BAB II SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR PENDAFTARAN
B. Perlindungan Hukum Terhadap Paten Asing yang Terdaftar
Indonesia mengenal hak paten semasa penjajahan Belanda, yaitu saat diberlakukan Octrooiwet 1910 S. Nomor 33 yis S. 11-33, S.22-54 yang mulai berlaku 1 Juli 1912. Setelah Indonesia merdeka, undang-undang octrooi ini dinyatakan tidak berlaku karena dirasakan tidak sesuai dengan suasana negara yang berdaulat. Penyebarannya adalah adanya ketentuan bahwa permohonan octrooi di wilayah Indonesia diajukan melalui kantor pembantu di Jakarta yang selanjutnya diteruskan ke octroooiraad di negeri Belanda.
Hak paten yang menurut sejarahnya muncul di Inggris pada abad ke-16, di zaman ratu Elizabeth I. dalam perjalanan menuju ke abad ke-21 mendatang, dari aspek Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), akan memegang peranan yang sangat penting dalam perdagangan internasional. Dalam pasar global mendatang, yang dicirikan dengan semakin pentingnya peranan daya asing dan keunggulan produk, temuan (invention) menjadi asset yang sangat berharga, melebihi nilai aset-aset ekonomi yang selama ini telah ada (Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, modal dan physical capital lainnya). Jadi perekonomian dunia di millennium yang akan datang, akan lebih bergantung pada intellectual capital, yang mencakup pengetahuan, karya penemuan, ekspresi kreatifitas, akumulasi pendidikan pelatihan keterampilan yang terinternalisasikan dalam ilmu, engineering, dan lahan kerja praktik dan professional. Modal intellectual capital akan menjadi lebih penting dan strategis fungsinya bila dibandingkan dengan physical capital, yang sebelumnya
menjadi sumber utama proses produk barang-barang konsumsi untuk kesejahteraan umat manusia.87
Dalam hal sebagaimana kita ketahui, bahwa jumlah permohonan pendaftaran paten selama enam bulan pertama tahun ini sudah mencapai 2.330, sebagian besar berasal dari luar negeri yaitu sebanyak 1.924. Menurut data Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM, selama bulan Juni saja tercatat sebanyak 467 permohonan atau meningkat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Maksud diberikan paten adalah agar setiap penemuan dibuka untuk kepentingan umum, guna kemanfaatan bagi masyarakat dan perkembangan teknologi. Dengan terbukanya suatu penemuan yang baru, maka memberi informasi yang diperlukan bagi pengembangan teknologi selanjutnya berdasarkan penemuan tersebut dan untuk memberi petunjuk kepada mereka yang berminat dalam mengeksploitasi penemuan. Hak atas kekayaan intelektual berupa ide atau pikiran yang dapat dilindungi hukum harus bersifat paten table, yakni baru, applicable dan inventive
step.
World Intellectual Property Organization (WIPO) memberi definisi paten
sebagai berikut :88
A patent is legally enforceable right granted by virtue of a law to a person to exlude, for a limited time, others from certain acts in relation to describe new
87
Jani P. Jasfin, HAKI dan Perekonomian Global, http://www.indonesiamu.com, diakses pada hari Sabtu 12 Desember 2009, Pukul 19.35 WIB.
88
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 27.
invention; the privilege is granted by a government authority as a matter of right to the person who is entitled to apply for it and who fulfils the prescribed condition.
(Paten merupakan hak yang dapat ditegakkan secara hukum, diberikan kepada seseorang dalam jangka waktu tertentu untuk mencegah pihak lain melakukan tindakan-tindakan tertentu terhadap invensi baru, yang oleh pemerintah yang berwenang diberikan hak-hak istimewanya kepada seseorang dengan mengajukan invensi memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah diatur).
Dari pengertian diatas, dapat dilihat unsur penting dari paten, yaitu bahwa hak paten merupakan hak yang diberikan oleh pemerintah, dan bersifat eksklusif bagi pemegang hak paten untuk melakukan produksi dari barang yang dipatenkan (manufacturing), atau melakukan penggunaan (using) dan penjualan (selling) dari barang tersebut, dan lain-lain perbuatan yang berkaitan dengan penjualan barang itu seperti mengimpor dan menyimpan (stocking).89
Menurut Smith, dasar pembenaran sistem paten (justification of the patent
system) antara lain :
1. advance a countries technological dan economic development (memajukan
pembangunan ekonomi dan teknologi).
2. stimulation of indigenous industrialization (merangsang industrialisasi asli
pribumi).
3. patents can contribute to technological and economic through licensing in other countries (menyumbang pembangunan teknologi dan ekonomi melalui lisensi di
negara lain).
