CPP-ACP Fluor
PERLAKUAN KELOMPOK 3
Mean Sig. Sebelum perlakuan – setelah demineralisasi 30.600* 0.000 Setelah demineralisasi -Setelah perendaman saliva buatan
- 0.400 0.178
Dari tabel 5 diatas terlihat penurunan yang signifikan pada kelompok 1 setelah dilakukan perendaman dengan larutan demineralisasi (p<0,05). Setelah pengaplikasian agen remineralisasi yang mengandung fluor, terlihat peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kekerasan permukaan enamel sebelum remineralisasi. Pada kelompok 2, terlihat penurunan yang signifikan setelah dilakukan perendaman dengan larutan demineralisasi (p<0,05). Setelah pengaplikasian agen remineralisasi yang mengandung CPP-ACP, terlihat peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan dibandingkan dengan kekerasan permukaan enamel sebelum remineralisasi (p<0,05). Pada kelompok 3, terlihat penurunan yang signifikan setelah dilakukan perendaman dengan larutan demineralisasi (p<0,05), tetapi tidak terlihat perbedaan yang signifikan setelah perendaman dalam saliva buatan (p>0,05).
Tabel 6. Hasil uji statistik dengan ANOVA perbandingan kekerasan permukaan gigi setelah perendaman dalam saliva buatan, pengaplikasian remineralisasi yang mengandung fluor dan pengaplikasian remineralisasi yang mengandung CPP-ACP.
Bahan Coba Mean Sig.
Saliva Buatan 0.4000 0.178
Remineralisasi Fluor 17.7000 0.000
Remineralisasi CPP-ACP 23.8000 0.000
*terdapat perbedaan signifikan pada level p < 0,05
Dari tabel diatas menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekerasan permukaan enamel gigi antara kelompok perendaman dalam saliva buatan dengan kelompok remineralisasi fluor dan remineralisasi CPP-ACP (p>0,05). Pada kelompok setelah pengaplikasian dengan kedua agen remineralisasi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap kekerasan enamel gigi pada kedua kelompok (p<
0,05). Hasil ini terlihat dari perubahan rata-rata kekerasan permukaan enamel antara setelah pemberian remineralisasi dengan fluor dan remineralisasi dengan CPP-ACP. Peningkatan kekerasan enamel yang lebih tinggi terlihat setelah pengaplikasian agen remineralisasi yang mengandung CPP-ACP dibandingkan dengan agen remineralisasi yang mengandung fluor 23,8 dan 17,7 VHN. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kekerasan yang dihasilkan pada setiap kelompok perlakuan. Nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah pengaplikasian agen remineralisasi yang mengandung CPP-ACP lebih tinggi dibandingkan setelah pengaplikasian dengan agen remineralisasi yang mengandung fluor.
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai pengaruh pemberian agen remineralisasi yang mengandung fluor dengan Casein Phospho Peptide-Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP) terhadap kekerasan permukaan enamel gigi. Untuk memudahkan melihat dan menganalisis pengaruh yang terjadi, gigi yang menjadi sampel penelitian direndam ke dalam larutan demineralisasi sebelum diaplikasikan agen remineralisasi. Pada penelitian ini larutan demineralisasi yang digunakan merupakan pengenceran larutan asam asetat hingga mencapai pH 4.0. 1,18
Secara visual, demineralisasi menyebabkan perubahan warna permukaan gigi menjadi lebih putih/opaque. Demineralisasi yang berlangsung secara terus-menerus akan mempengaruhi kekerasan permukaan enamel gigi. Untuk melihat perbandingannya, dilakukan pengukuran kekerasan sebelum perendaman dalam larutan demineralisasi dan kekerasan permukaan enamel setelah perendaman dalam larutan demineralisasi. Mineral yang terdapat pada gigi sebagian besar terdiri dari kalsium hidroksiapatit yang berkarbonasi. Perbedaannya dengan kalsium hidroksiapatit konvensional adalah jumlah fosfat yang terdapat didalamnya. Dengan adanya porsi karbonasi menjadikan hidroksiapatit lebih mudah larut dan membuat jaringan rentan terhadap kerusakan dari luar. Pada penelitian ini terlihat penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan setelah perendaman dalam larutan demineralisasi. Hal ini didukung oleh penelitian Arif Prasetyo 2006 yang menunjukkan adanya penurunan kekerasan permukaan enamel gigi yang terpapar oleh minuman yang mengandung asam. Hal ini dapat terjadi akibat larutnya struktur anorganik enamel karena larut dalam asam. Larutnya struktur anorganik menyebabkan ikatan ion menjadi lemah yang berdampak kepada penurunan kekerasan permukaan enamel gigi. 1
Setelah perendaman dalam larutan demineralisasi, dilakukan pengaplikasian agen remineralisasi topikal pada permukaan gigi sampel. Agen remineralisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah agen yang mengandung Sodium Fluoride 2%,
agen remineralisasi yang mengandung CPP-ACP dan sebagai kontrol direndam pada saliva buatan dengan pH 6,5 selama 6 jam, untuk menciptakan keadaan yang menyerupai keadaan rongga mulut.27
Berdasarkan analisis uji statistik yang dilakukan, pada saliva buatan tidak terjadi peningkatan permukaan enamel gigi yang signifikan (p>0,05). Pada saliva buatan terdapat ion organik dan anorganik yang rata-rata terdapat pada saliva manusia. Formulasi dari saliva buatan dihasilkan berdasarkan Amaechi et al (1999).
