• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Proses Adaptasi Masyarakat Terhadap Lingkungan Baru

4.3.2 Perkembangan Warung Lesehan dan Pedagang Musiman

Kehadiran waduk Cirata dengan segala keindahan alamnya mampu menjadi daya tarik orang untuk berkunjung ke areal waduk Cirata dan sekitarnya, tentu kondisi ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk menjadi lahan penghasilan dengan mendirikan warung-warung lesehan khas Cirata yang menyajikan nasi liwet dan ikan bakarnya, yang menjadi kekhasanya adalah cara penyajianya, yaitu istilah botram/mayoran dimana nasi liwet beserta lauk pauknya plus sambal disatukan diatas daun pisang dan dimakan secara bersama-sama. Kekhasan yang lain sebagai tempat jajanan makanan di lokasi sekitar waduk adalah sate maranggi yaitu sate khas Plered yang menjadi perbedaan dengan sate dari daerah lainnya yaitu dari bumbunya hanya kecap, tetapi kecap yang telah ditambah campuran bumbu dapur sehingga menghasilkan citarasa yang lain.

Perkembangan warung lesehan yang ada di areal waduk Cirata sesuai hasil wawancara dengan Bapak Yanto pada tanggal 1 Agustus 2009 sebagai pemilik warung lesehan, pada awal-awal diresmikanya waduk Cirata sekitar tahun 1988 s/d tahun 2000 memang warung lesehan di sekitar waduk Cirata banyak bermunculan seiring dengan banyaknya pengunjung yang datang ke Cirata terutama pada hari minggu dan hari libur lainnya. Menurut ingatanya saat itu mungkin lebih dari seratusan belum ditambah dengan warung yang hanya buka pada hari-hari tertentu saja (warung musiman), namun sejalan dengan

perkembangan waktu, dimana tingkat jumlah pengunjung yang datang terus berkurang, dengan sendirinya jumlah warung lesehan pun berkurang.

Dari tingkat pendapatan dalam satu bulan dengan modal sebanyak Rp 7.500.000,00 mendapatkan keuntungan perbulan berkisar antara Rp 750.000 s/d 1.000.000 dan dapat menghidupi keluarga satu istri dengan empat anak. Menurut pengakuanya, sebelum ada waduk Cirata, dia adalah sebagai buruh tani, dan pada saat proyek pembangunan waduk Cirata ikut sebagai buruh proyek. Lain dengan sodara Apud yang diwawancarai peneliti pada tanggal 1 Agustus 2009, yang berdagang mainan anak diareal waduk dia hanya menjajakan daganganya pada hari minggu atau hari libur saja, alasanya pada hari-hari biasa/hari kerja pengunjung yang menjadi sasaran daganganya yaitu anak-anak tidak ada, di luar hari itu, Apud berjualan di pasar tradisional Kecamatan. Penghasilan yang diperoleh dari hasil berjualan di areal waduk yaitu sekitar Rp 30.000 s/d Rp 50.000 per setiap sekali kesempatan berjualan, dan bila sehari-hari di pasar tradisional Kecamatan perharinya hanya mendapat keuntungan antara Rp 10.000 s/d Rp 20.000.

Dari hasil pengamatan peneliti dan dengan melalui wawancara yang dilakukan secara random/acak terhadap beberapa responden yang aktifitas usahanya di areal sekitar waduk Cirata dilihat dari jenis usaha dan profesinya, diantaranya pedagang murni, pedagang musiman, dan pedagang sewaktu-waktu. Pedagang murni disini adalah pedagang yang mengandalkan penghasilanya utuh dari hasil usaha berdagang. Biasanya jenis daganganya berupa warung lesehan, sate maranggi, warung makanan minuman. warung baso, dan warung kopi,

