• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Karyawan Dalam Kepailitan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK KARYAWAN

C. Tinjauan Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Karyawan Dalam

3) Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Karyawan Dalam Kepailitan

1. Hak-Hak Karyawan Dalam Perseroan Pailit

Jika setelah diputuskan pernyataan pailit ada karyawan yang bekerja pada debitur pailit baik karyawan maupun kurator sama-sama berhak untuk memutuskan hubungan kerja. Namun demikian, untuk pemutusan hubungan kerja tersebut diperlukan suatu pemberitahuan PHK

(notice) dengan jangka waktu pemberitahuan sebagai berikut:148

a. Jangka waktu pemberitahuan PHK yang sesuai dengan perjanjian kerja.

b. Jangka waktu tersebut sesuai dengan perundang-undangan.

UU menyebutkan bahwa dalam keadaan pailit, pembayaran upah didahulukan daripada utang lainnya. Hal ini didukung pada Pasal 95 ayat (4) UU No.13 Tahun 2003 tentang

147

Ibid, hal. 35. 148

ketenagakerjaan yang berbunyi dalam hal perseroan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang berlaku maka upah dan hak-hak lainya merupakan utang yang didahului pembayarannya. Sedangkan pada Pasal 165 menyebutkan pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan, karena perseroan pailit dengan ketentuan karyawan, karena perseroan pailit dengan ketentuan karyawan berhak atas uang pesangon satu kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasa1 156 ayat (4). Ketetuan Pasal 156 ayat (2) yaitu:149

1. Masa kerja kurang dari 1(satu) tahun, 1(satu) bulan upah.

2. Masa kerja 1(satu) tahun atau lebih tetapi kurang, dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) hulan upah. 3. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dart 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah. 4. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah. 5. Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah. 6. Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah. 7. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah. 8. Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan

upah.

9. Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih 9 (sembilan) bulan upah.

Karyawan mendapat uang perhargaan masa kerja sebesar 1(satu) kali ketentuan Ketentuan Pasal 156 ayat (3) yaitu:

1. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah.

149

2. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun , 3 (tiga) bulan upah.

3. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah.

4. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lehih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah.

5. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan upah.

6. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (duapuluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah.

7. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (duapuluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah.

8. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah.

Sedangkan uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam UU Ketenagakerjaan adalah:150

1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.

2. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat dimana karyawan diterima bekerja.

3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas persen) dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat. 4. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perseroan atau perjanjian kerja

bersama.

UU No 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan pembayaran utang mengatur sejak tanggal putusan peryataan pailit diucapkan, upah yang terutang sebelum maupun sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit (Pasal 39 ayat (2)).Dengan

150

sendirinya kurator wajib untuk mencatat, sekaligus mencantumkan sifat (istimewa) pembayaran upah yang merupakan utang harta pailit dalam daftar utang piutang harta pailit.Daftar tersebut harus diumumkan pada khalayak umum, sebelum akhirnya dicocokkan dengan tagihan yang diajukan oleh kreditor sendiri.Pembayaran upah kepada karyawan merupakan hal yang diutamakan, meskipun pengusaha yang perseroannya pailit menerima sanksi pidana penjara, kurungan dan denda.Hal ini diperkuat bunyi pada Pasal 189 UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu sanksi pidana penjara, kurungan atau denda tidak menghilangkan kewajiban pengusaha membayar hak-hak atau ganti kerugian kepada karyawan.151

Meskipun karyawan memiliki prioritas untuk dipenuhi hak-haknya oleh perseroan yang dinyatakan pailit, namun terjadi semacam benturan antara pemenuhan hak karyawan yang didahulukan, berdasarkan UU Ketenagakerjaan atau UU kepailitan karena berdasarkan UU No 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang mengatur bahwa kreditur menjadi prioritas untuk didahulukan hak dan kewajibannya pada perseroan pailit. Dalam asas hukum terdapat asas yang berbunyi lex spesialis derogat legi generalisyang berarti peraturan yang lebih khusus mengalahkan peraturan yang lebih umum, sehingga diperlukan pengkajian mengenai hak karyawan pada saat pailit dengan mengacu pada hukum yang lebih khusus, yaitu UU atau peraturan yang langsung membahas dan mengatur mengenai kepailitan, yaitu UU No 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang.152

