online, dapat di katakan telah terjadi suatu perjanjian jual beli antara pelaku usaha dengan konsumen . dengan adanya perjanjian tersebut maka penulis mangacu pada pengaturan perjanjian sebagaimana di atur dalam kitab Pasal 1313 yang berbunyi :
"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih".67
Dari perngertian di atas penting juga untuk di ketahui syarat syahnya suatu perjanjian di atur dalam pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut :
a) Persetujuan Kehendak
Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, pihak-pihak mengenai pokok perjanjian.
66 Andi Ratu Bulqis, Marilang, Erlina, 2019,Penegakan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Di Kota Makassar,hlm 20-21
67 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313.
45 Apa yang di kehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lainya.
Dari pengertian di atas maka antara pelaku usaha dan konsumen harus terjadi suatu kesepakatan/persetujuan mengenai segala ketentuan yang dipersyaratkan68
b) Kecakapan Pihak-Pihak
Pada umunya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa, artinya sudah berumur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum 21 tahun atau belum dewasa, orang dalam pengampuan harus di wakili oleh wali mereka.
Dari pengertian di atas maka pelaku usaha dan konsumen harus di pastikan cakap hukum dalam melakukan suatu perjanjian jual beli c) Suatu Hal Tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat di tentukan.
Dari pengertian di atas maka antara pelaku usaha dan konsumen harus terjadi suatu kesepakatan/persetujuan mengenai spesifikasi barang, harga dan cara pembayaraan.
d) Suatu Sebab yang Halal
Kata ‘casua’ berasal dari Bahasa latin arti
68 Triantika, N. A., Marwenny, E., & Hasbi, M. (2020). Tinjauan Hukum Tentang Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Online Melalui E-Commerce Menueur Pasal 1320 Kuhperdata. Ensiklopedia Sosial Review, 2(2), 119-131.
46 nya ‘sebab’. Sebab adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian, yang mendorong orang membuat perjanjian, isi perjanjian itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang akan di capai oleh pihak-pihak.69
Dari pengertian di atas maka baik pelaku usaha atau konsumen tidak diperbolehkan melakukan perjanjian dengan unsur kejahatan dan pemaksaan.
Pelanggaran terhadap beberapa unsur syahnya perjanjian di atas memiliki implikasi hukum yang berbeda.
1. Tidak terpenuhinya terhadap syarat subyektif (unsur persetujuan dan unsur kecakapan) mengakibatkan suatu perjanjian “dapat di batalkan”. Arti dapat di batalkan salah satu pihak dapat memintakan pembatalan itu.
Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas).
2. Tidak terpenuhinya terhadap obyektif (unsur hal tertentu dan unsur sebab yang halal) mengakibatkan suatu perjanjian “batal demi Hukum”. Arti batal demi hukum adalah dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
Dalam hal syarat sah perjanjian telah terpenuhi akan tetapi ada pelanggaran dalam pelaksanaan perjanjian atau tidak sesuainya kesepakatan barang yang
69 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1320
47 akan di transaksikan palsu maka pihak yang dirugikan dalam hal ini penulis maksud adalah konsumen maka konsumen dapat melakukan gugatan ganti rugi terhadap pelaku usaha karena adanya wanprestasi. Suatu perbuatan hukum dapat di kategorikan wanprestasi apabila :
a. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban maupun karena kelalaian.
b. Karena keadaan memaksa jadi diluar kemampuan debitur, debitur tidak bersalah.
Dengan adanya wanprestasi tersebut maka konsumen dapat mengajukan ganti rugi hal ini dapat sesuai dengan pasal 1243 KUHPerdata yang berbunyi:
“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”. 70
Dari bunyi pasal di atas maka penulis membagi beberapa unsur-unsur yaitu sebagai berikut :
a. Penggantian biaya kerugian dan bunga adalah sesorang yang telah melakukan wanprestasi wajib untuk melakukan penggantian biaya kerugian kepada orang yang telah di rugikan.
b. Tak terpenuhinya suatu perikatan adalah seseorang yang telah melaukan wanperstasi karena adanya hak yang tidak terpenuhi atau melanggar adanya pejanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak.
