• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan yang Dihadapi Petani Rakyat dan Solusinya dalam Kaitannya dengan Rendahnya Harga TBS yang Diterimanya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.5 Permasalahan yang Dihadapi Petani Rakyat dan Solusinya dalam Kaitannya dengan Rendahnya Harga TBS yang Diterimanya

Adapun kendala-kendala yang dihadapi petani beserta solusinya antara lain : 1. Masalah Harga

Harga yang ditetapkan pemerintah berdasarkan Rumus Harga Pembelian tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian petani merasakan tingkat harga yang diterimanya belum memuaskan, karena mereka merasa harga yang ditetapkan belum dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Solusi : Skenario reformasi harga pembelian TBS

Dalam uraian berikut diasumsikan bahwa hubungan kemitraan antara petani dan perusahaan perkebunan dipercaya memberikan keuntungan kepada petani maupun perusahaan perkebunan sebagai pihak-pihak yang bermitra. Asumsi ini mengandung implikasi bahwa kelembagaan yang terdapat dalam PERMENTAN dapat menjadi pegangan masing-masing pihak yang bermitra.

Agar kelembagaan PERMENTAN dapat dipertahankan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan reformasi harga pembelian TBS melalui revisi ketentuan teknis, khususnya dalam penetapan rendemen yang digunakan untuk menginput rumus harga pembelian. Seperti diketahui, rendemen yang diberlakukan untuk penetapan harga pembelian berlaku sejak tahun 2005. Dalam selang waktu antara 2005 hingga 2009 telah terjadi dinamika agroekosistem di Sumatera Utara. Oleh karena itu, penghitungan aktual rendemen perlu dilakukan lagi, bahkan untuk selanjutnya perhitungan ini perlu dilakukan secara periodik, misal setahun sekali. Hasil perhitungan ini kemudian digunakan untuk mengkonversi nilai-nilai rendemen yang

tercantum dalam Lampiran PERMENTAN. Secara teknis, nilai rendemen koreksi ini dapat diperoleh dari hasil hubungan antara rendemen PERMENTAN dengan rendemen aktual menurut umur tanaman.

Langkah lain yang perlu dikembangkan adalah transparansi dalam penyajian informasi harga minyak dan inti sawit termasuk dalam mengkonversi harga ekspor minyak dan inti sawit dari US$ ke dalam Rupiah dan proses perhitungan dan nilai indeks K. Dalam penentuan indeks K, selain nilai konversi harga minyak dan inti sawit, biaya pengolahan merupakan komponen aturan main yang perlu dipahami pihak-pihak yang bermitra.

Setelah langkah-langkah tersebut diterapkan, maka hal lain yang tak kalah penting adalah dimungkinkannya adanya diferensiasi harga menurut komposisi umur tanaman sedemikian rupa sehingga berada pada kondisi yang paling mendekati kondisi kebun yang bermitra dengan petani. Diferensiasi harga ini diterapkan untuk kelompok umur 3 sampai 6 tahun, 7 sampai 22 tahun, dan umur 23 tahun ke atas.

Apabila langkah-langkah di atas dijalankan, maka reformasi harga pembelian TBS di Sumatera Utara dapat terjadi. Hal yang penting adalah reformasi tersebut tetap dalam norma kelembagaan yang ada dan bermuara pada kompromi kemitraan. Petani akan terakomodir keinginannya untuk mendapatkan harga yang layak. Saat inilah merupakan momentum yang tepat untuk melakukan perubahan, meninggalkan praktek-praktek kemitraan yang rentan terhadap ancaman konflik.

2. Masalah krisis global dan permintaan dunia yang rendah akibat isu lingkungan.

Khusus di Kabupaten Labuhan Batu, harga TBS turun drastis karena diakibatkan oleh krisis global, , dari harga TBS mencapai Rp. 1.600,-/kg di tingkat petani menjadi Rp. 300,-/kg saja (Lampiran 7). Para petani tidak tahu persis penyebab permasalahan itu, kecuali krisis finansial global yang dikambinghitamkan oleh agen pengumpul setiap kali mendatangi mereka saat musim panen tiba. Petani memang tak bisa menampik. Mereka, secara awam, juga mendengar melalui radio dan televisi bahwa krisis finansial sedang menerpa dunia. Ini membuat permintaan terhadap sawit jadi merosot.

