• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Remaja Usia 15-18 tahun

Dalam dokumen T1 712011027 Full text (Halaman 29-33)

3. Peran Orang Tua dalam Menghadapi

3.1. Permasalahan Remaja Usia 15-18 tahun

Masa remaja adalah tahap mencoba sesuatu yang baru sehingga sudah menjadi hal yang pasti bahwa akan ada permasalahan yang terjadi dalam proses ini.55 Permasalahan yang terjadi ini tidak selalu dapat dianggap sebagai sesuatu yang berbau negatif, melainkan dapat menjadi batu loncatan yang positif untuk perkembangan remaja kedepan. Permasalahan yang dialami oleh remaja usia 15-18 tahun penulis bagi menjadi 4 bagian, yaitu :

3.1.1 Permasalahan Remaja Dengan Diri Sendiri

Permasalahan ini berhubungan dengan kepercayaan diri remaja yang dilakukan dengan cara mengembangkan harga diri. Harga diri (self-esteem) merupakan penilaian atau evaluasi psoitif dan negatif terhadap diri.56 Pengembangan harga diri ini dilakukan dengan cara mulai mengkritisi dirinya sendiri untuk mengetahui siapa dirinya atau apa yang mampu ia lakukan.57 Remaja mulai untuk menerima dirinya agar dapat mengembangkan kemampuan untuk lebih berprestasi dalam berbagai bidang cocok dengan dirinya.58

Pada masa remaja usia 15-18 tahun cenderung terjadi sebuah permasalahan tentang mencintai diri sendiri karena mereka sedang dalam masa untuk menentukan akan menjadi apa mereka atau seperti apa mereka di mata orang lain. Ketika seorang remaja telah mampu untuk mengenal siapa dirinya dan kemampuannya maka ia tidak lagi memikirkan orang lain atau lebih mengutamakan dirinya sehingga muncul rasa ego yang sangat tinggi

55

Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 76

56

Sarwono dan Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 23 57

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 50 58

18

dalam diri remaja.59 Remaja tidak ingin orang tua terlalu mencampuri urusannya, sangat memperhatikan penampilan dan berusaha keluar untuk mencari teman baru.60 Perkembangan yang buruk ini biasanya berasal dari pengalaman sewaktu masa anak-anak yang sering mengalami penolakan, dikritik secara kasar, tuntutan untuk menjadi sempurna dan dinilai tidak menarik oleh teman sebaya.61

Masalah-masalah yang dihadapi tidak mampu untuk diselesaikan sehingga membuat diri remaja dapat mengeskpresikan dirinya dalam tiga hal yaitu : Pertama, remaja menjadi pemain aktor yang memasang topeng seolah-olah hidup dalam kebahagiaan, tetapi kenyataannya remaja hidup dalam rasa cemas dan takut. Kedua, remaja menjadi pemberontak sehingga remaja bertindak tanpa mempedulikan pendapat dari orang lain, melanggar hukum dan suka menyalahkan orang lain. Ketiga, remaja menjadi pecundang yang membuat remaja merasa tidak mampu menangani kehidupannya dan selalu meminta orang lain membantunya.62

3.1.2 Permasalahan Remaja Dengan Orang Tua

Permasalahan dengan orang tua berhubungan dengan pola asuh orang tua terhadap remaja. Pola asuh orang tua akan menentukan perkembangan remaja baik secara fisik maupun mental. Menurut Hurlock (dalam Padmomartono), terdapat 7 pola sikap dan perlakuan orang tua terhadap remaja serta dampaknya terhadap kepribadian remaja, yaitu:63

a) Orang tua yang terlalu melindungi yaitu orang tua yang melakukan kontak berlebihan dengan remaja, mengawasi kegiatan remaja dan memecahkan masalah remaja. Dampak yang terjadi akibat pola asuh ini adalah remaja menjadi agresif, memiliki perasaan tidak aman, kurang mampu mengendalikan emosi, kurang percaya diri, mudah

59

Jose RL Batubara, Adolescent Development (Perkembangan Remaja), (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010), 27

60

Batubara, Adolescent Development (Perkembangan Remaja), 28 61

Drost, Perilaku Anak Usia Dini (kasus dan pemecahannya), (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 125

62

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 55 63

19

terpengaruh, egois, pembuat ulah, sulit bergaul, menolak tanggung jawab dan sangat tergantung.

b) Orang tua yang serba membolehkan yaitu orang tua yang memberi kebebasan berpikir dan berusaha, menerima pendapat remaja, membuat remaja merasa diterima, paham dan toleran terhadap remaja, dan lebih suka memberi apa yang diminta remaja daripada menerima. Dampak yang terjadi ialah remaja pandai mencari jalan keluar, dapat diajak bekerjasama, percaya diri, dan menjadi serba penuntut dan tidak sabaran.

