• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Insan Budi Maulana, merek dapat dianggap sebagai ”roh ” bagi

suatu produk barang atau jasa.25 Merek sebagai tanda pengenal akan dapat

menggambarkan jaminan kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa

hasil usahanya sewaktu diperdagangkan.26

Dari sisi produsen, merek digunakan sebagai jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas kemudian pemakaiannya. Dari segi pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasar. Dari sisi konsumen, merek diperlukan untuk melakukan pililhan barang yang akan dibeli.27

Tidak dapat dibayangkan apabila suatu produk yang tidak memiliki merek, tentu produk yang bersangkutan tidak akan dikenal oleh konsumen. Oleh karena itu, suatu produk apakah produk itu baik atau tidak tentu akan memiliki merek. Bahkan tidak mustahil, merek yang telah dikenal luas oleh konsumen karena mutu dan harganya akan selalu diikuti, ditiru, ”dibajak” bahkan mungkin dipalsukan oleh produsen lain yang melakukan persaingan curang.

28

Suatu merek mendapat perlindungan hukum apabila merek tersebut didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Karena disebutkan dalam perjanjian TRIPs dan di dalam Pasal 1 butir 5 UU MIG bahwa merek terdaftar memiliki hak eksklusif untung melarang pihak ketiga yang tanpa izin dan

25

Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis melalui Merek, Paten dan hak Cipta, Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 60.

26

Wiratmo Dianggoro, Pembaharuan UU Merek dan Dampaknya Bagi Dunia Bisnis,

Jurnal Hukum Bisnis, Vol.2, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1997, hlm. 34. 27

Ibid.

28

sepengetahuan pemilik merek tersebut untuk memakai merek yang sama untuk barang dan/atau jasa yang telah didaftarkan terlebih dahulu.

Adapun yang dimaksud dengan hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar meliputi:29

1) Menciptakan hak tunggal (sole or single right)

Hukum atau undang-undang memberi hak tersendiri kepada pemilik merek. Hak itu terpisah dan berdiri sendiri secara utuh tanpa campur tangan pihak lain;

2) Mewujudkan hak monopoli (monopoly right)

Siapapun dilarang meniru, memakai, dan mempergunakan dalam perdagangan barang dan jasa tanpa izin pemilik merek;

3) Memberi hak paling unggul (superiror right)

Hak superior merupakan hak yang diberikan doktrin hak paling unggul bagi pendaftar pertama. Oleh karena itu, pemegang hak khusus atas suatu merek menjadi unggul dari merek orang lain untuk dilindungi.

Merek yang didaftarkan adalah yang memiliki kekuatan daya pembeda atau distinctive power.30

29

Sudargo Gautama, Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian TRIPs-GATT dan UndangUndang Merek RI, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 19.

30

M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 205.

Melalui daya pembeda, merek mewujudkan ciri identitas dan individualitas tertentu yang membedakannya dari merek orang lain. Pancaran wujud identitas atau individualitas, menjadi alat pengukur bagi Direktorat Jenderal dan pemilik merek untuk melakukan pengawasan terhadap pelanggaran hak perlindungan hukum atas merek. Demikian pentingnya peranan merek ini,

sehingga terhadapnya dilekatkan perlindungan hukum, yakni sebagai objek terhadapnya terkait hak-hak perseorangan atau badan hukum.31

Kebutuhan akan perlindungan hukum atas merek semakin berkembang pesat setelah banyak pihak melakukan tindak kecurangan, terlebih setelah dunia perdagangan semakin maju dan berkembang pesat.32

Adapun lingkup perlindungan hukum yang diberikan kepada pemilik merek meliputi penggunaan atau eksploitasi merek menurut M. Yahya Harahap mencakup:

33

a. Melindungi penggunaan hak eksklusif merek, meliputi:

1) Menggunakan tanda merek sebagai logo, label, atau gambar dalam suratmenyurat, pada barang atau jasa, pada kemasan (packaging) dalam advertensi atau promosi;

2) Menikmati secara eksklusif manifestasi yang lahir dari merek, meliputi

goodwill, atau well-known, reputasi tinggi (high reputation), indikasi sumber asal/geografis, sentuhan kultural (cultural attachment), dan sentuhan keakraban (familiar attachment).

b. Melindungi hak eksklusif menggunakan merek sebagai alat eksploitasi memperoleh keuntungan dalam perdagangan, meliputi:

1) Memasarkan barang atau jasa dalam perdagangan nasional, regional, dan global

2) Menyimpan barang yang dilindungi merek, asal tidak bertentangan dengan ketentuan monopoli atau spekulasi untuk menaikkan harga

3) Menyuplai barang

31

Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 92. 32

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedilah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia), Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011, hlm. 207.

