KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGUNGKAP FAKTA (WHISTLEBLOWER) MENURUT UNDANG-UNDANG R.I NOMOR
B. Perlindungan para pengungkap fakta ( whistleblowers ) sebagai Good Governance
B. Perlindungan para pengungkap fakta (whistleblowers) sebagai Good Governance
Pokok bahasan yang dibicarakan orang yakni tentang hak warga negara untuk dilindungi oleh negaranya sebagai imbalan dari kesetiannya. Menurut pendapat orang bahwa negara memiliki kesetiannya kepada negara dan berhak atas perlindungan negara. Kesetiaan dan perlindungan tidak menunjukakan apa-apa selain kewajiban-kewajiban yang dibebankan oleh tata hukum kepada warga negara yang menjadi subjeknya, sehingga hak warga negara in casu saksi dalam rangka penegakan hokum (mencari kebenaran materil) tidak mengandung isi selain kewajiban organ Negara terhadap warga negara yang dibebankan oleh tata hukum. Hak setiap warga Negara Indonesia untuk mendapat perlindungan hukum telah dijamin dalam konstitusi (Pasal 27 dan Pasal 28, 28A, 28B Ayat (2), 28C Ayat (2), 28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I UUD 1945 Amandemen ke-4, )150 .
150
Keliru untuk berpendapat bahwa individu mempunyai suatu tuntutan alami atas perlindungan kepentingan-kepentingan tertentu seperti kehidupan, kebebasan, harta kekayaan. Meskipun tata hokum berfungsi untuk melindungi kepentingan-kepentingan tertentu dari para individu menurut suatu cara tertentu namun lingkup kepentingan dan lingkup individu yang menikmati perlindungan semacam itu sangat berbeda-beda dari tata hokum yang satu dengn tata hokum lainnya. Banyak contoh Negara memperlakukan sebagian besar subjeknya sebagai budak. Itu berarti bahwa individu-individu ini sama sekali tidak dilindungi oleh tata hokum atau dilindungi tidak dalam derajat yang sama seperti orang-orang merdeka. Banyak negara yang tata hokumnya tidak mengakui sesuatu kebebasan pribadi atau sesuatu harta kekayaan pribadi.151
Prinsip Good Governance sebagai asas-asas pemerintahan yang baik menawarkan partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Menurut Overseas Development Agency (ODA) 152 mengidentifikasikan good governance ke dalam 4 (empat) unsur, yaitu :
1. Pemerintah atau pemerintahan yang memiliki legitimasi yang ditentukan oleh tingkat partisipasi dan dukungan dari rakyat.
151
Hans Kelsen, op.cit, hal 291 152
A.M Mujahidin, MH, Rubrik Pembinaan Akhlak dan Kepemimpinan : Good Governance Suatu
Langkah Mewujudkan Peradilan yang Bersih dan Berwibawa Dalam Sistem Peradilan Satu Atap di Indonesia, Majalah Hukum Varia Peradilan, No. 269 Tahun ke XXIII (IKAHI, April 2008), hal 41
2. Ada akuntabilitas, baik dari elemen politik ataupun penyelenggara pemerintahan yang akan diukur atau ditentukan oleh sistem informasi, kebebasan pers, keterbukaan dalam mengambil keputusan dan sistem pertanggungjawaban.
3. Pemerintah atau pemerintahan yang memiliki kompetensi/memiliki kecakapan merumuskan kebijakan yang tepat, mengambil keputusan yang tepat waktu, melaksanakan keputusan tersebut secara efektif dan mampu memberikan pelayanan yang baik, dan
4. Menghormati hak asasi dan rule of law untuk menjamin hak-hak dan ke amanan individu atau kelompok dan membiarkan serta mendorong partisipasi masyarakat.
Deskripsi ODA tentang good governance tersebut masih juga belum lengkap bahkan dapat berubah, misalnya pada akhir tahun delapan puluhan sampai masa awal tahun sembilan puluhan, terdapat salah satu unsure penting good governance , yakni keharusan bergesernya peranan pemerintah diganti dengan mengutamakan peranan masyarakat. Segala sesuatu yang dapat diperankan masyarakat tidak perlu Negara atau pemerintah ikut campur mengaturnya.
