• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Mantan Pecandu Narkoba, Rehabilitasi, Kualitas Hidup ABSTRACT - STUDI KUALITATIF KUALITAS HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DI KLINIK REHABILITASI BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) KOTA KENDARI TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata Kunci: Mantan Pecandu Narkoba, Rehabilitasi, Kualitas Hidup ABSTRACT - STUDI KUALITATIF KUALITAS HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DI KLINIK REHABILITASI BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) KOTA KENDARI TAHUN 2017"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KUALITATIF KUALITAS HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DI KLINIK REHABILITASI

BNN (BADAN NARKOTIKA NASIONAL) KOTA KENDARI TAHUN 2017

Aynal Mardiyah

1

La Dupai

2

Fikki Prasetya

3

123Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

1aynalmardiyah@gmail.com2ladupai1954@gmail.com3fikki85@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan narkoba menyebabkan banyak efek samping, baik pada kondisi fisik maupun mental. Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup. Upaya rehabilitasi dilakukan berguna selain untuk membebaskan ketergantungan pasien menggunakan narkotika, juga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di Klinik Rehabilitasi BNN Kota Kendari tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan berjumlah 5 orang yang terdiri atas 3 mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan sebagai informan kunci dan 2 orang sebagai informan biasa yaitu seorang anggota keluarga penderita serta perawat yang menangani pasien mantan pecandu narkoba. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mantan pecandu narkoba mampu menjalankan aktivitasnya seperti biasa tanpa merasa capek dan kelelahan yang berlebihan, perasaan positif yang dirasakan mantan pecandu narkoba antara lain perasaan sabar, optimis, semangat dan perasaan negatif yang dirasakan meliputi rasa malu, menyesal serta hasrat yang terkadang timbul untuk menggunakan narkoba kembali. Adanya dukungan yang didapatkan dari keluarga dan kerabat dekat membuat mantan pecandu narkoba menjadi lebih semangat dalam menjalani rawat jalan serta tidak mendapatkan tekanan dari manapun sehingga merasa aman untuk beraktivitas diluar rumah. Diharapkan bagi BNN Kota Kendari untuk lebih memberikan perawatan yang lebih baik lagi dan bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan semua aspek meliputi dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi hubungan sosial dan dimensi lingkungan.

Kata Kunci:Mantan Pecandu Narkoba, Rehabilitasi,Kualitas Hidup

ABSTRACT

Drug use causes many side effects, both in physical and mental condition. The decline in physical and mental conditions will affect to the quality of life. Rehabilitation efforts are useful in addition to freeing the dependence of patients in using narcotics, as well as to improve the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine the quality of life of former drug addicts who were undergoing the outpatient at National Anti Narcotics Agency (NAA) Rehabilitation Clinic of Kendari City in 2017. The type of study was qualitative with case study approach. Informants amounted to 5 people consisting of 3 former drug addicts who were undergoing outpatient as a key informant and 2 people as general informant who was a family member of sufferer and nurse who handle patient of former drug addict. The results of this study showed that the former drug addict was able to run their activities as usual without feeling tired and excessive fatigue, positive feelings that felt by former drug addicts such as feelings of patience, optimism, and passion, while the negative feelings that such as feel embarrassment, lament, and desire to use drugs again. The existence of support gained from family and close relatives makes former drug addicts become more enthusiastic in undergoing outpatient and not get pressure from anywhere so they feel safe to move outside the home. It is hoped for NAA of Kendari City to provide better treatment and further research to develop this study by adding all aspects including physical dimension, psychological dimension, social relations dimension and environmental dimension.

(2)

PENDAHULUAN

Prevalensi penyalahgunaan narkoba di dunia sejak tahun 2006 hingga 2013 mengalami peningkatan. Walaupun kurva terlihat landai namun secara keseluruhan totalnya cukup tinggi. Besaran prevalensi penyalahgunaan narkoba di dunia di estimasi sebesar 4,9% atau 208 juta pengguna di tahun 2006 kemudian memiliki sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 4,6% dan 4,8%. Namun kemudian meningkat kembali menjadi 5,2% di tahun 2011 dan tetap stabil hingga 2013. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna dari populasi penduduk dunia yang berumur 15-64 t ahun yang menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun di tahun 20131.

