• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORETIS II.1. Komunikasi Dan Komunikasi Massa

II.2. Televisi sebagai Media Massa

II.2.3 Perkembangan Televisi di Indonesia

Televisi bagi masyarakat di Indonesia tidak lagi dianggap sebagai barang mewah dan langka seperti yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Sekarang kita dapat mengecek sendiri hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki setidaknya satu televisi di rumah. Kini televisi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi.

Peraturan Menteri Perhubungan No.76 Tahun 2003 tentang Penataan Penggunaan Frekuensi Radio untuk Televisi Siaran Terestrial di Indonesia, PP No.50 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Swasta, serta beberapa ketentuan yang secara langsung terkait dengan lembaga penyiaran seperti UU tentang HAKI, UU tentang HAM, UU tentang Monopoli Usaha, UU tentang KUH Perdata, KUH Pidana, UU Pers, dan lain-lain. Dalam UU di atas, diatur pula mengenai lembaga penyiaran. Dalam UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, misalnya, bentuk lembaga penyiaran yang diperbolehkan menyelenggarakan siaran Tv adalah yang berbentuk

Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Komersial, Lembaga Penyiaran Komunitas, serta Lembaga Penyiaran Berlangganan.

Sejarah pertumbuhan TV terestrial di indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa di era tahun 2000-an. Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190 A/ KEP/ Menpen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan keluarnya Kepmen tersebut, pada tanggal 24 Agustus 1989 televisi swasta RCTI resmi mengudara, dan tahun-tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta yang baru SCTV (24/8/90), TPI (23/1/1991), Anteve (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV (25/11/2000), TV 7 (22/3/2000), Trans TV (25/11/2001). Angka tersebut boleh dibilangt sedikit jika dibandingkan saat ini, ketika stasiun TV terestrial diperkirakan sudah lebih dari 50. Dan di masa mendatang akan terus bertambah.

Komunikasi massa di Indonesia berkembang (termasuk televisi), setelah peresmian satelit komunikasi Palapa pada tanggal 17 Agustus 1976 (HUT RI ke 31). Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder mampu meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon secara bolak balik atau 800 telepon satu arah. Satelit tersebut dihubungkan dengan 40 buah statiun bumi, 27 diantaranya terletak di ibukota provinsi (www.wikipedia.com).

Sebagai tambahan, bukti berkembang pesatnya dunia pertelevisian di Indonesia adalah dengan hadirnya stasiun-stasiun televisi swasta yang dibarengi dengan deregulasi pertelevisian oleh pemerintah sejak tahun 1990 atau tepatnya sejak tanggal 24 Agustus 1990 , masyarakat memiliki alternative tontonan selain dari TVRI. Hingga saat ini saja bisa kita lihat di indonesia terdapat 11 stasiun televisi, dengan ciri khas mereka masing masing, misalnya TV One dan Metro TV yang identik dengan siaran yang informative dan edukative, Global TV dengan menyajikan

mayoritas acara hiburan, dan masih banyak lagi ciri dari masing-masing stasiun televisi yang ada di Indonesia. Kini pun tidak hanya jenis stasiun televisi yang beragam tetapi jenis jenis model televisi pun sudah beragam, hal ini tergantung dari kocek masyarakat untuk memilih jenis tipe model pesawat televisinya

Bisnis TV siaran diu Indonesia saat ini memiliki beberapa ciri dominan: padat modal, perkembangan teknologi yang sangat cepat, ajang pemasaran produk, urban segmented , marketing rules the show, konsep rating/share, dan pendekatan memuaskan pendengar (uses and gratification). Dari ciri-ciri tersebut, terlihat jelas bahwa sisi pasar memainkan peran yang besar dalam bisnis TV siaran. Maka wajar jika kemudian pelaku bisnis TV akan melakukan apa saja agar bisa meraih pasar yang banyak.

