BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5. Perlunya pengkaderan terhadap kader-kader muda supaya
malu untuk membicarakan masalah mengenai seks. Mereka menjadi malu, minder atau bahkan menganggap seks adalah hal yang tabu apabila membicarakannya dengan
47 orang tua maupun orang yang lebih dewasa. Padahal angka terbesar terjadinya pernikahan dini adalah di rentang remaja atau muda-mudi. Oleh sebab itu perlu adanya kader-kader muda yang sebaya dengan mereka yang memahami bertul karakter mereka dan memiliki pengetahuan lebih tentang pendidikan seks.
6. Penguatan terhadap PIK (Pusat Informasi dan Konseling) dirasa perlu, karena masalah mengenai pernikahan dini ini banyak sekali timbul pada anak muda-mudi, Sebagai contoh di universitas dengan berbagai macam pergaulan dan kehidupan sex bebas yang sulit dikontrol akan sangat tepat apabila mendirikan PIK di dalam universitas. Sehingga muda-mudi yang terkena pernihakan dini maupun hamil muda/ hamil di luar nikah dapat berkonsultasi dengan teman sebayanya.
7. Adanya reward atau imbalan sama seperti pada saat zaman ORBA akan lebih memudahkan BKKBN atau PLKB dalam melakukan sosialisasi. Karena sosialisasi tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat yang peduli terhadap KB.
48 DAFTAR PUSTAKA
Anderson, 20066. Public Policy Making: An Introduction, Bandung: Irama Widya
AG. Subarsono, 2005. Metode Pengumpulan Data. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Adhikari, R.K. 1996. Early Marriage and Chilbearing: Risk and Consequences.
http://who.int/repro ductive-health/
Carnea dan Tepping, 1977. Evaluation. Jakarta : Universitas Terbuka Cochran dan Malone, 1999. Policy Formulation, Jakarta, BNSP. Edward, 2004. Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: DEPDIKNAS. Greston, 2002. Kebijakan Publik, Jakarta : Gramedia
Hanum. 1997. Perkawinan Usia Belia. Kerjasama Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada dengan Ford Foundation Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Inayatullah 1980. Proes Evaluasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jann dan Wegrich, 2007. policy formulation, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Lexy J. Moleong, 2004. Metode Penelitian, Bandung : Janu Putra.
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Madani, Yusuf, “Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam” Panduan bagi Orang Tua, Ulama, Guru dan Kalangan lainnya. Pustaka Zahra, 2003.
Microsoft Encharta Referenced Library. 2005. Microsoft Corporation. Miles, Matthew. 1992. Analisis data kualitatif. UI-Press. Jakarta. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMA Tahun 2007.
Pambudy MN. Perkawinan anak melanggar undang-undang perkawinan. [diunduh 29 April 2013]. Didapat dari: http://cetak.kompas.com/read, 2008.
Palu B. Menyelamatkan generasi muda. [Diunduh tanggal 6 Mei 2013]. Didapat dari:
www.bappenas.go.id, 2010.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.
Purnomo, Daru, Suwartiningsih, Sri, Herwandito, Seto. 2013. Penelitian Dampak Pernikahan Usia Dini terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi Keluarga di Kota Salatiga-Jawa Tengah
Sidney, 2007; Perumusan Kebijakan Publik. Amidjaya. Jakarta : BNSP.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2004. Human Physiology. An Integraed Aproach. Newyork: Benjamin Cummings.
Suardiman, Siti Partini. 1995. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung
49 Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
http://female.kompas.com/read/xml/2011/09/27/14583631. UU Perkawinan Tak Melindungi Perempuan (diunduh tanggal 10 Mei 2013)
Van Meter dan Van Horn, 2004. Policy Implementation, Jakarta : Rineka Cipta Zumaroh Siti. Pergaulan Bebas Salah Satu Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini.
50
51
M ODEL SOLUSI STRATEGIK ANALISIS
DAM PAK KEPENDUDUKAN UNTUK
M ENGATASI PERNIKAHAN USIA
DINI
Oleh:
Drs. Daru Purnomo., M .Si Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M .Si Seto Herw andito S.Pd.,M .M .M .Ikom
Fakta Pernikahan Usia Muda
• Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA), Indonesia merupakan negara ke-37 dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia.
• Untuk level ASEAN, Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja • Rata-rata kelahiran pada remaja (Age
Specific Fertility Rate/ASFR) usia 15-19 tahun meningkat dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 45 per 1.000 di 2012.
• Target menurunkan ASFR menjadi 30 per 1.000 kelahiran hidup semakin jauh dari harapan.
52
Continue
• Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010
menyatakan 46%
perempuan Indonesia
menikah sebelum berusia
20 tahun.
