• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.2 Perkembangan Variabel pada Jalur Suku Bunga

Pada mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia yang

dilaksanakan pada jalur suku bunga, terdapat beberapa variabel di dalamnya.

Perkembangan dari setiap variabel dapat dapat dijelaskan berikut ini.

4.2.1 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Dalam pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia, Operasi Pasar Terbuka

(OPT) merupakan piranti yang utama untuk tetap dilaksanakan. OPT terdiri dari

OPT reguler yang dilakukan melalui pelaksanaan lelang SBI termasuk FASBI,

serta OPT nonreguler yang akan dilakukan melalui Fine Tune Operation (FTO). Dari sisi operasional kebijakan moneter, lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1

bulan pada periode tahun 2004 berhasil menyerap likuiditas.

Perkembangan suku bunga SBI dapat ditampilkan pada grafik berikut ini.

Grafik 4.1 Perkembangan Suku Bunga SBI

6 7 8 9 10 11 12 13 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RSBI

Berdasarkan perjalanan suku bunga SBI dari tahun 2004 hingga tahun 2011,

cukup mengalami pergerakan yang cukup berarti. Dari tahun 2004 dari kuartal I

hingga tahun 2005 kuartal II masih tetap berada kisaran 7-8 persen, angka suku

bunga yang cukup stabil. Namun, bila dilanjutkan pada kuartalan berikutnya,

terlihat bahwa suku bunga SBI cukup menaik pada tahun 2005 kuartal III hingga

tahun 2006 kuartal III, yang berada pada kisaran 10-12 persen. Hal ini disebabkan

oleh kondisi ekonomi makro yang menunjukkan bahwa adanya kenaikan tekanan

harga barang- barang administered prices (BBM, TDL). Dalam hal ini, sebagai tugas Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai rupiah, maka menetapkan suku

bunga SBI yang cukup tinggi, dengan maksud melakukan kebijakan ketat

moneter. Dengan demikian, akan menimbulkan pihak intermediasi yaitu bank

akan menaikkan suku bunga deposito, yang pada akhirnya akan menaikkan minat

masyarakat untuk menabung uangnya, sehingga jumlah uang beredar dapat

terserap.

Pergerakan selanjutnya menunjukkan bahwa pada tahun 2006 kuartal IV

kembali menurun dari sebelumnya hingga kuartal selanjuttnya. Dan pada periode

selanjutnya yaitu tahun 2009 hingga tahun 2011, suku bunga SBI beradaa pada

angka yang stabil yaitu pada kisaran 6 persen.

4.2.2 Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank

Tolak ukur sasaran operasional kebjakan moneter terlihat pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan

Berikut perkembangan suku bunga PUAB yang ditampilkan pada grafik.

Grafik 4.2 Perkembangan Suku Bunga PUAB

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RPUAB

Sumber : Pengolahan data

Dalam pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB), cukup

mengalami pergerakan yang tidak jauh berbeda dari kuartal yang satu dengan

kuartal yang lain. Suku bunga PUAB tidak sepenuhnya mengacu kepada suku

bunga instrumen. Ini terlihat dari perkembangan suku bunga PUAB tidak selalu

sama dengan suku bunga SBI, namun perbedaannya tidak tinggi.

Ditinjau dari kelompok pelakunya, selama tahun 2004 bank pemerintah

menjadi pemasok utama bagi likidutas PUAB baik pada sesi pagi maupun sesi

sore. Besarnya peranan bank pemerintah tersebut selaras dengan kondisi bank

pemerintah yang memiliki likuiditas cukup besar terutama dari nasabah korporasi

dan BUMN.

4.2.3 Suku Bunga Deposito

Perkembangan suku bunga deposito dapat ditampilkan pada grafik berikut

ini.