WHO menyebutkan bahwa kualitas hidup merupakan persepsi dari individu dalam kehidupan ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan kaitannya dengan nilai-nilai, standar dan kekhawatiran dalam hidup. Terdapat 4 (empat) dimensi kualitas hidup yaitu dimensi fisik yang berkaitan dengan fungsi fisik individu, dimensi psikologis yang berhubungan dengan keadaan psikologis atau mental individu, dimensi hubungan sosial yang berkaitan dengan hubungan individu dengan orang lain dan dimensi lingkungan yang berhubungan dengan apa yang ada di sekitar individu. Keempat dimensi ini masing-masing memiliki aspek yang berbeda di dalam pengukurannya2.

Jumlah kasus narkoba berdasarkan

penggolongannya yang masuk dalam kategori narkotika terus mengalami peningkatan sedangkan yang masuk dalam kategori psikotropika kian menurun, hal ini terlihat jelas pada tahun 2009 jumlah kasus psikotropika 8.779 kasus dan tahun 2010 jumlah kasus psikotropika menurun secara signifikan menjadi 1.181 kasus. Data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kesehatan3, Provinsi Jawa Timur dalam 3

tahun terakhir menempati urutan pertama jumlah kasus narkoba berdasarkan provinsi. Begitu pula menurut jumlah tersangka narkoba, Provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 - 2012 (6.395 tersangka di tahun 2010 meningkat menjadi 8.142 tersangka di tahun 2012). Beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah tersangka dari tahun 2010 – 2012 antara lain Aceh (peningkatan 392 tersangka), Sulawesi Utara (peningkatan 789 tersangka), dan Kalimantan Selatan (peningkatan 802 tersangka).

Hasil survei BNN bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI pada tahun 2014 telah melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba

secara umum sebesar 2,18%. Berdasarkan hasil survei tersebut telah dilakukan perhitungan proyeksi angka prevalensi, dimana tahun 2016 telah diproyeksikan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan 4.173.633 orang4.

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pelayanan rehabilitasi. Pada tahun 2016, BNN telah memberikan layanan rehabilitasi terhadap 22.485 pecandu dan penyalahguna narkotika dan layanan pasca rehabilitasi terhadap 10.782 mantan pecandu dan penyalahguna narkotika. Dari jumlah tersebut terdapat 15.971 pecandu dan penyalahguna narkotika yang telah selesai program rehabilitasi dan 9.408 mantan pecandu dan penyalahguna narkotika yang telah selesai program pasca rehabilitasi. Kemudian dari jumlah tersebut terdata 7.292 mantan pecandu yang tidak kambuh kembali dari lembaga rehabilitasi instansi pemerintah maupun komponen masyarakat dan 2.131 mantan pecandu dari lembaga pasca rehabilitasi5.

Data prevalensi penyalahgunaan Narkoba di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 yaitu 2,08%, tahun 2011 turun menjadi 1,2% (sekitar 21.684 orang), namun tahun 2014 meningkat menjadi 1,59% (sekitar 27.238 orang), dan yang memprihatinkan adalah 66% dari 27.328 orang penyalahguna narkoba atau 18.036 orang adalah pelajar dan mahasiswa6.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari BNN Kota Kendari7jumlah kasus penyalahgunaan narkoba

pada tahun 2015 adalah sebanyak 134 kasus yang keseluruhannya merupakan pasien rawat jalan di klinik rehabilitasi BNN. Tahun 2016 sebanyak 138 kasus dengan pasien rawat jalan sebanyak 129 kasus dan rawat inap 9 kasus. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah penyalahgunaan mengalami penurunan dimana sampai dengan tanggal 17 oktober 2017 sebanyak 117 kasus dengan rawat jalan sebanyak 110 kasus dan rawat inap sebanyak 7 kasus.