Dalam bidang ekonomi, misalnya : pengaruh neo-liberal menjelma sebagai konsep ekonomi pasar dan privatisasi. Tetapi dewasa ini menguat kembali pandangan bahwa masyarakat justru mengharap peran pemerintah yang kuat, baik di bidang ekonomi maupun dalam usaha mewujudkan good society.
Penting untuk dipahami disini sehingga dimunculkan dalam tulisan ini perbedaan antara governance dan government. Meskipun governance mengandung
muatan penyelenggaraan atau pengelolaan pemerintahan namun berbeda dengan government. Perbedaan itu paling tidak dapat dilihat dari 3 (tiga) hal, yakni :
Pertama, dari aspek kelembagaan, governance mencakup beberapa hal sebagai berikut :
1. Keikutsertaan secara individual dalam aktivitas menunjang jalannya pemerintahan yang baik, dalam bentuk ketaatan pada hukum, kerukunan bertetangga dan kewajiban individual lainnya;
2. Keikutsertaan kolektif melalui perhimpunan atau organisasi untuk memcahkan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat atau negara dan
3. pemerintah.
Kedua, perbedaan kedua antara government dengan governance meliputi unsur-unsur yang harus ada sebagai sebagai syarat good governance.
Ketiga, misi good governance antara lain adalah untuk mewujudkan kehidupan publik yang baik (public good).
Mengenai misi mewujudkan public good bukanlah monopoli konsep good governance. Fungsi mewujudkan public good atau good society merupakan konsep lama. Sebagaimana konsep sebuah negara yang ideal menurut Plato adalah tidak lain dimaksudkan untuk membangun suatu pemerintahan yang berlaku adil pada setiap warga negara. Hal ini juga oleh John Locke sebagai pemikir kenegaraan dalam konsepnya menyebutkan : And all to be directed ; to no other end but the peace, safety, and public good of the people.
Konsep good governance lebih diarahkan pada sistem pengelolaan atau manajemen pemerintahan, tidak hanya sebatas konsep abstrak. Pemahaman ini sebagaimana didefinisikan oleh Bank Dunia153 : Good gonvernance : the means in wich power is exercided in the management of country’s economic and social resources for development, and good governance synnonimous with sound development management (artinya : good governance akan ada apabila kekuasaan dijalankan dalam rangka memanage sumber daya ekonomi dan social untuk pembangunan. Good governance tidak lain dari manajemen pembangunan)
Baik-buruknya pemerintahan dapat diukur sejauh mana ia mentaati prinsip-prinsip Good Governance berikut :154
1. Terjaminnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah.
2. Tegaknya supremasi hukum. Pemerintahan diselenggarakan di atas landasan hukum bukan kekuasaan semata.
3. Terjaminnya transparansi berdasarkan arus informasi yang bebas. Siapapun bebas mengakses informasi yang dibutuhkannya terkecuali rahasia negara yang memang telah ditentukan undang-undang.
4. Seluruh anggota masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperbaiki kesempatan yang sama untuk memperbaiki dan mempertahankan kesejahteraan mereka.
153
Ibid, hal 43 154
5. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
6. Para pengambil keputusan baik di pemerintahan maupun swasta dan organisasi masyarakat bertanggungjawab penuh baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
7. Para pemimpin memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia serta kepekaan tentang apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut.
Prinsip-prinsip Good Governance tersebut sejalan dengan gambaran nyata dari suatu negara hukum yang pada dasarnya dilengkapi 4 (empat) unsur penting155, yakni :
1. bahwa pemerintah (dalam arti luas) dalam melaksanakan tugas kewajibannya harus berdasar atas hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis ;
2. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (dan warga negara); 3. adanya pembagian kekuasaan (distribution of power);
4. adanya pengawasan peradilan (oleh badan-badan peradilan).
