• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANITASI LINGKUNGAN, ANALISIS SISA KLOR (Cl 2 ), DAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG SERTA KELUHAN KESEHATAN DI BEBERAPA KOLAM RENANG KOTA MEDAN TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SANITASI LINGKUNGAN, ANALISIS SISA KLOR (Cl 2 ), DAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG SERTA KELUHAN KESEHATAN DI BEBERAPA KOLAM RENANG KOTA MEDAN TAHUN 2020"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

SANITASI LINGKUNGAN, ANALISIS SISA KLOR (Cl

2

), DAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG SERTA

KELUHAN KESEHATAN DI BEBERAPA KOLAM RENANG KOTA MEDAN

TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

ADELIA AMBARITA NIM. 161000151

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

SANITASI LINGKUNGAN, ANALISIS SISA KLOR (Cl

2

), DAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG SERTA

KELUHAN KESEHATAN DI BEBERAPA KOLAM RENANG KOTA MEDAN

TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADELIA AMBARITA NIM. 161000151

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 7 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D.

Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S., M.Si.

2. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Sanitasi Lingkungan, Analisis Sisa Klor (Cl2) dan Karakteristik Pengunjung serta Keluhan Kesehatan di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Adelia Ambarita

(6)

iv Abstrak

Lingkungan kolam renang merupakan salah satu tempat penyebaran penyakit.

Maka dari itu perlu diketahui sanitasi lingkungan, kadar sisa klor, karakteristik pengunjung serta keluhan kesehatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat survei deskriptif. Pengumpulan data sanitasi kolam renang diperoleh dengan observasi dan kuesioner pada perenang serta pengujian sisa klor dengan Test Kit Spektrofotometri yang terdapat pada air kolam renang di beberapa kolam renang di Kota Medan pada tahun 2020. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sanitasi lingkungan kolam renang telah memenuhi syarat. Berdasarkan hasil pemeriksaan baku mutu kadar sisa klor, didapati masih ada kolam renang yang tidak memenuhi standar. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada pengunjung, karakteristik pengunjung yang berumur ≥ 12 tahun sebesar 75,6%, berjenis kelamin laki-laki sebesar 62,8%, frekuensi berenang ≥ 2 x seminggu sebesar 86%, lama berenang ≥ 2 jam sebesar 86%, menggunakan sunblock, kacamata renang, dan topi renang sebesar 22,1%, kebiasaan mandi setelah berenang menggunakan sabun sebesar 76,7%, menggunakan masker sebelum dan setelah aktivitas berenang sebesar 32,6%, jaga jarak ketika berada didalam atau diluar kolam renang sebesar 32,6%, membawa handsanitizer sebesar 32,6%, keluhan pada mata setelah berenang sebesar 81,4%, keluhan kesehatan kulit sebesar 76,7%, dan keluhan kesehatan rambut sebesar 82,6%. Diharapkan hasil penelitian ini, bagi pengelola kolam renang untuk meningkatkan sanitasi, melakukan pemantauan pemberian klor secara berkala, dan bagi pengunjung untuk menggunakan sunblock, kacamata renang, topi renang serta tetap menggunakan masker sebelum dan setelah berenang dan juga menerapkan jaga jarak.

Kata kunci: Kolam renang, sanitasi lingkungan, klor

(7)

v Abstract

The swimming pool environment is one of the places where the disease spreads.

Therefore, it is necessary to know environmental sanitation, residual chlorine, visitor characteristics and health complaints. This type of research is a descriptive survey research. Pool sanitation data collection was obtained by observation and questionnaires on swimmers and testing of residual chlorine with Spectrophotometric Test Kit in several swimming pools in Medan City in 2020.

Based on the research results, it was found that the environmental sanitation of the swimming pool had met the requirements. The quality standard inspection of residual chlorine levels, it was found that there is still a swimming pool that doesn’t meet the standards. Based on the questionnaire to visitors, characteristics visitors aged ≥ 12 years 75,6%, male gender 62,8%, swimming frequency ≥ 2 times a week 86%, swimming length ≥ 2 hours 86%, using sunblock, swimming goggles, and swimming cap 22,1%, bathing after swimming using soap 76,7%, use a mask before and after swimming 32,6%, keep a distance when inside or outside the swimming pool 32,6%, bring a handsanitizer 32,6%, eyes complaints after swimming 81,4%, skin complaints 76,7%, and hair complaints 82,6%. It is hoped that the results of this research are for swimming pool managers to improve sanitation, monitor regular chlorination, and for visitors to use sunblocks, swimming goggles, swim caps, still use masks before and after swimming and also do physical distancing.

Keywords: Swimming pool, environmental sanitation, chlor

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sanitasi Lingkungan, Analisis Sisa Klor (Cl2) dan Karakteristik Pengunjung serta Keluhan Kesehatan di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Pelaksana Tugas Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada peneliti dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Indra Chahaya S., M.Si., selaku Dosen Penguji I dan Prof. Dr. Dra.

Irnawati Marsaulina, M.S., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

(9)

vii

saran dan masukan serta meluangkan waktu dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing peneliti selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada peneliti.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afriyanti.

9. Kepala PT. Laboratorium Radar, serta seluruh pegawai dan staf yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, (Alm) Mangapul Damanik dan Rismauli yang selalu ada untuk memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan dan doa kepada peneliti.

11. Terkhusus untuk saudara peneliti, Ricardo, S.T. dan Leonardo Ambarita, S.P.

yang selalu memberi semangat dan doa kepada peneliti.

12. Pimpinan Pengelola Kolam Renang Pondok Cabe, Kolam Renang Istiqlal, Kolam Renang Sejahtera, dan Kolam Renang Kartika beserta para pegawainya.

13. Teman Seperdopingan (Dita dan Krista) yang saling mendukung, memberi semangat dan bertukar pikiran satu sama lain dalam proses penulisan skripsi.

14. Sahabat yaitu Vinny Nur Ayudia, Tisya Angreini, Loryensi Panggabean, Dina Maulina Lubis, dan Putri Sahara, teman-teman PEMA FKM USU 2018-2019,

(10)

viii

serta teman-teman KKN, PBL, dan LKP yang sudah memberi warna pada masa perkuliahan dan memberi dukungan, semangat dan doa.

15. Semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu, terima kasih banyak untuk dukungan dan doa yang diberikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2020

Adelia Ambarita

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Tinjauan Pustaka 7

Sanitasi Tempat-Tempat Umum 7

Sanitasi Kolam Renang 7

Karakteristik Pengunjung 23

Keluhan Kesehatan karena Sisa Klor (Cl2) pada Air Kolam

Renang 27

Landasan Teori 28

Kerangka Konsep 31

Metode Penelitian 32

Jenis Penelitian 32

Lokasi dan Waktu Penelitian 32

Populasi dan Sampel 32

Definisi Operasional 34

Metode Pengumpulan Data 36

Metode Pengukuran Data 36

Metode Analisis Data 41

Hasil Penelitian 43

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 43

Hasil Observasi Beberapa Kolam Renang 50

Hasil Pemeriksaan Sisa Klor (Cl2) di Beberapa Kolam Renang

Kota Medan 70

(12)

x

Karakteristik Pengunjung 73

Keluhan Kesehatan 78

Keluhan Kesehatan berdasarkan Karakteristik Pengunjung 79

Pembahasan 83

Sanitasi Kolam Renang 83

Kandungan Sisa Klor (Cl2) Air Kolam Renang 85

Karakteristik Pengunjung 87

Keluhan Kesehatan 91

Keluhan Kesehatan Berdasarkan Karakteristik Pengunjung 94

Keterbatasan Penelitian 96

Kesimpulan dan Saran 97

Kesimpulan 97

Saran 98

Daftar Pustaka 100

Lampiran 103

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Hasil Penilaian Kondisi Sanitasi Lingkungan Beberapa Kolam Renang di Kota Medan

