• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkloron, atau yang disebut High Test Hypochlorite, yang merupakan senyawa antara kalsium dan 65-75% klorin dilepaskan dalam air

Cara kerja klorin. Klorin yang ada dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Kemudian, zat ini dinetralisasi oleh sifat basa dari klorin sehingga akan terurai menjadi ion hydrogen dan ion hipoklorit.

Cara kerja klorin dalam membunuh kuman yaitu dengan menambahkan klorin dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Proses tersebut hanya bereaksi bila klorin berkontak langsung dengan organisme tersebut.

Klorin memerlukan waktu untuk membunuh organisme. Pada air yang suhunya tinggi atau sekitar 18°C, klorin harus berada pada air paling lama 30 menit. Jika air dingin, waktu kontak perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, klorin biasanya ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia tersebut memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi dengan air sebelum mencapai konsumen.

Karakteristik Pengunjung

Karakteristik pengunjung kolam renang seperti umur, jenis kelamin, lama berenang, frekuensi berenang, penggunaan sunblock, kacamata renang, topi renang, kebiasaan mandi setelah berenang, penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang, jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang, dan kebiasaan membawa handsanitizer atau sabun

Umur. Pada tahun 2009 di Amerika Serikat ada sekitar 301 juta pengunjung kolam renang setiap tahunnya dimana pengunjung di atas usia 6 tahun. Ada sekitar 36% dari usia 7-17 tahun dan 15% dari orang dewasa berenang kurang lebih 6 kali per tahun di Amerika Serikat, ada sebanyak 250-300 juta

orang mengunjungi kolam renang setiap tahunnya di Jerman, dan ada sekitar 36%

remaja (usia > 15 tahun) mengunjungi kolam renang kurang lebih sekali sebulan di Inggris (Zwiner dkk, 2007).

Jenis kelamin. Berdasarkan penelitian Burhanudin (2015) terdapat 62,5%

pengguna kolam renang berjenis kelamin laki-laki di daerah Jakarta Selatan dan hasil penelitian Masitoh (2019) terdapat 71,4% pengguna kolam renang berjenis kelamin laki- laki di daerah Surabaya.

Frekuensi berenang. Kegiatan berenang yang rutin dilakukan sering sekali menimbulkan pengaruh kurang baik bagi kesehatan dan keamanan perenang. Hasil penelitian Pakpahan (2016) bahwa keluhan penyakit kulit dialami oleh pengguna kolam renang sebanyak 4 kali dalam sebulan. Hal ini dapat terjadi karena keadaan kolam renang yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Perhatian khusus perlu didapatkan oleh kolam renang terutama untuk kualitas airnya agar perenang terhindar dari penularan penyakit.

Lama berenang. Kadar sisa klor yang tinggi dalam air dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa keluhan yang dialami oleh perenang.

Seseorang yang terpapar klorin akan mengalami gejala seperti iritasi saluran napas, dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, iritasi mata, iritasi kulit, dan batuk (NYSDH, 2004). Tingkat keparahan dari efek tersebut tergantung kepada rute paparan, dosis paparan, dan durasi paparan. Rute paparan zat kimia dalam air (termasuk klorin) ke tubuh perenang dapat terjadi melalui inhalasi, ingesti, dan kontak kulit (WHO, 2006). Hasil dari penelitian Elisa (2018) bahwa

durasi berenang yang lama dapat berpengaruh terhadap seberapa lama tubuh kontak dengan paparan. Paparan yang lama berpotensi mempengaruhi derajat kesehatan pada perenang itu sendiri.

Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang.Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang sebelum berenang dapat mencegah terjadinya keluhan kesehatan setelah berenang. Cara untuk menggunakan sunblock yang benar adalah minimal 30 menit sebelum berenang. Hal tersebut dapat mencegah iritasi kulit akibat bahan kimia kolam renang dan paparan sinar UVA dan UVB. Setelah itu, menggunakan kacamata renang untuk melindungi mata dari percikannya air maupun masuknya air ke dalam kacamata sehingga tidak akan terjadi kontak langsung antara mata dengan air kolam renang yang mengandung klor yang syarat kesehatannya tidak terpenuhi (Wicaksono, 2016).