Saliva buatan terdiri dari potassium chloride, magnesium chloride, calcium chloride, dipotassium hydrogen phosphate dan potassium dihydrogen phosphate yang dapat membantu remineralisasi permukaan enamel. Hal ini didukung oleh penelitian Devlin dkk (2006) dan Lussi dkk (2007) Meskipun saliva buatan dapat membantu remineralisasi enamel namun keefektivitasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan agen remineralisasi lain. Saliva dalam rongga mulut lebih banyak berperan dalam menjaga pH rongga mulut atau sebagai buffer agar penurunan pH yang terjadi tidak memburuk. 27-29
Hasil uji statistik ANOVA pada penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kedua bahan remineralisasi topikal yang digunakan. Pada pemberian agen remineralisasi topikal yang mengandung Sodium Fluoride 2 % menunjukkan adanya peningkatan kekerasan yang signifikan pada permukaan enamel yang sebelumnya mengalami demineralisasi. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Magalhaes dkk (2008) bahwa penambahan fluoride 1,000 ppm dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel.30
Peningkatan kekerasan permukaan enamel yang terjadi setelah pemberian agen remineralisasi yang mengandung fluor dapat disebabkan oleh interaksi ion fluor dengan enamel yang terdemineralisasi sehingga membentuk ikatan fluoroapatit. Pada hidroksiapatit struktur OH tidak berada pada bidang sentral sehingga ikatan yang terbentuk tidak stabil. Ketika ion OH digantikan oleh ion-ion F pada fluor, struktur kristal menjadi lebih stabil karena mamiliki kristalit-kristalit yang memiliki mantol air yang berisi HPO2-4, Ca2+, MG2+, OH-, F- yang berdiri seimbang. Ikatan fluoroapatit lebih tahan terhadap asam daripada hidroksiapatit dan struktur
fluoroapatit ini lebih stabil sehingga ion-ion yang terurai akibat demineralisasi dapat terbentuk kembali yang berdampak pada peningkatan kepadatan enamel yang dapat dilihat melalui peningkatan kekerasan permukaan enamel. Dengan penggunaan fluor langsung pada rongga mulut dapat meningkatkan pengendapan kalsium dan fosfat karena fluor akan menghambat pembentukan asam oleh bakteri rongga mulut. Kepadatan yang terbentuk akan menjadikan gigi tiga kali lebih tahan terhadap timbulnya karies daripada gigi tanpa fluor. Perbandingan konstanta hasil kali kelarutan (Ksp) hidroksiapatit dengan Ksp fluorapatit, Ksp hidroksiapatit Ca5(PO4)3(OH) sekitar 10-51, sedangkan Ksp fluorapatit Ca5(PO4)3F sekitar 10-60. Artinya, senyawa fluoroapatit lebih kompleks daripada hidroksiapatit.31
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan setelah pengaplikasian agen remineralisasi yang mengandung ACP. Pemberian agen yang mengandung CPP-ACP menunjukkan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan agen yang mengandung fluor dengan rata-rata peningkatan yang terjadi sebesar 23.8 dan 17.7 VHN.
Penelitian Reynolds dkk (2009) menyatakan bahwa CPP-ACP merupakan agen antikaries dan dapat melokalisasi ACP pada permukaan gigi sebagai buffer ion kalsium dan fosfat yang bebas. CPP-ACP juga membantu pada tahap supersaturasi enamel gigi sehingga dapat membantu dalam pembentukan struktur enamel kembali. CPP-ACP dapat menstabilkan kalsium fosfat yang terdapat dalam permukaan gigi. Jumlah kalsium fosfat yang stabil dapat mencegah transformasi permukaan gigi ke fase larut atau demineralisasi. Dengan adanya CPP-ACP, CPP nanocluster akan membentuk ion kalsium dan fosfat pada permukaan enamel gigi. Pembentukan yang terjadi berupa ikatan yang sangat nanocompleks. Kalsium dan fosfat yang dihasilkan oleh CPP-ACP akan terikat pada protein plak gigi sehingga dapat mengurangi kondisi asam dalam rongga mulut. CPP-ACP dapat menghambat enzim pada bakteri yang mengubah glukosa menjadi asam. Penghambatan itu dapat mengurangi demineralisasi permukaan gigi. Kemampuan dari CPP tidak hanya untuk menstabilkan kalsium dan fosfat sebagai ion bioavailable, tetapi juga untuk
melokalisasi ion kalsium dan fosfat di permukaan gigi sehingga menghasilkan gradien konsentrasi efektif untuk terjadinya remineralisasi. CPP-ACP juga dapat membentuk ikatan dengan fluor yang terdapat pada gigi yaitu CPP-ACFP. Bergabungnya CPP-ACP dengan fluor ini akan menghasilkan struktur yang lebih baik untuk membantu dalam proses remineralisasi enamel. CPP-ACFP dapat meningkatkan pH yang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan CPP-ACP tanpa fluor. Sehingga fase demineralisasi dapat dicegah. Fluor yang bergabung dengan CPP-ACP densitas mineralnya akan lebih meningkat dibandingkan dengan densitas fluor saja.32
Dalam pengukuran kekerasan dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu variasi struktur enamel. Keterbatasan dari struktur permukaan enamel gigi yang dipakai dalam menyerap zat aktif dapat mempengaruhi kekerasan enamel. Variasi pada nilai kekerasan enamel pada berbagai penelitian mengenai kekerasan permukaan enamel juga dapat disebabkan oleh perbedaan dalam persiapan sampel, area gigi yang digunakan, jenis gigi yang digunakan dan juga metode penelitian yang digunakan sehingga penilaian melalui hasil uji statistik dapat memudahkan dalam menganalisis pengaruh agen remineralisasi terhadap kekerasan permukaan gigi.15-17
BAB 6