Jumlah penyalahguna narkoba di Kota Kendari pada tahun 2014 usia di bawah 18 tahun adalah 104 orang (48,15%) dan di atas 18 tahun adalah 112 orang (51,85%). Jumlah ini menurun menjadi 21 orang (15,67%) untuk usia dibawah 18 tahun dan diatas 18 tahun menjadi 113 orang (84,33%). Tahun 2016, jumlah penyalahguna narkoba naik secara signifikan pada rentang umur di bawah 18 tahun menjadi 101 orang (73,18%) dan jumlah penyalahguna narkoba di atas 18 tahun menjadi 37 orang (26,82%)

(3)

penyalahgunaan napza. Adanya program rehabilitasi di Indonesia sesuai dengan pasal 54 UU No.35/2009 tentang Psikotropika yang menyebutkan bahwa Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Memakai narkoba atau obat terlarang memiliki dampak bagi penggunanya. Beberapa dampak dari penggunaan narkoba yaitu fisik, mental emosional (psikologis) dan sosial. penghayatan penyalahgunaan narkoba tentang kondisi fisik dan psikisnya dapat mempengaruhi gambaran dirinya dan anggapannya bagaimana penampilannya didepan orang lain serta keberadaannya dilingkungan sosialnya dengan kondisi fisik dan psikis yang berbeda dari orang normal. Akibat penyalahgunaan narkoba, pengguna menderita penyakit yang menyebabkan tubuhnya lemah, penampilannya kurang menarik dan merasa dikucilkan dari lingkungan sosialnya. Gejala-gejala tersebut merupakan kesadaran diri yang negatif8.

Penggunaan narkotika menyebabkan banyak efek samping, baik pada kondisi fisik maupun mental. Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup pengguna narkotika terbukti lebih buruk dibandingkan individu yang tidak menggunakan narkotika9.

Upaya rehabilitasi dilakukan berguna selain

untuk membebaskan ketergantungan pasien

menggunakan narkotika, juga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan kualitas hidup telah terbukti bagi pasien yang mengikuti program pengobatan atau pun rehabilitasi10.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup yang dimiliki oleh mantan pecandu narkoba. Studi kasus merupakan serangkaian permasalahan yang akan dipecahkan untuk disajikan kepada pembaca. Setelah permasalahan disajikan, dilengkapi dengan informasi

yang dapat membantu pembaca memahami

permasalahan yang ditawarkan

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti berperan sebagai instrument utama penelitian, sementara informan kunci dan informan biasa akan berperan sebagai instrument pendukung dengan

menggunakan alat bantu pedoman wawancara

sekaligus observasi yang dilakukan dengan bantuan kamera dan alat rekam suara. Peneliti bersikap aktif dan bertindak sebagai pengamat untuk mengobservasi secara langsung sekaligus sebagai partisipan untuk

melakukan interaksi dengan subjek penelitian di lapangan.Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember

tahun 2017 di Klinik Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kota Kendari.

Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan fokus penelitian, dimana informan dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Penentuan informan secara purposif, seimbang disesuaikan dengan tujuan dan hakekat penelitian

Adapun kriteria untuk informan kunci yaitu mantan pecandu narkoba yang telah menjalani rehabilitasi ≥ 6 bulan, tidak sedang dalam kondisi kesehatan lemah dan sehat dalam kondisi mental, berdomisili di Kota Kendari, menjalani rehabilitasi rawat jalan, serta mampu berkomunikasi verbal dengan baik. Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 3 (tiga) mantan pecandu yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Informan biasa dalam penelitian ini terdiri atas 1 (satu) orang anggota keluarga penderita yang tinggal serumah dengan penderita dan satu orang perawat yang memberikan perawatan pada mantan pecandu sehingga dapat memberikan informasi tambahan mengenai kondisi dari informan kunci..

Jenis data yang dikumpulkan adalah Data primer yang merupakan informasi mengenai kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani terapi rehabilitasi ditinjau dari dimensi psikologis yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan dengan memanfaatkan alat bantu berupa alat perekam suara dan kamera. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data kasus penyalahgunaan narkoba dan penyalahguna narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di Klinik Rehabilitasi di BNN Kota Kendari tahun 2015-2017.