• Prevalensi umur
perkawinan pertama
perempuan usia 10-14
tahun (4,8 persen) dan usia
antara 15-19 tahun
sebanyak 41,9 persen
Fakta Di Salatiga
• Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Salatiga (2000-2010) sebesar 1,09 persen
• LPP Salatiga adalah terbesar ke-3 di Provinsi Jateng setelah Kota Semarang dan Kabupaten Jepara, sedangkan rata-rata LPP provinsi 0,37 persen
• Salatiga memiliki TFR sebesar 2,7 cukup tinggi diatas nasional (2,6) Target MDG 2,1 ???? • Unmet need Salatiga sebesar 12
(tertinggi di Jateng), sedang rata-rata provinsi 6
53
Rumusan M asalah
• Apa saja model/ design kebijakan yang bisa
direncanakan t erhadap perkaw inan usia muda
di kota Salat iga?
• Kebijakan apa saja yang t erkait dengan
dampak perkaw inan usia muda t erhadap
kondisi sosio ekonomi keluarga di Kot a
Salat iga?
Tujuan Penelitian
• M enjelaskan model-model atau design
kebijakan-kebijakan yang bisa direncanakan
t erhadap perkaw inan usia muda di Kota
Salat iga.
• M enjelaskan kebijakan t erkait dengan dampak
perkaw inan usia muda t erhadap kondisi sosio
ekonomi keluarga di Kota Salat iga
54
M ETODOLOGI PENELITIAN
• Pendekat an dan Jenis Penelit ian
Kualit at if- Deskript if
• Unit Amatan dan Unit Analisa
pihak yang t erkait dengan kebijakan, keluarga at au individu yang m elakukan perkaw inan usia dini, orang t ua dari individu yang m elakukan perkaw inan usia dini, para pihak t erkait dengan kependudukan sepert i, Bapermas kot a Salat iga, pengurus PKBI, Ikat an Bidan Salat iga, Pemerint ah, Akadem isi dan Tokoh-t okoh m asyarakat .
Tokoh-t okoh yang ada di m asyarakat , t okoh pem uda, perem puan, agam a, pemuda, akademisi, PLKB, Bapermas
Continue
Teknik Pengumpulan Data:
• Observasi
• Wawancara
• Studi Dokumen
Analisis Data:
56
Temuan Hasil Penelit ian
TEM UAN HASIL PENELITIAN
Latar belakang pendidikan (anak dan orang tua)
• Pada wilayah pedesaan dan pinggiran UKP perempuan berkorelasi dengan tingkat pendidikan.
• Pendidikan yang rendah khususnya untuk perempuan (putus sekolah) memiliki potensi yang tinggi untuk terjadinya pernikahan muda
posisi tawar yang rendah terhadap tradisi atau keinginan orang tua • Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah dan kuatnya tradisi
berpotensi terjadinya perkawinan usia dini terhadap anaknya
• Rendahnya pendidikan orang tua dan anak berdampak pada Ketidak-tahuan hukum structural terkait dengan kebijakan perkawinan dan pentingnya menghindari perkawinan usia dini.
Continue: Temuan Hasil Penelitian
Rasa Ingin Tahu dan Pergaulan
• pernikahan dini yang tinggi memiliki korelasi dengan kehamilan tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja.
• KTD berhubungan dengan pernikahan dini lantaran mayoritas korban KTD terpaksa memilih pernikahan sebagai solusinya. • KTD di kalangan remaja terjadi karena rasa keingin-tahuan yang
tinggi tentang sex tidak tersalurkan secara benar
• Modernisasi dan “melek media” tidak selalu berkembang secara linear
• Ketidakmampuan remaja dalam menseleksi informasi dari dunia maya menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang (Sex bebas) • Pergaulan di tempat yang salah semakin memperkuat perilaku
57
Continue: Temuan Hasil Penelitian
Lingkungan Keluarga
• Perubahan sosial yang senantiasa berubah tidak diikuti perubahan fungsi dari keluarga yang seharusnya semakin berkembang (pranata keluarga)
• Ketidak tahuan dan Ketidak-mampuan orang tua tentang pendidikan sex, menyebabkan pendidikan sex tidak dikenalkan secara dini di keluarga (Inkonsistensi cara pandang & cara pikir orang tua)
• Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang semakin permisif (longgar) terhadap penyimpangan perilaku remaja
Continue: Temuan Hasil Penelitian
Minimnya Pengetahuan Tentang Pendidikan
Sex
• Pendidikan Sex masih dipahami secara salah/ negatif • Sex baik dikalangan keluarga, lingkungan masyarakat
dan bahkan pendidikan masih dianggap tabu • Minimnya pendidikan sex (kespro) bermuara pada
tren peningkatan seks bebas, dan terjadinya perkawinan usia muda karena KTD
• Terpaan media yang demikian kuat tidak dibarengi dengan kemampuan “melek media” yang benar
58
• Dampak social-psychologis secara umum paling dirasakan oleh kaum perempuan yang melakukan perkawinan usia muda, dampak ini meliputi angka putus sekolah karena “terpaksa”, tertutupnya masa depan (social climbing jauh dari jangkauan), tingkat stress yang tinggi karena merasa malu dan dikucilkan, dan belum siap sebagai ibu rumah tangga.
