• Tidak ada hasil yang ditemukan

(F) Daur Ulang /

3 Perkotaan Drainase

Tabel 3.31.

Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Drainase Perkotaan

No Sub Sektor Belanja (Rp) Rata-rata Pertum buhan

(%) 2010 2011 2012 2013 3 Perkotaan Drainase 3.a Pendanaan Investasi Drainase Perkotaan 0 700.000.000 0 0 140.000.000 0 3.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 0 85.000.000 0 0 17.000.000 0 3.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 0 70.000.000 0 0 14.000.000 0

Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2010 – 2013, Bappeda

Tabel 3.32.

Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertum buhan

(%)

2010 2011 2012 2013

3 Drainase Perkotaan

3.a Realisasi Retribusi - - - - -

3.b Potensi Retribusi - - - - -

Permasalahan mendesak dan Isu strategis

Lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik tidak menjamin bagi terwujudnya lingkungan bersih dan sehat tapi juga diperlukan perilaku yang baik di masyarakat. Peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan.

Dari segi perencanaan, kabupaten Jeneponto sampai saat ini belum memiliki perencanaan drainase yang komprehensif dan terintegrasi sehingga menjadi kendala dalam menentukan kebijakan pembangunan sektor sanitasi apalagi kabupaten Jeneponto juga belum memiliki peraturan-peraturan yang mengatur tentang sanitasi khususnya mengenai pengelolaan drainase.

Tabel 3.33. Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak

1 Dokumen perencanaan drainase secara komprehensif dan terintegrasi belum memadai 2 Penyempitan penampang drainase, baik yang disebabkan oleh sedimentasi maupun sampah 3 Regulasi sektor sanitasi khususnya drainase perkotaan belum ada, baik yang mengatur layanan secara teknis, operasional maupun retribusi Sumber : Kajian Pokja Sanitasi Tahun 2014

Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi

Pengelolaan Air Bersih

Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan air minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air bersih dapat dibedakan atas: 1) Air Hujan; 2) Air Sungai dan Danau; 3) Mata Air; 4) Air Sumur Dangkal; dan 5) Air Sumur Dalam.

Pencemaran air, udara, dan tanah masih belum tertangani secara optimal karena aktivitas

pembangunan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan (AMDAL). Pencemaran air di Kabupaten Jeneponto pada umumnya, adalah adanya indikasi tingginya bakteri coly ,kandungan kapur, dan Fe. Pada lokasi-lokasi khusus, terindikasi adanya logam berat pada kandungan air minum pada daerah penambangan dan penggunaan pestisida yang kurang terkontrol pada daerah pertanian

mengalami masalah kekeringan. Selain kekurangan air untuk mengairi lahan pertanian, masyarakatpun menghadapi kekurangan suplai kebutuhan air untuk konsumsi dan kebutuhan sanitasi (MCK).

Asumsi yang digunakan dalam menghitung jumlah pengguna air bersih adalah meliputi: Jumlah pelanggan PDAM

Jumlah pengguna air dari mata air terlindung (BPAM) Jumlah pengguna air bersih dari sumur terlindung;) dan

Jumlah pengguna air bersih dari Penampungan Air Hujan (PAH).

Berdasarkan kajian studi EHRA masyarakat yang tidak menggunakan layanan PDAM dimana hanya menggunakan sumber-sumber air dari alam, mempunyai resiko sumber air tersebut tercemar sebanyak 35,20% dan hanya 64,80% masyarakat menggunakan sumber air terlindungi. Untuk akses terhadap air bersih yang digunakan sebagai air minum dan memasak, menggunakan sumber air yang tidak terlindungi masih cukup besar yaitu sumur gali tidak terlindungi sebesar 6,40% dan mata air tidak terlindungi 20,70%. Selebihnya menggunakan sumber air bersih yang terlindungi untuk air minum dan memasak, sebagian besar berasal dari mata air terlindungi 27,00% dan PDAM sebesar 26,10%.

Gambar 3.17.

Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) jaringan perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jeneponto, kapasitas terpasang 1.750 Lt/detik dan beroperasi 1.500 Lt/detik, tingkat kebocoran air 30%. Pelayanan air minum PDAM Kabupaten Jeneponto pada tahun 2014

5,4 23,9 19,2 1,9 1,5 18,8 29,4 3,3 11,4 ,5 ,8 ,1 ,1 1,3 3,0 5,6 22,3 1,7 1,5 21,5 35,7 4,6 12,7 1,0 1,7 ,4 ,4 1,6 ,0 20,0 40,0 60,0 80,0 Air Botol Kemasan

Air Isi Ulang Air Ledeng PDAM Air Hidran Umum - PDAM Air Kran Umum -PDAM …

Air Sumur Pompa … Air Sumur Gali Terlindungi

Air Sumur Gali Tidak … Mata Air Terlindungi Mata Air Tidak Terlindungi Air Hujan Air Sungai Air dari waduk/Danau Lainnya

Minum Masak

Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga

Pengelolaan air limbah indusri rumah tangga di Kabupaten Jeneponto sampai sekarang belum ada. Dan ini disebabkan oleh belum ada data rinci pengelola industri RT dan aturan yang mendasari untuk kegiatan tersebut, sehingga buangan limbah industri rumah tangga ini tidak terkoordinir sehingga sangat menganggu warga masyarakat di sekitarnya, terutama untuk gangguan kesehatan.

Olenya itu dalam membuat pengolahan air limbah industri RT harus diperhatikan sbb:

Tabel 3.34.

Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Jeneponto

No Uraian Satuan Perpipaan Sistem Ket.

1 Pengelola PDAM -

2 Tingkat Pelayanan % 8,2 -

3 Kapasitas Produksi Lt/detik 1.500 -

4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 1.750 -

5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 6.604 -

6 Jumlah Kran Air Unit 2300 -

7 Kehilangan Air (UFW) % 30 -

8 Retribusi/Tarif (Rumah Tangga) M3 1.100 -

9 Jumlah Pelanggan Perkecamatan

Kec. Binamu Pelanggan 5.619 -

Kec. Turatea Pelanggan 385 -

Kec. Tamalatea Pelanggan 453 -

Kec. Arungkeke Pelanggan 147 -

1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air di permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.

2. Tidak mengotori permukaan tanah.

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. 4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. 7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10m.

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, dimana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organic melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi didaerah tropis yang dapat dimanfaatkan.

Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu mengelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya.

Tabel 3.35.

Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Jeneponto

No. Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Industri RT Jumlah Pengolahan Jenis Kapasitas (m3/hari)

- - - - -

Sumber : KLH dan Dinas Kesehatan Tahun 2014

Pengelolaan Limbah Medis

Pengelolaan Limbah medis di Kabupaten Jeneponto masih membutuhkan perhatian serius. Pada tahun 2011 dibangun IPAL di Rumah Sakit Lanto Daeng Pasewang. Selebihnya, Puskesmas maupun fasilitas layanan kesehatan lainnya ditangani seperti biasa pada skala rumah tangga untuk limbah cair langsung dialirkan ke saluran yang ada sedangkan untuk limbah padat dibuang ke TPS atau dibakar.

Tabel 3.36.

Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-Fasilitas Kesehatan

Nama Fasilitas

Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas (m3/hari)

Rumah Sakit Lanto Daeng

Pasewang Kecamatan Binamu On Site System 30

Dokumen terkait