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dan observasi. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview). Dalam penelitian ini observasi dilakukan terhadap perilaku subjek selama berinteraksi dengan peneliti sehingga dapat memberikan informasi tambahan terhadap hasil wawancara

.

HASIL DAN DISKUSI

Dimensi Psikologis (Energi dan Kelelahan)

(4)

aspek yang telah teridentifikasi dari hasil wawancara tersebut akan dibahas secara rinci untuk mengungkapkan makna dari kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di Klinik Rehabilitasi BNN Kota Kendari.

Energi dan kelelahan merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan kunci yang didukung oleh pernyataan yang sejalan dengan informan biasa didapatkan keterangan bahwa informan mantan pecandu narkoba yang sedang di rehabilitasi dapat menjalankan aktivitasnya secara normal tanpa merasakan capek dan lelah yang berlebihan, bahkan cenderung merasa lebih baik setelah melakukan rawat jalan di klinik BNNK Kendari.

Perbedaan dalam beraktivitas sebelum dan sesudah menjalani rehabilitasi dirasakan oleh semua informan. Dilihat dari kondisi kesehatan, informan AL yang telah menyelesaikan masa rehabilitasinya terlihat lebih sehat dan bugar. Berbeda dengan dulu saat masih menggunakan obat-obatan, AL merasa cepat capek dan lemas. Kegiatannya di sekolah menjadi terganggu akibat rasa kantuk yang sering kali AL rasakan. AL juga mengalami perubahan seperti pola tidur yang teratur dan kondisi badan yang gemuk. Perubahan yang paling dirasakan oleh AL saat ini adalah tingkat konsentrasinya dalam menerima pelajaran yang sudah berkurang dan lebih mudah terkena penyakit dibandingkan sebelumnya.

Informan BS masih dapat menjalankan aktivitasnya seperti biasa dan merasa kelelahan hanya saat mengerjakan pekerjaan yang berat saja. Berbeda dengan dulu saat BS melakukan aktivitas sehari-hari, BS akan merasa cepat lelah dan tidak sanggup melakukan aktivitasnya dalam waktu yg lama meskipun aktivitas yang dilakukannya tergolong ringan. Walaupun telah dinyatakan pulih, terdapat perubahan-perubahan dari segi fisik pada diri BS seperti postur tubuh yaitu tinggi dan kurus. Dilihat dari kondisi kesehatan, BS termasuk individu yang tidak mudah terkena penyakit. Namun saat belum menjalani rehabilitasi BS pernah dirawat di rumah sakit karena terkena maag akut, hal ini disebabkan karena BS hanya makan satu kali dalam sehari.

Begitu pula dengan AR yang juga saat ini dapat menjalankan aktivitasnya dengan normal tanpa merasa terganggu. AR mengaku merasakan pusing dan lemas, rasa kantuk yang tidak tertahankan serta sering mengalami halusinasi saat menggunakan narkoba. Halusinasi yang dialami AR membuatnya sempat

dirujuk ke RS Jiwa dan dirawat disana selama beberapa hari.

Dimensi Psikologi (Perasaan Positif dan Perasaan Negatif)

Secara keseluruhan informan kunci serta informan biasa dalam penelitian ini menyatakan perlahan mulai dapat menerima kondisi dan keadaan dirinya saat ini. Pada dasarnya penerimaan diri merupakan sikap positif yang ditunjukan terhadap diri serta dapat menerima dengan tenang dan puas dengan keadaan diri baik dalam hal kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya11.

Penerimaan diri juga ditandai dengan adanya rasa optimis dan semangat juang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada informan yang sedang menjalani rehabilitasi (rawat jalan), rasa optimis dan semangat juang dapat ditunjukan dengan motivasi serta harapan yang kuat untuk benar-benar sembuh dan tidak akan menggunakan narkoba lagi. Hal ini terbukti karena semua informan sangat rajin datang ke klinik BNN untuk mendapatkan konseling dari dokter dan perawat yang bertugas. Meskipun rehabilitasi yang mereka jalani hanyalah rawat jalan namun semua informan merasa optimis akan sembuh seperti sedia kala karena dilandasi niat dari dalam diri mereka yang kuat.