89
Marni Emmy Mustafa, Prinsip-Prinsip Beracara Dalam Penegakan Hukum Paten di
4. patents help in dissemination of technological information (membantu
penyebaran informasi teknologi).
5. availability of patent protection provides an in flow of technology from other countries and incentive for investment (adanya perlindungan paten memberikan
aliran teknologi dari negara lain dan insentif bagi penanaman modal).
Dengan diberikannya sertipikat paten, patentee (si penerima paten) mempunyai hak monopoli (exclusive right/monopoly patent right). Patentee dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun yang tanpa ijinnya membuat apa yang telah dipatenkannya, tetapi pelarangan tersebut dibatasi ruang lingkupnya, yakni hanya meliputi perbuatan-perbuatan yang dilakukan untuk tujuan industri dan perdagangan, serta dibatasi pula oleh jangka waktu tertentu.
Demikian pula di Indonesia, paten dimaksudkan sebagai hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Pemilik paten adalah inventor atau pihak yang menerima pengalihannya berdasarkan pewarisan, hibah, wasiat dan lisensi. Inventor dapat menggunakan hak ekslusifnya dengan dua cara :
1. Memasarkan sendiri produk invensi, atau
2. Memberikan lisensi atas invensi yang telah memiliki paten kepada penerima
kepada inventor, sehingga inventor memperoleh royalty yang besar dari berbagai negara.90
Menurut Marzuki, fungsi utama paten adalah untuk melindungi penemuan karena penemuan-penemuan bernilai ekonomis. Selain itu, paten juga berfungsi mendorong terjadinya inovasi. Paten juga mendorong R&D (research and
development) sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi dan teknologi.
Sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa pemegang paten mempunyai suatu hak monopoli, artinya pemegang paten dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa persetujuannya berupa tindakan membuat, menjual, menyewakan, memakai, menyediakan, untuk dijual atau disewakan atau diserahkan hasil produksi yang diberi paten, juga bisa melarang tindakan menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat sesuatu barang. Dengan kata lain, pemegang paten mempunyai kedudukan kuat sekali terhadap pihak lain, maka bila ada pihak yang melakukan pelanggaran terhaadap haknya dia dapat melakukan aksi hukum kepidanaaan maupun keperdataan.
Apabila terdapat perbuatan dengan sadar melanggar hak pemegang paten atau pemegang lisensi, perbuatan itu disamakan sebagai perbuatan melanggar hukum dan si pelaku dapat dituntut membayar ganti rugi91, penuntutan ganti rugi tidak
90
Ibid., hlm. 70.
91
Pasal 118 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4130.
mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap pelanggaran paten tersebut.92
World Intelectual Property Organization (WIPO) diketahui telah merancang
satu sistem global untuk memfasilitasisasi permintaan perlindungan paten di banyak negara melalui sistem PCT. Fasilitas itu hanya berlaku bagi negara anggota. Indonesia merafikasi PCT pada 1997 melalui keputusan presiden, sehingga inventor dari Indonesia bisa mencari paten internasional di banyak negara melalui WIPO.
Pemohon paten dari luar negeri ke Indonesia lebih cenderung menggunakan fasilitas Patent Cooperation Treaty (PCT) bila dibandingkan dengan mengajukan permohonan secara langsung. PCT memiliki kelebihan antara lain tidak perlu langsung ke Indonesia, tapi cukup melalui biro internasional The World Intellectual
Property Organization (WIPO) di Jenewa, Swiss, kemudian pemohon menunjuk
Indonesia sebagai salah satu negara tujuan pendaftaran.93
Akan tetapi ada juga pendaftaran paten asing di Indonesia melalui PCT yang tidak diakui di Kantor Paten, salah satu contoh:
Kasus Posisi
Drs. Aswin Nasution, SH, dan Donny Fernando, SH, MH, adalah advokat dari
BIRO OKTROI ROOSSENO, yang beralamat di Kantor Taman A9, Unit C1-C2 Jalan Mega Kuningan, Jakarta 12950, berdasarkan surat Kuasa Khusus
tanggal 20 Juni 2004 bertindak untuk dan atas nama Salbu Research And
92
Pasal 130 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4130.
93
http://hukumham.info.index.php?option=com_content&task=view&id=3431, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 19.35 WIB.
