• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM, DATA PRIBADI, DAN GO-JEK

2.2 Perlindungan Data Pribad

2.2.1 Pengertian data pribadi.

Indonesia sebagai negara modern tentu memerlukan teknologi dan informasi dalam mengikuti perkembangan ekonomi. Informasi mengenai individu selalu dikelola oleh pemerintah dan swasta, tetapi munculnya era komputer menciptakan ancaman yang lebih besar bagi privasi individu tersebut, serta

10

Philipus M. Hadjon, op.cit. h. 117. 11

Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h. 14.

kemungkinan individu menderita kerugian sebagai akibat dari ketidaktelitian atau

pembocoran informasi akan jauh lebih besar.12 Kemajuan teknologi dan informasi

yang pesat ini juga memberi dampak negatif, salah satunya ialah pelanggaran terhadap data pribadi dan keamanan informasi. Era digital yang tengah berlangsung ini telah memicu ledakan pertumbuhan data pribadi yang dibuat,

disimpan dan ditransmisikan pada komputer, situs internet, bahkan sosial media.13

Pasal 1 ayat 1 Data Protection Act Inggris tahun 1998 menentukan bahwa:

data adalah setiap informasi yang diproses melalui peralatan yang berfungsi secara otomatis menanggapi instruksi-instruksi yang diberikan bagi tujuannya dan disimpan dengan maksud untuk dapat diproses. Data juga termasuk informasi yang merupakan bagian tertentu dari catatan- catatan kesehatan, kerja sosial, pendidikan atau yang disimpan sebagai bagian dari suatu sistem penyimpanan yang relevan.

Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat penting bagi jalannya organisasi termasuk organisasi tertinggi, yaitu negara. Pada era sekarang ini organisasi yang mampu menggunakan data dan informasi secara benar, cepat, tepat dan lengkap akan mampu bersaing. Data adalah setiap informasi yang diproses melalui peralatan yang berfungsi secara otomatis menanggapi instruksi- instruksi yang diberikan bagi tujuannya dan disimpan dengan maksud untuk dapat diproses. Data juga termasuk informasi yang merupakan bagian tertentu dari catatan-catatan kesehatan, kerja sosial, pendidikan atau yang disimpan sebagai

bagian dari suatu sistem penyimpanan yang relevan.14 Istilah perlindungan data

12

Paul Marrett, 2002, Information Law in Practice: 2nd Edition, MPG Books Ltd., Cornwall, h. 95.

13

Cameron G. Shilling, 2011, Privacy and Data Security: New Challenges of The Digital Age, New Hampshire Bar Journal, New Hampshire, h. 28.

14

Purwanto, 2007, Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Data Digital, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, h. 13.

pertama digunakan di Jerman dan Swedia pada tahun 1970-an yang mengatur

perlindungan data pribadi melalui undang-undang.15 Alasan dari dibuatnya hal

tersebut karena pada waktu itu mulai dipergunakan komputer sebagai alat untuk menyimpan data penduduk terutama untuk keperluan sensus penduduk. Namun ternyata dalam praktiknya, telah terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta, sehingga diperlukan pengaturan perlindungan data pribadi untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan. Asal mula

dari perlindungan data pribadi yaitu dengan adanya Electronic Fund Transfer

(EFT) adalah untuk melindungi keamanan data nasional dengan melarang akses

nasional data yang disimpan dalam computer milik pemerintah Amerika Serikat.16

Tiap-tiap negara menggunakan peristilahan yang berbeda antara informasi pribadi dan data pribadi. Akan tetapi secara substantif kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama sehingga kedua istilah tersebut sering digunakan

bergantian.17 Amerika Serikat, Kanada, dan Australian menggunakan istilah

informasi pribadi, sedangkan Indonesia sendiri dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik menggunakan istilah data pribadi.

Secara umum data pribadi terdiri atas fakta-fakta yang berkaitan dengan individu yang merupakan informasi sangat pribadi sehingga orang yang bersangkutan ingin menyimpan untuk dirinya sendiri dan/atau membatasi orang

15

Sinta Dewi, 2009, Cyberlaw: Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi dalam E- Commerce Menurut Hukum Internasional, Widya Padjajaran, Bandung, h. 37.

16

Ferrera R. Gerald, 2004, CyberLaw Text and Cases, Trejo Production, South Western, h. 271.