c) Orang tua yang menolak remaja yaitu orang tua yang bersikap masa bodoh, kaku, kurang peduli kesejahteraan remaja, dan menampilkan sikap permusuhan serta dominasi kepada remaja. Dampak yang terjadi ialah remaja menjadi agresif (keras kepala, mudah marah, nakal), submissive (pemalu, mudah tersinggung, penakut), sulit bergaul, pendiam dan sadis.

d) Orang tua yang menerima remaja yaitu orang tua yang memberi perhatian dan kasih kepada remaja, menempatkan remaja dalam posisi penting di keluarga, mengembangkan hubungan yang hangat dengan remaja, respek pada remaja, mendorong remaja untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya, dan berkomunikasi secara terbuka serta mau untuk mendengar masalahnya. Dampak yang terjadi ialah remaja mau untuk bekerjasama, bersahabat, loyal, memiliki emosi yang stabil, ceria dan optimis, bertanggungjawab, jujur, bersikap realistik dan punya rencana jelas untuki masa depannya.

e) Orang tua yang mendominasi yaitu orang tua yang menguasai anak secara psikologis, dalam hal ini misalnya selalu diancam ketika ingin melakukan sesuatu. Dampak yang terjadi ialah remaja akan sopan dan berhati-hati, pemalu, penurut, dan mudah bingung serta tidak dapat bekerjasama.

f) Orang tua yang menyerah pada remaja yaitu orang tua yang memberikan apapun yang remaja minta dan membiarkan remaja berperilaku semaunya di rumah. Dampak yang terjadi ialah remaja

20

tidak patuh, tidak bertanggungjawab, agresif, teledor,bersikap otoriter, dan terlalu percaya diri.

g) Orang tua yang suka menghukum yaitu orang tua yang mudah menghukum remaja dan menanamkan kedisiplinan secara keras. Dampak yang terjadi ialah remaja menjadi nakal, mudah terpancing dan sukar mengambil keputusan.

Dari pemahaman diatas terlihat bahwa pola asuh dari orang tua memberikan pengaruh besar bagi perkembangan remaja. Selain remaja mengalami gejolak dalam diri sendiri, mereka juga mengalami pergolakan sebagai bagian dari sebuah komunitas yang disebut keluarga.

3.1.3 Permasalahan Remaja Dengan Lingkungan Sekitar Dan/Atau Teman

Dalam perkembangannya, remaja yang telah melalui kehidupan pribadi beserta asuhan orang tua akan keluar dan mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang paling tepat bagi remaja untuk berinteraksi adalah teman sebaya.

Teman sebaya adalah anak atau remaja yang kurang lebih berada pada taraf usia yang sama dan interaksi antar teman sebaya ini dapat membawa dampak negatif maupun positif juga kepada remaja.64 Pengalaman yang diperoleh bersama teman sebaya berguna bagi remaja dalam membentuk wawasan tentang segi yang benar dan yang salah serta memelihara relasi keintiman yang sehat dan berjangka lama, sehingga remaja yang sudah terbiasa dengan temannya bila dijauhkan maka akan memunculkan masalah baru seperti depresi dan perilaku anti-sosial.65

Remaja menganggap bahwa kelompok teman sebayanya dapat menjadi sebuah media baginya untuk belajar menyesuaikan diri sebelum ia masuk kedalam kemandirian namun, remaja terlebih dahulu kehilangan identitas karena remaja akan melakukan apa yang dilakukan oleh teman-temannya.66

64

Lisa J. Crockett and Ann C. Crouter, Pathways through Adolescence: Individual Development in Relation to Social Context, (New York: Psychology Press, 2014), 153

65

Sumardjono Padmomartono, Konseling Remaja, (Salatiga: FKIP UKSW, 2013), 58 66

Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja, (Jurnal Info Media, 2008), 49-50

21

Pengaruh teman sebaya adalah masalah yang paling ditakuti oleh setiap orang tua karena sangat mungkin bagi remaja untuk terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang tua dan juga akan membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar apabila remaja terlibat kedalam hal-hal negatif terkait masyarakat secara luas.67

3.1.4 Permasalahan Remaja Dengan Kehidupan Spiritual

Permasalahan remaja dengan kehidupan spiritual adalah keraguan dan ketidakpercayaan. Pada masa remaja usia 15-18 tahun kepercayaan agamawi mulai diragukan oleh remaja. Setiap pemikiran spiritualitas yang mereka anut sejak kecil mulai dipertanyakan kembali. Mereka mulai berpikir rasional untuk menemukan kebenaran bahwa yang transenden memiliki wujud yang mampu untuk dibuktikan. Pemikiran ini dilandasi oleh perkembangan jaman yang semakin besar dan pandangan dunia yang baru bahwa Iman tidak mampu untuk dibuktikan secara empiris.68 Pemikiran seperti ini yang membuat remaja saat ini banyak yang kurang aktif dalam pelayanan gerejawi. Minimnya pengetahuan spiritualitas remaja membuat ketakutan setiap orang tua terhadap kenakalan remaja semakin besar.

Dalam dokumen T1 712011027 Full text (Halaman 29-33)

Dokumen terkait