50

2 Hasil Observasi Kolam Renang Pondok Cabe 51

3 Hasil Observasi Kolam Renang Istiqlal 56

4 Hasil Observasi Kolam Renang Sejahtera 61

5 Hasil Observasi Kolam Renang Kartika 66

6 Hasil Pemeriksaan Kandungan Sisa Klor (Cl2) di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

71

7 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Umur di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

73

8 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Jenis Kelamin di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

73

9 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Frekuensi Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

74

10 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Lama Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

74

11 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Penggunaan Sunblock, Kacamata Renang, dan Topi Renang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

75

12 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Kebiasaan Mandi Setelah Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

76

13 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Penggunaan Masker Sebelum dan Setelah Aktivitas Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

76

(14)

xii

14 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Jaga Jarak atau Social Distancing Sama Orang Ketika Berada di Dalam dan di Luar Kolam Renang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

77

15 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Kebiasaan

Membawa Handsanitizer di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

77

16 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Keluhan Kesehatan pada Mata di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

78

17 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Keluhan Kesehatan pada Kulit di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

79

18 Distribusi Pengunjung Berdasarkan Keluhan Kesehatan pada Rambut di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

79

19 Distribusi Pengunjung yang Mengalami Keluhan

Kesehatan Berdasarkan Frekuensi Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

80

20 Distribusi Pengunjung yang Mengalami Keluhan Kesehatan Berdasarkan Lama Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

81

21 Distribusi Pengunjung yang Mengalami Keluhan Kesehatan Berdasarkan Penggunaan Sunblock,

Kacamata Renang dan Topi Renang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

81

22 Distribusi Pengunjung yang Mengalami Keluhan Kesehatan Berdasarkan Kebiasaan Mandi Setelah

Berenang di Beberapa Kolam Renang Kota Medan Tahun 2020

82

(15)

xiii Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 2

Teori simpul

Teori simpul penelitian

29 31 3

4 5 6 7

Kerangka konsep

Sistem pengolahan air Kolam Renang Pondok Cabe Sistem pengolahan air Kolam Renang Istiqlal Sistem pengolahan air Kolam Renang Sejahtera Sistem pengolahan air Kolam Renang Kartika

31 44 46 48 50

(16)

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 2 3

Lembar Observasi Kuesioner Penelitian

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sisa Klor (Cl2) di Beberapa Kolam Renang Kota Medan

103 108

110 4

5

Dokumentasi Output SPSS

112 120

(17)

xv Riwayat Hidup

Penulis bernama Adelia Ambarita berumur 21 tahun, dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Oktober 1998. Penulis beragama Kristen, anak terakhir dari pasangan Alm. Mangapul Damanik dan Rismauli.

Pendidikan formal dimulai dari TK Fajar Tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SD St. Antonius Tahun 2004-2010, sekolah menengah pertama di SMP Putri Cahaya Medan Tahun 2010-2013, sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Medan Tahun 2013-2016, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2020

Adelia Ambarita

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Kebersihan lingkungan kolam renang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan karena berhubungan dengan aspek kesehatan terutama faktor penularan penyakit di lingkungan kolam renang. Oleh karena itu kurangnya pengelolaan kebersihan dapat menyebabkan kondisi sanitasi lingkungan kolam renang yang buruk (Mukono, 2000). Kualitas air kolam renang yang tercemar juga dapat menjadi sarana penyebaran bibit penyakit maupun gangguan kesehatan.

Pencemaran pada air kolam renang dapat disebabkan oleh pencemaran kimia dan pencemaran mikrobiologis. Pencemaran kimia air kolam renang dapat berasal dari bahan kimia yang melekat pada tubuh perenang seperti keringat, urin, sisa sabun, dan kosmetik sedangkan pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat berasal dari kontaminasi kotoran dari perenang, kontaminasi kotoran dari hewan yang ada di lingkungan kolam renang, serta kontaminasi kotoran yang terdapat pada sumber air yang digunakan sebagai air kolam renang (WHO, 2006).

Kaporit (Ca(OCl)2) yang paling sering digunakan untuk membunuh mikroorganisme patogen dalam air kolam renang menggunakan metode klorinasi.

Penggunaan kaporit sebagai desinfektan harus sesuai dengan batas aman, apabila kaporit dalam konsentrasi yang kurang akan menyebabkan kuman dalam air tidak terdesinfeksi dengan baik, sebaliknya apabila kaporit dalam konsentrasi yang berlebih akan meninggalkan sisa klor (Cl2) yang tinggi dan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan (Cita, 2013). Sisa klor (Cl2) bebas yang

(19)

diperbolehkan dalam air kolam renang hanya 1-1,5 mg/l untuk kolam beratap/tidak beratap. Karakteristik pengunjung kolam renang pun sangat mempengaruhi keluhan kesehatan. Karakterstik tersebut seperti lama berenang, frekuensi berenang, penggunaan sunblock, kacamata renang, topi renang, kebiasaan mandi setelah berenang, penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang, jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang, dan kebiasaan membawa handsanitizer atau sabun.

Keluhan kesehatan yang umumnya muncul atau dirasakan oleh seseorang sesaat setelah seseorang tersebut terpapar oleh klor (Cl2) antara lain adalah iritasi saluran napas, dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, batuk, iritasi pada kulit, dan iritasi pada mata (NYSDH, 2004). Penyakit iritasi pada mata yang dapat ditularkan melalui kolam renang adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus). Iritasi kulit yang bisa terjadi adalah “Hot tub rash”

adalah infeksi kulit yang disebabkan karena Pseudomonas. Otitis eksterna atau

“swimmer’s ear” adalah infeksi telinga yang disebabkan karena Pseudomonas aeruginosa yang juga ditularkan lewat kolam renang. Penyakit kulit yang penularannya dapat melalui kolam renang adalah cercarial dermatitis. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan kadang disertai melepuh (Cita, 2013).

Penelitian Yani (2014) terhadap mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan UNIMED menunjukkan bahwa mahasiswa kadang-kadang merasakan gatal-gatal setelah selesai berenang di kolam renang UNIMED. Berdasarkan hasil penelitian

(20)

yang dilakukan oleh Pakpahan (2016) keluhan penyakit kulit yang dialami oleh pengguna kolam renang yaitu sebulan ada sekitar 4 kali berenang.