Para pecandu narkoba harus memiliki harapan untuk sembuh agar mereka tidak merasa putus asa dengan keadaan. Kesuksesan seseorang dalam mecapai tujuan ditentukan oleh kemampuannya dalam mengatasi rintangan, stress, kemampuannya dalam menghasilkan emosi positif12.

Selain perasaan positif, dari hasil wawancara terhadap informan kunci maupun informan biasa mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perasaan negatif yang dimiliki oleh mantan pecandu narkoba yang sedang direhabilitasi seperti perasaan malu, menyesal serta adanya keinginan yang terkadang timbul untuk mulai menggunakan narkoba lagi. Semua informan merasa malu pada teman-temannya saat pertama kali menjalani rehabilitasi di BNN dikarenakan pada saat itu pihak BNN menjemput para informan di sekolah menggunakan mobil resmi BNN. Salah satu informan juga mengungkapkan bahwa ia merasa sangat malu terutama pada guru-gurunya karena informan merupakan murid yang berprestasi di sekolahnya.

(5)

yang dirasakannya. Informan AL mengaku mempunyai trauma mendalam sejak kecil dan trauma itulah yang menjadi penyebab pertama AL mengkonsumsi narkoba dan hal itu diperparah dengan rasa stress karena permasalahan keluarga.

Sama halnya dengan informan BS, perasaan stress yang dirasakan BS akibat sering bertengkar dengan ayahnya membuat BS memilih untuk menggunakan narkoba. Dalam masa rehabilitasi BS pernah menggunakan kembali narkoba secara diam-diam, hal ini terjadi akibat BS merasa kesal pada ayahnya yang selalu memarahinya.

Informan AR justru menggunakan narkoba untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Ayah AR telah lama meninggal dan ibu AR bekerja sebagai guru sekaligus sebagai pedagang. kesibukan ibunya membuat AR merasa kurang mendapat perhatian sehingga memutuskan untuk menggunakan narkoba saat diajak oleh teman-temannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan remaja dengan status orang tua tunggal mempunyai pengaruh terhadap gangguan psikologis anak dan permasalahan dalam perilaku yang menyimpang sehingga remaja akan lebih cenderung melakukan penyalahgunaan NAPZA13.

Keinginan untuk menggunakan kembali narkoba sempat dirasakan oleh sebagian informan namun salah satu informan menyatakan bahwa ia sudah mengetahui cara-cara yang tepat untuk menghilangkan keinginan tersebut. Ada juga informan yang menyatakan bahwa dengan mengingat masa lalunya serta mengetahui informasi dari perawat di klinik BNN tentang efek jangka panjang penggunaan narkoba maka keinginan untuk menggunakan narkoba lagi perlahan mulai menghilang.

konsep diri berkaitan dengan cara seseorang memandang positif ataupun negatif tentang dirinya. Mengenal diri sangatlah penting dalam upaya pengembangan diri, artinya tak mungkin terjadi proses pengembangan pribadi tanpa terlebih dahulu mengenali kelemahan dan keunggulan dalam dirinya. Hal ini berarti individu memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling baik untuk dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya14.

Dimensi Hubungan Sosial (Dukungan Sosial)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan kunci dan didukung dengan pernyataan dari informan biasa didapatkan keterangan bahwa dalam menjalani rehabilitasi, semua informan mendapatkan dukungan dari keluarga dan kerabatnya saja. Kesamaan dalam dukungan yang diberikan yaitu dukungan emosional dari keluarganya.

Lingkungan keluarga adalah unsur penting dalam perkembangan kepribadian anak. Di dalam lingkungan keluarga, anak sering melihat semua aktivitas yang dilakukan orang dewasa dan bahkan menirunya. Hubungan keluarga yang tidak harmonis dan selalu terjadi konflik dilihat anak dibawah umur akan mengakibatkan terganggunya perkembangan jiwa anak yang tidak stabil dan berpengaruh negatif bagi mereka.

