• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Analisis Data

5. Perkembangan Sosial dan Status Sosial saat ini a)Menurut Wanti

Wanti cenderung memiliki sifat yang sangat cuek, dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang sangat otoriter, dimana dalam keluarga tersebut dikuasai oleh seorang ibu, karena ibu yang mempunyai usaha atau toko roti yang sangat maju, sehingga ayah dari Wanti tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pendapat atau aspirasi. Ayah Wanti hanya bisa diam serta hanya mengikuti kemauan dari ibu, selain itu ibu Wanti mempunyai pandangan yang masih sempit yaitu hanya Wanti hanya boleh berpacaran dengan orang yang sesuku sehingga diluar daripada sukunya tersebut orang tersebut tidak boleh mendekati Wanti. Hal ini juga yang membuat Wanti menjadi putus asa, serta menjadi tidak betah berada di rumah serta lingkungan keluarga, disamping hal itu

juga Wanti juga tidak tahan dengan dengan kelakukan ibunya terhadap ayahnya yang menyebabkan Wanti lebih sering berkumpul dengan teman-temannya, Wanti menjadi sangat tergantung dengan teman-temannya. Bahkan Wanti sudah tidak mengetahui lagi teman yang baik, atau yang kurang baik sehingga Wanti menjadi terjerumus untuk minum- minuman keras, merokok, bahkan kedalam pergaulan bebas yang sebebasnya tanpa bertanggung jawab dan berpikir yang panjang sehingga Wanti sudah tidak mempunyai orientasi terhadap dirinya, sehingga hanya tergantung pada teman-temannya. Wanti juga menceritakan bahwa dia merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Wanti mempunyai adik laki- laki yang hubungan sangat dingin, dan jarang betegur sapa satu dengan yang lainya jarak antara keduanya adalah terpaut dua tahun.

Prestasi Wanti sangat baik waktu SD Wanti masuk kedalam sekolah yang favorit dan bergengsi, dan masuk kedalam sepuluh besar dari kelas I-kelas VI, sedangkan waktu SMP Wanti juga masuk kedalam 10 besar dari kelas I-III. Wanti masuk SMA swasta yang homogen prestasinya tidak begitu menonjol tetapi bidang sangat diminati dan akhirnya meperoleh prestasi adalah sastra dan bahasa Inggris. Ia kemudiaan kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta yang ternama mengambil jurusan sastra Inggris.

Wanti memang mempunyai cita-cita ingin bergerak dalam bidang jurnalistik. Wanti memilih tempat kuliah yang sudah dapat

dikatakan menemukan keiginan, bakat serta minatya, akhirnya ia masuk Perguruan Tinggi yang cuk up terkenal dengan Sastra Inggrisnya.

Di Perguruan Tinggi Wanti berkenalan dengan seorang cowok yang berinisial YY. YY merupakan seorang pemuda yang cuek, kurang mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga kandungnya, YY tinggal di Yogya dengan orang tua angkatnya YY.

Ayah dan Ibu kandung YY bertempat tinggal di Jakarta. YY mengambil fakultas yang sama dengan Wanti, tetapi berbeda program studi, YY mengambil jurusan Sastra Sejarah. YY selain orangnya sangat cuek, mempunyai sifat yang sangat keras, terkadang mau menang sendiri, tidak dapat berpikir jauh hal, YY mempunyai wajah yang manis dapat dikatakan hitam manis, mempunyai lesung pipit, bergaya cassual, serta dapat dikatakan sebagai orang yang menarik, serta apabila meyakini sesuatu YY memperjuangkanya sampai pada titik darah penghabisan ini.

Hal ini juga membuat peneliti kagum serta banyak menimba pengalaman serta banyak belajar. Dengan keyakinan yang dimilikinya YY yakin dia bisa mendapatkan Wanti.

Pertemuan Wanti dengan YY sangat sederhana serta bisa dikatakan bahwa terjalinnya hubungan mereka berjalan seperti air, dengan beberapa pendekatan akhirnya mereka berpacaran.