Perlindungan bagi pengungkap fakta (whistleblower) merupakan tugas dan kewajiban dari negara dalam upaya penegakan hukum. Setiap warga negara berkewajiban untuk berperan serta dalam proses penegakan hukum sebagaimana undang-undang juga menjamin partisipasi publik untuk menegakkan dan mengawal
155
proses hukum. Pengungkap fakta (whistleblower) baik sebagai pelapor atau saksi berkepentingan langsung dalam menegakkan kebenaran materil atas suatu peristiwa pidana dan negara dengan berlandaskan undang-undang wajib menjamin pengungkap fakta (whistleblower) dalam proses penegakan hukum tersebut yakni dengan cara memberikan perlindungan hukum dan perlindungan khusus dari segala bentuk ancaman, intimidasi dan atau ketakutan. Perlindungan bagi pengungkap fakta (whistleblower) termasuk perlindungan bagi setiap warga negara dari kejahatan yang dilakukan atas nama negara. Kewajiban negara untuk memperbaiki tindakan salah dari individu yang, sebagai organ-organnya, diwajibkan untuk memenuhi kewajibannya, lazim disebut tanggungjawab negara atas tindakan salah yang dilakukan oleh organnya, atau oleh individu dalam kapasitasnya sebagai organ negara atau oleh individu dalam menjalankan fungsinya sebagai pegawai negeri. Jika tindakan melawan hukum yang dilakukan olehnya ada dalam hubungannya dengan fungsinya sebagai organ negara maka negara dapat diwajibkan untuk memperbaiki kesalahan atau mengganti kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan melawan hukum tersebut.156
156Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dun Negara (Dcuur-dusar Ilmu Hukum Normutif sebugui Ilmu Hukum
C. Kondisi Perlindungan Saksi di beberapa negara
1. Amerika Serikat
Sejarah perlindungan saksi di Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai upaya perhatian negara (pemerintah) Amerika Serikat dalam memerangi kaum mafia yang sangat berpengaruh dalam berbagai aspek dalam lapangan sosial maupun pemerintahan pada masa tersebut. Mafia (Mafioso) tersebut umumnya sebagai pendatang (kaum imigran) dan terkenal berasal dari Italia, yang juga merupakan permulaan tumbuhnya kejahatan pencucian uang (money laundering). Pemerintah Amerika Serikat berpandangan bahwa para kelompok mafia tersebut sudah demikian berbahaya dan mengganggu stabilitas nasional namun untuk membawa atau menghadapkan para kelompok mafia tersebut bukan hal yang mudah. Para kelompok mafia tersebut, tidak ragu-ragu akan menghabisi (membunuh) saksi bahkan aparat xnegak hukum yang menangani kasus mereka.
Gerald Shur, yang berprofesi sebagai seorang jaksa memprakarsai perlindungan saksi di Amerika Serikat yang disebut WITSEC.157 Amerika Serikat membentuk program perlindungan saksi berdasarkan Witnes Protection Act 1984
157
Tempo, Opini : Merindukan Gerald Shur, 14 Oktober 2007 hal 22. bahwa gagasan Gerald Shur
muncul pada akhir 1960-an, suatu ketika negara Amerika Serikat sengit memerangi kelompok-kelompok mafia yang tak sedikit pun segan membunuh saksi kunci yang bisa menyeret mereka ke penjara. Sejak dibidani pada tahun 1970, program ini telah melindungi nyawa 7.500 saksi dan 9.500 anggota keluarga mereka. Ini memang kerja besar lagi berat tapi amatlah strategis. Hasil yang dipetik WITSEC ketika melindungi Philip Tolomeo, kolektor piutang Calabrese , kelompok mafia yang kebrutalannya terkenal di seantoro Chicago pada 1978 sampai 1988. Menggelapkan uang bosnya, Tolomeo kabur dengan menggondol setumpuk dokumen penting yang memerinci kegiatan illegal geng itu. Ia lalu masuk program WITSEC. Berkat kesaksian dan dokumen Tolomeo, dua gembong Calabrese yang lama tak tersentuh hukum akhirnya dapat dijebloskan ke penjara