• Tidak ada hasil yang ditemukan

pembangunan masyarakat antara lain masih rendahnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekonomi produktif, yang disebabkan rendahnya kemampuan mengakses kesempatan berusaha, kurangnya kesempatan ekonomi dan kesempatan berusaha. Rendahnya kemampuan mengakses kesempatan berusaha disebabkan oleh terbatasnya kepemilikan produktif, lemahnya sumberdaya modal usaha, terbatasnya pasar dan informasi pasar yang kurang sempurna/asimetris, serta rendahnya tingkat kewirausahaan sosial.

Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

1. Berbagai perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah pusat pada implementasinya mengalami berbagai kendala karena belum didukung

oleh sistem hukum yang mapan, aparatur hukum yang bersih serta prasarana dan sarana yang memadai. Akibatnya, penegakkan hukum menjadi lemah dan perlindungan hukum dan hak asasi manusia (HAM) belum dapat diwujudkan.

2. Upaya meningkatkan ketertiban dan ketentraman masyarakat menghadapi tantangan yang cukup berat terutama terkait dengan ancaman stabilitas dan tuntutan perubahan serta dinamika perkembangan masyarakat yang begitu cepat seiring dengan perubahan sosial politik yang membawa implikasi pada segala bidang kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang dan keberlanjutan maka pelaksanaan pembangunannya akan diatasi secara bertahap.

Kota Jambi sebagai pusat kegiatan pemerintahan Propinsi Jambi, juga merupakan kawasan pusat perdagangan dan pelayanan jasa utama di Propinsi Jambi, kedepan akan kita lakukan transformasi sektor perekonomiannya. Sektor-sektor perekonomian akan dikelola secara benar sekaligus mampu memberikan kontribusi yang lebih optimal melalui peningkatan infrastruktur yang memadai dan berorientasi kedepan, kejelasan dan keteraturan tata ruang kota, serta didukung oleh estetika dan sanitasi kota.

Penurunan kinerja sektor industri, terutama yang berbasis kayu dan hasil hutan perlu dicari jalan keluarnya. Untuk memperlancar arus investasi terutama di sektor industri diperlukan pembenahan iklim investasi melalui pendirian BPMPPT dan menciptakan suatu kawasan industri dengan infrastruktur yang memadai.

Infrastruktur merupakan faktor penting dalam pembangunan perekonomian suatu daerah. Pembangunan infrastruktur jalan, kawasan industri dan pergudangan serta tersedianya sarana trasportasi darat, sungai dan udara merupakan dukungan penting untuk meningkatkan nilai ekspor industri pengolahan. Kedepan, pembangunan jalan yang mampu mendukung kendaraan dengan tonase tinggi dan membangun kawasan industri sangat krusial untuk memacu peningkatan ekspor.

Diharapkan pembangunan kawasan industri akan membuka peluang investasi dari dalam dan luar negri terutama di bidang industri non polutan yang akan menjadi titik picu pertumbuhan wilayah secara merata yang berbasis pada potensi daerah-daerah di Propinsi Jambi yang dimiliki, yakni pertambangan, industri, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan.

Pesatnya pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan modern perlu diimbangi dengan pembenahan pasar-pasar tradisional agar lebih nyaman, dapat bersaing dengan pusat perbelanjaan moderm serta menjaga mata pencaharian pedagang kecil dan tradisional. Pedagang kecil dan tradisional, semua usaha kecil harus mendapat ruang yang cukup untuk membangun ekonomi Kota Jambi.

Disamping itu, dengan adanya perkembangan jumlah penduduk yang pesat yang diikuti meningkatnya pembangunan komplek perumahan perlu diikuti dengan dukungan dan pelayanan transportasi dan sarana trasportasi massal yang mudah diakses oleh masyarakat termasuk diperlukannya pembangunan dan pengembangan terminal-terminal antara.

Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang cukup mendesak disebagian besar negara berkembang. Di Kota Jambi untuk beberapa sektor telah mampu mengendalikan limbah cair. Namun secara umum permasalahan lingkungan di kota kita ini sangat mendesak. Gangguan lingkungan ini tentu akan menyebabkan berbagai bencana dan penyebaran wabah penyakit, serta mempengaruhi kinerja sektor-sektor lain seperti perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi andalan di Kota Jambi.