33

4) Mengekspor barang

c. Melindungi hak memperluas wilayah dan segmen pemasaran, sesuai dengan sistem pasar atau perdagangan bebas dan dilakukan sesuai dengan prinsip persaingan bebas, jujur, dan sehat

d. Melindungi pengalihan atau transfer dalam bentuk :

1) Transfer berdasarkan titel umum sesuai dengan ketentuan hukum waris.

2) Transfer dalam segala bentuk transaksi yanga dibenarkan oleh undangundang (menjual, mengagunkan, menghibahkan)

3) Dalam bentuk lisensi, memberi izin kepada orang lain atau badan hukum untuk menggunakannya.

Demikian gambaran lingkup perlindungan hukum yang harus diberikan dan diterapkan terhadap hak eksklusif sebagai hak milik berdasar pada landasan sifat hak milik atas merek yang bersifat absolut, hukum harus memberi jaminan perlindungan penuh bagi siapa saja yang mengganggu setiap kegiatan yang dilakukan pemilik sepanjang tindakan itu masih dalam batas-batas lingkup hak khusus dan lingkup perlindungan yang diberikan undang-undang.34

34

Ibid, hlm. 372.

Perlindungan hukum merek yang diberikan baik kepada merek asing atau lokal, terkenal atau tidak terkenal hanya diberikan kepada merek terdaftar. Perlindungan hukum tersebut dapat berupa perlindungan yang bersifat preventif maupun represif. Perlindungan hukum yang bersifat preventif dilakukan melalui pendaftaran merek. Sedangkan perlindungan hukum yang bersifat represif dilakukan jika terjadi pélanggaran merek melalui gugatan perdata dan atau tuntutan pidana

a. Perlindungan Hukum Atas Merek Secara Preventif

UU Merek dan Indikasi Geografis Tahun 2016 bertujuan untuk lebih memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas merek dagang terkenal asing. Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 20 UU Merek dan Indikasi Geografis menentukan merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini :

1) bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

2) sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya;

3) memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

4) memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;

5) tidak memiliki daya pembeda; dan/atau

6) merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

Selain itu Pasal 21 UU Merek Tahun 2016 menambahkan, bahwa permohonan harus ditolak apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis. Ketentuan tersebut juga dapat diberlakukan untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis.

Persamaan pada keseluruhannya adalah persamaan keseluruhan elemen. Persamaan yang demikian sesuai dengan ajaran doktrin entires similar atau sama

keseluruhan elemen. Dengan perkataan lain, merek yang dimintakan pendaftarannya merupakan copy atau reproduksi merek orang lain.35 Supaya suatu merek dapat disebut sebagai copy atau reproduksi merek orang lain, sehingga dikualifikasi mengandung persamaan secara keseluruhan, paling tidak harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:36

1. terdapat persamaan elemen secara keseluruhan;

2. persamaan jenis atau produksi kelas barang atau jasa;

3. persamaan wilayah dan segmen pasar;

4. persamaan cara dan perilaku pemakaian; dan

5. persamaan cara pemeliharaan.

Suatu merek dianggap mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek orang lain ditentukan berdasarkan patokan yang lebih lentur dibanding dengan doktrin entires similar. Persamaan pada pokoknya dianggap terwujud apabila merek tersebut memiliki kemiripan (identical) hampir mirip (nearly resembles) dengan merek orang lain. Kemiripan tersebut dapat didasarkan pada:37

1. kemiripan persamaan gambar;

2. hampir mirip atau hampir sama susunan kata, warna, atau bunyi;

3. faktor yang paling penting dalam doktrin ini, pemakaian merek menimbulkan kebingungan (actual confusion) atau menyesatkan (decive) masyarakat konsumen. Seolah- olah merek tersebut dianggap sama sumber produksi dan sumber asal geografis dengan barang milik orang lain (likelihood confusion).

35

M. Yahya Harahap, op.cit., hlm. 416 36

Ibid.

37

b. Perlindungan Hukum Secara Represif terhadap Pelanggaran Hak

atas Merek Melalui Gugatan di Pengadilan Niaga

Perlindungan hukum represif adalah perlindungan yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi, yaitu berupa pelanggaran atas hak atas merek. Tentunya dengan demikian peranan lebih besar berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya untuk melakukan penindakan terhadap pelanggaran merek.38

Dalam perlindungan hukum yang sifatnya represif, maka pemberian sanksi yang jelas dan tegas bagi pelaku pelanggaran merek sesuai dengan UndangUndang Merek yang berlaku, juga harus dilaksanakan oleh aparat penegak hukum secara konsisten. Konsistensi ini akan memberikan jaminan kepastian hukum khususnya bagi pemegang hak atas merek dagang terkenal asing di Indonesia.

39

38

Hery Firmansyah, op. cit., hlm. 70. 39

Dokumen terkait