Selain itu, salah satu yang menyebabkan rendahnya harga TBS adalah turunnya permintaan dunia akibat faktor kampanye hitam (black campaign) yang ditiupkan pasar Uni Eropa. Mereka menyebutkan perkebunan sawit di Indonesia merusak lingkungan sebab mengkonversi lahan hutan yang menjadi habitat primata langka semacam orangutan. Malah hutan lindung pun diubah menjadi perkebunan sawit padahal merupakan paru-paru dunia untuk mencegah pamanasan global (global warming). Isu ini tentu tak menguntungkan buat pengusaha CPO karena bisa menjadi alasan pasar dunia untuk menurunkan permintaan yang berujung pada turunnya harga sawit di tingkat petani.

Solusi : Perbaikan sistem agribisnis.

Dalam telaah sistem Agribisnis hendaklah dipahami bahwa satu subsistem akan menentukan terhadap kinerja subsistem lainnya. Keterpurukan di subsistem pemasaran haruslah didukung oleh kinerja di subsistem produksi, sarana dan parasana sampai input. Semua subsistem ini

harus bekerja secara efisien, sehingga dapat memberikan manfaat maksimal kepada petani dan masyarakat secara keseluruhan. Ketidaktersediaan sarana yang memadai mengakibatkan penentuan harga sangat variatif. Bilamana sistem Agribisnis bekerja secara maksimal niscaya kalaupun ada guncangan di pasar global petani tidak akan terpuruk sejauh ini.

3. Masalah bibit

Bibit yang baik adalah bibit yang memiliki nilai rendemen yang tinggi. Jenis yang bagus adalah tenera. Sementara petani rata-rata menggunakan bibit jenis marihat (Lampiran 5). Namun demikian, perlu dicatat banyak bibit marihat yang digunakan petani bukanlah merupakan bibit yang telah disertifikasi oleh Marihat. Kebanyakan hanya mengambil bijinya dari perkebunan negara dan membibitkannya sendiri. Dengan kata lain, kualitas bibit tersebut tidak dapat dikatakan sama dengan kualitas yang dikeluarkan oleh pembibitan marihat. Akibatnya, rendemen TBS yang diproduksi petani akan rendah. Rendemen yang rendah berarti harga TBS menjadi rendah.

Solusi : Penggunakan bibit yang berkualitas.

Bibit yang bersertifikat akan dapat meningkatkan kualitas rendemen TBS. Petani sebaiknya menggunakan bibit varietas tenera, karena kelebihan yang dimilikinya, yaitu : daging buah lebih tebal, ukuran buah lebih besar, kandungan minyak lebih tinggi, peluang kematangan buah yang sangat tinggi, dan berat buah cukup tinggi. Hasil penelitian Chalil (2009) menunjukkan bahwa varietas tenera mempunyai potensi rendemen sebesar 27,68%−28,05%, dengan nilai aktual di lapangan sebesar 22%−24%.

4. Masalah penggunaan kredit (Kebutuhan ekonomi yang mendesak)

Sewaktu menjelang hari-hari besar / raya lalu, banyak petani yang membutuhkan dana untuk berhari raya. Mereka terdesak, lalu melego hasil perkebunannya kepada agen pengumpul supaya bisa mendapatkan uang tunai secepatnya. Malah ada petani yang nekad meminjam uang terlebih dulu meski perkebunan sawit miliknya belum siap panen. Momentum inilah yang sering dimanfaatkan para agen pengumpul untuk menekan harga komoditas itu. Malah seusai hari raya pun mereka masih membuat petani tak kuasa dengan harga rendah yang mereka tetapkan sebab membutuhkan dana untuk mengembalikan pinjaman yang terlanjur diterima. Karena itu, harga sawit pun semakin hancur sehabis hari raya.