Data Media Scene Magzine di akhir tahun 2007 menunjukkan hasil riset Nielsen Media Research Advertising Information Services. Lembaga ini merilis data pertumbuhan belanja iklan tahun 2007 mencapai Rp. 37 triliun dan setiap tahun diperkirakan tumbuh 10-15%. Dari jumlah tersebut, belanja iklan TV sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 masih stabil pada kisaran angka 60-70%. Hal ini yang menjadikan bisnis penyelenggaraan TV siaran menarik bagi para pemodal. Apalagi, besarnya peluang bisnis di industri pertelevisian berdampak terhadap terciptanya peluang usaha yang cukup besar bagi para pelaku usaha-usaha yang mendukung bisnis TV siaran seperti rumah produksi, agensi periklanan, penyedia alat-alat siaran, hingga perusahaan jasa konsultan, jasa outsourcing (alihdaya).

II.2. 4. Program Berita di Televisi Indonesia

Secara bahasa berita berasal dari bahasa sansekerta “vrit”, yang berarti “ada” atau terjadi. Kemudian dikembangkan dalam bahasa inggris menjadi “write” yang berarti menulis (Paryati Sudarman, 2008:74-75). Berbagai macam program yang ditawarkan oleh stasiun televisi, salah satunya adalah program berita. Masing-masing stasiun televisi di Indonesia memiliki program berita yang ditayangkan dengan berbagai macam format penyajian berita sesuai dengan karakteristik stasiun televisi itu sendiri.

Pada bulan Maret 2010 penonton berita naik menjadi 20%, Sejumlah peristiwa nasional yang mewarnai layar televisi di awal bulan Maret telah mengangkat jumlah pemirsa berita, khususnya hardnews dan liputan khusus, hingga mencapai rata-rata 30 ribu orang di 10 kota. Jumlah ini lebih tinggi 20% dibandingkan bulan Februari. Sidang Paripurna DPR terkait kasus Bank Century dan penembakan tersangka teroris Dulmatin adalah beberapa peristiwa yang menarik perhatian pemirsa.

Dalam program berita yang ada di stasiun televisi, hampir semua content berita memiliki nilai-nilai berita yang menjadi acuan dalam penyampaian berita kepada pemirsanya (Usman Ks, 2009:20) :

a. Aktual

Aktualitas dalam berita televisi dihitung berdasarkan dimensi waktu yang lebih ketat dibanding media cetak. Jika aktualitas berita koran adalah 1 x 24 jam, maka aktualitas berita televisi adalah per detik. Makin cepat suatu berita televisi ditayangkan maka semakin tinggi nilainya.

b. Berguna (impact)

Berita televisi harus berguna serta memberi pengaruh bagi penonton. Dengan kekuatan gambarnya, berita televisi, menurut para pakar punya pengaruh yang lebih besar daripada media cetak.

c. Menonjol (prominent)

Berita televisi harus menonjol agar mampu menarik perhatian pemirsa. Misalkan, koran dan televisi samam-sama memberitakan soal gempa tentu saja Televisi akan lebih menonjol karena kekuatan gambarnya.

d. Kedekatan (proximity)

Berita tentang unjuk rasa menolak kenaikan BBM di Istana Negara tentu akan menarik bagi pemirsa. Namun, dengan adanya berita televisi yang memiliki gambar jika terdapat berita tentang konflik di Timur Tengah tentu saja akan menarik perhatian di Indonesia, karena memiliki kesamaan agama. Gambar juga dapat membuat penonton merasa makin dekat dengan suatu peristiwa.

e. Konflik (conflict)

Konflik mulai dari rumah tangga, selebritas, hingga perang senantiasa menarik perhatian juga menjadi salah satu nilai tersendiri dalam penyajian berita di televisi.

f. Sedang menjadi pembicaraan (currency)

Intinya adalah untuk mengangkat suatu berita yang menjadi pembicraa di tengah masyarakat atau publik. Dengan kekuatan gambarnya televisi akan lebih menjadi pembicaraan dibading berita media cetak.

g. Mengandung unsur manusiawi (human interest)

Tidak ada kisah yang menarik selain kisah tentag manusia. Berita televisi yang baik adalah menulis pertama-tama tentang dampak peristiwa atau kejadian tersebut terhadap manusia.