Hubungan dengan keluarga dan orang tua dari semua informan dalam penelitian ini beragam, dari yang memiliki hubungan yang bagus sampai dengan hubungan yang kurang bagus. Cara mendidik pun ada yang biasa hingga tegas. Dan berbagai macam reaksi keluarga ketika mengetahui anak/saudara mereka terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Sebagian

informan mengaku bahwa penyebab awal

menggunakan narkoba justru datang dari orang tua.

Ketidakharmonisan dalam rumah tangga

mengakibatkan terganggunya perkembangan jiwa anak dan oleh karena itulah para informan memilih melepaskan stress dengan cara menggunakan narkoba. Kondisi keluarga yang tidak harmonis biasanya sering karena terjadi pertengkaran antar individu dalam keluarga. Seorang anak akan melihat, mengamati dan memahami apa yang terjadi di sekitar mereka, sehingga selama terjadi pertengkaran anak akan merasakan kurangnya perhatian dan tidak adanya kedamaian, kehangatan kasih sayang maupun kenyamanan dalam lingkungan keluarga. Akibatnya anak akan lari untuk bisa dapat perhatian dari pihak lain dengan melakukan kenakalan diluar rumah15.

Salah satu informan bahkan mengaku awal menggunakan narkoba adalah untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa kesibukan orang tua berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja16. Kesibukan orang tua yang dilakukan di

luar rumah baik karena pekerjaan atau aktivitas masing-masing sehingga sering membuat orang tua pulang larut malam yang dapat memberikan akibat waktu untuk anak akan berkurang sehingga perhatian kepada anak juga akan berkurang17

.

(6)

Masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal tidak mengetahui bahwa informan adalah pecandu narkoba itulah sebabnya aktivitas informan di lingkungan sekitar tidak terganggu. Namun informan mengatakan bahwa dukungan yang didapatkan dari keluarga sudah cukup untuk menyemangati para informan agar dapat berubah menjadi lebih baik lagi karena dengan begitu para informan menyadari bahwa keluarga masih peduli dan menyanyangi mereka.

Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa dukungan sosial dapat dianggap sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu dan diperoleh dari orang lain yang dipercaya, dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintainya19.

Dukungan emosional yaitu adanya seseorang yang dapat memberikan dorongan, mendengarkan serta dapat memahami dan menyenangkan perasaan seseorang20. Penelitian yang dilakukan oleh Lasmawan

and Valentina mengungkapkan bahwa dukungan emosional yang diterima dari orang tua selain memberikan kasih sayang juga dapat membantu pekerjaan dan dalam beraktivitas sehari-hari21.

dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh tekanan-tekanan atau stress yang dialami individu korban penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, dukungan sosial sangat berperan dalam kehidupan individu yang mengalami ketergantungan narkoba22.

Setiap korban narkoba berhak memperoleh kesehatan dan kesembuhan yang didambakannya, maka sudah seharusnya tersedia dukungan dan

pertolongan bagi harapannya itu dengan

perlengkapan-perlengkapan teknis lainnya. Penyembuhan pecandu narkoba harus meliputi usaha-usaha dan dukungan yang diberikan hari demi hari agar bermanfaat secara fisik, mental, spiritual dan sosial23.

Langkah penanganan yang ditujukan untuk menghentikan kebiasaan buruk pecandu narkoba

dengan cara memberi dukungan dengan

memperhatikan perasaan, pikiran, perilaku, dan totalitas pengalaman pecandu narkoba itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan, justru dengan pendekatan inilah akan terlihat adanya masalah yang pelik untuk dapat ditangani dalam masa penyembuhan. Dukungan sosial sangat dibutuhkan bagi para pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi agar memiliki kualitas hidup yang baik23.