Hasil penelitian Pangaribuan (2017) yang telah dilaksanakan di 4 kolam renang di kota Medan tahun 2017 yaitu Kolam renang Deli, Kolam renang Selayang, Kolam renang Tasbih, dan Kolam renang UNIMED, diperoleh hasil sisa klor pada kolam renang Deli tidak memenuhi syarat, kolam renang Selayang tidak memenuhi syarat, kolam renang Tasbih tidak memenuhi syarat, dan kolam renang UNIMED memenuhi syarat kecuali di sore hari dan dari 84 responden yang memliki keluhan kesehatan pada mata sekitar 71 orang (84,5%), yang memiliki keluhan kesehatan pada kulit sekitar 60 orang (71,4%), dan yang memiliki keluhan kesehatan pada rambut sekitar 74 orang (88,1%).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 26-29 Februari 2020 terdapat banyak sekali pengunjung yang datang ke kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika, dimana rata-rata pengunjung diperkirakan ada 200 orang di kolam renang Pondok Cabe, 150 orang di kolam renang Istiqlal, 135 orang di kolam renang Sejahtera, dan 115 orang di kolam renang Kartika. Selain itu, sanitasi di kolam renang tersebut tidak 100% memenuhi syarat kesehatan seperti tidak memiliki tempat sampah yang ada tutupnya, tidak memiliki pancuran bilas, bak cuci kaki, dan tidak terdapat sabun di bagian cuci tangan. Pengunjung yang datang ke kolam renang tidak hanya dari kalangan anak-anak maupun remaja, tetapi terdapat banyak pengunjung dewasa yang berenang dengan berbagai motivasi mereka.

Adapun contohnya seperti anjuran dari dokter untuk terapi kesehatan, anjuran dari

(21)

sekolah, menurunkan berat badan, menambah tinggi badan, hingga latihan rutin untuk mengikuti lomba berenang. Begitu juga dengan macam frekuensi berenang, mulai dari 1 kali dalam sebulan, 2 kali dalam sebulan, 1 kali dalam seminggu, 2 kali dalam seminggu, hingga setiap hari.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Sanitasi lingkungan, analisis sisa klor (Cl2) dan karakteristik pengunjung serta keluhan kesehatan di beberapa kolam renang kota Medan tahun 2020”.

Perumusan Masalah

Kolam renang merupakan sarana olahraga air yang banyak dikunjungi oleh masyarakat, dari anak-anak maupun dewasa baik di hari biasa maupun di hari libur. Semakin banyak jumlah pengunjung kolam renang, maka pengawasan sanitasi kolam renang pun semakin ditingkatkan agar tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan sehingga perlu diketahui sanitasi lingkungan, kadar sisa klor, karakteristik pengunjung serta keluhan kesehatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sanitasi lingkungan, kandungan sisa klor (Cl2), karakteristik pengunjung, dan keluhan kesehatan pengunjung di beberapa kolam renang di kota Medan tahun 2020.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran kondisi sanitasi di lingkungan kolam renang pada kolam renang kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal,

(22)

kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika di kota Medan tahun 2020.

2. Untuk mengetahui sisa klor (Cl2) dalam air kolam renang sebelum, saat, dan setelah digunakan pengunjung pada kolam renang kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika di kota Medan tahun 2020.

3. Untuk mengetahui karakteristik pengunjung kolam renang meliputi umur, jenis kelamin, frekuensi berenang, lama berenang, motivasi berenang, penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang serta kebiasaan mandi setelah berenang pada kolam renang kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika di kota Medan tahun 2020.

4. Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada perenang yang disebabkan dengan penggunaan kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika di kota Medan tahun 2020.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan, menemukan serta memecahkan permasalahan tentang sanitasi lingkungan, sisa klor (Cl2) dan karakteristik pengunjung dengan keluhan kesehatan di kolam renang.

Manfaat aplikatif. Manfaat aplikatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

1. Sebagai masukan bagi pengelola beberapa kolam renang di kota Medan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya sanitasi kolam renang.

2. Sebagai masukan bagi pengunjung kolam renang sebagai informasi dan pengetahuan mengenai gangguan kesehatan yang dapat terjadi di kolam renang.

(24)

7

Tinjauan Pustaka

Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Tempat-tempat umum merupakan suatu tempat dimana banyaknya orang berkumpul untuk melakukan suatu kegiatan baik secara waktu tertentu maupun secara terus-menerus. Mengingat banyaknya orang-orang yang berkumpul dan melakukan suatu kegiatan berarti juga akan meningkatkan hubungan/kontak antara satu orang dengan yang lain, yang berarti kemungkinan akan lebih meningkat terjadinya penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mencegah penularan penyakit di tempat-tempat umum perlu dilakukan pengawasan yang dimaksud dengan sanitasi. Jadi sanitasi tempat- tempat umum adalah usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum yang erat hubungannya dengan menularnya suatu penyakit.

Sanitasi Kolam Renang

Kolam renang merupakan suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan sebagai keperluan umum, media berolahraga yang sangat menyenangkan, dan sebagai objek wisata air yang ramai dikunjungi orang dari semua kalangan baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Kolam renang diharapkan selain memberikan kenyamanan bagi para pengunjung namun tetap harus mengedepankan faktor keamanan, terutama untuk semua fasilitas penunjang yang berada di dalam area kolam renang. Selain itu, aspek kebersihan juga salah satu hal penting yang perlu diperhatikan karena berkaitan dengan aspek kesehatan khususnya faktor penularan penyakit. Maka sanitasi kolam renang merupakan upaya pencegahan penyakit dengan cara pengendalian dan

(25)

pengawasan terhadap faktor lingkungan di kolam renang yang berpengaruh pada manusia untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit (Mukono, 2004).

Tipe-tipe kolam renang. Berbagai macam kolam dibuat orang dan dilengkapi dengan fasilitas dan perlengkapan lainnya. Tipe-tipe kolam renang dapat dibedakan berdasarkan pemakaian, letak, dan cara pengisian airnya (Rozanto, 2015). Menurut Elpizunianti (2001), tipe-tipe kolam renang dari segi lokasinya dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Indoor-pool, merupakan kolam renang yang ada di halaman perumahan atau pemukiman penduduk. Kolam renang ini dimiliki dan diperuntukkan bagi keluarga atau tamu-tamunya.

2. Outdoor-pool, merupakan kolam renang yang ada di luar halaman pemukiman penduduk. Kolam renang ini diperuntukkan bagi umum.

Kolam renang dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan pemakaiannya, yaitu:

1. Kolam renang perorangan (private swimming pool), merupakan kolam renang milik pribadi yang terletak di rumah perseorangan.

2. Kolam renang semi umum (semi public swimming pool), merupakan kolam renang yang biasanya ada di hotel, sekolah, atau perumahan sehingga tidak semua orang dapat menggunakannya.

3. Kolam renang umum (public swimming pool), merupakan kolam renang yang diperuntukkan bagi umum dan biasanya terdapat di perkotaan.

(26)

Kolam renang dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan cara pengisian airnya, yaitu:

1. Fill and draw pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana airnya akan dialirkan secara keseluruhan apabila kondisi airnya kotor.

Penentuan kondisi air tersebut ditetapkan dengan melihat kondisi fisik air atau jumlah pengunjung yang menggunakan kolam renang.

2. Flow trough pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana airnya akan dialirkan secara terus-menerus dengan yang baru. Tipe pengisian ini dianggap yang terbaik namun boros dengan pemakaian air.

3. Recirculation pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana airnya akan dialirkan secara sirkulasi dan menyaring air kotor dalam saringan. Air yang telah bersih diberi desinfektan. Tipe ini yang terbanyak dipakai terutama untuk kolam renang dimana harga air bersih cukup tinggi.

Cara-cara membersihkan / menyaring air kolam. Cara-cara membersihkan/menyaring air kolam yaitu air kolam yang sudah kotor (terpakai) keluar melalui outlet dan dialirkan terus ke chemical feeder, hair catcher, screen chamber, filter dan chlorine feeder dan setelah bersih dikembalikan melalui inlet ke dalam kolam lagi.

