• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN MEREK DAN PENDAFTARAN MEREK DALAM HUBUNGAN SUATU PERDAGANGAN

D. Perlindungan Hukum Terhadap Merek

Dalam perlindungan Hukum dapat dilihat dari setiap Undang-undang memiliki Perbedaan dalam perlindungan Hukum terhadap Merek yaitu Dalam proses Administrasi atau sistem perolehan Hak atas Merek dimana Pendaftaran dibagi menjadi 2 Proses Pendaftaran yaitu :

1. Sistem Pendaftaran Deklaratif

Sistem pendaftaran deklaratif adalah suatu sistem dimana yang memperoleh perlindungan hukum adalah pemakai pertama dari merek yang bersangkutan. Sistem pendaftaran deklaratif ini dianut dalam Undang-Undang Nomor : 21 Tahun 1961. Dengan perkataan lain, bukan pendaftaran yang menciptakan suatu hak atas merek, tetapi sebaliknya pemakaian pertama yang menentukan Kekuasaan Merek tersebut. Hal ini berarti bahwa seseorang yang sudah mendaftarkan mereknya belum tentu akan tetap dianggap berhak untuk menggunakan merek tersebut untuk selamanya, sebab apabila ada orang lain yang dapat membuktikan bahwa dialah pemilik pertama dari merek yang sama dengan merek yang didaftarkan, maka orang yang mendaftarkan merek yang pertama kali akan dibatalkan hak untuk menggunakan merek tersebut.. Oleh karena itulah, pendaftaran dengan sistem deklaratif di Indonesia telah tidak lagi digunakan sejak berlakunya Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 1992 tentang Merek.

2. Pendaftaran Merek Dengan Sistem Konstitutif

Dalam pendaftaran merek dengan sistem konstitutif, Pendaftaran Merek merupakan keharusan agar dapat memperoleh hak atas merek.

Tanpa pendaftaran, negara tidak akan memberikan hak atas merek kepada pemilik merek. Hal ini berarti tanpa mendaftarkan merek, seseorang tidak akan diberikan perlindungan hukum oleh negara apabila mereknya ditiru oleh orang lain.Jika prosedur pemeriksaan substantif selesai dan pendaftaran merek dilangsungkan dengan menempatkan ke Daftar Umum Merek, maka pemilik merek diberikan Sertifikat Merek. Sertifikat ini merupakan tanda bukti Hak Atas Merek yang merupakan bukti bahwa pemilik merek diberi hak khusus oleh negara untuk menggunakan merek yang telah didaftarkan, Bukti yang demikian tidak dijumpai pada sistem deklaratif, karena pemilik merek yang mendaftarkan mereknya hanya diberi surat tanda pendaftaran, bukan sertifikat. Disinilah dapat dilihat jaminan kepastian hukumnya pemakai merek pada sistem konstitutif pendaftaran merek. Pendaftaran merek dengan sistem deklaratif ini mengandung ketidakpastian hukum, sebab pendaftaran suatu merek sewaktu-waktu dapat dibatalkan apabila ada pihak lain yang dapat membuktikan sebagai pemilik pertama dari merek yang telah didaftarkan Pendaftaran merek yang digunakan di Indonesia sejak Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 adalah sistem Konstitutif. Pada sistem Konstitutif ini perlindungan hukumnya didasarkan atas pendaftar pertama yang beritikad baik.Selanjutnya undang-undang Mere No. 15 Tahun 2001 dimana

perlidungan Hukum yang ada dikuasai oleh Pendaftran yang pertama mendaftarkan Merek tersebut dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

Selanjutnya Perlindungan hukum terhadap merek di Indonesia saat ini diatur berdasarkan UU No.20 Tahun 2016 tentang Merek yang merupakan hasil pembaharuan dari undang-undang merek lama, yaitu UU No. 19 Tahun 1992 dan UU No. 14 Tahun 1997 dan UU No.15 Tahun 2001 Pada dasarnya perlindungan atas merek merupakan bagian dari perlindungan hukum terhadap persaingan curang yang adalah perbuatan melanggar hukum di bidang perdagangan.

Fungsi Merek dapat dilihat dari sudut pandang produsen, pedagang, dan konsumen :

a. Dari pihak produsen merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, kemudian pemakaiannya.

b. Dari pihak pedagang, merek digunakan untuk promosi barang- barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran.

c. Dari pihak konsumen merek digunakan untuk mengadakan pilihan barang yang dibeli.

Sehingga bila dilihat dari tiga aspek tersebut maka dapat disimpulkan bahwa merek tidak hanya berguna bagi produsen saja akan tetapi memberikan perlindungan juga terhadap pedagang dan konsumen. Selain itu merek pun berfungsi sebagai sarana promosi atau reklame bagi produsen

atau pedagang atau pengusaha pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa tersebut.

Secara garis besar, perlindungan hukum atas merek ditujukan kepada 2 (dua) kepentingan yang seolah-olah tidak ada hubungannya satu sama lain atau bahkan bertentangan, yaitu kepentingan pemilik merek (produsen) dan kepeningan konsumen. Sebenarnya, perlindungan atas merek dagang bertujuan untuk melindungi 2 (dua) kepentingan tersebut secara seimbang dan tidak berat sebelah. Secaramenyeluruh, kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi oleh hukum merek dapat dipisah- pisahkan menjadi 4 kelompok berikut:24

1. Kepentingan pemilik merek untuk tidak diganggu gugat dalam hubungan baiknya dengan para konsumen, yang telah dibina olehnya di pasar melalui penggunaan suatu merek tertentu, serta dalam harapan yang wajar untuk memperoleh langganan tetap, yang terjamin oleh pengenalan masyarakat kepada merek tersebut, yang menunjukkan bahwa pemilik merek itu adalah produsen dari barang yang bersangkutan.

2. Kepentingan para produsen atau para pedagang lainnya yang bersaing untuk bebas memasarkan barang-barangnya dengan memakai tanda-tanda umum yang dapat dipakai oleh siapa saja, dan yang seharusnya

24Suyud Margono, Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, PT.

Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta, 2002 hal. 49

tidak boleh dimonopoli oleh siapa pun sehingga tidak merugikan kebebasan mereka untuk menjual barang-barangnya dalam persaingan jujur dan sah.

3.Kepentingan para konsumen untuk dilindungi terhadap praktik- praktik yang cenderung hendak menciptakan kesan-kesan yang dapat menyesatkan dan menipu atau membingungkan mereka, dengan cara memengaruhi pikiran mereka bahwa suatu perusahaan adalah sama dengan perusahaan lain, atau hasil- hasil dari suatu perusahaan itu juga berasal dari perusahaan yang lain tersebut.

4. Kepentingan umum untuk memajukan perdagangan yang jujur di pasar-pasar, serta untuk mencegah timbulnya praktik-praktik yang tidak jujur dan pula bertentangan dengan norma-norma kepatutan dalam perdagangan.

Oleh karena itu, para konsumen di manapun mereka berada, harus dilindungi terhadap penipuan yang dilakukan dengan cara memalsukan merek yang sudah dikenal oleh mereka sebagai merek dari barang-barang yang bermutu baik. Dapat disimpulkan bahwa tujuan perlindungan hukum atas merek adalah untuk sedapat mungkin secara seimbang melindungi kepentingan semua pihak, yaitu para produsen di satu pihak dan para

konsumen di pihak lainnya.25Dan dilidungi Oleh Kekuatan Hukum yang Berlaku.