17

lain untuk menyebarkannya kepada pihak lain maupun menyalahgunakannya. Secara khusus, data pribadi menggambarkan suatu informasi yang erat kaitannya dengan seseorang yang akan membedakan karakteristik masing-masing

individu.18 Mengacu pada peraturan perundang-undangan Inggris yakni Undang-

Undang Perlindungan Data Tahun 1988 (Data Protection Act 1998) yang

menggantikan Data Protection Act 1984, dijelaskan bahwa data pribadi adalah

data yang berhubungan dengan seseorang individu yang hidup yang dapat diidentifikasikan dari data atau dari data-data atau informasi yang dimiliki atau

akan dimiliki oleh data controller. Di lain hal, data pribadi juga merupakan data

yang berkenaan dengan ciri responden misalnya umur, nama, jenis kelamin,

pendidikan, dan sebagainya.19

2.2.2 Pengaturan perlindungan data pribadi di indonesia.

Dalam suatu perlindungan data pribadi dikenal prinsip-prinsip yakni pembatasan pengumpulan, kualitas data, spesifikasi tujuan, penggunaan pembatasan, langkah-langkah pengamanan, keterbukaan, partisipasi individu, serta pertanggungjawaban. Prinsip-prinsip tersebut selanjutnya dijabarkan sebagai berikut.

a. Pembatasan pengumpulan: bahwa harus ada batasan dalam hal

pengumpulan data pribadi. Data yang didapatkan harus menggunakan cara-cara yang sah secara hukum dan adil, dan jika diperlukan dengan pengetahuan dan persetujuan dari orang yang bersangkutan.

18

Jerry Kang, 1998, Information Privacy in Cyberspace Transaction, Stanford Law Review Vol. 50 Issue 4, Standford, h. 5.

19

b. Kualitas data: bahwa data pribadi harus akurat sesuai dengan tujuan data tersebut digunakan, selain itu data pribadi harus akurat dan lengkap.

c. Spesifikasi tujuan: bahwa tujuan dari pengumpulan data harus spesifik

dan setiap penggunaan selanjutnya dari data tersebut harus terbatas hanya sesuai dengan spesifikasi tujuan tersebut.

d. Penggunaan pembatasan: bahwa data tidak boleh dibuka, tersedia

untuk umum atau digunakan untuk tujuan di luar tujuan yang spesifik kecuali atas persetujuan pemilik data atau persetujuan otoritas hukum.

e. Langkah-langkah pengamanan: bahwa data harus dilindungi dengan

pengamanan yang sesuai untuk melindunginya dari kehilangan, kerusakan, penggunaan, perubahan atau keterbukaan.

f. Keterbukaan: bahwa harus ada kebijakan umum mengenai keterbukaan

terhadap data pribadi.

g. Partisipasi individu: bahwa individu harus memiliki hak untuk

mendapatkan informasi tentang datanya sendiri dan hak untuk menghapus atau membenarkan data yang salah.

h. Pertanggungjawaban: pengatur data bertanggung jawab untuk

mematuhi prinsip-prinsip tersebut.20

Di Indonesia belum ada regulasi mengenai perlindungan data pribadi dalam suatu peraturan perundang-undangan khusus. Perlindungan terhadap perlindungan data pribadi ini pada dasarnya telah bertumpu pada Pasal 28 G Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

menyatakan bahwa, “setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.” Di samping itu juga, terdapat

beberapa peraturan perundang-undangan yang di dalamnya tercermin mengenai perlindungan data pribadi secara umum, yakni dijabarkan sebagai berikut.

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1971 Tentang

Ketentuan Pokok Kearsipan.

20

Sinta Dewi, 2015, Cyber Law: Aspek Data Privasi Menurut Hukum Internasional, Regional, dan Nasional, PT Refika Aditama, Bandung, h. 30.

Secara umum undang-undang ini mengatur dari aspek publik yakni penyelenggaraan sistem kearsipan oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan administrasi negara. Dalam sistem kearsipan ini dapat tercakup juga data dan/atau informasi pribadi seseorang. Pasal 1 dalam undang-undang ini menentukan bahwa:

yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan “arsip” ialah:

a. naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga

Negara dan Badan-badan Pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah;

b. naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta

dan/ atau perorangan, dalam bentu corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Berdasarkan ketentuan di atas, arsip dinyatakan dalam bentuk corak apapun, sehingga tentu saja dapat berupa data elektronik. Mengenai keamanan data, undang-undang ini mencantumkan ancaman pidana terhadap pihak-pihak yang melawan hukum dalam memiliki arsip tersebut dan/atau secara sengaja melanggar kewajiban untuk merahasiakannya.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997 Tentang

Dokumen Perusahaan.