Adapun fungsinya dari instalansi-instalansi penyaringan yaitu:

1. Chemical feeder yaitu terdiri atas 3 tempat (pot) dimana bentuknya silinder.

(27)

a. Pot I berisi tawas (Al2O4)3.

b. Pot II berisi kapur (CaCO3 atau soda ash (Na2CO3)).

c. Pot III berisi trusi (CuSO4).

Ketiga pot ini diisi larutan zat-zat kimia tersebut dan alirkan/diteteskan melalui pipa kecil ke dalam peredaran air kolam.

a. Zat tawas dengan zat kapur/soda ash merupakan zat-zat koagulasi yaitu proses koagulasi dapat terlaksana oleh karena bahan kimia.

b. Zat trusi (CuSO4) merupakan zat yang berguna untuk membasmi lumut yang dapat menimbulkan kekeruhan atau bau-bauan tidak enak dari air.

2. Hair catcher merupakan alat untuk menangkap/menjaring rambut dengan maksud tidak merusak pompa-pompa air.

3. Screen chamber, terdiri dari 2 yaitu:

a. Two compartment screen chamber (bak pengendap bilik dua).

b. Tree compartment screen chamber (bak pengendap bilik tiga).

Adapun beberapa fungsi dari screen chamber yaitu:

a. Bak pengendap (sedimentation tank).

b. Bak pemeriksa (surge tank).

c. Bak keseimbangan (balanching tank).

d. Bak pematah arus (flow breakage tank).

Filter, terdiri dari 3:

a. Filter diatomea (bahan penyaringan adalah ganggang diatomea).

b. Filter pasir cepat (bahan penyaringan adalah pasir).

c. Filter antharalift (bahan penyaringan digunakan batu-batu antharalift).

(28)

4. Chlorine feedera, merupakan alat yang fungsinya untuk pemberian zat-zat klor kedalam air dengan maksud pendesinfeksian (membunuh kuman).

Chlorine feeder ada 3 macam, yaitu :

a. Pot feeding, merupakan alat untuk pemberian klor dalam bentuk larutan.

b. Chlorinator, merupakan alat untuk pemberian klor dalam bentuk gas.

c. Batc feeding, merupakan alat untuk pemberian klor dengan cara menarik karung goni yang berpori-pori yang berisi kaporit dengan tali dari satu sudut ke sudut lain dari kolam.

Pertanaman disekeliling kolam renang harus memenuhi syarat, yaitu:

a. Minimal 5 m dari tepi kolam harus diplester.

b. Antara 5-10 m ditanami rumput.

c. Antara 10-15 m dapat ditanami bunga-bungaan atau antara lain tanaman rumput yang rendah.

d. Minimal 15 m dari tepi kolam dapat ditanami pohon-pohon yang besar.

Hal-hal tersebut untuk mencegah air kolam renang tidak dikotori oleh daun- daunan atau ranting-ranting.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pengawasan sanitasi kolam renang. Syarat syaratanya yaitu.

1. Penyediaan Air Kolam Renang

Air yang dipakai untuk kolam renang sebaiknya harus sama kualitasnya dengan air minum sehingga memenuhi syarat fisik, kimia, dan mikrobiologi.

Sesuai dengan syarat air kolam renang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017, yaitu:

(29)

a. Syarat Fisik

Syarat fisik air kolam renang adalah tidak berbau, kekeruhan 0,5 NTU, suhu 16-40°C, jernih, dan kepadatan perenang semakin luas apabila kedalaman kolam renang semakin dalam. Piringan merah hitam (Secchi) berdiameter 20 cm terlihat jelas dari kedalaman 4,572 m.

b. Syarat Kimiawi

Syarat kimiawi air kolam renang, yaitu:

a) pH antara 7-7,8 apabila menggunakan klorin dan minimum diperiksa tiga kali sehari sedangkan pH antara 7-8 apabila menggunakan bromine dan minimum diperiksa tiga kali sehari.

b) Kadar alkalinitas yang diperbolehkan 80-200 mg/L.

c) Sisa klor yang diperbolehkan 1-1,5 mg/L untuk kolam beratap/tidak beratap.

d) Total bromine yang diperbolehkan 2-2,5 mg/L untuk kolam biasa sedangkan 4-5 mg/L untuk kolam panas dalam ruangan. Sisa bromine yang diperbolehkan 3-4 mg/L untuk kolam beratap/tidak beratap dalam ruangan.

e) Oxidation-Reduction Potential (ORP) yang diperbolehkan 720 mV untuk semua jenis kolam renang dan diperiksa 3 kali untuk sisa klor/bromine.

c. Syarat Mikrobiologi

Syarat mikrobiologi air kolam renang, yaitu:

a) E.coli kadar maksimumnya < 1/100 ml.

(30)

b) Heterotrophic Plate Count (HPC) kadar maksimumnya 100/100 ml.

c) Pseudomonas aeruginosa kadar maksimum < 1/100 ml.

d) Staphylococcus aureus kadar maksimum < 100/100 ml.

e) Legionella spp kadar maksimum < 1/100 ml.

2. Kesehatan Kolam Renang

Syarat kolam renang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

61/Menkes/Per/I/1991 menyangkut beberapa hal, yaitu:

1. Syarat Umum

a) Kolam renang lingkungannya harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat mencegah terjadinya penularan penyakit serta tidak bersarang dan berkembangbiaknya vektor penular penyakit.

b) Kolam renang memiliki bangunan dan semua peralatannya harus memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

2. Syarat Tata Bangunan

Bangunan di kolam renang harus tertata sesuai fungsinya dan memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak terjadinya pencemaran terhadap air kolam renang.

3. Syarat Kontruksi Bangunan a) Lantai

- Kolam renang memiliki lantai yang harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan.

(31)

- Kolam renang yang lantainya selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup berkisar 2-3 persen ke arah saluran pembuangan air limbah.

b) Dinding

a) Kolam renang memiliki permukaan dinding yang harus mudah dibersihkan.

b) Kolam renang yang permukaan dindingnya selalu kontak dengan air harus dari bahan yang kuat dan kedap air.

c) Ventilasi

Kolam renang harus memiliki ventilasi yang dapat menjamin pertukaran udara dengan baik di dalam ruangan/kamar.

d) Sistem Pencahayaan

a) Kolam renang memiliki sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai dengan fungsinya.

b) Kolam renang yang digunakan saat malam hari harus dilengkapi dengan lampu berkapasitas 12 volt.

e) Atap

Kolam renang harus memiliki atap yang tidak bocor agar tidak memungkinkan terjadinya genangan air.

f) Langit-langit

Kolam renang harus memiliki langit-langit yang ketinggiannya minimal 2,5 m dari lantai dan mudah dibersihkan.

(32)

g) Pintu

Kolam renang harus memiliki pintu yang dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti tikus, serangga, dan binatang pengganggu lainnya.

4. Syarat Kelengkapan Kolam Renang

Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan seperti bak cuci kaki, kamar pancuran bilas, kamar ganti, tempat penitipan barang/pakaian, kamar P3K, fasilitas sanitasi (jamban, peturasan, bak sampah, dan tempat cuci tangan), dan gudang bahan-bahan kimia dan perlengkapan lain.

5. Syarat Bangunan dan Fasilitas Sanitasi a) Area untuk kolam renang

- Kolam renang harus memiliki pemisah antara area kolam renang dengan area lainnya.