Development (Proprietary) Limited, suatu perusahaan berkedudukan di Portion 86-87 of Farm Doornkloof, Pretoria 002 Afrika Selatan. Dalam hal
ini memilih domisili hukum pada kantor kuasanya tersebut yang selanjutnya disebut Penggugat dan telah mengajukan gugatan kepada Pemerintah RI cq. Depkeh RI cq. Dirjen HKI cq. Komisi Banding Paten, yang berkedudukan di Jalan Daan Mogot Km. 24 tangerang, Banten, selanjutnya disebut sebagai Tergugat. Penggugat telah menggugat Komisi Banding Paten, karena pendaftaran PCT tidak diakui oleh Kantor Paten.
Penggugat telah mengajukan banding kepada Komisi Banding Paten karena telah menolak pendaftaran dengan judul : Metode Pengoperasian suatu
Jaringan Multistasiun. Penggugat dalam membuktikan gugatannya tidak
dapat memperlihatkan aslinya, sesuai dengan Pasal 1777 KUHPerdata Majelis HKI menolak gugatan Penggugat.
Putusan Pengadilan Niaga
Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam amar putusannya berbunyi menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah);
Susunan Majelis Hakim Pengadilan Niaga yaitu Suripto, SH, sebagai Hakim Ketua Majelis, Edi Tjahjono, Sh, M.Hum, dan Binsar Siregar, SH, masing- masing sebagai Hakim Anggota, serta Parmin, SH, sebagai Panitera Pengganti.
Atas putusan tersebut, Penggugat mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung RI. Dalam pertimbangan Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 66 Undang- Undang No. 14 Tahun 2001 tersebut telah ditelaah oleh Komisi Banding Paten. Disamping itu Pengadilan Niaga tidak salah dalam menerapkan hukum yang berlaku dan memberi putusan :
a. Menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi, Salbu Research and
Development (Propriertari) Limited tersebut;
b. Menghukum Pemohon Kasasi dahulu Penggugat untuk membayar biaya
dalam tingkat Kasasi sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah);
Susunan Majelis Kasasi yaitu Parman Soeparman, SH, MH, sebagai Hakim Ketua Majelis, Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, SH, MA, dan Prof. Dr. Muchsin, SH, masing-masing sebagai Hakim Anggota, serta Rahmi Mulyanti, SH, MH, sebagai Panitera Pengganti.
Dalam hal ini Penggugat tidak mengajukan Peninjauan kembali.
Menurut Gunawan, Ketua Umum Perhimpunan Masyarakat HaKI Indonesia,94 fasilitas PCT tersebut banyak manfaatnya bagi negara anggota karena permohonan hanya cukup diajukan melalui Kantor Paten satu negara, tapi bisa mendapatkan perlindungan di banyak negara. Yang mana, jika menggunakan fasilitas PCT, sebaiknya dipilih banyak negara tujuan supaya lebih memudahkan dan menguntungkan dari segi biaya.
94
http://www.inovasi.lipi.go.id/hki/news/news.php?id=31, diakses pada hari Kamis 10 Desember 2009, Pukul 19.00 WIB.
Jika pemilik paten cuma meminta perlindungan paten hanya di satu atau dua negara saja, maka fasilitas itu kurang tepat karena biayanya relatif lebih mahal. Bagi Indonesia, fasilitas PCT ini menguntungkan karena akan memacu permintaan paten asing ke dalam negeri. Indonesia akan mendapat fee dari setiap paten asing yang meminta perlindungan hukum ke Indonesia.95
Menurut data WIPO, pada tahun lalu tercatat sebanyak sembilan pemilik paten asal Indonesia mengajukan permohonan melalui Patent Cooperation Treaty (PCT) di Jenewa, Swiss. Dimana, WIPO telah merancang satu sistem global untuk memfasilitasi anggotanya mendapatkan perlindungan paten di banyak negara melalui PCT. Sementara itu Sumardi Partoredjo, Direktur Paten Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Depar-temen Hukum dan HAM, mengatakan bahwa mencari perlindungan paten secara internasional melalui PCT lebih praktis dan biayanya relatif lebih murah bila dibandingkan inventor datang sendiri ke negara asing-masing. Inventor bebas memilih untuk mencari perlindungan patennya di luar negeri apakah melalui PCT atau langsung ke tiap-tiap negara yang diinginkan.
Jika pemohon menginginkan perlindungan patennya hanya di satu negara, misalnya Jepang, pemohon bisa saja langsung ke negara itu. Artinya, perlindungan atas patennya hanya di Jepang. Seperti contoh seorang mahasiswa S3 Indonesia yang belajar di Jepang, kemudian menemukan hal yang baru di bidang teknologi, maka dia bisa saja langsung mendaftarkannya di Jepang, tidak mesti ke Indonesia.
95
http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id=1287&Itemid= 9999999, diakses pada hari Kamis 10 Desember 2009, Pukul 19.00 WIB.