Berbeda dengan Undang-undang Tentang Ketentuan Pokok Kearsipan yang mengatur dalam lingkup aspek publik, undang-undang ini mengatur dalam

lingkup perusahaan. Dalam Pasal 1 angka 2 ditentukan bahwa, “dokumen

perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di

atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang

dapat dilihat, dibaca, atau didengar.”

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi dalam undang- undang ini ialah menyangkut rahasia bank. Berdasarkan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank diwajibkan untuk merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A. Pasal-pasal pengecualian tersebut adalah apabila untuk kepentingan perpajakan, untuk penyelesaian piutang bank, untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, serta atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan, maka bank dapat melanggar ketentuan mengenai rahasia bank ini namun dengan prosedur-prosedur tertentu.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang

Telekomunikasi.

Dalam undang-undang ini diatur mengenai kerahasiaan informasi, yakni dalam Pasal 22 dinyatakan bahwa, “setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi: (a) akses ke jaringan telekomunikasi; dan atau (b) akses ke jasa telekomunikasi; dan atau (c) akses ke jaringan telekomunikasi

khusus.” Bagi pihak yang melanggar ketentuan tersebut maka dikenakan pidana

(enam ratus juta rupiah), sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 50. Selanjutnya Pasal 40 melarang setiap orang untuk melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun, dan bagi yang melanggar dikenakan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun sebagaimana yang diatur dalam Pasal 56. Namun ketentuan ini mendapat pengecualian yakni dalam rangka pembuktian kebenaran pemakaian fasilitas telekomunikasi atas permintaan pengguna jasa telekomunikasi serta untuk keperluan proses peradilan pidana sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 41 dan Pasal 42 ayat (2). Undang-undang ini juga mengatur mengenai kewajiban penyelenggara jasa telekomunikasi dalam merahasiakan informasi yang dikirim dan atau diterima oleh pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yang diselenggarakannya, yakni diatur dalam Pasal 42 ayat (1). Selanjutnya dalam Pasal 57 mengatur bahwa bagi pihak yang melanggar ketentuan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan.

Berbeda dengan berbagai undang-undang yang dijabarkan sebelumnya, Undang- undang tentang Administrasi Kependudukan secara eksplisit menjelaskan

mengenai data pribadi, yakni dalam Pasal 1 angka 22 ditentukan bahwa, “data

pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga

84 mengenai data pribadi penduduk yang harus dilindungi mencakup (a) nomor KK; (b) NIK; (c) tanggal/bulan/tahun lahir; (d) keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental; (e) NIK ibu kandung; (f) NIK ayah; dan (g) beberapa isi catatan peristiwa penting. Data pribadi yang diatur dalam undang-undang ini tentu mendapat perlindungan khususnya terdapat dalam Pasal 85.

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang

Kearsipan.

Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 Tentang Ketentuan Pokok Kearsipan, undang-undang ini tidak saja diatur mengenai penyelenggaran kearsipan di lingkungan pemerintah, tetapi juga penyelenggaraan sistem kearsipan oleh lembaga negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan serta lembaga kearsipan. Dalam sistem kearsipan ini dapat tercakup juga data dan/atau informasi pribadi seseorang yang juga mendapat perlindungan. Pasal 44 menentukan bahwa pencipta arsip dapat menutup akses atas arsip dengan alasan apabila arsip dibuka untuk umum dapat mengungkapkan rahasia atau data pribadi. Selain itu dalam Pasal 66 mengatur bahwa lembaga kearsipan berwenang menetapkan keterbukaan arsip sepanjang tidak mengungkapkan rahasia atau data pribadi seseorang.

g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Dalam UU ITE tidak dijelaskan secara eksplisit mengenai data pribadi, namun di dalamnya tercermin perlindungan terhadap data pribadi itu sendiri. Pasal 26 ayat (1) mengatur bahwa setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut

data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan, bahkan dalam Pasal 26 ayat (2) menentukan setiap orang yang dilanggar haknya sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa dalam UU ITE perlindungan data pribadi merupakan salah satu bagian dari hak

pribadi (privacy rights). Hal ini pun selanjutkan dalam penjelasan Pasal 26 ayat

(1) dijabarkan kembali mengenai pengertian hak pribadi yakni: (a) hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan; (b) hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi dengan (orang lain tanpa tindakan memata-matai); dan (c) hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang. Berkaitan dengan UU ITE, dalam peraturan pelaksananya yakni Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 1 angka

27 bahwa, “data pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat,

dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.” Dalam pengertian tersebut

tidak dijelaskan rincian data pribadi yang dimaksud, namun data pribadi tersebut haruslah dijaga dan dilindungi. Selanjutnya Pasal 15 ayat (1) PP Nomor 82 Tahun 2012 menentukan sebagai berikut.