dimana untuk tempat jualanya tetap disatu lokasi dan permanen. Adapun pedagang musiman yaitu pedagang yang aktivitas usahanya menjual hasil pertanian yang digarap. Penghasilanya diperoleh dari aktivitas berdagang sebagai tambahan selain dari pendapatan sebagai petani. Jenis daganganya berupa jagung bakar, buah-buahan dan hasil pertanian lainya dimana tempat jualanya tidak permanen dan tidak tetap di satu lokasi, sedangkan pedagang sewaktu waktu yaitu pedagang yang aktivitas usahanya melihat dari orang yang berkunjung ke waduk Cirata. Hal itu dilakukan oleh penduduk yang memanfaatkan hari libur kerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Untuk jenis daganganya berupa mainan anak, cindera mata, minuman dan makanan kecil, cara penjualanya dengan asongan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Usaha Perdagangan di Kecamatan Maniis

Jenis Usaha Banyaknya Biaya Perbulan Kondisi

Lokasi Modal Penghasilan Bersih

Pedagang Murni Rp. 5000.000,00 - Rp. 30.000.000,00 Rp. 1.500.000,00 - Rp. 10.000.000,00 Permanen Pedagang Musiman Rp. 500.000,00- Rp. 750.000,00 Rp. 600.000,00 - Rp. 1.000.000,00 Tidak Permanen Pedagang Sewaktu-waktu Rp. 700.000,00 - Rp. 1.000.000,00 Rp. 850.000,00 - Rp. 1.500.000,00 Tidak Permanen

Berdasarkan tabel di atas, dari ketiga jenis perdagangan di Kecamatan Maniis, yang memperoleh penghasilan lebih besar yaitu yang termasuk ke dalam pedagang murni, yaitu antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 10.000.000,00. Pedagang dengan tingkat penghasilan perbulan antara Rp. 5.000.000,00 s/d Rp. 10.000.000,00, kelompok pedagang yang berpenghasilan relatif besar ini adalah warung lesehan yang dapat dikatagorikan pedagang yang sukses dengan modal usahanya antara Rp. 15.000.000,00 s/d Rp. 30.000.000,00, namun pedagang pada kategori ini jumlahnya tidak begitu banyak. Adapun pedagang dengan tingkat penghasilan perbulan antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000, kelompok pedagang yang berpenghasilan sebesar ini adalah pedagang kebanyakan (warung lesehan, sate maranggi, pedagang bakso, warung makanan dan minuman), dengan modal usahanya antara Rp. 5.000.000 s/d Rp. 7.500.000. Pedagang dengan tingkat penghasilan perbulan antara Rp. 600.000,00 s/d Rp. 1.000.000,00, kelompok pedagang yang berpenghasilan sebesar ini adalah pedagang musiman, dengan modal usahanya antara Rp. 500.000,00 s/d Rp. 750.000,00, sedangkan untuk pedagang sewaktu-waktu, tingkat penghasilan per bulannya sebesar Rp. 850.000,00 s/d Rp. 1.500.000,00, dengan modal usahanya antara Rp. 700.000,00 sampai Rp. 1.000.000,00.

Keberadaan produk dari suatu pembangunan dihasilkan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan bagi sebesar besarnya untuk seluruh elemen bangsa, keberadaan waduk Cirata (produk energi listrik, pemanfaatan untuk kepentingan lainnya) yang secara kaca mata kepentingan global adalah berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat secara nasional, tentu tidak bisa mengabaikan

kepentingan-kepentingan penduduk lokal yang telah rela melepaskan kepentingan-kepentingan pribadi dan membantu suksesnya pembangunan sehingga terwujudnya waduk cirata beserta PLTA yang mampu memberikan pasokan sebesar 1000 MW untuk Jawa-Bali, maka sepantasnyalah pemerintah dan instansi-instansi yang berwenang memberikan kebijakan-kebijakan yang menumbuh kembangkan kesempatan sehingga akhirnya dapat meningkatkan tarap hidup penduduk lokal yang layak.

Dokumen terkait