Konsekuensinya, jelas bila tidak didaftarkan di Indonesia, maka patennya itu tidak dilindungi di dalam negeri, perlindungan hanya ada di Jepang.
Perjanjian kerja sama paten (PCT) ini memungkinkan suatu hak paten yang telah diperoleh di suatu negara dapat dilindungi di berbagai negara lainnya sekaligus. Untuk itu, setiap warga negara dari negara peserta konvensi ini dapat mengajukan permohonan hak paten internasional melalui direktorat jenderal di negaranya. Dalam konvensi ini dimungkinkan juga untuk meminta hak prioritasnya berdasarkan Konvensi Paris. Negara-negara peserta bermufakat bahwa WIPO akan memberikan
technical know how kepada negara-negara berkembang melalui keterbukaan publikasi
dokumentasi mengenai paten serta dapat diminta melalui pemohonan. Perjanjian kerja sama paten ini meskipun ditanda tangani pada tahun 1970, tetapi baru dilaksanakan mulai 1 Juni 1978. sampai tahun 1989, telah 41 negara yang ikut berpartisipasi dalam perjanjian kerja sama paten tersebut.
Masyarakat ekonomi Eropa sebagai kelanjutan dari Dewan Eropa pada tahun 1973 juga telah melahirkan suatu perjanjian mengenai paten yang menyeluruh untuk anggotanya, yaitu dalam bentuk European Patent Convention (EPC). Perjanjian ini telah diratifikasi oleh 16 negara dan mulai diberlakukan pada Juni 1978. Salah satu isi terpenting dari perjanjian tersebut adalah bahwa permohonan tunggal dan pemusatan proses pemeriksaannya kepada Direktorat Jenderal Eropa (The European Patent Office) di Munich, Jerman atau pada cabangnya di Den Haag, pada tahun 1975 di Luxembourg, masyarakat Ekonomi Eropa telah pula membentuk suatu konvensi yang dikenal dengan The Community
Patent Convention (CPC).96
Prinsip yang terpenting dari konvensi CPC ini adalah paten yang telah diberikan negara anggota masyarakat ekonomi eropa mendapat perlindungan secara menyeluruh di negara anggota masyarakat ekonomi eropa lainnya. Dalam konvensi ini ditetapkan antara lain bahwa kurun waktu pemberian hak paten
96
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 111.
adalah 20 tahun, juga dapat dimintakan suatu hak prioritas berdasarkan Konvensi Paris. Baru pada tahun 1953 Indonesia kembali menjadi anggota Uni Paris berdasar permintaan tertulis. Perlu diingat, bahwa meskipun Indonesia telah menyepakati beberapa konvensi, bahwa TRIPs, WTO, namun demi kepentingan nasional Indonesia, baik dari segi kepentingan ekonomi maupun kepentingan teknologi, Indonesia bisa saja mengesampingkan konvensi tersebut dan menomor satukan hukum nasional.97
Berbagai peraturan nasional maupun internasional di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disingkat menjadi HKI saat ini telah mengatur standar perlindungan produk industri, namun di Indonesia pelaksanaannya dianggap masih belum ditaati disamping sanksi bagi para pelanggar yang menjiplak dan bahkan mengkomersialkan HKI milik pihak lain maupun pihak asing belum ditegakkan. Atas dasar hal tersebut budaya dan perlindungan HKI serta penegakan hukum di Indonesia menjadi sangat penting dalam kerangka menarik minat para calon Investor agar mau berinvestasi di dalam negeri. HKI yang terlindungi dengan baik dalam jangka panjang dapat merangsang para penciptaan untuk melakukan kreasi-kreasi baru dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, karya seni dan bahkan sastra.
Akan tetapi dalam perlindungan HKI, Pemerintah masih mengalami kesulitan untuk menegakan hukum HKI, sehingga pembajakan karya intelektual dibidang paten, hak cipta dan merek produk/dagang hingga saat ini masih terus terjadi di masyarakat Indonesia. Kurangnya penegakkan hukum HKI di Indonesia, dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya perdagangan barang palsu atau bajakan yang merugikan masyarakat industri di dalam negeri dan pada akhirnya menimbulkan ketidak percayaan dimasyarakat Internasional terhadap Indonesia.