70 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1243
48 2. Perlindungan Konsumen Dari Perspektif Hukum Pidana
Dalam hal terjadi penjualan barang palsu yang di lakukan oleh pelaku usaha terhadap konsumen maka konsumen dapat melakukan tuntutan secara pidana. Hal ini di dukung berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam pasal sebagai berikut:
A. Apabila Terjadi Pemalsuan Barang Terhadap Keseluruhannya
Apabila pelaku usaha melakukan pemalsuan barang pada keseluruhannya dan pada pokoknya maka konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasakan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 tentang merek dan indikasi geografis padal pasal 100 ayat 1 yang berbunyi :
(1) “Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000.00 (dua miliar rupiah)”.71
Dari bunyi pasal di atas maka penulis membagi beberapa unsur-unsur delik pidana yang harus terpenuhi sebagai berikut :
a. Setiap orang dalam pasal 100 ayat 1 bisa di artikan perseorangan atau badan hukum yang melakukan Tindakan melawan hukum.
71 Undang-Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis
49 b. Dengan sengaja dalam pasal 100 ayat 1 bisa diartikan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan norma yang disadari oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum.
c. Tanpa hak dalam pasal 100 ayat 1 bisa diartikan seorang yang tidak mempunyai kewenangan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri yang bertentangan dengan hak orang lain.
d. Menggunakan merek yang sama dalam pasal 100 ayat 1 bisa diartikan menggunakan karya atau produk orang lain yang telah di daftarkan.
e. Pada keseluruhannya dalam pasal 100 ayat 1 bisa di artikan meniru hasil karya orang lain pada keseluruhannya untuk keuntungan diri sendiri.
Dari pasal 100 ayat 1 di atas menjelaskan apabila ada seseorang yang menggunakan hasil karya orang lain atau meniru pada keseluruhannya maka dapat di pidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
B. Apabila Terjadi Pemalsuan Barang Pada Pokoknya
Apabila pelaku usaha melakukan pemalsuan barang pada intinya maka konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasakan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 tentang merek padal pasal 100 ayat 2 yang berbunyi :
(2) “Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000.00 (dua miliar rupiah)”. 72
72 ibid
50 Dari bunyi pasal di atas maka penulis membagi beberapa unsur-unsur delik pidana yang harus terpenuhi sebagai berikut :
a. Setiap orang dalam pasal 100 ayat 2 bisa diartikan perseorangan atau badan hukum yang melakukan Tindakan melawan hukum.
b. Dengan sengaja dalam pasal 100 ayat 2 bisa diartikan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang disadari oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum.
c. Tanpa hak dalam pasal 100 ayat 2 bisa diartikan seorang yang tidak mempunyai kewenangan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri yang bertentangan dengan hak orang lain.
d. Menggunakan merek yang sama dalam pasal 100 ayat 2 bisa di artikan menggunakan karya atau produk orang lain yang telah di daftarkan.
e. Pada pokoknya dalam pasal 100 ayat 2 bisa di artikan meniru hasil karya orang lain salah satunya yaitu merek sehingga menimbulkan persamaan pada model produk yang ditiru agar memperoleh keuntungan diri sendiri.
Dari pasal 100 ayat 2 di atas menjelaskan apa bila ada seseorang yang menggunakan hasil karya orang lain atau meniru pada keseluruhannya maka dapat di pidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
51 C. Apabila Ada Pihak Yang Melanggar
Apa bila pelaku usaha melakukan pemalsuan barang pada intinya maka konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasakan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 tentang merek padal pasal 100 ayat 3 yang berbunyi :
(3) “Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), yangjenis barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan lingkungan hidup, dan/atau kematian manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah)”.73
Dari bunyi pasal di atas maka penulis membagi beberapa unsur-unsur delik pidana yang harus terpenuhi sebagai berikut :
a. Setiap orang dalam pasal 100 ayat 3 bisa diartikan perseorangan atau badan hukum yang melakukan Tindakan melawan hukum.
b. Melanggar Ketentuan dalam pasal 100 ayat 3 bisa diartikan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang di sadari oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum.
c. Jenis Barang dalam pasal 100 ayat 3 bisa diartikan jenis barang yang dapat membahayakan Kesehatan seseorang dan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang dapat menimbulkan kematian.