Penyelenggara Sistem Elektronik wajib:

a. menjaga rahasia, keutuhan, dan ketersediaan Data Pribadi yang dikelolanya;

b. menjamin bahwa perolehan, penggunaan, dan pemanfaatan Data Pribadi berdasarkan persetujuan pemilik Data Pribadi, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan

c. menjamin penggunaan atau pengungkapan data dilakukan berdasarkan persetujuan dari pemilik Data Pribadi tersebut dan sesuai dengan tujuan

yang disampaikan kepada pemilik Data Pribadi pada saat perolehan data.

Berdasarkan ketentuan tersebut, data pribadi dalam sistem elektronik tentu mendapat perlindungan hukumnya untuk menjamin kerahasiaan, keutuhan, serta penggunaan dan pemanfaatannya yang harus dilakukan berdasarkan persetujuan dari pemilik data pribadi tersebut.

2.3 Go-Jek

2.3.1 Gambaran umum tentang Go-Jek.

Dalam situs resmi Go-Jek Indonesia yakni http://www.go-jek.com disebutkan bahwa Go-Jek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi ojek yang bermitra dengan para pengemudi ojek berpengalaman di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Bali dan Surabaya, serta menjadi solusi utama dalam pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan berpergian di tengah kemacetan. Disebutkan pula bahwa saat ini Go-Jek beramalat di Jalan Kemang Selatan Nomor 99 B, Jakarta Selatan. Bermula di Jakarta pada tahun 2010, perusahaan Go-Jek didirikan oleh Nadiem

Makarim, yakni seorang pria berkewarganegaraan Indonesia.21 Perusahaan

menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah:

a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

21

Go-Jek, Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas URL:

b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dalam situs resminya dinyatakan bahwa Go-Jek ialah perseroan terbatas (PT). Disebutkan pula bahwa PT Go-Jek Indonesia ialah suatu perseroan yang didirikan

berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia.22

Perseroan terbatas merupakan bentuk badan usaha yang paling sempurna di antara berbagai bentuk badan usaha lainnya seperti firma dan persekutuan

komanditer/commanditaire vennootschap (CV).23 Pengertian tentang perseroan

terbatas secara tegas ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) menentukan sebagai berikut.

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Definisi tersebut memberi arti bahwa perseroan terbatas (PT) merupakan badan hukum yang berbentuk persekutuan modal. Badan hukum persekutuan modal tersebut didirikan berdasarkan perjanjian. Perseroan terbatas dalam melakukan kegiatan usaha dilakukan dengan modal dasar. Modal dasar tersebut seluruhnya terbagi dalam saham.

Berdasarkan penjabaran definisi Perseroan Terbatas di atas, didapat unsur-unsur penting dari Perseroan Terbatas, yakni:

22

Kebijakan Privasi Go-Jek Indonesia, Situs Resmi Go-Jek Indonesia, URL: http://www.go- jek.com/faq, diakses tanggal 5 Januari 2016.

23

Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan (Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia), Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 81.

a. perseroan terbatas merupakan badan hukum;

b. perseroan terbatas merupakan persekutuan modal;

c. didirikan berdasarkan perjanjian;

d. dilakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi dalam saham-

saham.

Perusahaan Go-Jek disebutkan bahwa merupakan perseroan terbatas. Sebagai perseroan terbatas, maka perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya Go-Jek berlaku sebagai badan hukum dan merupakan persekutuan modal. Di samping itu pula, perusahaan Go-Jek sebagai badan hukum juga berarti merupakan subjek hukum atau pendukung hak dan kewajiban. Sebagai sebuah badan hukum, perseroan terbatas telah memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum sebagaimana yang telah diatur dalam UU PT. Unsur-unsur tersebut yakni sebagai berikut.

a. memiliki pengurus dan organisasi teratur;

b. dapat melakukan perbuatan hukum (recht handeling) dalam hubungan-

hubungan hukum (rechts betrekking), termasuk dalam hal ini dapat

digugat atau menggugat di depan pengadilan;

c. mempunyai harta kekayaan sendiri;

d. mempunyai hak dan kewajiban;