97
Tujuan memberi perlindungan hak khusus atas paten, maupun alasan menyamakan paten sebagai hak milik, dimaksud untuk memudahkan pemberian jaminan perlindungan hikum. Seperti yang pernah disinggung sebelumnya bahwa paten yang dapat didaftarkan adalah yang memiliki kekuatan daya pembeda. Melalui daya pembeda, paten mewujudkan ciri identitas dan individualitas tertentu yang membedakannya dari paten orang lain.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, beberapa unsur yang harus dipenuhi suatu invensi dapat dipantenkan atau dengan kata lain memperoleh perlindungan hukum yaitu :98
a. Invensi yang dilakukan harus merupakan invensi di bidang teknologi.
b. Teknologi yang diinvensi harus merupakan pemecahan masalah.
c. Invensi harus mengandung kebaharuan (state of the art), dan belum pernah
dipublikasikan baik dalam bentuk tulisan, maupun lisan dan belum pernah diperagakan.
d. Invensi harus mengandung langkah inventif, yang berarti invensi tersebut tidak dapat diduga sebelumnya.
e. Invensi yang akan dipatenkan dapat diterapkan dalam industri sehingga apabila
invensi itu merupakan suatu produk, produk dapat digandakan dalam jumlah banyak atau massal dengan menggunakan teknologi tertentu.
Adapun asas-asas dari hak paten yang dilindungi adalah :
a. Invensi yang baru, yaitu dianggap baru jika pada tanggal penerimaan, invensi
tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya adalah teknologi yang telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut sebelum tanggal penerimaan atau tanggal prioritas.
98
b. Suatu invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut dari seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Penilaian bahwa suatu invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.
c. Suatu invensi dapat diterapkan dalam industri jika invensi tersebut dapat
dilaksanakan dalam industri sebagaimana yang diuraikan dalam permohonan.99 Negara memegang peranan penting dalam meningkatkan jaminan perlindungan hukum secara teknis dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Jaminan perlindungan hukum terutama berkaitan dengan penolakan pendaftaran merek yang mempunyai persamaan dengan merek yang sudah mendapat filing date. Selain Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, pengadilan melalui putusan-putusannya juga memiliki peran dan kewenangan yang sangat menentukan terhadap stabilitas jaminan perlindungan atas hak milik paten.
Peran pengadilan memberi perlindungan atas hak paten telah menjadi kesadaran yang mantap di berbagai negara. Pembahasan perlindungan hak khusus atas paten, memerlukan penjelasan yang lebih rinci mengenai berbagai aspek yang menyangkut dengan lingkup perlindungan itu sendiri, antara lain apa yang dilindungi terhadap paten terdaftar, kapan perlindungan hukum melekat secara efektif, apakah sejak feling date atau sejak terdaftar dalam daftar untuk paten.
99
Pasal 2 s/d Pasal 5 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4130.
Paten adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakannya. Paten diberikan untuk penemuan baru, yang mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri.
Proses pengajuan permintaan paten melibatkan pemeriksaan administratif dan pemeriksaan substantif. Dalam pemeriksaan administratif, yang dinilai hanyalah kelengkapan persyaratan administrasinya, sedangkan pemeriksaan substantif yang dinilai adalah isi dari penemuan tersebut.
Jangka waktu perlindungan paten adalah 20 (duapuluh) tahun dan selama dalam jangka waktu tersebut pemegang paten wajib membayar biaya tahunan pemeliharaan paten setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah jangka waktu 20 (duapuluh) tahun berakhir, paten dengan sendirinya hapus dan penemuan (merek toko buku) tersebut menjadi milik umum (public domain), yang bebas dilaksanakan oleh siapa saja.
Suatu penemuan dianggap baru, jika pada saat pengajuan permintaan paten penemuan tersebut tidak sama atau tidak merupakan bagian dari penemuan terdahulu. Penemuan terdahulu adalah penemuan yang :
1. Pada saat tanggal pengajuan permintaan paten.
2. Pada saat sebelum tanggal permintaan paten, telah diumumkan di Indonesia atau
di luar Indonesia dalam suatu tulisan yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan tersebut, atau telah diumumkan di Indonesia dengan
penguraian lisan atau melalui peragaan penggunaannya atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan tersebut.
Paten tidak diberikan untuk hal sebagai berikut :
1. Penemuan tentang proses atau hasil produksi yang pengumuman dan penggunaan
atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum atau kesusilaan.
2. Penemuan tentang metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan pembedahan
yang diterapkan terhadap manusia dan hewan, tetapi tidak menjangkau produk apa pun yang digunakan atau berkaitan dengan metode tersebut.
3. Penemuan tentang teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika. Pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan paten yang dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuannya :
1. Dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan diserahkan hasil produksi yang diberi paten.
2. Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya.
Perlindungan atas suatu penemuan bisa berakhir karena beberapa sebab :
a. Penarikan (intrekking), yaitu bila si pemegang paten atau pemegang lisensinya