Dimensi Lingkungan (Keamanan Fisik)

Mengenai keselamatan fisik serta kenyamanan yang dirasakan informan, secara keseluruhan informan tinggal bersama orang tuanya dan merasa aman untuk

beraktivitas di lingkungan sekitar serta tidak mendapat tekanan dari manapun sebab masyarakat dan tetangga-tetangga disekitar rumah tidak mengetahui status informan sebagai pecandu narkoba. Namun ada satu informan yang merasa tidak nyaman dikarenakan teman-teman disekitar rumahnya perlahan mulai menjauh saat mengetahui bahwa informan adalah mantan pecandu narkoba, namun hal itu tidak sampai mengancam keselamatan fisik informan.

Memiliki tempat tinggal dalam lingkungan yang aman disertai fasilitas yang baik, dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri menentukan bahwa individu memiliki kualitas hidup yang baik24.

SIMPULAN

1. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi BNNK Kendari ditinjau dari dimensi fisik (energi dan kelelahan) adalah informan merasa jauh lebih baik dalam menjalankan aktivitasnya dibanding saat belum menjalani rehabilitasi informan kerap merasakan kelelahan dan rasa kantuk berlebihan yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.

2. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi BNNK Kendari ditinjau dari dimensi psikologis (perasaan positif dan negatif) adalah perasaan positif meliputi penerimaan diri, rasa optimis dan semangat dalam menjalani rehabilitasi serta perasaan negatif meliputi malu, menyesal dan hasrat yang terkadang timbul untuk menggunakan narkoba kembali

3. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi BNNK Kendari ditinjau dari dimensi sosial (dukungan sosial) adalah hubungan orang tua yang kurang baik serta masalah keluarga merupakan penyebab awal informan menggunakan narkoba. Setelah menjalani rehabilitasi, hubungan informan dengan keluarga cenderung membaik sehingga informan mendapatkan dukungan emosional dari keluarga dan kerabat dekatnya dalam menjalankan rehabilitasi.

4. Kualitas hidup mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan di klinik rehabilitasi BNNK Kendari ditinjau dari dimensi lingkungan (keamanan fisik) yaitu informan tidak merasakan tekanan dari manapun dan merasa aman untuk beraktivitas di luar rumah.

(7)

1. Bagi mantan pecandu narkoba supaya tidak terjerumus kembali dalam narkoba, khususnya remaja mantan pecandu narkoba sebaiknya mencari kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dari narkoba sekaligus dapat menyalurkan bakat yang dimiliki.

2. Bagi BNN Kota Kendari khususnya klinik rehabitasi yang menangani mantan pecandu narkoba, meskipun rawat jalan hanya merupakan layanan pertama dan bukanlah yang utama namun

diharapkan dapat menginovasi dan

mempertahankan program yang dapat memicu motivasi sembuh pada mantan pecandu. Bekerja sama dengan instansi terkait dan masyarakat agar

lebih meningkatkan pemahaman terhadap

masyarakat melalui sosialisasi tentang bahaya narkoba.

3. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian ini menjadi

menyeluruh meliputi semua aspek dari dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan dimensi lingkungan pada mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rawat jalan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif sebab metode kualitatif dapat mengungkapkan hal-hal tersembunyi yang belum diketahui oleh masyarakat secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

1. UNODC. 2015. World Drug Report. New York: United Nation Office on Drugs and Crime

2. WHOQoL Group. 2012.World Health Organizaton Programme on Mental Health:Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse 3. Kemenkes. RI. 2014.Data dan Informasi Kesehatan

(Gambaran Umum Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia. Jakarta

4. BNN. 2016. Survei BNN dengan Pusat Penelitian FK-UI.Jakarta: Badan Narkotika Nasional-FK UI 5. Kemenkes. RI. 2017.Data dan Informasi Kesehatan

(Anti Narkoba Sedunia). Jakarta

6. BNNP Sultra. 2016. Data Pengguna Narkoba di Sulawesi Tenggara 5 Tahun Terakhir. Kendari: Badan Narkotika Naional Provinsi Sulawesi Tenggara