Kedepan perlu dikembangkan metode penyelesaian permasalahan terutama untuk mengendalikan emisi kendaraan atau kerusakan lingkungan yang lain, misalnya pengendalian limbah rumah tangga, penurunan kuantitas dan kualitas air tanah dan pencemaran sungai. Dengan demikian, citra Kota Jambi akan terangkat, baik ditingkat nasional maupun internasional.

Produk unggulan dunia usaha Kota Jambi antara lain Batik Jambi, industri makanan olahan, kopi bubuk, sayur-sayuran organik, ikan patin dan industri hasil hutan dan perkebunan, dan lain-lain. Meski menghadapi banyak hambatan dan tantangan ternyata masih ada peluang bagi pengusaha untuk lebih memacu persaingan ditingkat domestik, nasional maupun ekspor secara maksimal dengan memanfaatkan informasi pasar. Dalam situasi persaingan,

pelaku bisnis dan tidak cukup sekedar menawarkan nilai tambah, akan tetapi inovasi bisnis merupakan suatu keharusan melalui pemantapan sitem operasi yang selaras dengan kepentingan para pemasok, rekan bisnis dan konsumen.

Dari sisi penawaran, kinerja sektor unggulan daerah, yakni pertanian, industri, pengolahan, perdagangan, listrik, gas, dan air minum masih memperlihatkan daya bertahan dan berkembang yang relatif cukup kuat sehingga pada tahun mendatang diperkirakan masih dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap PDRB Kota Jambi.

Walaupun Kota Jambi bukan merupakan dearah wisata, potensi kunjungan wisata di Kota Jambi mempunyai prospek yang cukup baik mengingat Kota Jambi mempunyai obyek-obyek yang masih menyimpan potensi wisata yang dapat dikembangkan seperti Taman Mini Jambi, Danau Sipin, Wisata Sungai Batanghari, Hutan Kota dan Seberang Kota Jambi sebagai pusat wisata budaya dan rohani.

Kedepan, seluruh potensi ekonomi harus dikelola dengan maksimal dan senantiasa mempertimbangkan kelestarian lingkungan agar kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat terus berkelanjutan untuk kepentingan generasi yang akan datang.

Sebagai simpul perdagangan dan jasa bagi kabupaten di Provinsi Jambi maka Kota Jambi telah memiliki prasarana dan sarana yang cukup memadai, seperti: (1) Bandara Udara Sulthan Thaha Syaifudin (2) Trasportasi Sungai (3) Terminal Bus (4) Terminal Truk (5) Terminal Angkutan Kota (6) Sarana trasportasi sungai (7) pengadaan listrik, gas, dan air minum (8) perbankan dan lembaga bukan perbankan (9) pusat-pusat pertokoan / maal dan pusat hiburan.

Tantangan kedepan yang akan dihadapi Kota Jambi cukup berat dan hal yang paling pokok adalah berkurangnya dana pembangunan yang mampu disediakan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah), ketimpangan antar daerah serta inefisiensi di sektor usaha swasta dan pemerintah. Salah satu hal yang paling mendasar didalam pencapaian solusi tersebut adalah perwujudan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance).

Dalam hubungannnya dengan Fungsi-fungsi Pembangunan dan urusan-urusan wajib dan pilihan yang dilaksanakan pemerintah daerah maka permasalahan-permasalahan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Dalam konteks fungsi pelayanan umum, yang meliputi urusan perencanaan pembangunan, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan , kearsipan, komunikasi dan informatika. Masih menghadapi persoalan antara lain :

• Belum optimalnya tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pembangunan. • Terbatasnya kompetensi dan kapasitas aparatur pemerintah daerah. • Reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan

masyarakat.

• Terbatasnya kapasitas keuangan daerah serta belum optimalnya pengelolaan keuangan dan manajemen aset daerah.

• Implementasi kebijakan komunikasi dan informasi belum optimal. • Lemahnya manajemen kearsipan.

• Rendahnya tingkat akuntabilitas dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan selaku mitra pemerintah daerah.

2. Dalam konteks fungsi ketertiban dan ketenteraman, yang meliputi kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat. Persoalan yang dihadapi, yaitu :

• Lemahnya kesadaran, kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat terhadap hukum dan peraturan.

• Kurang optimalnya peran keluarga sebagai basis pembinaan masyarakat dan bangsa.

• Menguatnya gejala perilaku asusila, penyalahgunaan narkoba, pornografi, dan perjudian.

• Kurang optimalnya kehidupan sosial politik yang meliputi kemasyarakatan, kewilayahan, pemerintahan dan berdemokrasi.