Dan menggunakan topi renang berbahan silikon atau latex saat berenang dapat melindungi rambut dari kaporit yang dapat menimbulkan rambut kering dan mengeras.

Kebiasaan mandi setelah selesai berenang. Iritasi pada kulit, mata, dan rambut pada perenang dapat dicegah dengan membiasakan diri untuk mandi setelah berenang. Mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan mengeringkan badan dapat mengurangi risiko terjadinya iritasi pada kulit. Sabun antiseptik dapat melindungi kulit dari bakteri yang ada di air kolam renang dan menghilangkan gatal-gatal pada kulit.

Penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang. Pada masa pandemi covid-19 ini, aktivitas kolam renang diperbolehkan kembali,

dengan catatan ada beberapa tambahan peraturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Salah satu peraturan tersebut adalah penggunaan masker sebelum berenang dan sesudah selesai aktivitas berenang. Hal tersebut dilakukan agar kita aman saat berbicara kepada orang lain dan meminimalisir terkena virus tersebut dari orang lain atau menularkan ke orang lain.

Jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang.

Pada masa pandemi covid-19 ini, aktivitas kolam renang diperbolehkan kembali, dengan catatan ada beberapa tambahan peraturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Selain penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang peraturan tersebut adalah jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang. Hal tersebut dilakukan agar kita aman saat berbicara kepada orang lain dan meminimalisir terkena virus tersebut dari orang lain atau menularkan ke orang lain.

Kebiasaan membawa handsanitizer. Pada masa pandemi covid-19 ini, aktivitas kolam renang diperbolehkan kembali, dengan catatan ada beberapa tambahan peraturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Selain penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang dan jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang, peraturan tersebut adalah membawa handsanitizer. Hal tersebut dilakukan karena handsanitizer bisa digunakan sebagai langkah awal setelah kita menyentuh atau memegang sesuatu sebelum kita mencuci tangan dengan sabun untuk meminimalisir terkena virus tersebut.

Keluhan Kesehatan karena Sisa Klor (Cl2) pada Air Kolam Renang

Pada umumnya keluhan kesehatan yang dirasakan oleh pengunjung karena sisa klor (Cl2) pada air kolam renang adalah keluhan kesehatan pada mata, kulit, dan rambut.

Keluhan kesehatan pada mata. Keluhan kesehatan mata pada perenang yang biasanya dirasakan setelah berenang, seperti mata merah, mata terasa gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat klorida, asap dan benda asing.

Iritasi mata dapat diredakan dengan cara diberi obat tetes mata atau salep mata yang mengandung antibiotik dan istirahatkan mata secukupnya. Untuk membersihkan mata tidak perlu borne water, cukup dengan air bersih kemudian segera ke dokter, jangan di tunda lagi, karena iritasi yang terlanjur parah menyebabkan pterigium (daging tumbuh), yang lama-kelamaan dapat menutupi pupil mata dan mengganggu penglihatan (Indriasari, 2009).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh perenang adalah dengan menggunakan kacamata renang yang memiliki ukuran yang sesuai dan tidak longgar agar dapat menahan air tidak masuk ke mata (Kurniasih, 2011).

Keluhan kesehatan pada kulit. Penyakit kulit sering ditimbulkan dari air kolam renang. Penyakit tersebut diakibatkan oleh jamur. Tumbuhnya jamur pada kulit tidak langsung seketika pada saat berenang namun berdampak pada satu hari

setelah berenang. Kadas/kurap/kutu air sebenarnya disebabkan oleh jamur yang sama yaitu golongan dermatofitosis.

Upaya pencegahan setelah berenang dapat dilakukan oleh perenang dengan cara segera mengganti pakaian renang dengan pakaian yang kering daripada duduk dengan pakaian renang yang basah dalam waktu yang lama (Hendrawati, 2008). Perenang harus membersihkan diri setelah berenang di tempat bilasan kolam renang yang telah disediakan dan setelah sampai di rumah (Kurniasih, 2011). Untuk perenang yang memiliki kulit sensitif sudah seharusnya menggunakan krim kulit untuk menetralkan kandungan klorin yang bercampur dengan air kolam renang.