2.3.2 Ruang lingkup usaha Go-Jek.

Pada dasarnya Go-Jek ialah perusahaan teknologi yang memberikan jasa melalui aplikasi. Terhadap jasa tersebut lebih lanjut diuraikan dalam situs resmi Go-Jek, http:www.go-jek.com yakni sebagai berikut.

a. Aplikasi berarti suatu aplikasi piranti lunak yang telah dikembangkan

oleh Go-Jek yang merupakan suatu sarana untuk menemukan jasa yang disediakan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ialah pihak Penyedia Jasa.

b. Penyedia Jasa berarti suatu pihak ketiga pengendara sepeda motor

(dalam hal ini ialah pengemudi Go-Jek) yang menyediakan jasa melalui Aplikasi.

c. Jasa berarti jasa atau layanan transportasi dengan menggunakan sepeda

motor yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa melalui Aplikasi.

Namun ternyata ditegaskan bahwa Go-Jek ialah sebuah perusahaan teknologi, bukan perusahaan transportasi atau kurir dan tidak memberikan layanan

transportasi atau kurir.24 Go-Jek tidak mempekerjakan penyedia jasa (pengemudi

Go-Jek) dan tidak bertanggung jawab atas setiap tindakan dan/atau kelalaian penyedia jasa. Aplikasi ini hanya merupakan sarana untuk memudahkan pencarian atas layanan atau jasa. Hal ini adalah tergantung pada pengemudi Go-Jek untuk menawarkan layanan/jasa kepada konsumen (pengguna jasa) dan tergantung pula pada konsumen untuk menerima tawaran jasa dari pengemudi Go-Jek.

Kehadiran jasa ini merupakan media alternatif dalam memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat sebagai konsumen yang ingin mengedepankan aspek kemudahan, fleksibilitas, dan efisiensi. Kendaraan yang digunakan oleh Go-Jek dalam memberikan jasanya ialah sama dengan yang

24

Ketentuan Penggunaan Go-Jek Indonesia, Situs Resmi Go-Jek Indonesia, URL: http://www.go-jek.com/faq, diakses tanggal 5 Januari 2016.

digunakan oleh ojek konvensional, yakni kendaraan bermotor beroda 2 (dua). Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh motor (mekanik) yang berjalan di atas jalan darat (jalan aspal, jalan berbatu, jalan tanah/pasir) nuatan manusia atau buatan alam seperti mobil sedan, mobil stasion, jeep, kombi,

bis umum, truk, trailer, kendaraan beroda tiga dan beroda dua, dan lain-lain.25

Masyarakat sebagai konsumen yang ingin menggunakan jasa ini tidak perlu mencari ojek di pangkalan ataupun menunggu di pinggir jalan, dengan adanya Go-Jek masyarakat hanya perlu memesan ojek melalui aplikasi Go-Jek yang telah diunduh terlebih dahulu, kemudian memesan dan memasukkan alamat atau lokasi di mana konsumen berada. Konsumen dapat melihat foto pengemudi Go-Jek yang dipesan dan menghubunginya melalui pesan singkat ataupun melalui telepon. Kemudian setelah dikonfirmasi dan ditunggu beberapa saat, maka pengemudi Go- Jek akan langsung datang dan siap untuk memberikan jasa terhadap konsumen. Di akhir layanan, konsumen dapat memberikan komentar dan penilaian terhadap pengemudi ojek tersebut. Maka dilihat dari hal tersebut, maka tentu Go-Jek lebih unggul dari jasa ojek konvensional, karena memberikan kemudahan, kenyamanan, dan proses yang lebih cepat.

Disebutkan bahwa Go-Jek memberikan jasa atau layanan yang dapat mencakup (i) layanan kurir instan, (ii) transportasi, (iii) pengiriman makanan dan (iv) pembelanjaan pribadi. Keempat jasa/layanan tersebut sewaktu-waktu dapat

25

berubah. Jasa/layanan yang ditawarkan oleh GO-Jek yang dikenal saat ini ialah Go-Food, Go-Mart, dan Go-Box.

a. Go-Food.

Go-Food adalah salah satu fitur dalam aplikasi Go-Jek. Go-Food memberikan konsumen (pengguna jasa) kemudahan dalam layanan pesan

antar makanan.26 Pada saat ini Go-Food baru ada di area Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Bali, Surabaya, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Go-Jek memiliki 15,000 data restoran yang menu-nya dapat di

Dokumen terkait