- Kolam harus selalu penuh dengan air

- Jumlah maksimum perenang sebanding dengan luas permukaan kolam dibagi 3 m2.

- Kolam renang harus memiliki lantai dan dinding kolam yang kuat, kedap air, rata, berwarna terang, mudah dibersihkan, dan sudut dinding dan dasar kolam harus melengkung.

- Saluran air yang masuk ke kolam harus menjamin tidak terjadinya kontak langsung antara air bersih dengan air kotor. Lubang untuk

(33)

pembuangan air kotor berada di dasar kolam renang berseberangan dengan lubang untuk pemasukan air.

- Kolam renang memiliki lubang saluran pembuangan air kolam yang dilengkapi dengan ruji-ruji yang tidak membahayakan perenang.

- Kolam renang yang kedalamannya kurang dari 1,5 m, memiliki kemiringan lantai kolam yang tidak lebih dari 10% sedangkan kolam renang yang kedalamannya lebih dari 1,5 m, memiliki kemiringan lantai kolam yang tidak lebih dari 30%.

- Kolam renang memiliki dinding kolam yang harus rata dan vertikal, jika ada injakan maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, berbentuk bulat dan tahan karat.

- Saluran peluap harus ada di kedua belah sisi kolam renang.

- Kolam renang harus memiliki lantai tepi kolam yang kedap air dan lebarnya minimal 1 m, tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.

- Kolam renang harus memiliki tanda-tanda yang menunjukkan kedalaman kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan yang tidak dapat berenang.

- Kolam renang yang memiliki papan loncat, dan papan luncur harus sesuai ketentuan teknis untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

(34)

b) Bak cuci kaki

Kolam renang harus tersedia bak cuci kaki yang berukuran panjang 1,5 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air yang selalu penuh.

c) Kamar dan pancuran bilas

- Kolam renang minimal harus memiliki 1 buah pancuran bilas untuk 40 perenang.

- Kolam renang harus memiliki pancuran bilas untuk pria dan pancuran bilas untuk wanita yang terpisah.

d) Tempat sampah

- Kolam renang harus memiliki tempat sampah yang terbuat dari bahan yang ringan, kedap air, tahan karat, dan permukaan dalamnya harus halus.

- Kolam renang harus memiliki tempat sampah yang tutupnya mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori tangan.

- Kolam renang harus memiliki tempat sampah yang jumlah dan volumenya disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan dan mudah dibersihkan.

- Sampah yang terdapat disetiap ruang di buang setiap hari.

- Kolam renang memiliki tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak terbuat dari beton permanen dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan binatang.

(35)

- Tempat pengumpulan sampah sementara terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan minimal harus dikosongkan 3 kali 24 jam.

e) Jamban dan peturasan

- Kolam renang minimal memiliki 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1 buah jamban untuk tiap 60 orang pria dan keduanya harus terpisah.

- Tersedia 1 buah peturasan untuk 60 orang pria.

- Kolam renang harus menyediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita apabila jumlah pengunjung melebihi kapasitas kolam renang.

- Kolam renang memiliki jamban yang kedap air dan tidak licin, jamban berbentuk leher angsa, dinding berwarna terang, ventilasi dan penerangan yang cukup, tersedia air yang cukup, dan luas lantai minimal 1 m2.

- Konstruksi peturasan kolam renang terbuat dari bahan yang kedap air, sistem leher angsa, tahan karat, dan luas lantai minimal 1,5 m2. - Apabila peturasan kolam renang dibuat sistem talang atau

memanjang, maka untuk tiap satu peturasan panjangnya minimal 60 cm.

f) Tempat cuci tangan

Kolam renang memiliki tempat cuci tangan yang letaknya di tempat yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan jamban peturasan dan

(36)

kamar ganti pakaian serta dilengkapi dengan sabun, cermin, dan pengering tangan.

g) Gudang bahan kimia

Kolam renang harus memiliki gudang khusus tempat pengelolaan bahan kimia dan penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium sulfat atau bahan-bahan kimia.

h) Perlengkapan lain

- Papan pengumuman yang tersedia di kolam renang berisi seperti larangan berenang untuk penderita penyakit kulit, penyakit epilepsi, penyakit jantung, penyakit kelamin, dan lain-lain.

- Perlengkapan pertolongan bagi perenang yang tersedia di kolam renang seperti tali penyelamat, pelampung, dan lain-lain.

- Kolam renang memiliki alat untuk mengukur kadar pH dan sisa klor air kolam renang secara berkala dan hasilnya akan diumumkan kepada pengunjung melalui papan pengumuman.

Sisa klor. Sisa klor merupakan kadar klor yang tersisa setelah melewati proses desinfeksi (Siswanto,2002). Sisa klor diakibatkan dari proses klorinasi yaitu pemberian klorin kedalam air yang telah menjalani proses filtrasi. Jika sisa klor melebihi ambang batas yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 2017, maka dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan perenang. Senyawa-senyawa baru mudah bereaksi dengan klorin karena sifat klorin yang sangat reaktif, seperti senyawa organoklorin yang merupakan senyawa toksik dan dapat menimbulkan efek karsinogen bagi manusia yang

(37)

digunakan sebagai desinfektan pada proses pengolahan air bersih, pengolah air minum, kolam renang, dan pada air pendingin untuk memusnahkan mikro- organisme yang terdapat pada air, ternyata juga bereaksi dengan senyawa- senyawa organik yang terdapat pada air dan membentuk kloroamina tersubstitusi (Hasan, 2006).

Desinfeksi. Desinfeksi merupakan salah satu cara untuk membunuh/mematikan semua mikroba yang membahayakan. Zat-zat yang dipergunakan untuk proses desinfeksi ini disebut desinfektan.

Bahan-bahan desinfeksi tidak boleh membahayakan, memiliki efek desinfeksi untuk waktu yang lama, dan diterima masyarakat pemakai. Ada beberapa cara desinfeksi yang dapat dilakukan, yaitu:

Desinfeksi dengan pemanasan/perebusan. Cara ini sangat efektif untuk mematikan semua patogen yang ada dalam air, seperti virus, bakteri, protozoa, fungi, dan spora. Lama waktu yang dibutuhkan berkisar 5 menit – 20 menit.

Namun kendalanya adalah bahan bakar yang sulit didapatkan.

Desinfeksi dengan klorinasi. Cara ini yang paling umum digunakan.

Klorin akan efektif bila pH air rendah. Klorin merupakan senyawa desinfektan yang banyak digunakan dalam proses pengolahan air untuk membunuh bakteri, fungi, dan virus. Namun desinfektan dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia selain dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak dalam air. Contohnya, klorin dapat bersifat korosif pada kulit dan peralatan, selain itu berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan hewan. Keuntungan klorinasi

(38)

dibandingkan dengan ozonisasi adalah bahwa residu tetap ada pada air untuk jangka waktu yang lama.

Desinfeksi dengan radiasai sinar ultra violet. Cara ini meninggalkan residu yang sedikit di dalam air. Dalam air, ultraviolet menghasilkan ozon in situ dan dengan demikian memiliki banyak keuntungan dari desinfeksi ozon. Namun, radiasi ultraviolet sendiri tidak bisa menghilangkan racun dari bakteri, pestisida, logam berat, dan lainnya pada air.