Keluhan kesehatan pada rambut. Keluhan kesehatan rambut yang terjadi pada perenang adalah rambut terlihat kusam, rontok, kering, dan lengket sehingga rambut terlihat tidak sehat. Hal ini terjadi dkarenakan pada kolam renang terdapat kandungan klorin. Klorin atau kaporit dapat mengurangi kadar minyak alami pada kulit rambut sehingga akan menyebabkan kerusakan pada kutikula rambut. Oleh karena itu, ntuk menghindari bahaya klorin terhadap rambut dapat dilakukan dengan menggunakan topi renang, dan membilas rambut dengan shampo dan kondisioner setelah berenang.

Landasan Teori

Teori simpul. Untuk mencegahan secara cepat dan tepat, perlu diketahui perjalanan penyakit dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan.

Gambar 1. Teori simpul (Acmadi, 2008)

Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah sumber mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah bagian dari lingkungan yang bisa menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak langsung atau melalui media transmisi yang juga merupakan bagian dari lingkungan.

Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapt dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

a. Mikroba, seperti virus, jamur, bakteri, amuba, parasit, dan lain-lain.

b. Kelompok fisik, seperti kekuatan radiasi, kekuatan cahaya, dan energi kebisingan.

c. Kelompok bahan kimia toksik, seperti pestisida, CO, H2S, Merkuri, Kadmium, dan lain-lain.

Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-kadang mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut di atas.

Simpul 2 : Media Transmisi

Ada lima komponen lingkungan yang sering dikenal sebagai media transmisi penyakit yaitu udara, air, tanah/pangan, manusia/langsung, dan

binatang/serangga. Jika tidak terdapat bibit penyakit atau agent penyakit di dalamnya, media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan (behavioral exposure)

Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan interaktif.

Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku pemajanan merupakan jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang masuk ke tubuh dengan cara-cara yang khas.

Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yaitu : a. Sistem pernafasan

b. Sistem pencernaan

c. Masuk melalui permukaan kulit Simpul 4: Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit apabila salah satunya ataupun bersama mengalami kelainan dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.

Simpul 5: Variabel Suprasistem

Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yakni variabel iklim, topografi, temporal, dan suprasistem lainnya, yakni

Simpul 1 berenang, lama berenang, menggunakan sunblock, kacamata renang, dan topi renang serta kebiasaan mandi setelah berenang

keputusan politik berupa kebijakan makro yang bisa mempengaruhi semua simpul (Achmadi, 2008).

Teori Simpul Penelitian

Gambar 2. Teori simpul penelitian Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka konsep

Simpul 5 Pencemaran Air kolam renang

Sanitasi Kolam Renang

32

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat survei deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi sanitasi di lingkungan kolam renang, kadar sisa klor (Cl2) dalam air kolam renang saat digunakan pengunjung, dan karakteristik pengunjung serta keluhan kesehatan perenang di beberapa kolam renang Kota Medan Tahun 2020.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di beberapa kolam renang umum di kota Medan yaitu kolam kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Alasan pemilihan keempat kolam renang tersebut dikarenakan keempat kolam renang tersebut merupakan kolam renang umum yang terdapat di kota Medan, ramai dikunjungi masyarakat, dan juga harganya terjangkau. Pemeriksaan sisa klor (Cl2) dilakukan di PT. Radar Akurasi Laboratorium di Medan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 – selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

petugas kolam renang di kolam renang tersebut dapat diprediksi rata-rata pengunjung, yaitu:

a. Kolam renang Pondok Cabe : 200 orang b. Kolam renang Istiqlal : 150 orang c. Kolam renang Sejahtera : 135 orang d. Kolam renang Kartika : 115 orang

Jadi total pengunjung kolam renang di 4 kolam renang tersebut adalah 600 orang.

Sampel. Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perenang di 4 tempat kolam renang di kota Medan.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Accidental Sampling. Accidental Sampling merupakan teknik sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu pengunjung kolam renang yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang ini sesuai dengan kriteria peneliti (Sugiyono, 2009).