3. Dalam konteks fungsi ekonomi, yang meliputi urusan perhubungan, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat, pertanian, kehutanan,

energi dan sumber daya mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri. Masalah yang dihadapi antara lain :

• Lemahnya perlindungan terhadap tenaga kerja. • Rendahnya keberlanjutan hasil produksi.

• Kurang optimalnya informasi dan promosi investasi. • Rendahnya manajemen aset pemerintah.

• Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.

• Belum berkembangnya sentra produksi komoditas unggulan pertanian dan peternakan.

• Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan produksi pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, kelautan dan perikanan.

• Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya perikanan, Daerah Aliran Sungai dan perairan umum.

• Terbatasnya penanganan pasca panen dan pemasaran bagi produk-produk pertanian, peternakan, perkebunan, kelautan dan perikanan. 4. Dalam konteks fungsi lingkungan hidup, yang meliputi urusan penataan

ruang, lingkungan hidup, dan pertanahan.

• Peningkatan Jumlah Penduduk yang mempengaruhi kebutuhan ruang, air bersih dan sanitasi yang sekaligus berisiko terhadap kelangsungan sumber daya alam.

• Menurunnya daya dukung, fungsi dan kualitas lingkungan hidup kota akibat laju pembangunan yang meningkatjumlah dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi serta keterbatasan lahan.

• Pencemaran lingkungan (air, udara dan tanah) yang diakibatkan oleh aktivitas manusia ( limbah cair rumah tangga/ pabrik).

5. Dalam konteks fungsi perumahan dan fasilitas umum, yang meliputi urusan pekerjaan umum, dan perumahan.

• Rendahnya infrastruktur dan fasilitas umum permukiman. • Menurunnya kemampuan penyediaan air.

• Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.

• Tingginya tingkat kerusakan jalan sebelum umur teknis jalan tersebut tercapai.

• Masih belum optimalnya ketersediaan sarana prasarana penangulangan bencana kebakaran

6. Dalam konteks fungsi kesehatan, yang meliputi urusan kesehatan, keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

• Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.

• Rendahnya cakupan Universal Child Immunization (UCI). • Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga kesehatan. • Kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat.

• Masih adanya penyakit lokal spesifik dan berkembangnya penyakit menular serta berpotensi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa).

• Rendahnya peran serta masyarakat dan para pemangku kepentingan di bidang kesehatan.

• Masih ditemukannya balita gizi kurang yang berpotensi menjadi gizi buruk

• Belum berkembangnya pemberdayaan kualitas keluarga.

7. Dalam konteks fungsi pariwisata dan budaya, yang meliputi urusan kebudayaan, dan pariwisata.

• Kurangnya pengelolaan potensi wisata dan budaya daerah.

• Kurangnya pemahaman, apresiasi, kesadaran dan komitmen terhadap budaya daerah.

8. Dalam konteks fungsi pendidikan, yang meliputi urusan pendidikan, kepemudaan dan olah raga, dan perpustakaan.

• Masih kurangnya sarana dan prasarana

• Masih rendahnya angka partisipasi pendidikan usia dini dan menengah. • Masih rendahnya angka melanjutkan pada jenjang pendidikan dasar. • Masih kecilnya rasio sekolah yang berstandar nasional, rintisan

sekolah bertaraf internasional dan sekolah bertaraf internasional. • Masih rendahnya kompetensi dan belum meratanya sebaran tenaga

pendidik dan kependidikan.

• Masih rendahnya pelayanan pendidikan non formal dan informal (PNFI) 9. Dalam konteks fungsi perlindungan sosial, yang meliputi urusan

kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, sosial.

• Belum optimalnya penataan administrasi kependudukan.

• Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kepemilikan dokumen kependudukan.

• Meningkatnya jumlah Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial (PMKS).

• Belum optimalnya akses, partisipasi, kontrol dan manfaat kaum perempuan dalam pembangunan, khususnya bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik.

• Rendahnya kesejahteraan dan perlindungan hak-hak anak.

• Belum optimalnya pengarusutamaan gender dan anak, termasuk ketersediaan data dan rendahnya partisipasi masyarakat.

• Belum optimalnya perlindungan masalah sosial pasca bencana. • Rendahnya akses ke pelayanan sosial dasar bagi penyandang cacat. • Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial.

• Rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial.

• Belum optimalnya pemanfaatan tempat peribadatan serta belum optimalnya pengelolaan dana sosial keagamaan.

• Lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan belum optimal memerankan fungsinya sebagai agen perubahan sosial.

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH