• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII. PENUTUP 8.1 Program Transis

4.5. Rumusan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-

4.5.2. Permasalahan Pembangunan Kota Medan Tahun 2006-

Walaupun kemajuan pembangunan kota sangat pesat, akan tetapi tidak dapat dipungkiri akibat kompleksnya dimensi, ruang lingkup dan fungsi pemerintahan serta pembangunan kota, menyebabkan Kota Medan tetap dihadapkan pada berbagai masalah dan tantangan perkotaan yang harus diatasi. Masalah dan tantangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Bidang Fisik dan Prasarana : Salah satu masalah dan tantangan pokok pembangunan fisik dan prasarana yang sedang dihadapi adalah keberadaan Bandara Polonia yang berada di tengah-tengah kota. Di sisi lain dengan luas wilayah yang relatif terbatas, menjadikan kegiatan ekonomi dan social cenderung bergerak secara terpusat. Sebagai konsekuensinya, Kota Medan sampai saat ini masih dihadapkan pada beberapa persoalan fisik dan prasarana lainnya, yang terkait dengan sistem drainase, manajemen lalu lintas, perumahan dan pemukiman, ruang terbuka hijau dan lingkungan hidup, yang harus dapat diatasi pada masa yang akan datang. Oleh karena masalah dan tantangan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Medan, maka sangat diperlukan peningkatan koordinasi dan upaya-

upaya terpadu yang melibatkan Medan dan Kabupaten/Kota lainnya, dengan fasilitas Pemerintah Propinsi Sumatera Utara/Pemerintah Pusat.

2. Bidang Ekonomi : Dalam bidang ini, masalah dan tantangan yang dihadapi masih bersifat klasik yaitu pengangguran dan kemiskinan. Walaupun terjadi penuruan angka pengangguran terbuka, kemiskinan, perubahan struktur pasar yang lebih modern, dan distribusi kegiatan social ekonomi lebih luas selama lima tahun terakhir, namun hal ini tetap menjadi masalah dan tantangan pembangunan kota. Oleh sebab itu kebijakan dan program pembangunan kota pada masa yang akan datang, haruslah merupakan bagian penting dari upaya menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi angkatan kerja, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

3. Bidang Sosial Budaya : Dalam bidang ini, masalah dan tantangan pokok yang memerlukan perhatian dan solusi terfolus adalah, masih relatif rendahnya derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Untuk itu pada masa yang akan datang masyarakat perlu mendapat akses yang lebih luas terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan, di samping secara bersamaan terus memperbaiki manajemen dan meningkatkan mutu pelayanan dasar yang disediakan. Selain bidang kesehatan dan pendidikan, masalah dan tantangan di bidang soaial budaya adalah kenakalan remaja, tindak kriminal, anak jalanan, kawasan kumuh, dan kurangnya pembinaan kekayaan seni budaya lokal.

Permasalahan dan tantangan pembangunan kota yang dihadapi selama 5 (lima) tahun ke depan, pada setiap agenda pembangunan secara lebih terperinci dapat disajikan sebagai berikut :

a. Mewujudkan Kemajuan dan Peningkatan Kemakmuran Masyarakat Yang Berkeadilan.

Masalah dan tantangan utama yang dihadapi dalam lingkup agenda mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat yang berkeadilan sebagai berikut :

(1) Meskipun terjadi peningkatan secara berarti, pertumbuhan ekonomi yang dicapai relatif belum cukup progresif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selama tahun 2000-2004, (harga konstan tahun 1993), perekonomian kota tumbuh rata-rata sebesar 5,19 persen per tahun, sementara PDRB perkapita mencapai Rp 12,50 juta tahun 2004. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi cenderung masih didorong oleh konsumsi masyarakat.

(2) Proses pembangunan kota yang masih terbatas dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan Iptek dihadapkan pada permasalahan berupa belum optimalnya pemanfaatan sumber daya (manusia, modal, sarana, prasarana dan informasi), penelitian dan pengembangan (Litbang), kurang Terintegrasinya kebijakan mobilitas peneliti, mekanisme intermediasi dan inovasi yang mencakup bidang pendidikan, fiskal, industri, perbankan dan Iptek.

(3) Masih relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan masalah- masalah soaial yang mendasar belum sepenuhnya terpecahkan. Walaupun terjadi penurunan, angka pengangguran terbuka pada tahun 2004 masih cukup tinggi yaitu sebesar 13,01%, sedang Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) sebesar 52,92%. Sementara penduduk miskin pada tahun 2004 diperkirakan sebanyak 7,13%.

(4) Dalam pada itu, kesenjangan pembangunan antar wilayah inti kota (lingkar dalam) dengan daerah lingkar luar (border area) masih sangat dirasakan. Ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnya tuntutan untuk segera meningkatkan percepatan pembangunan kota pada wilayah lingkar luar.

(5) Implementasi desentralisasi dan otonomi daerah menghadapi kendala, antara lain disebabkan masih terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan profesional, masih terbatasnya ketersediaan sumber-sumber pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan daerah sendiri (internal) maupun sumber dana dari luar daerah (eksternal); belum sepenuhnya tersusun kelembagaan yang efektif; belum terbangunnya sistem dan regulasi yang konsisten; kurangnya kreativitas dan partisipasi masyarakat secara lebih luas dan rasional.

(6) Kesejahteraan masyarakat kota tidak terlepas dari dukungan ketesediaan infrastruktur sosial ekonomi dalam pembangunan. Kondisi pelayanan serta minimnya infrastruktur yang meliputi transportasi, perumahan, paelayanan air minum serta utilitas dan penyehatan lingkungan kota lainnya, belum sepenuhnya meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berkurangnya kualitas pelayanan dan lambatnya pembangunan infrastruktur baru, telah menghambat pembangunan kota.

(7) Kualitas sumber daya manusia masih relatif rendah. Pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memenuhi hak-hak dasar warga kota. Hal ini didasarkan angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 74,5% pada tahun 2004. Walaupun pada periode yang sama Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 98,58 persen, namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 93,75 persen, dan APS penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 76,31 persen. Tantangan tersebut menjadi semakin berat, dengan adanya disparitas tingkat pendidikan antar kelompok masyarakat yang masih cukup tinggi, seperti antara penduduk kaya dengan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.

(8) Kualitas pendidikan juga relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuahn kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan oleh kurang dan belum meratanya pendidik baik secara kuantitas maupun kualitas, serta kesejahteraan pendidik yang juga masih rendah. Di samping itu, fasilitas belajar mengajar juga belum tersedia secara memadai. Pada saat yang sama masih banyak peserta didik yang tidak seluruhnya memiliki dukungan buku pelajaran dan alat peraga yang dibutuhkan.

(9) Dalam pada itu pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena belum mantapnya pembagian tugas, fungsi dan tanggungjawab masing-masing tingkat pemerintahan, termasuk kontribusinya dalam menyediakan anggaran pendidikan, serta belum terlaksananya standar pelayanan minimal yang seharusnya ditetapkan,

dengan acuan umum dari Pemerintah Pusat. Di samping itu kedudukan, peran dan fungsi Dewan Perwakilan serta Komite Sekolah/Madrasah serta elemen pendidikan lainnya, juga belum optimal.

(10) Adanya amandemen UUD 1945 dan ditetapkannya UU Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan agar dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan, dialokasikan minimal 20 persen dari APBD, serta mewajibkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa memungut biaya, pada dasarnya telah mendorong alokasi anggaran pendidikan dari tahun ke tahun dalam porsi yang lebih besar. Namun demikian sampai saat ini Pemerintah Kota harus dikaui belum sepenuhnya mampu menyediakan pelayanan pendidikan dasar cuma-cuma, secara keseluruhan.

(11) Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat relatif rendah, yang antara lain tercermin dari masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan kurang gizi pada balita. Di samping itu, selain pola penyakit yang diderita oleh masyarakat yang pada umumnya masih berupa penyakit menular, diketahui penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes mellitus (kencing manis) juga menunjukkan kecenderungan meningkat.

(12) Kesejahteraan social masyarakat relatif masih rendah, antara lain tercermin dari ditemuinya anak maupun lanjut usia yang terlantar, kecacatan dan

ketunasosialan. Sementara itu, kualitas penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) harus dianggap masih belum memadai.

(13) Dalam implementasi program pemberdayaan perempuan, permasahan mendasar yang dihadapi selama ini adalah, belum optimanya partisipasi perempuan dalam pembangunan kota, di samping masih ditemuinya berbagai bentuk praktek diskriminasi dan perdagangan terhadap perempuan. Permasahan pokok lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan partisipasi politik laum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat. Dalam konteks sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi, dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Masalah lainnya adalah rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan; tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak; rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak; rendahnya angka indeks Pembangunan Gender (Gender-Related Development Index, GDI); dan angka Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measurement, GEM); banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminasi terhadap perempuan, dan tidak peduli anak; serta relatif lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk ketersediaan data yang valid dan akurat.

b. Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Efektif

Permasalahan dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik dan efektif meliputi : 1) Belum terpenuhi seluruhnya standar pelayanan umum kota yang modern

2) Masalah lainnya adalah masih relatif tingginya laju pertumbuhan dan kuantitas penduduk; masih tingginya tingkat kelahiran penduduk; kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia suber dan remaja akan hak-hak reproduksi; masih rendahnya usia kawin pertama penduduk; rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB; masih lemahnya ekonomi dan ketahanan keluarga; masih lemahnya instusi daerah dalam pelaksanaan program KB; belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung kota berkelanjutan; belum tertib sepenuhnya administrasi kependudukan, rendahnya kualitas pemuda; dan semakin memudarnya budaya olahraga di kalangan masyarakat dan prestasi olahraga yang belum sepenuhnya meningkat, sebagaimana yang diharapkan.

3) Usaha mewujudkan tata pemerintahan yang baik juga terhambat oleh kurangnya kreativitas, inovasi pada birokrasi, sehingga belum mendukung sepenuhnya upaya mewujudkan birokrasi yang berorientasi manajemen pemerintahan dan bisnis, sebagaimana yang diharapkan.

c. Meningkatkan Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi Yang Ramah Lingkungan

Permasalahan dalam meningkatkan prasarana dan sarana social ekonomi yang ramah lingkungan meliputi Pembangunan infrastruktur masih dihadapkan pada terbatasnya kemampuan pembiayaan Pemerintah. Pada sebagian infrastruktur, Pemerintah masih bertanggungjawab terhadap pembangunan dan pemeliharaannya, Misalnya pembangunan jalan. Pada sebagian lain, penyediaan dan pembangunan beberapa jenis infrastruktur ekonomi sebenarnya dapat

d. Menciptakan Kehidupan Masyarakat Yang Religius dan Harmonis

Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara walaupun sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan. Ajaran agama belum sepenuhnya diaktualisasikan dalam kehidupan agama secara nyata dan belum sepenuhnya menjadi landasan etika dan moral. Perilaku masyarakat yang cenderung negatif seperti tindakan asusila, praktik KKN, penyalahgunaan narkoba, dan perjudian sering muncul kepermukaan. Di samping itu, permasalahan dalam pembangunan agama adalah, masih belum sepenuhnya konddusif harmonisasi kehidupan sosial dalam masyarakat. Ketegangan sosial yang memicu konflik intern antar umat beragama, jika dibiarkan akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan itu sendiri.