Solusi : Bantuan modal/pinjaman dari pemerintah.

Pada umunya, petani mengembangkan kebunnya dengan modal pinjaman. Hal ini dilakukan karena tidak semua petani memiliki modal yang cukup dalam mengelola kebunnya. Untuk itu petani memerlukan kredit. Bila pemerintah menyediakan kredit pinjaman dengan syarat yang tidak terlalu memberatkan petani, hal ini akan menghindarkan petani dari pinjaman agen-agen yang selama ini memberatkan petani dengan bunga yang tinggi.

5. Masalah kualitas panen

Di samping varietas bibit, kualitas panen juga dapat menentukan kualitas minyak yang akan diperoleh. Keadaan dilapangan menunjukkan hal demikian, seperti misalnya banyak TBS produksi petani yang dipanen sebelum waktunya. Jikapun terlalu terlalu lama, juga akan mengakibatkan hal yang sama. Di samping itu, kualitas panen juga ditentukan oleh kegiatan melangsir yang baik. Tetapi karena banyak kebun yang letaknya jauh dari

jalan utama, mengakibatkan buah menjadi cepat rusak. Kondisi jalan yang buruk mengakibatkan harga TBS pada satu tempat jauh lebih rendah dibanding dengan harga dimana sarana jalan lebih baik. Kondisi seperti ini besamaan pula dengan tingkat produktivitas yang rendah, sehingga mengakibatkan daya saing industri sawit lemah. Apalagi pupuk yang menjadi komponen penting semakin langka pula—kalaupun ada harganya sangat mahal di pasaran.

Solusi : Perbaikan sarana dan prasarana

Perbaikan harus dilakukan pada kondisi jalan yang buruk, agar tidak merusak kadar rendemen TBS pada saat pengangkutan. Solusi lain bisa diberikan dengan memperbesar pasokan pupuk subsidi sekaligus mengawasi distribusinya (sebab selama ini petani sering kehilangannya di pasar akibat aksi spekulan) dan menyerap langsung hasil perkebunan itu di kala pasar sedang jenuh, sebagaimana beras yang ditampung oleh Bulog.

6. Hanya agen yang mengetahui.

Agen pengumpul tampaknya memang serba tahu, karena para agen menguasai informasi mengenai pasar. Agen pengumpul pun menggenggam bisnis komoditas itu dengan bekal informasi yang mereka punya. Mereka menggunakannya untuk menentukan naik-turun harga di tingkat petani. Aksi spekulasi dilakukan oleh agen pengumpul maupun pengusaha untuk sawit. Mereka memanfaatkan isu krisis finansial dan rendahnya permintaan dunia untuk menekan harga komoditas itu, supaya bisa membelinya dengan harga semurah-murahnya dari petani.

Solusi : Meningkatkan pengetahuan / informasi mengenai perkembangan pasar TBS.

Dengan menguasai informasi serta memperdalam pengetahuan menganai perkembangan pasar TBS, para petani dapat menekan para agen pengumpul dalam penentuan harga TBS yang ditawarkan agen. Oleh karena itu, peran pemerintah disini sangat diperlukan dalam penyediaan informasi mengenai perkembangan pasar TBS.

7. Musim buah.

Kebanyakan PKS masih menerima TBS dari petani karena pada umumnya PKS tidak dapat memenuhi kapasitas produksinya dari hasil kebun sendiri. Pada saat panen sedikit (track) atau saat kebun sendiri sedang dalam proses replanting, harga TBS dapat tinggi. Tetapi pada saat banjir buah, harga TBS menjadi rendah. Periode track dan banjir buah tersebut pada akhirnya menentukan tinggi rendahnya harga beli yang ditawarkan PKS. Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi harga yang cukup signifikan.

Dokumen terkait