Desinfeksi dengan ozonisasi. Bakteri yang mempunyai resisten tinggi, ketika proses desinfeksi dengan ozonisasi akan terhambat proses pertumbuhannya. Ketika kadar ozon sudah habis, maka bakteri tersebut akan tumbuh kembali. Selain itu, ozon dapat meracuni manusia bahkan bisa sampai mati apabila terhirup dengan konsentrasi 50 ppm selama kurang lebih 1 jam.

Penggunaan ozonisasi memerlukan biaya yang cukup besar.

Penambahan senyawa klor (klorinasi). Klorinasi merupakan proses pemberian klorin kedalam air yang telah menjalani proses filtrasi/penyaringan dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi/pemurnian air. Klorin ini banyak digunakan dalam mengolah air minum, limbah industri, dan air kolam renang di negara-negara berkembang karena mudah, efektif, biaya relatif murah, dan sebagai desinfektan.

Kalsium Hipoklorit (Ca(OCl)2) atau yang sering disebut dengan kaporit.

Kaporit tersedia dalam bentuk bubuk atau tablet dan mengandung klor aktif sekitar 70% dan merupakan bahan kimia yang paling banyak digunakan sebagai

(39)

desinfeksi air hasil olahan air minum dan kolam renang karena murah dan mudah penanganannya.

Natrium Hipoklorit (NaOCl) tersedia dalam bentuk cair. Kandungan konsentrasi klor dalam natrium hipoklorit berkisar antara 5-15% dengan kadar maksimal sebesar 15-17% klor. Konsentrasi klor dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, cahaya, pH rendah, dan kehadiran kation logam berat seperti tembaga, kobalt, dan nikel (Rozanto, 2015).

Metode klorinasi. Pemberian klorin pada desinfeksi air dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu dengan pemberian:

1. Gas klorin, merupakan pilihan utama karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah dilakukan. Gas klorin ini harus dilakukan dengan hati-hati karena gas tersebut bersifat beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata.

Alat ini disebut chlorinating equipment dan alat yang sering dipakai adalah Paterson’s chloronome. Alat ini berfungsi untuk mengukur dan mengatur

pemberian gas klorin pada persediaan air.

2. Kloramin, merupakan senyawa lemah dari klorin dan ammonia. Zat ini kerjanya lambat dan tidak cocok untuk klorinasi dalam skala besar, meskipun zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten.

3. Perkloron, atau yang disebut High Test Hypochlorite, yang merupakan senyawa antara kalsium dan 65-75% klorin dilepaskan dalam air.

(40)

Cara kerja klorin. Klorin yang ada dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Kemudian, zat ini dinetralisasi oleh sifat basa dari klorin sehingga akan terurai menjadi ion hydrogen dan ion hipoklorit.

Cara kerja klorin dalam membunuh kuman yaitu dengan menambahkan klorin dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Proses tersebut hanya bereaksi bila klorin berkontak langsung dengan organisme tersebut.

Klorin memerlukan waktu untuk membunuh organisme. Pada air yang suhunya tinggi atau sekitar 18°C, klorin harus berada pada air paling lama 30 menit. Jika air dingin, waktu kontak perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, klorin biasanya ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia tersebut memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi dengan air sebelum mencapai konsumen.

Karakteristik Pengunjung

Karakteristik pengunjung kolam renang seperti umur, jenis kelamin, lama berenang, frekuensi berenang, penggunaan sunblock, kacamata renang, topi renang, kebiasaan mandi setelah berenang, penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang, jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang, dan kebiasaan membawa handsanitizer atau sabun

Umur. Pada tahun 2009 di Amerika Serikat ada sekitar 301 juta pengunjung kolam renang setiap tahunnya dimana pengunjung di atas usia 6 tahun. Ada sekitar 36% dari usia 7-17 tahun dan 15% dari orang dewasa berenang kurang lebih 6 kali per tahun di Amerika Serikat, ada sebanyak 250-300 juta

(41)

orang mengunjungi kolam renang setiap tahunnya di Jerman, dan ada sekitar 36%

remaja (usia > 15 tahun) mengunjungi kolam renang kurang lebih sekali sebulan di Inggris (Zwiner dkk, 2007).

Jenis kelamin. Berdasarkan penelitian Burhanudin (2015) terdapat 62,5%

pengguna kolam renang berjenis kelamin laki-laki di daerah Jakarta Selatan dan hasil penelitian Masitoh (2019) terdapat 71,4% pengguna kolam renang berjenis kelamin laki- laki di daerah Surabaya.

Frekuensi berenang. Kegiatan berenang yang rutin dilakukan sering sekali menimbulkan pengaruh kurang baik bagi kesehatan dan keamanan perenang. Hasil penelitian Pakpahan (2016) bahwa keluhan penyakit kulit dialami oleh pengguna kolam renang sebanyak 4 kali dalam sebulan. Hal ini dapat terjadi karena keadaan kolam renang yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Perhatian khusus perlu didapatkan oleh kolam renang terutama untuk kualitas airnya agar perenang terhindar dari penularan penyakit.

Lama berenang. Kadar sisa klor yang tinggi dalam air dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa keluhan yang dialami oleh perenang.

Seseorang yang terpapar klorin akan mengalami gejala seperti iritasi saluran napas, dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, iritasi mata, iritasi kulit, dan batuk (NYSDH, 2004). Tingkat keparahan dari efek tersebut tergantung kepada rute paparan, dosis paparan, dan durasi paparan. Rute paparan zat kimia dalam air (termasuk klorin) ke tubuh perenang dapat terjadi melalui inhalasi, ingesti, dan kontak kulit (WHO, 2006). Hasil dari penelitian Elisa (2018) bahwa

(42)

durasi berenang yang lama dapat berpengaruh terhadap seberapa lama tubuh kontak dengan paparan. Paparan yang lama berpotensi mempengaruhi derajat kesehatan pada perenang itu sendiri.

Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang.Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang sebelum berenang dapat mencegah terjadinya keluhan kesehatan setelah berenang. Cara untuk menggunakan sunblock yang benar adalah minimal 30 menit sebelum berenang. Hal tersebut dapat mencegah iritasi kulit akibat bahan kimia kolam renang dan paparan sinar UVA dan UVB. Setelah itu, menggunakan kacamata renang untuk melindungi mata dari percikannya air maupun masuknya air ke dalam kacamata sehingga tidak akan terjadi kontak langsung antara mata dengan air kolam renang yang mengandung klor yang syarat kesehatannya tidak terpenuhi (Wicaksono, 2016).

Dan menggunakan topi renang berbahan silikon atau latex saat berenang dapat melindungi rambut dari kaporit yang dapat menimbulkan rambut kering dan mengeras.

Kebiasaan mandi setelah selesai berenang. Iritasi pada kulit, mata, dan rambut pada perenang dapat dicegah dengan membiasakan diri untuk mandi setelah berenang. Mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan mengeringkan badan dapat mengurangi risiko terjadinya iritasi pada kulit. Sabun antiseptik dapat melindungi kulit dari bakteri yang ada di air kolam renang dan menghilangkan gatal-gatal pada kulit.

Penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang. Pada masa pandemi covid-19 ini, aktivitas kolam renang diperbolehkan kembali,

(43)

dengan catatan ada beberapa tambahan peraturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Salah satu peraturan tersebut adalah penggunaan masker sebelum berenang dan sesudah selesai aktivitas berenang. Hal tersebut dilakukan agar kita aman saat berbicara kepada orang lain dan meminimalisir terkena virus tersebut dari orang lain atau menularkan ke orang lain.

Jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang.

Pada masa pandemi covid-19 ini, aktivitas kolam renang diperbolehkan kembali, dengan catatan ada beberapa tambahan peraturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Selain penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang peraturan tersebut adalah jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang. Hal tersebut dilakukan agar kita aman saat berbicara kepada orang lain dan meminimalisir terkena virus tersebut dari orang lain atau menularkan ke orang lain.

Kebiasaan membawa handsanitizer. Pada masa pandemi covid-19 ini, aktivitas kolam renang diperbolehkan kembali, dengan catatan ada beberapa tambahan peraturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Selain penggunaan masker sebelum dan sesudah aktivitas berenang dan jaga jarak atau sosial distancing di luar dan di dalam kolam renang, peraturan tersebut adalah membawa handsanitizer. Hal tersebut dilakukan karena handsanitizer bisa digunakan sebagai langkah awal setelah kita menyentuh atau memegang sesuatu sebelum kita mencuci tangan dengan sabun untuk meminimalisir terkena virus tersebut.

(44)

Keluhan Kesehatan karena Sisa Klor (Cl2) pada Air Kolam Renang

Pada umumnya keluhan kesehatan yang dirasakan oleh pengunjung karena sisa klor (Cl2) pada air kolam renang adalah keluhan kesehatan pada mata, kulit, dan rambut.

Keluhan kesehatan pada mata. Keluhan kesehatan mata pada perenang yang biasanya dirasakan setelah berenang, seperti mata merah, mata terasa gatal, mata kotor atau belek, mata terasa sakit dan banyak air mata. Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut misalnya konjungtivitis. Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat klorida, asap dan benda asing.

Iritasi mata dapat diredakan dengan cara diberi obat tetes mata atau salep mata yang mengandung antibiotik dan istirahatkan mata secukupnya. Untuk membersihkan mata tidak perlu borne water, cukup dengan air bersih kemudian segera ke dokter, jangan di tunda lagi, karena iritasi yang terlanjur parah menyebabkan pterigium (daging tumbuh), yang lama-kelamaan dapat menutupi pupil mata dan mengganggu penglihatan (Indriasari, 2009).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh perenang adalah dengan menggunakan kacamata renang yang memiliki ukuran yang sesuai dan tidak longgar agar dapat menahan air tidak masuk ke mata (Kurniasih, 2011).

Keluhan kesehatan pada kulit. Penyakit kulit sering ditimbulkan dari air kolam renang. Penyakit tersebut diakibatkan oleh jamur. Tumbuhnya jamur pada kulit tidak langsung seketika pada saat berenang namun berdampak pada satu hari

(45)

setelah berenang. Kadas/kurap/kutu air sebenarnya disebabkan oleh jamur yang sama yaitu golongan dermatofitosis.

Upaya pencegahan setelah berenang dapat dilakukan oleh perenang dengan cara segera mengganti pakaian renang dengan pakaian yang kering daripada duduk dengan pakaian renang yang basah dalam waktu yang lama (Hendrawati, 2008). Perenang harus membersihkan diri setelah berenang di tempat bilasan kolam renang yang telah disediakan dan setelah sampai di rumah (Kurniasih, 2011). Untuk perenang yang memiliki kulit sensitif sudah seharusnya menggunakan krim kulit untuk menetralkan kandungan klorin yang bercampur dengan air kolam renang.

Keluhan kesehatan pada rambut. Keluhan kesehatan rambut yang terjadi pada perenang adalah rambut terlihat kusam, rontok, kering, dan lengket sehingga rambut terlihat tidak sehat. Hal ini terjadi dkarenakan pada kolam renang terdapat kandungan klorin. Klorin atau kaporit dapat mengurangi kadar minyak alami pada kulit rambut sehingga akan menyebabkan kerusakan pada kutikula rambut. Oleh karena itu, ntuk menghindari bahaya klorin terhadap rambut dapat dilakukan dengan menggunakan topi renang, dan membilas rambut dengan shampo dan kondisioner setelah berenang.

Landasan Teori

Teori simpul. Untuk mencegahan secara cepat dan tepat, perlu diketahui perjalanan penyakit dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan.

(46)

Gambar 1. Teori simpul (Acmadi, 2008)

Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah sumber mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah bagian dari lingkungan yang bisa menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak langsung atau melalui media transmisi yang juga merupakan bagian dari lingkungan.

Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapt dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

a. Mikroba, seperti virus, jamur, bakteri, amuba, parasit, dan lain-lain.

b. Kelompok fisik, seperti kekuatan radiasi, kekuatan cahaya, dan energi kebisingan.

c. Kelompok bahan kimia toksik, seperti pestisida, CO, H2S, Merkuri, Kadmium, dan lain-lain.

Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-kadang mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut di atas.

Simpul 2 : Media Transmisi

Ada lima komponen lingkungan yang sering dikenal sebagai media transmisi penyakit yaitu udara, air, tanah/pangan, manusia/langsung, dan

(47)

binatang/serangga. Jika tidak terdapat bibit penyakit atau agent penyakit di dalamnya, media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan (behavioral exposure)

Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan interaktif.

Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku pemajanan merupakan jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang masuk ke tubuh dengan cara-cara yang khas.

Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yaitu : a. Sistem pernafasan

b. Sistem pencernaan

c. Masuk melalui permukaan kulit Simpul 4: Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit apabila salah satunya ataupun bersama mengalami kelainan dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.

Simpul 5: Variabel Suprasistem

Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yakni variabel iklim, topografi, temporal, dan suprasistem lainnya, yakni

(48)

Simpul 1 Sisa Klor

Simpul 2 Air kolam

renang

Simpul 3

Karakteristik Pengunjung berdasarkan frekuensi berenang, lama berenang, menggunakan sunblock, kacamata renang, dan topi renang serta kebiasaan mandi setelah berenang

Simpul 4 Sehat / sakit

Keluhan Kesehatan

1. Keluhan Kesehatan pada Mata

2. Keluhan Kesehatan pada Kulit

3. Keluhan Kesehatan pada Rambut

keputusan politik berupa kebijakan makro yang bisa mempengaruhi semua simpul (Achmadi, 2008).

Teori Simpul Penelitian

Gambar 2. Teori simpul penelitian Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka konsep

Simpul 5 Pencemaran Air kolam renang

Sanitasi Kolam Renang 1. Persyaratan Bangunan 2. Fasilitas Sanitas

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61/Menkes/Per/I/1991)

Sisa Klor (Cl2)

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017)

Karakteristik Pengunjung : 1. Frekuensi Berenang 2. Lama Berenang 3. Penggunaan Sunblock,

Kacamata Renang, dan Topi Renang

4. Kebiasaan mandi setelah berenang

(49)

32

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat survei deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi sanitasi di lingkungan kolam renang, kadar sisa klor (Cl2) dalam air kolam renang saat digunakan pengunjung, dan karakteristik pengunjung serta keluhan kesehatan perenang di beberapa kolam renang Kota Medan Tahun 2020.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di beberapa kolam renang umum di kota Medan yaitu kolam kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Alasan pemilihan keempat kolam renang tersebut dikarenakan keempat kolam renang tersebut merupakan kolam renang umum yang terdapat di kota Medan, ramai dikunjungi masyarakat, dan juga harganya terjangkau. Pemeriksaan sisa klor (Cl2) dilakukan di PT. Radar Akurasi Laboratorium di Medan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 – selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

(50)

petugas kolam renang di kolam renang tersebut dapat diprediksi rata-rata pengunjung, yaitu:

a. Kolam renang Pondok Cabe : 200 orang b. Kolam renang Istiqlal : 150 orang c. Kolam renang Sejahtera : 135 orang d. Kolam renang Kartika : 115 orang

Jadi total pengunjung kolam renang di 4 kolam renang tersebut adalah 600 orang.