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No 37 Tahun 2004 yang dimaksud kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.Kreditur dapat dibedakan menjadi tiga yaitu kreditur konkuren, kreditur

151

R. Saliman, Abdul, Hukum Bisnis Untuk perseroan, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 55.

152

separatis dan kreditur preferen.Kreditur separatis tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitur dan kreditur preferen tanpa kehilangan haknya untuk didahulukan.Kreditur separatis merupakan pemegang jaminan kebendaan dan dikatakan separatis karena terpisah baik utang maupun harta debitur.Dalam hal mengeksekusi jaminan hutang, kreditur separatis dapat menjual dan mengambil hasil penjualan jaminan hutang seolah-olah tidak terjadi kepailitan.Bahkan jika diperkirakan hasil penjualan jaminan hutang tersebut tidak menutupi masing-masing seluruh hutangnya, kreditur separatis dapat memintakan agar kekurangan tersebut diperhitungkan sebagai kreditur konkuren.Kreditur preferen adalah kreditur yang didahulukan berdasarkan ketentuan Undang-undang.Sedangkan kreditur konkuren adalah kreditur yang berebut.153

Dalam Pasal 26 UU No 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (UUK-PKPU), kurator memang diberi kewenangan untuk mengajukan tuntutan mengenai hak dan kewajiban yang menyangkut harta pailit. Apalagi jika ada kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hak agunan maupun hipotek, maka kreditur ini merupakan pihak yang mendapat prioritas.Prioritas kepada kreditur jenis ini bukan tanpa dasar. Jika dilihat dari Pasal 138 UU Kepailitan disebutkan, kreditur yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek hak agunan atas kebendaan lainnya atau yang mempunyai hak yang diistimewakan atas suatu benda tertentu dalam harta pailit dan dapat membuktikan bahwa sebagian piutang tersebut tidak akan dilunasi dari hasil penjualan benda yang menjadi agunan, dapat meminta diberikan hakhak yang dimiliki kreditur konkuren atas bagian piutang tersebut, tanpa mengurangi hak untuk didahulukan atas benda yang menjadi

153

Mulhadi, Hukum Perseroan dan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 35.

agunan atas piutangnya. Sedangkan pada Pasal 142 ayat (1) disebutkan dalam hal terdapat debitur tanggung-menanggung dan satu atau lebih debitur dinyatakan pailit, kreditur dapat mengajukan piutangnya kepada debitur yang dinyatakan pailit ataua kepada masing-masing debitur yang dinyatakan pailit sampai seluruh piutangnya dibayar lunas.154

Prioritas bagi kreditur dalam pemenuhan hak dan kewajiban pada perseroan yang pailit juga diatur dalam KUH Perdata, misalnya Pasal 1134. Pasal 1134 berbunyi hak istimewa adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada seorang kreditur yang menyebabkan ia berkedudukan lebih tinggi daripada yang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutang itu. Gadai dan hipotek lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hal undang-undang dengan tegas menentukan kebalikannya.Sedangkan pada Pasal 1133 menyebutkan hak untuk didahulukan di antara para kreditur bersumber pada hak istimewa, pada gadai dan pada

hipotek.Pada Pasal 1135 disebutkan antara pihak-pihak kreditur yang mempunyai hak

didahulukan, tingkatanya diatur menurut sifat hak didahulukan mereka. Sedangkan pada Pasal 1136 mengatur para kreditur dengan hak didahulukan yang mempunyai tingkatan sama, dibayar secara berimbang.155

154

Ibid, hal. 42. 155

Dokumen terkait