• Dampak secara ekonomi menjadi hal paling vital pada semua pasangan dalam kasus penelitian ini. Mereka (pasangan muda) secara ekonomi sama sekali belum siap, karena masih sekolah/ kuliah dan belum memiliki pekerjaan, sehingga potensi terjadinya disharmonisasi keluarga sangat kuat yang disebabkan karena tekanan ekonomi.
Continue: Temuan Hasil Penelitian
Solusi Yang Pernah Ditawarkan dalam M enangani Pernikahan di Usia Dini*
1. M emperlakukan Undang undang bat as
pernikahan
2. Pendewasaan Usia Pernikahan
3. GenRe (Generasi Berencana) oleh BKKBN
4. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
dan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Indonesia (P3AI)
Diambil dari usulan Program Kreratifitas M ahasiswa “ Koma (Komunitas M asyarakata Berencana) Program Berbasis BCCSebagai Upaya Pengendalian Pernikahan Dini di Pedesaan, Qorinatus, Achmad, Ichwan dan Khairul, 2013, Universitas Jember, PKM -GT-13-UNEJ-QORINATUS_ZAHROH-KOM A_PROGRAM _BERBASIS_BCC---_1-libre.pdf.
59 M odel Solusi Strategik Yang Bisa Diupayakan Berdasar
Hasil Penelitian Dampak Perkawinan Usia Dini terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi Keluarga di Kota
Salatiga, Jawa Tengah
1. Sosialisasi dan advokasi melalui saluran/ jaringan formal maupun informal (memaksimalkan peran TOGA dan Tomas) 2. Internalisasi Kependudukan dan Keluarga Berencana
melalui pendidikan sexualitas, kesehatan reproduksi, dan perilaku menyimpang sejak dini.
3. Peningkatan kapasitas orang tua mengenai pendidikan sex 4. Perlu adanya media yang sesuai untuk menjangkau gap
pada anak-anak muda.
5. Perlunya pengkaderan terhadap kader-kader muda supaya dapat menjangkau anak-anak muda maupun remaja.
Kesimpulan
• Sosialisasi dan advokasi m elalui saluran/ jaringan form al m aupun inform al (m em aksim alkan peran TOGA dan Tom as) secara int ensif harus dilakukan secara t erencana dan t erus-m enerus t erkait dengan pent ingnya m enghindari perkaw inan usia m uda.
• Int ernalisasi Kependudukan dan Keluarga Berencana m elalui pendidikan sexualit as, kesehat an reproduksi, dan perilaku
m enyim pang harus dikenalkan sejak dini. Ada banyak kom pet ensi dasar dan int i di sekolah yang sebenarnya t erkait dengan
persoalan-persoalan rem aja (m isal perilaku m enyim pang) yang jika disusun secara m at ang m at erinya dapat digunakan sebagai pint u m asuk unt uk m engenalkan pendidikan sexualit as kepada para rem aja (t ingkat SM P, dan SM A sederajat ).
60
Kesimpulan
•
Peningkatan kapasitas orang t ua dalam mengenalkan sejak dini t erkait dengan pendidikan sexualitas kepada anak-anaknya, dan bagaimana membangun kepedulian t erhadap kepent ingan masa depan anaknya dengan menyediakan lingkungan yang kondusif dan sehat .•
Di dalam sudut pandang komunikasi perlu adanya media yang cocok yang bisa menjembatani atau menjangkau gap yang terjadi khususnya anak-anak muda dan remaja. Perlu diketahui bahw a anak-anak remaja atau muda sangat minim t erhadappengetahuan mengenai pendidikan seks.
Kesimpulan
• Perlunya pengkaderan t erhadap kader-kader muda supaya dapat m enjangkau anak-anak m uda maupun remaja. Rem aja atau m uda-mudi sekarang ini sangat canggung/ m alu unt uk m embicarakan m asalah m engenai seks.
• Penguat an t erhadap PIK (Pusat Inform asi dan Konseling) dirasa perlu, karena masalah m engenai pernikahan dini ini banyak sekali t imbul pada anak m uda-m udi, Sebagai cont oh di universit as dengan berbagai m acam pergaulan dan kehidupan sex bebas yang sulit dikont rol akan sangat t epat apabila m endirikan PIK di dalam universit as.
• Adanya reward at au imbalan sama sepert i pada saat zam an ORBA akan lebih m emudahkan BKKBN at au PLKB dalam m elakukan sosialisasi. Karena sosialisasi t ersebut dapat dilakukan oleh m asyarakat yang peduli t erhadap KB.