II.2. 5. Format Penulisan Berita di Televisi

Televisi memeiliki sejumlah format berita, yaitu reader (RDR), reader graphics (RDR-GRAP), reader-sound on tape (RDR-SOT), voice over (VO), voice over-sound on tape (VO-SOT), paket (PKG), live on tape (LOT). (Usman Ks, 2009:34)

a. Reader (RDR)

Reader atau RDR adalah jenis berita yang seluruh narasi dibacakan oleh presenter. Format berita ini seolah hanya terdiri dari lead, tidak ada gambar peristiwa atau wawancara dalam format berita ini. RDR ditampilkan jika suatu peristiwa dianggap teramat penting dan harus disampaikan segera kepada pemirsa.

b. Reader-Graphics (RDR-GRAP)

Reader-graphics (RDR-GRAP) adalah berita reader (RDR) yang dilengkapi dengan grafis. Grafis berfungsi menggantikan gambar yang belum atau tidak diperoleh. Grafis bisa berupa gambar/peta lokasi peristiwa, daftar nama korban, atau yang berkaitan dengan angka.

c. Reader-Sound on Tape (RDR-SOT)

RDR-SOT adalah berita yang lead-nya dibacakan oleh presenter kemudian dilengkapi dengan pernyataan seseorang yang sangat kuat atau informasi pentingnya lewat pernyataan seseorang atau pejabat. Pernyataan tersebutlah yang nanti direkam dan disebut dengan sound on tape (SOT). Berdasarkan standar berita internasional, berita yang berakhir dengan SOT harus diakhiri dengan tag. Tag adalah tambahan berita yang akan dibacakan oleh presenter. d. Voice Over (VO)

VO adalah berita yang seluruh naskah atau narasinya dibaca oleh presenter. Presenter membacakan lead hingga akhir berita.

e. Voice Over-Sound on Tape (VO-SOT)

Berita gabungan antara VO-SOT. Setelah berita dibacakan oleh presenter lalu akan didukung dengan pernyataan dari narasumber yang berbentuk SOT.

f. Paket (PKG)

PKG adalah format berita televisi yang lengkap terdiri dari gambar suasana, narasi VO (dubbing), rekaman wawancara SOT serta suara atmosfir (suara alami yang ditangkap oleh mic kamera.

g. Live Report (Laporan Langsung)

Dalam laporan langsung lead dibaca oleh presenter. Kemudian presenter melempar tugas untuk menyampaikan informasi kepada reporter di lapangan. II.3 Kompetisi Media dari Perspektif Ekologi Media

Slogan medium adalah pesan (medium is the message) (McLuhan, 1964:v) amat dikenal dalam teori ekologi media. McLuhan menganggap isi dari pesan yang digunakan media adalah nomor dua dibandingkan dengan medium (saluran komunikasi) yang digunakan, karena isi menjadi penting namun tidak akan sampai dan dipahami oleh khalayak tanpa adanya suatu media sebagai mediumnya.

Dalam ekologi media, media pasti berkompetisi dengan media lainnya, untuk memperebutkan sumber-sumber kehidupan atau sumber-sumber ekonomi demi kelangsungan hidup mereka. Kompetisi juga menjadi salah satu faktor penting untuk meningkatkan kinerja media dalam meningkatkan suatu kualitas produk. Dengan sumber kehidupan media yang terbatas, maka kehidupan televisi dapat terancam jika tidak bisa berkompetisi di tengah persaingan yang semakin ketat. Untuk memahami ekologinya, sebuah stasiun televisi swasta harus punya orientasi yang jelas dengan memperhatikan sumber-sumber penunjang media. Dimmick & Rothenbuhler mengatakan terdapat tiga penunjang media tersebut yakni, khalayak, isi, dan modal (Sendjaja, 1988).

Niche theory biasa digunakan dalam mengukur tingkat kompetisi yang terjadi antar media. Niche menurut Webster's dictionary adalah “a recessed space or hollow, specifically a recess in a wall for a statue or the like; any position specifically adapted to its occupant”. Niche dapat digunakan ketika terdapat beberapa kondisi yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri seperti : (1) jika suatu perusahaan memiliki keinginan untuk dapat menjadikan pendekatan Niche sebagai suatu hal yang mampu menciptakan suatu citra maupun kondisi yang lebih baik dari perusahaan ataupun kompetitor lainnya. (2) jika suatu perusahaan tersebut ingin mendapatkan suatu keuntungan dalam periode singkat dengan mengetahui tolak ukurnya dengan pesaing lainnya melalui Niche.