Sampel. Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perenang di 4 tempat kolam renang di kota Medan.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Accidental Sampling. Accidental Sampling merupakan teknik sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu pengunjung kolam renang yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang ini sesuai dengan kriteria peneliti (Sugiyono, 2009).

Menentukan sampel :

Keterangan:

n : Besar sampel N : Jumlah populasi

e : Presisi mutlak (10% = 0,1)

Perhitungan besar sampel untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

(51)

Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut diperoleh jumlah sampel responden minimal untuk penelitian ini adalah 86 responden dengan jumlah proporsi responden pada masing-masing kolam renang sebagai berikut:

Kolam Renang Pondok Cabe : Kolam Renang Istiqlal : Kolam Renang Sejahtera : Kolam Renang Kartika :

Pemberian kuesioner pada sampel pengunjung dilakukan pada hari yang sama saat mengambil sampel air, yaitu pada hari Jumat.

Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sanitasi Kolam Renang adalah keadaan kebersihan dan kelayakan lingkungan kolam renang yang mencakup lingkungan umum, tata bangunan, konstruksi bangunan, kelengkapan (seperti bak cuci kaki, kamar/pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan barang/pakaian, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan peturasan, tempat cuci tangan), gudang bahan kimia, dan perlengkapan lain), serta persyaratan

(52)

bangunan di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61 Tahun 1991.

2. Sisa klor (Cl2) adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 sisa klor yang diharapkan adalah 1-1,5 mg/L.

3. Karakteristik pengunjung merupakan faktor risiko terjadinya keluhan kesehatan pada pengunjung, yaitu:

a. Frekuensi berenang adalah jumlah berenang yang dilakukan responden selama 1 minggu atau lebih.

b. Lama berenang adalah durasi berenang yang dilakukan responden selama 1 hari berenang.

c. Penggunaan sunblock, kacamata renang, dan topi renang adalah penggunaan alat untuk mencegah dan mengurangi risiko keluhan kesehatan pada responden.

d. Kebiasaan mandi setelah berenang adalah kebiasaan responden mandi setelah berenang menggunakan sabun atau tidak menggunakan sabun.

Keluhan kesehatan adalah bagian dari gangguan yang dirasakan dan dialami perenang setelah kontak dengan air, dengan ciri-ciri seperti mata merah, mata terasa gatal, mata belek/kotor, dan mata terasa sakit. Lesi-lesi timbul di daerah-daerah lipatan kulit, seperti ketiak, lipat paha, antara jari-jari tangan dan

(53)

jari-jari kaki, bawah payudara, sekitar pusat, dan lipatan leher dan sela-sela jari.

Kelainan yang tampak berupa kemerahan kulit yang bersisik, berbatas tegas, dan erosi dapat terjadi satu hari setelah berenang. Keluhan kesehatan rambut yang terjadi pada pengguna kolam renang adalah rambut kusam, kering dan lengket sehingga rambut terlihat tidak sehat.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengumpulan data sanitasi kolam renang dengan observasi dan kuesioner langsung di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika. Data hasil pemeriksaan laboratorium sisa klor pada kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika.

b. Melakukan wawancara dengan kuesioner kepada pengunjung kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika.

Metode Pengukuran Data

Metode pegukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sanitasi kolam renang. Sanitasi kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika diukur dengan observasi langsung kemudian hasil observasi dibandingkan dengan persyaratan kesehatan kolam renang Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

61/Menkes/Per/I/1991.

(54)

Sisa klor kolam renang. Sisa klor di kolam renang Pondok Cabe, kolam renang Istiqlal, kolam renang Sejahtera, dan kolam renang Kartika diukur dengan Test Kit Spektrofotometri kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan baku

mutu sisa klor di kolam renang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017 yaitu 1-1,5 mg/L di PT Radar Akurasi Laboratorium di Medan dengan hasil yang diperoleh dapat berupa memenuhi syarat kualitas air dan tidak memenuhi syarat kualitas air. Pengambilan sampel air kolam renang dilakukan pada 3 waktu yaitu pada pagi hari sebelum kolam renang digunakan oleh pengunjung, siang hari, dan sore hari setelah sepi pengunjung.

Pengambilan dan pengiriman sampel ke laboratorium 1. Botol plastik digunakan sebagai sampel air

2. Botol yang akan digunakan dibilas terlebih dahulu dengan air sampel 3. Botol sampel dimasukkan ke dalam air sampel

4. Sampel air diambil sampai botol terisi penuh 5. Botol sampel diberi label

6. Membawa sampel air ke laboratorium Pengukuran sisa klor

a. Peralatan. Peralatan yang digunakan pada pemeriksaan sampel air kolam renang, yaitu:

1. Erlenmeyer 2. Kuvet

3. Spektroquant NOVA 60 4. Tabung barcode untuk Cl2

(55)

b. Bahan-bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada pemeriksaan sampel air kolam renang, yaitu:

1. Sampel air kolam renang

2. Pereaksi DPD (N-Dietil-p-fenilendiamin) Prosedur

1. Diukur sampel sebanyak 100 ml 2. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 3. Ditambahkan 1 mikro blue DPD 4. Diaduk sampai rata

5. Didiamkan selama ± 3 menit sampai terbentuk warna merah jingga 6. Dihidupkan alat spektroquant NOVA 60

7. Dimasukkan tabung barcode untuk analisa Cl pada layar 0599 sampai muncul kode

8. Dimasukkan larutan sampel kedalam kuvet berukuran 10 mm 9. Dimasukkan kuvet kedalam spektroquant

10. Ditekan tombol enter 11. Dibaca hasilnya

Karakteristik pengunjung kolam renang. Variabel yang dilakukan dalam pengukuran karakteritik pengunjung yaitu:

a. Umur

Untuk mengetahui umur responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel umur

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya wilayah pesisir Pekalongan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan budidaya tambak. Namun genangan banjir mengakibatkan lahan tambak mengalami kerusakan dan

gambar ar dima dimana na gam gambar bar &amp; &amp; lamb lambat at laun memuda laun memudar r dan dan meng menghila hilang, ng, tamp tampak ak deng dengan

Rasio nilai tambah produk keripik pisang manis yang diperoleh pada industri pengolahan Sari Gizi Kamiso Karto adalah 74,91% dan keripik pisang asin 81,17%, dari

Dari segi isi program, aplikasi ini mempunyai rambu-rambu lalu lintas sudah memadai, penggunaan tombol sudah sesuai dengan fungsinya, tingkat kesulitan pada aplikasi ini sudah

apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut diatas dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka perusahaan Saudara dinyatakan gugur dan apabila pada saat pembuktian

Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah saluran pemasaran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen dari titik produsen (Limbong dan Sitorus,

PENGARUH KEGIATAN MERONCE TERHAD AP KEMAMPUAN MENGANCINGKAN BAJU Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 9 Tahun 2000 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan;.. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 52 Tahun 2000 Pembentukan dan Organisasi