Grafik 4.3 Perkembangan Suku Bunga Deposito

5 6 7 8 9 10 11 12 13 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RDEPOSITO

Sumber : Pengolahan data

Pergerakan suku bunga deposito dari tahun 2004 kuartal I hingga pada tahun

2011 menunjukkan hubungan cenderung searah dengan perkembangan suku

bunga instrumen moneter. Suku bunga deposito yang cukup tinggi mencapai

double digit berada pada tahun 2005 kuartal I hingga tahun 2006 kuartal III. Kenaikan suku bunga deposito tersebut, kondisinya ditemukan bersamaan

dengan suku bunga SBI. Hal ini karena, pada bank umum, suku bunga deposito

mengikuti suku bunga SBI. Kenaikan suku bunga ini pun kasusnya sama dengan

kenaikan suku bunga SBI, yaitu disebabkan bank umum akan mengikuti suku

bunga SBI, sehingga dengan tingkat suku bunga yang tinggi akan menyerap

kebijakan moeter ketat. Selanjutnya suku bunga deposito kembali pada single digit, dan suku bunga deposito yang cukup stagnan pada tahun 2010 kuartal I hingga tahun 2011 berada pada kisaran yang sama yaitu pada 6 persen.

4.2.4 Suku Bunga Kredit

Suku bunga kredit pada tahun 2004 hingga 2011 tetap berada pada double digit. Didapati bahwa kesenjangan antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito cukup besar. Suku bunga deposito tidak begitu berpengaruh kepada suku

bunga kredit, seperti suku bunga SBI terhadap suku bunga PUAB.

Perkembangan suku bunga kredit dapat dapat ditampilkan pada grafik

berikut ini.

Grafik 4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit

12 13 14 15 16 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 RKREDIT

Sumber : Pengolahan data

Kesenjangan suku bunga deposito dengan suku bunga kredit secara makro

mengindikasikan masih cukup tingginya persepsi risiko perbankan terhadap dunia

internal dari tiap bank yang dipengaruhi oleh struktur asset yang semakin

didominasi kredit, komposisi likuiditas dan sumber pendanaan yang semakin

berjangka pendek, serta upaya memperkuat keuntungan.

4.2.5 Investasi

Perkembangan investasi dari tahun 2004 hingga tahun 2011 dapat

ditampilkan pada gambar berikut ini.

Grafik 4.5 Perkembangan Investasi

80,000 90,000 100,000 110,000 120,000 130,000 140,000 150,000 160,000 170,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 INVESTASI

Sumber : Pengolahan data

Perkembangan investasi dari tahun 2004 hingga tahun 2011 menunjukkan

pergerakan yang semakin meningkat dari satu kuartal ke kuartal berikutnya.

Namun kenaikan yang ditunjukkan pada pergerakan investasi tidak terlalu besar

dari tahun ke tahun.

Keberadaan likuiditas global pasca-quantitative easing pada masa krisis tahun 2008, berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa bank sentral,

negara berkembang. Selain itu, kebijakan suku bunga rendah di negara maju

menyebabkan investor menempatkan dana pada negara yang memberikan imbal

hasil lebih tinggi. Negara-negera emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan utama penempatan dana global tersebut, termasuk Indonesia.

Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku

bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP – Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia. Bahkan

dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih

menarik.

Peningkatan investasi terjadi di sektor industri pengolahan, sektor

komunikasi dan sektor pertambangan. Peningkatan kegiatan investasi ini tidak

terlepas dari dukungan sisi pembiayaan, baik yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri. Kegiatan investasi yang didukung oleh pembiayaan dalam

negeri adalah dari perbankan maupun pasar modal.

4.2.6 Output Gap

Perkembangan output gap di Indonesia dapat ditampilkan pada grafik

Grafik 4.6 Perkembangan Output Gap 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 OUTPUTGAP

Sumber : Pengolahan data

Tekanan output gap didorong oleh output aktual yang semakin mendekati output potensial. Dari tahun 2004 hingga tahun 2011 menunjukkan output gap

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan setiap output gap

sangat mempengaruhi pada tekanan inflasi.

Perkembangan interaksi antara permintaan agregat dan penawaran agregat

sejalan dengan perkembangan output gap. Peningkatan permintaan seperti pada

konsumsi rumah tangga dan ekspor yang cukup kuat, diperkirakan tidak

menimbulkan tekanan terhadap inflasi karena dapat direspon oleh sisi penawaran,

yaitu yang berasal dari sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan

restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Dokumen terkait