• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ALTERNATIF PEMECAHAN TERHADAP KENDALA

B. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia merupakan sumber penting kesempatan kerja dan motor penggerak utama pembangunan ekonomi di daerah

pedesaan, di luar sektor pertanian. Saat ini penekanan UKM mengalami perubahan. Dahulu peran UKM sebagai usaha memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan sumber pendapatan khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Namun saat ini UKM diharapkan dapat berperan sebagai salah satu sumber penting peningkatan eskpor non migas seperti di negara-negara maju (Eropa, Amerika Serikat, Jepang). Dalam sektor industri manufaktur, pengalaman di negara-negara maju tersebut menunjukkan bahwa UKM sangat penting sebagai industri-industri pendukung yang membuat dan memasok komponen-komponen, spare part, dan input-input lainnya untuk keperluan proses produksi di industri skala besar.

Peranan UKM, khususnya usaha kecil juga sering dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan, dan pemerataan pendapatan. Karena itu tidak mengherankan jika kebijakan pengembangan UKM di Indonesia sering dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan lapangan kerja atau kebijakan anti kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan.

Proses perkembangan ekonomi secara alami menimbulkan kesempatan besar yang sama bagi semua jenis kegiatan ekonomi semua skala usaha. Besarnya (size) suatu usaha tergantung pada sejumlah faktor. Dua diantaranya yang sangat penting

adalah pasar dan teknologi48) Apabila pasar yang dilayani kecil, yakni untuk jenis- jenis produk tertentu yang jumlah pembelinya memang terbatas atau sifatnya musiman, maka unit usaha yang cocok (viable), dalam arti walaupun omset kecil usaha tersebut tetap dapat menghasilkan margin keuntungan yang lumayan adalah usaha kecil. Besar kecilnya pasar itu sendiri ditentukan oleh tingkat pendapatan riil per kapita dan jumlah penduduk serta strukturnya atau jumlah pembeli sebenarnya (effective demand) atau potensial.

Di Indonesia, untuk jenis-jenis barang konsumen tertentu seperti makanan dan minuman, pakaian jadi, tekstil, alas kaki, dan alat-alat rumah tangga, UKM tetap dapat bertahan di pasar dan bahkan menikmati pertumbuhan volume produksi yang lumayan setiap tahunnya, walaupun menghadapi persaingan yang ketat dari pengusaha lain yang juga membuat jenis-jenis barang yang sama, dan persaingan dari barang-barang impor. Hal ini terutama disebabkan karena UKM walaupun memproduksi barang yang sama, tetapi ada perbedaannya, misalnya dalam hal warna, bentuk, rasa, kemasan, harga atau pelayanan. Dengan perkataan lain, UKM memiliki segmentasi pasar tersendiri yang melayani kelompok pembeli tertentu. Perbedaan selera atau pola konsumsi di masyarakat untuk barang yang sama juga sangat menentukan besar kecilnya pasar UKM. Sebagai contoh, ada kelompok masyarakat yang lebih suka kain batik yang dibuat secara tradisional dengan

48)

Panandiker, Pai, D.H., Status of SMEs in Terms of Their Competitive Strength, Makalah disampaikan dalam The IX International Conference on Small and Medium Enterprises, New Delhi, 17-19 April 1996, WASME.

tangan, ada kelompok masyarakat yang lebih menyenangi batik yang dicetak mesin modern di pabrik besar. Ada orang yang lebih suka membuatkan baju ke tukang jahit di pinggir jalan, ada orang yang lebih suka membeli pakaian impor di toko-toko baju yang mahal.

Dari pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa di dalam suatu ekonomi modern sekalipun, UKM tetap mempunyai suatu kesempatan besar untuk survive atau bahkan berkembang pesat hanya jika pengusaha tersebut membuat jenis-jenis produk yang proses produksinya tidak mempunyai skala ekonomis dan mengandung teknologi sederhana tanpa mengurangi kualitas produk serta memerlukan keahlian tertentu (yang hanya dapat dimiliki di luar sistem pendidikan formal atau secara tradisional, turun-temurun).

UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan, bahwa di satu pihak jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan di pihak lain, Usaha Besar tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan Usaha Besar dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya. Kedua, pada umumnya Usaha Besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UKM khususnya Usaha Kecil sebagian pekerjanya berpendidikan rendah.

Seperti halnya juga di negara-negara lain, perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah- masalah tersebut bisa berbeda antar wilayah/lokasi, antarsentra, antarsektor atau subsektor atau jenis kegiatan dan antar unit usaha dalam kegiatan/ sektor yang sama. Namun demikian, ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti:

a. keterbatasan modal kerja atau modal investasi;

b. kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau:

c. keterbatasan teknologi;

d. sumber daya manusia dengan kualitas yang baik (pekerja dan manajer); e. kesulitan dalam pemasaran (termasuk distribusi).

f. persaingan yang tidak sehat antara Usaha Besar dan Usaha Kecil.49)

Dengan perkataan lain, masalah-masalah yang dihadapi banyak pengusaha kecil dan menengah bersifat multidimensi. Selain itu secara alami ada beberapa permasalahan yang lebih bersifat internal (sumbernya di dalam pengusaha), sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar pengaruh pengusaha). Dua masalah eksternal yang oleh banyak pengusaha kecil dan menengah dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke Bank dan distorsi pasar (output maupun

input) yang disebabkan oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah yang tidak kondusif yang disengaja maupun tidak disengaja lebih menguntungkan pengusaha besar termasuk investor asing (penanaman modal asing).

49)

Syafie, M. Saleh, dan Yusri, “Aspek Sosio-Legal Pendayagunaan Potensi Usaha Dalam Program Pengembangan Dan Peningkatan Kinerja UKM Melalui Advokasi Kebijakan dan Peraturan”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, No. 36, Edisi 2003, Fakultas Hukum Unsyiah Darussalam- Banda Aceh, hlm. 223.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, pengusaha adalah orang atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik sendiri atau milik orang lain atau mewakili orang atau badan hukum yang berkedudukan di luar negeri yang memperkerjakan seorang buruh atau lebih dengan membayar upah.50)

C. Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dilakukan Pengusaha Kecil dan

Dokumen terkait