• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja

Membahas tentang perlindungan hukum terhadap tenaga kerja di Indonesia, maka di dalamnya terkait dengan pelaksanaan hak – hak pekerja, kewajiban pekerja, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan sosial tenaga kerja, perlindungan teknis terhadap tenaga kerja, dan kesehatan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka Penulis menguraikan penjelasan sebagai berikut ;

1. Hak – hak Pekerja

Menurut Darwan Prints (2000 : 22-23), yang dimaksud dengan hak di sini adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status dari seseorang, sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi baik berupa benda atau jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau statusnya.

Mengenai hak-hak bagi pekerja adalah sebagai berikut :

1) Hak mendapat upah/gaji (Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88 s/d 97 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah);

2) Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 4 Undang-undang No. 13 Tahun 2003);

3) Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya (Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan);

4) Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan lagi ( Pasal 9 – 30 Undang undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan);

5) Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek);

6) Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja (Pasal 104 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan jo. Undang-undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh )

7) Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada satu majikan atau beberapa majikan dari satu organisasi majikan (Pasal 79 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan);

8) Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan ( Pasal 88 – 98 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan);

9) Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila pada saat diputuskan hubungan kerja ia sudah mempunyai masa kerja sedikitdikitnya enam bulan terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir; yaitu dalam hal bila hubungan kerja diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh buruh karena alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh Majikan (Pasal 150 – 172 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan);

10) Hak untuk melakukan perundingan atau penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan penyelesaian melalui pengadilan (Pasal 6 – 115 Undang-undang No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial)

2. Kewajiban Pekerja

Disamping mempunyai hak-hak sebagaimana diuraikan di atas, tenaga kerja juga mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1) Wajib melakukan prestasi/pekerjaan bagi majikan;

2) Wajib mematuhi peraturan perusahaan;

3) Wajib mematuhi perjanjian kerja;

4) Wajib mematuhi perjanjian perburuhan;

5) Wajib menjaga rahasia perusahaan;

6) Wajib mematuhi peraturan majikan;

7) Wajib memenuhi segala kewajiban selama izin belum diberikan dalam hal ada banding yang belum ada putusannya (Darwan Prints, 2000 : 23).

3. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Mengenai Keselamatan Kerja Pasal 86 (1) Undang – undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa : Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

1) keselamatan dan kesehatan kerja;

2) moral kesusilaan;

3) perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Undang - undang yang khusus mengatur keselamatan kerja adalah Undang - undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Ditinjau dari segi hukum keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur yaitu (Lalu Husni, 2000 : 101) ;

1) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha social

2) Adanya sumber bahaya

3) Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu.

Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja adalah pimpinan atau pengurus tempat kerja/perusahaan dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah (Lalu Husni, 2000 : 101) ;

1) Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, ia berkewajiban menunjukan dan menjelaskan tentang :

a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja.

b. Semua alat pengamanan dan perlindungan yang diharuskan.

c. Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya.

d. Memeriksa kesehatan baik pisik maupun mental tenaga kerja yang bersangkutan.

2) Terhadap tenaga kerja yang telah / sedang dipekerjakan, ia berkewajiban :

a. Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan, penanggulangan kebakaran, pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya.

b. Memeriksakan kesehatan baik pisik maupun mental secara berkala.

c. Menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh tenaga kerja.

d. Memasang gambar dan undang-undang keselamatan kerja serta bahan pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai dengan petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.

e. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada Kantor Depertemen Tenaga Kerja setempat.

f. Membayar biaya pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja ke Kantor Perbendaharaan Negara setempat setelah mendapat penetapan besarnya biaya oleh Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat.

g. Mentaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja baik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun yang diterapkan oleh pegawai pengawas.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia wajib bagi Pemerintah untuk melakukan berbagai upaya agar tenaga kerja Indonesia aman dan terlindungi oleh hukum sehingga tercipta asas kepastian hukum untuk para tenaga kerja.

Menurut Zaeni Asyhadie (2008 ; 20) menyatakan perlindungan tenaga kerja menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

a. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja mengenyam dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial ini disebut juga dengan kesehatan kerja.

b. Perlindungan teknis, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja terhindar dari bahaya kecelakaan saat bekerja. Perlindungan ini disebut sebagai keselamatan kerja.

c. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketiga perlindungan jenis ini disebut jaminan sosial.

2.3 Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Luar

Dokumen terkait