Menentukan sampel :

Keterangan:

n : Besar sampel N : Jumlah populasi

e : Presisi mutlak (10% = 0,1)

Perhitungan besar sampel untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut diperoleh jumlah sampel responden minimal untuk penelitian ini adalah 86 responden dengan jumlah proporsi responden pada masing-masing kolam renang sebagai berikut:

Kolam Renang Pondok Cabe : Kolam Renang Istiqlal : Kolam Renang Sejahtera : Kolam Renang Kartika :

Pemberian kuesioner pada sampel pengunjung dilakukan pada hari yang sama saat mengambil sampel air, yaitu pada hari Jumat.

Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sanitasi Kolam Renang adalah keadaan kebersihan dan kelayakan lingkungan kolam renang yang mencakup lingkungan umum, tata bangunan, konstruksi bangunan, kelengkapan (seperti bak cuci kaki, kamar/pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang/pakaian, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan, tempat cuci tangan), gudang bahan kimia, dan perlengkapan lain), serta persyaratan

bangunan di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61 Tahun 1991.

2. Sisa klor (Cl2) adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 sisa klor yang diharapkan adalah 1-1,5 mg/L.

3. Karakteristik pengunjung merupakan faktor risiko terjadinya keluhan kesehatan pada pengunjung, yaitu:

a. Frekuensi berenang adalah jumlah berenang yang dilakukan responden selama 1 minggu atau lebih.

b. Lama berenang adalah durasi berenang yang dilakukan responden selama 1 hari berenang.

c. Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang adalah penggunaan alat untuk mencegah dan mengurangi risiko keluhan kesehatan pada responden.

d. Kebiasaan mandi setelah berenang adalah kebiasaan responden mandi setelah berenang menggunakan sabun atau tidak menggunakan sabun.

Keluhan kesehatan adalah bagian dari gangguan yang dirasakan dan dialami perenang setelah kontak dengan air, dengan ciri-ciri seperti mata merah, mata terasa gatal, mata belek/kotor, dan mata terasa sakit. Lesi-lesi timbul di daerah-daerah lipatan kulit, seperti ketiak, lipat paha, antara jari-jari tangan dan

jari-jari kaki, bawah payudara, sekitar pusat, dan lipatan leher dan sela-sela jari.

Kelainan yang tampak berupa kemerahan kulit yang bersisik, berbatas tegas, dan erosi dapat terjadi satu hari setelah berenang. Keluhan kesehatan rambut yang terjadi pada pengguna kolam renang adalah rambut kusam, kering dan lengket sehingga rambut terlihat tidak sehat.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengumpulan data sanitasi kolam renang dengan observasi dan kuesioner langsung di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Data hasil pemeriksaan laboratorium sisa klor pada kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika.

b. Melakukan wawancara dengan kuesioner kepada pengunjung kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika.

Metode Pengukuran Data

Metode pegukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sanitasi kolam renang. Sanitasi kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika diukur dengan observasi langsung kemudian hasil observasi dibandingkan dengan persyaratan kesehatan kolam renang Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

61/Menkes/Per/I/1991.

Sisa klor kolam renang. Sisa klor di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika diukur dengan Test Kit Spektrofotometri kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan baku

mutu sisa klor di kolam renang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 yaitu 1-1,5 mg/L di PT Radar Akurasi Laboratorium di Medan dengan hasil yang diperoleh dapat berupa memenuhi syarat kualitas air dan tidak memenuhi syarat kualitas air. Pengambilan sampel air kolam renang dilakukan pada 3 waktu yaitu pada pagi hari sebelum kolam renang digunakan oleh pengunjung, siang hari, dan sore hari setelah sepi pengunjung.

Pengambilan dan pengiriman sampel ke laboratorium 1. Botol plastik digunakan sebagai sampel air

2. Botol yang akan digunakan dibilas terlebih dahulu dengan air sampel 3. Botol sampel dimasukkan ke dalam air sampel

4. Sampel air diambil sampai botol terisi penuh 5. Botol sampel diberi label

6. Membawa sampel air ke laboratorium Pengukuran sisa klor

a. Peralatan. Peralatan yang digunakan pada pemeriksaan sampel air kolam renang, yaitu:

1. Erlenmeyer 2. Kuvet

3. Spektroquant NOVA 60 4. Tabung barcode untuk Cl2

b. Bahan-bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada pemeriksaan sampel air kolam renang, yaitu:

1. Sampel air kolam renang

2. Pereaksi DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin) Prosedur

1. Diukur sampel sebanyak 100 ml 2. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 3. Ditambahkan 1 mikro blue DPD 4. Diaduk sampai rata

5. Didiamkan selama ± 3 menit sampai terbentuk warna merah jingga 6. Dihidupkan alat spektroquant NOVA 60

7. Dimasukkan tabung barcode untuk analisa Cl pada layar 0599 sampai muncul kode

8. Dimasukkan larutan sampel kedalam kuvet berukuran 10 mm 9. Dimasukkan kuvet kedalam spektroquant

10. Ditekan tombol enter 11. Dibaca hasilnya

Karakteristik pengunjung kolam renang. Variabel yang dilakukan dalam pengukuran karakteritik pengunjung yaitu:

a. Umur

Untuk mengetahui umur responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel umur

didasarkan pada skala ordinal dengan kategori anak-anak dan remaja awal atau dewasa, sebagai berikut:

1. ≤ 11 tahun 2. ≥ 12 tahun b. Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jenis kelamim responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Variabel jenis kelamin didasarkan pada skala nominal dikelompokkan menjadi 2 kelompok sebagai berikut:

1. Laki-laki 2. Perempuan c. Frekuensi berenang

Untuk mengetahui frekuensi berenang responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Frekuensi berenang dapat dikategorikan menjadi:

1. < 1 x seminggu 2. ≥ 2 x seminggu d. Lama berenang

Untuk mengetahui lama berenang responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Lama berenang dapat dikategorikan menjadi:

1. < 1 jam 2. ≥ 2 jam

e. Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang

Untuk mengetahui penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Jika salah satu tidak digunakan, maka di anggap tidak menggunakan. Penggunaan sunblock, kacamata renangdan topi renang dapat dikategorikan menjadi:

1. Menggunakan 2. Tidak Menggunakan

f. Kebiasaan mandi setelah berenang.

Untuk mengetahui kebiasaan mandi setelah berenang pada responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, dapat dikategorikan menjadi :

1. Menggunakan sabun 2. Tidak menggunakan sabun

g. Penggunaan masker sebelum dan setelah aktivitas berenang

Untuk mengetahui penggunaan masker sebelum dan setelah aktivitas berenang pada responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, dapat dikategorikan menjadi :

1. Menggunakan masker 2. Tidak menggunakan masker

h. Jaga jarak atau sosial distancing sama orang ketika berada di dalam atau di sekitar kolam renang

Untuk mengetahui jaga jarak atau sosial distancing sama orang ketika berada di dalam atau di sekitar kolam renang pada responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, dapat dikategorikan menjadi :

1. Menerapkan 2. Tidak menerapkan

i. Kebiasaan membawa handsanitizer

Untuk mengetahui kebiasaan membawa handsanitizer pada responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, dapat dikategorikan menjadi :

1. Membawa 2. Tidak membawa

Keluhan kesehatan perenang di beberapa kolam renang Kota Medan.

Keluhan kesehatan yang dirasakan pengunjung kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika, diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup kepada pengunjung yang melakukan aktivitas di kolam renang tersebut dengan hasil yang diperoleh dapat berupa ada atau tidaknya keluhan kesehatan yang dirasakan oleh pengunjung.

Metode Analisa Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Data yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan. Hasil pengukuran sisa klor (Cl2) pada beberapa kolam

renang disesuaikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 dan dibuat dalam bentuk tabulasi.

43

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kolam renang Pondok Cabe. Kolam renang Pondok Cabe merupakan kolam renang umum yang merupakan usaha sendiri. Kolam renang ini digunakan oleh masyarakat umum, sering juga digunakan oleh pelajar sebagai sarana ekstrakulikuler olahraga renang. Karakteristik kolam renang Pondok Cabe

Kolam renang Pondok Cabe. Kolam renang Pondok Cabe merupakan kolam renang umum yang merupakan usaha sendiri. Kolam renang ini digunakan oleh masyarakat umum, sering juga digunakan oleh pelajar sebagai sarana ekstrakulikuler olahraga renang. Karakteristik kolam renang Pondok Cabe

Dokumen terkait