(Tevfik Dalgic, 2007:16)

Chalsani dan Shani dalam bukunya Exploiting Niches Using Relationship memberikan perbedaan antara niche dan segmentasi, perbedaan tersebut adalah :

a. Niche lebih kecil dibandingkan dengan ukuran suatu segmentasi;

b. Niche fokus pada individual sementara segmentasi berfokus pada kelompok homogen;

c. Niche memenuhi kebutuhan yang lebih spesifik berbeda dengan segmentasi yang memiliki suatu tekanan dalam mengatur bagian dalam pasar.

Tingkat persaingan media dapat diriset secara kuantitatif dengan menghitung besaran niche, niche juga bisa diartikan sebagai semua komponen dari lingkungan dimana organisasi atau populasi berinteraksi (Dimmick, 1984:105), terdapat tiga faktor yang termasuk dalam sifat interaksi :

a. Niche Breadth

Daerah atau ruang sumber penunjang kehidupan yang ditempati oleh masing-masing individu atau tingkat hubungan antara populasi dengan sumber penunjang.

b. Niche Overlap

Penggunaan sumber penunjang kehidupan yang sama dan terbatas oleh dua makhluk hidup atau lebih sehingga terjadi tumpang tindih atau derajat persamaan ekologis atau kompetisi antarpopulasi dalam memperebutkan sumber penunjang.

c. Jumlah seluruh sumber daya yang dapat digunakan oleh seluruh populasi. Pusat dari teori kompetisi ekologi adalah konsep dari Niche (Levin, 1975). Ekologi Niche adalah sebagai suatu definisi dari ruang dimensional yang menggambarkan suatu sumber-sumber penunjang yang dibutuhkan spesies untuk bertahan hidup (Hutchinson, 1957). Niche breadth juga dapat dipahami sebagai suatu pengukuran jarak karakteristik sumber-sumber penunjang dengan spesies yang ada. Perbandingan niche breadth merupakan suatu tingkatan indikasi penggunaan sumber penunjang yang berbeda jenis oleh spesies yang beragam. Niche overlap seringkali digunakan sebagai pengukuran suatu potensial dari kompetisi yang terjadi antar spesies (Levins, 1968).

Generalis dan Spesialis

Istilah generalis dan spesialis amat dikenal dalam dunia ekologi media. Di mana suatu media tersebut dikatakan generalis apabila memiliki sumber-sumber kehidupan yang beragam. Media dikatakan spesialis apabila hanya memiliki satu sumber penunjang kehidupan saja.

Secara teoritis, media generalis lebih bisa bertahan hidup dibanding media spesialis. Jika satu “sumber kehidupan” habis, media tersebut masih bisa “mengonsumsi” sumber kehidupan lain. Misalkan, Metro TV dan TV One sebagai stasiun televisi yang bersifat spesialis akan kehilangan sumber kehidupan jika tidak terdapat berita yang menarik untuk disajikan kepada pemirsanya. Namun, sebaliknya dengan stasiun televisi RCTI dan SCTV yang masih mampu bertahan meskipun tidak ada lagi berita menarik yang disajikan, kedua stasiun televisi tersebut dapat bertahan dengan menyajikan acara musik ataupun sinetron yang mereka miliki.

Namun, dalam tataran praktis media spesialis ternyata bisa juga untuk bertahan hidup. Metro TV sebagai salah satu stasiun televisi yang spesialis pernah diramalkan tidak akan bertahan lama karena pemasang iklan enggan memasang iklan akibat kecilnya jumlah penonton stasiun televisi berita. Tetapi, pada akhirnya pemasang iklan memperhatikan segmentasi yang menjadi sasaran iklan bagi pemasang iklan. (Usman Ks, 2009:19-20)

Dokumen terkait