7. BNN Kota Kendari. (2017). Data Pengguna Narkoba Kota Kendari Tahun 2015-2017.Kendari: Badan Narkotika Nasional Kendari

8. Mayasanti, L. T. (2006). Hubungan antara Dukungan Orang Tua dan Konsep Diri pada Remaja Mantan Penyalahgunaan Napza yang Sedang Menjalani Program Rehabilitasi. (Skripsi), Universitas Kristen Maranatha

9. Donovan, D., Mattson, M. E., Cisler, R. A., Longabaugh, R., & Zweben, A. (2005).Quality of life as an outcome measure in alcoholism treatment research.Jurnal of Studies on Alcohol, Suplement (15): 119-139

10. Fassino, S., Daga, G. A., Delsedime, N., Rogna, L., & Boggio, S. (2004). Quality of life and personality disorders in heroin abusers. Drug and alcohol dependence 76(1): 73-80

11. Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi, (Kartini Kartono, pen). Cetakan kelima: Raja Grafindo Persada

12. Primardi, A. and R. M. Hadjam, Noor (2010).

"Optimisme, Harapan, Dukungan Sosial Keluarga, dan Kualitas Hidup Orang dengan Epilepsi”.Jurnal Psikologi 3(2): 123-133

13. Hawari, D. (2009). Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza (Edisi Kedua). Jakarta: FK-UI

14. Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi. Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

15. Dariyo, A. 2004.Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia

16. Rustyawati. (2005). Beberapa Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan NAPZA pada Penderita yang di Rawat di Rehabilitasi(Studi Kasus di Semarang dan Sekitar)

17. Yatim, D. I. (1986). Kepribadian, Keluarga, dan Narkoba. Jakarta: Penerbit Arcan

18. Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman, R.D. (2008).

Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana

19. Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., & Sarason, B. R. (1983).Assesing Sosial Support: the social Support Questionare.Journal of Personality and Social Psychologi, 44(1): 127-130

20. Robert, A. R., & Greene, G. J. (2002).Buku Pintar Pekerja Sosial-Jilid 2 (J. Damanik & C.Pattisiana, pen)Jakarta: Gunung Media

21. Lasmawan, G. I. S., & Valentina, T. D. (2015).

Kualitas Hidup Mantan Pecandu Narkoba yang Sedang Menjalani Terapi Metadon. Jurnal Psikologi Udayana 2(2)

22. Primanda, W. (2015).Hubungan Dukungan Sosial dengan Motivasi untuk Sembuh pada Pengguna Napza di Rehabilitasi BNN Tanah Merah Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal Psikologi Kepribadian, 3(3)(589-595)

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penambahan Spirulina Plantesis dengan Kadar Berbeda pada Pakan terhadap Tingkat Kecerahan Warna Merah pada Ikan Koi Kohaku ( Cyprinus Carpio L.. Departemen Budidaya

PDVDODK HNRQRPL PDV\DUDNDW ORNDO VHNLWDU '$6 6HPHQWDUD SDGD NHQ\DWDDQQ\D SHUWLPEDQJDQ HNRQRPL GDODP NHJLDWDQ UHKDELOLWDVL GDQ SHQJKLMDXDQ DGDODK PHUXSDNDQ VWLPXOXV EDJL PDV\DUDNDW

Dari tabel diatas yang terdiri dari 32 responden dominan memberikan jawaban kurang setuju untuk dilakukan pengembagan sarana wisata berupa jaringan Air Bersiih pada

Hasil penelitian ini menunjukkan model pembelajaran ekspositori berbantuan scaffolding dan model pembelajaran ekspositori berbantuan advance organizer

“Mengenai tupoksi dari bagian perencanaan dan sistim informasi sebagian sudah dilaksanakan namun ada beberapa hal yang belum dapat dilaksanakan, kalau bagian

Penambahan crude enzim cairan rumen pada pakan berbasis sumber protein nabati untuk ikan nila yang berukuran 6,10 ± 0,49 gram tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani yang signifikan antara atlet bola voli indoor dan atlet bolavoli pasir adalah tingkat kebugran