Perjalanan pacaran Wanti dan YY sangat santai apa adanya tidak ada banyak hal terjadi, masalah yang muncul berikutnya adalah ketika orang tua Wanti dalam hal ini adalah Ibunya Wanti mengetahui bahwa anaknya berpacaran dengan orang yang bukan sesuku dan sebudaya, permasalahan pun terjadi. Ibunya Wanti jelas jelas menunjukkan rasa tidak sukanya kepada YY, hal ini dapat dirasakan oleh YY. Setiap hari pulang kerumah Ibunya Wanti selalu menunjukkan sikap yang tidak bersahabat, menyindir yang membuat Wanti merasa tidak nyaman dirumah. Ibunya yang selalu mengawasi setiap tindakan Wanti, tidak mempercayai Wanti, selalu mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas didengar, akhirnya situasi ini yang membuat Wanti merasa sangat tertekan.

Akhirnya Wanti dan YY melakukan perbuatan yang “terlalu jauh”. Wanti dan YY berpikiran dengan melakukan seks sebelum menikah dan mempunyai seorang anak, mungkin orang tua Wanti akan luluh. Akhirnya Wanti positif hamil, yang membuat Wanti panik, takut Wanti mempunyai keinginan untuk melakukan aborsi. Ditengah kemelut seperti itu YY pacar Wanti mau bertanggug jawab serta mau menikahinya.

Akhirnya Wanti mempunyai keputusan bulat untuk memberitahukan hal ini kepada kedua orangtuanya, tetapi reaksi dari orangtua Wanti menyerang, tidak setuju, agresif, sangat menentang serta menginginkan agar Wanti menggugurkan kandungannya karena

orang tua tidak mau menerima bayi itu Hal ini yang membuat Wanti nekat lari dari rumah ke rumah teman-teman yang terdekat, bahkan menginap di kos temannya, dari hari ke hari tanpa membawa sehelai baju Wanti kecuali membawa sehelai baju yang dipakainya.

Teman-teman banyak menyumbangkan baju dan membelikan makanan sehingga cukup menjamin keadaan Wanti dan janinnya. Dan teman-teman Wanti maupun YY menyumbangkan sedikit dari kekurangannya, sementara orang tua angkatnya menyetujui hal tersebut. Selama proses berlangsung YY berusaha mencari nafkah dengan cara yang serabutan.

Sementara dukungan dari orang-orang terdekat terutama teman-teman tidak henti- hentiya. Hal itu juga yang dapat memberikan penguatan kepada YY dan Wanti dalam pergumulan masalah tersebut. Sementara itu orang tua Wanti melakukan hal yang nekat terutama kepada teman-teman dengan mengacam serta melaporkan tindakan kepada Polisi dan orangtua Wanti mengancam dengan telepon dan SMS apabila tidak mau meberitahukan keberadaan Wanti, tetapi teman-teman Wanti tidak ada yang melaporkan keberadaan Wanti tersebut.

Akhirnya Wanti merasa tidak dapat hidup seperti itu berpindah dari satu tempat ketempat yang lain dengan keadaan hamil seperti itu akhirnya Wanti memutuskan untuk pulang kerumah membicarakan hal ini baik-baik dengan kedua orangtua dan tentang

perihal kenginannya untuk menikah. Akhirnya orangtua Wanti lunak mereka menantikan kedatangan orangtua kandung dari YY yang berdomisili di Jakarta sembari menunggu kedatangan orangtua YY, orang tua Wanti sangat mengawasi dengan ketat keberadaan Wanti dengan setiap hari menjemput Wanti pulang dari kuliah serta Wanti dilarang menerima tamu dari manapun termasuk teman-teman Wanti terutama YY, Wanti sama sekali tidak boleh menemui Wanti.

Akhirnya waktunya telah tiba pertemuan antar kedua belah pihak tidak dapat dielakkan lagi akhirnya orangtua YY datang ke rumah orangtua Wanti dengan maksud baik, tetapi apa yang diinginkan Wanti tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, malah ketika orangtua YY datang kerumah dengan maksud untuk melamar Wanti tanggapan orangtua Wanti malah menghina, meremehkan, bahkan terkesan melecehkan keluarga YY. Orangtua YY sangat tersinggung, marah, kecewa kenapa maksud baik mereka tidak disambut baik oleh Wanti.

