. Mungkin lagi ada kesibukan masing-masing, tapi aku kadang masih sering bbm-an sama temen SMP maupun SMA walaupun kadang cuma sekedar nanya kabar. Kalo sama tetangga aku sih nggak begitu deket sih, mbak.”(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

Hal yang senada disampaikan oleh ST. Berikut penuturan yang ST sampaikan:

“RK mah orangnya jarang keluar rumah, mbak. Saya juga jarang banget ketem. Seinget saya, saya pernah bertemu itu pas tetangga komplek sini ada yang meninggal. Kayaknya cuma itu, mbak”

(Transkrip wawancara ST pada 18 November 2015)

RK termasuk individu yang jarang mengikuti kegiatan di lingkungan tempat tinggal, seperti yang RK sampaikan:

“Kegiatan sosial yang aku ikuti paling kalo ada tetangga yang mengalami musibah/kematian. Aku datang untuk menyampaikan bela sungkawa. Disini soalnya nggak begitu banyak kegiatan rutin warganya, atau mungkin aku yang nggak tau kali yaa”

(Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

NN menyadari bahwa suaminya memang jarang aktif dalam kegiatan sosial yang terdapat di daerah tempat tinggalnya. Menurut NN, hal tersebut mungkin dikarenakan NN dan RK yang masih sering berpindah-pindah tempat tinggal, yaitu antara rumah orangtua RK dan rumah orangtua NN.

(81)

Berdasarkan hasil wawancara, RK juga menyampaikan terkait bagaimana sikap masyarakat sekitar tempat tinggal terhadap ia dan keluarga setelah mengetahui RK pernah mengonsumsi narkoba.

“Kalau warga yang disini sih beberapa ada yang tahu. Soalnya pas aku kabur dari panti trus pihak panti jemput aku kesini kan warga ada yang tahu” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

“Dulu awalnya agak gimana gitu kalo liat aku, sekarang sih kayaknya udah biasa. Yaa namanya pernah make barang gituan ya ada aja yang ngejauhin, mbak. Aku sih sadar kalo itu jadi resiko dari perbuatanku sendiri” (Transkrip wawancara RK pada 20 Oktober 2015)

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi
Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara
Tabel 3. Rangkuman Profil Subjek Penelitian
Tabel 4. Rangkuman Profil Key Informan

Referensi

Dokumen terkait

Pencapaian terakhir dari pelatihan ini adalah ranah perilaku remaja mantan pecandu narkoba sebagai subjek penelitian, yaitu para remaja tersebut dapat menerapkan pengetahuan

Dari hasil penelitian tingkat kesegaran jasmani siswa mantan pecandu narkoba pusat rehabilitasi ”Rumah Damai” Semarang periode tahun 2008 adalah kategori kurang sekali

Sulitnya lepas dari kecanduan narkoba, bukanlah suatu hal yang mustahil bagi seorang mantan pecandu narkoba untuk dapat pulih kembali, bahkan tidak sedikit dari mantan

Penyebab remaja menggunakan narkoba telah banyak diteliti. Mulai dari faktor internal seperti; ketidak percayaan diri, rendahnya self efficacy, hingga upaya lari

Di dalam dunia medis pasien atau residen yang menyalahgunakan pemakaian narkoba dan sampai pada tingkat candu, saat dilakukan rehabilitasi narkoba, mereka masuk

Data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pada ketiga subyek penelitian remaja korban penyalahgunaan narkoba mendapatkan kenyamanan dan ketenangan jiwa selama

Perbedaannya dapat terlihat, pada penelitian Purwono subjek penelitian adalah mereka yang pernah mengikuti rehabilitasi namun mengalami kekambuhan dan pada

Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa se- tiap mantan pecandu yang dapat mempertahankan kebebasannya dari