Dari pasal 100 ayat 3 diatas menjelaskan apabila ada pihak yang melanggar ketentuan pada pasal 100 ayat (1) dan ayat (2) hingga mengakibatkan gangguan Kesehatan seseorang dan merusak lingkungan maka dapat dipidana dengan pidana
73 Ibid
52 penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah)
D. Pemalsuan Pada Keseluruhannya Dengan Indikasi Geografis Milik Pihak Lain Apa bila ada pihak yang tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada keseluruhannya maka konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 pasal 101 ayat 1 yang berbunyi :
(1) “Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada keseluruhan dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”. 74
a. Setiap orang dalam pasal 101 ayat 1 bisa diartikan perseorangan atau badan hukum yang melakukan Tindakan melawan hukum
b. Tanpa hak dalam pasal 101 ayat 1 bisa diartikan seorang yang tidak mempunyai kewenangan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri yang bertentangan dengan hak orang lain.
c. Pada keseluruhannya dalam pasal 101 ayat 1 bisa diartikan meniru hasil karya orang lain pada keseluruhannya untuk ke untungan diri sendiri.
d. Indikasi geografis dalam pasal 101 ayat 1 indikasi geografis bisa di artikan sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut
74 ibid
53 memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
E. Pemalsuan Pada Pokoknya Dengan Indikasi Geografis Milik Pihak Lain Apabila ada pihak yang tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada pokoknya maka konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 pasal 101 ayat 2 yang berbunyi :
(2) “Setiap Orang yang dengan tanpa hak menggunakan tanda yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Indikasi Geografis milik pihak lain untuk barang dan/atau produk yang sama atau sejenis dengan barang dan/atau produk yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.75
a. Setiap orang dalam pasal 101 ayat 2 bisa diartikan perseorangan atau badan hukum yang melakukan Tindakan melawan hukum
b. Tanpa hak dalam pasal 101 ayat 2 bisa diartikan seorang yang tidak mempunyai kewenangan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri yang bertentangan dengan hak orang lain.
c. Pada pokoknya dalam pasal 101 ayat 2 bisa diartikan meniru hasil karya orang lain salah satunya yaitu merek sehingga menimbulkan persamaan pada model produk yang ditiru agar memperoleh keuntungan diri sendiri.
75 ibid
54 d. Indikasi geografis dalam pasal 101 ayat 2 indikasi geografis bisa di
artikan sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
F. Memperdagangkan Barang Palsu Pada Tanda Yang Sama,Tanda Pada Pokoknya Dan Meniru Barang Yang Telah Terdaftar
Apabila ada pihak yang memperdagangkan barang palsu maka konsumen yang merasa di rugikan dapat menuntut sesuai dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 pada pasal 102 yang berbunyi :
“Setiap orang yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dan/atau produk yang diketahui atau patut diduga mengetahui bahwa barang dan/atau jasa dan/atau produk tersebut merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 dan Pasal 101 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”.76
a. Setiap orang dalam pasal 102 bisa diartikan perseorangan atau badan hukum yang melakukan Tindakan melawan hukum.
b. Memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran dalam pasal 102 bisa diartikan seseorang yang dengan
76 ibid
55 sengaja memperjual belikan barang yang palsu atau produk yang meniru produk terkenal agar seseorang tersebut mendapat untung bagi diri sendiri
Apabila terjadi pelanggaran memperdagangkan yang di ketahui bahwa barang tersebut adalah barang palsu atau barang tiruan maka dapat di kenakan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah).
Perlu di ketahui apabila kita mengacu dalam pasal 103 Undang-Undang merek dan indikasi geografis yang berbunyi : Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 102 merupakan delik aduan. Maka padaTindak pidana sebagaimana disebutkan, hanya dapat ditindak jika ada aduan dari pihak yang dirugikan.Ini berarti bahwa penjualan produk atau barang palsu hanya bisa ditindak oleh pihak yang berwenang jika ada aduan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh hal tersebut, dalam hal ini si pemilik merek itu sendiri atau pemegang lisensi dan konsumen .