Hal ini juga yang menyebabkan Wanti merasa terpukul, dan diam-diam Wanti meninggalkan rumah. Akhirnya Wanti memilih tinggal bersama dengan YY karena YY sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap YY mengontrak rumah yang sangat sederhana. Setelah mereka tinggal bersama-sama yang terjadi sangat bertolak belakang denga n kenyataan yang sebenarnya sebab banyak sekali hal- hal yang bertentangan, emosi YY yang meledak-ledak, tidak ada

komunikasi yang baik sehingga setiap saat selalu saja bertengkar dan bertengkar lagi. Akhirnya Wanti merasa lelah dengan keadaan seperti itu, padahal Wanti sedang mengandung dan akhirnya Wanti memilih untuk kembali kerumahnya. Untungnya orangtua Wanti mau menerima kembali. Wanti dirawat, Wanti dititipkan pada penitipan wanita hamil yang dikelola oleh susteran Gembala Baik yang khususnya mena ngani kehamilan yang tidak diinginkan tempatnya di Bantul. Disana walaupun tidak dikunjungi oleh teman-teman dan YY setidak-tidaknya jiwa dan psikis Wanti bisa lebih tenang tidak perlu merasa dikejar-kejar dan lebih mendekatkan diri dengan Tuhan sehingga waktunya dihabiskan untuk merefleksikan diri dan menentukan langkah selanjutnya serta diajak untuk menentukan eksistensi hidupnya.

Pada intinya Wanti mengakui sendiri dalam menghadapi kasus ini dilihat dari segi kedewasaan atau keadaan emosi khususnya emosi Wanti ternyata belum mempunyai emosi yang stabil contohnya masih dikendalikan oleh perasaan, mudah berubah-ubah, cepat marah, mudah putus asa, menggantungkan permasalahan kepada orang lain, tidak mau mengakui kesalahan, kaku dan tertutup, menutup diri. Selain itu perasaan yang dialami oleh Wanti adalah kegoncangan emosional yang dialaminya seperti merasa gagal, mengalami kebimbangan hidup, ditolak oleh orang tua, frustrasi, kompensasi, agresi, depresi serta perasaan ingin bunuh diri. Dan

dengan kejadian ini cukup membuat keadaan emosional Wanti tergoncang.

Tetapi akhirnya Wanti dari sekian banyak permasalahan yang tengah dihadapinya, wanti mampu memilih pilihan-pilihan yang bertanggung jawab. Penyelesaian masalah yang dilakukan Wanti berdasarkan pilihan-pilihan norma/ patokan dengan melihat, pro dan kontra untung dan rugi, kelebihan dan kelemahan dari masing-masing alternatif yang tersedia. Tinjauan terhadap pro dan kontra dilakukan melibatkan subjek, berdasarkan keputusan-keputusan yang diambil menjawab pertanyaan dengan bisakah/ mungkinkah sesuai dengan pilihan yang telah dipilih.

b) Menurut Teman

TG mengenal Wanti ketika SMA, Wanti merupakan orang yang sangat memahami sifat dan kelakuan dari Wanti, Wanti merupakan orang yang sangat memahami orang lain, walaupun Wanti merupakan orang yang cuek dengan keadaan tetapi orangnya sangat tulus membantu orang lain.

TG sangat mengetahui orangtua Wanti yang sangat rasialis. Pada saat kejadiaan itu TG merupakan orang yang pertama kali dicari oleh orangtua Wanti, sehingga orangtua TG tidak dapat menyediakan tempat untuk Wanti berlindung, karena takut terlibat dengan masalah tetapi orangtua Wanti. TG tetap memberikan dukungan seperti memberi uang, membelikan baju-baju untuk Wanti.

TG sebenarnya juga kurang menyetujui bahwa Wanti berpacaran dengan YY karena mengingat bahwa YY bukan merupakan orang yang cukup mapan dan dewasa. TG merasa tidak yakin dengan YY karena Wanti terbiasa dengan segala macam fasilitas dan kemewahan yang diberikan oleh orangtuanya. TG merasa sangsi apakah Wanti bisa hidup sekedarnya dengan YY.

Pada kenyatannya yang dikhawatirkan oleh TG benar Wanti juga mengatakan karena pada TG bahwa keputusan yang diambilnya untuk tidak tinggal YY merupakan keputusan yang tepat karena YY banyak sekali mempunyai perbedaan-perbedaan yang prinsipial dengan Wanti. Wanti merasa lelah untuk bertengkar setiap hari apalagi Wanti sedang dalam keadaan hamil pada waktu itu.

Dokumen terkait