• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

2.3.1. Prioritas Pembangunan Daerah

Permasalahan pada bidang sosial budaya adalah sebagai berikut : 1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, jumlah penduduk miskin

di Kota Jambi masih cukup besar.

2. Pembangunan bidang Kesehatan dihadapkan pada masalah tantangan mutu, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memadai, angka kesakitan masih tinggi terutama karena penyakit seperti demam berdarah dan infeksi saluran pernafasan atas. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk, belum optimalnya dukungan pelayanan kesehatan di bidang obat dan perbekalan kesehatan, pengawasan obat dan makanan, dan keamanan pangan, serta perilaku hidup sehat yang belum menjadi budaya dalam masyarakat baik karena faktor sosial ekonomi maupun karena kurangnya pengetahuan.

3. Pembangunan pendidikan dihadapkan pada isu utama :

• masih mahalnya sebagian biaya pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin.

• masih belum meratanya kemudahan aksesibilitas ke tempat pendidikan, terutama didaerah pengembangan perumahan baru.

• masih belum optimalnya kualitas pelayanan pendidikan yang ditunjukkan dengan masih terdapat guru TK, SD, SMP, SMA/K yang belum berpendidikan S1 maupun yang belum bersertifikasi.

4. Belum tersusunnya sistem perlindungan sosial yang memadai. Perlindungan sosial bagi masyarakat bagi penyandang masalah sosial, diperlukan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri

dan dapat mengakses sistem pelayanan sosial dasar namun dengn situasi ekonomi saat ini, menjadikan kelompok masyarakat penyandang masalah sosial ini yang berada di dekat garis kemiskinan menjadi kelompok rentan terhadap kemiskinan.

Beberapa permasalahan dalam upaya mendorong aktivitas perekonomian Kota Jambi :

Penataan kawasan perdagangan untuk Pedagang Kaki Lima di perkotaan. Di Kota Jambi keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan suatu fenomena kegiatan perekonomian rakyat kecil. Keberadaan para PKL ini sesungguhnya juga mempunyai hak asasi dalam penguasaan bidang ekonomi sosial dan budaya. Fenomena PKL sebagai bagian dari kegiatan perkonomian rakyat kecil, yang melakukan aktivitas perdagangan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pedagang Kaki Lima ini timbul dari adanya suatu kondisi pembangunan perekonomian dan pendidikan yang tidak merata diseluruh Indonesia. PKL ini juga timbul sebagai akibat dari tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam berproduksi. Untuk itu penataan kawasan perdagangan yang nyaman dan representatif bagi pedagang kaki lima terus diupayakan oleh Pemerintah Kota Jambi dalam melaksanakan tanggung jawab pembangunan bidang perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan.

Pengembangan kawasan-kawasan perdagangan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang potensial dan representatif.

Pengembangan kawasan cepat tumbuh perlu didukung oleh pengembangan dan peningkatan infrastruktur dasar perkotaan, fasilitas publik yang representatif akan meningkatkan daya tarik kawasan bagi masuk dan berkembangnya arus orang, modal, barang dan jasa. Strategi pengembangan kawasan akan melibatkan berbagai program/kegiatan sektoral dan lintas sektoral secara terintegrasi pada kawasan pengembangan.

Penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana ekonomi alternatif sebagai upaya untuk mengakomodasi kreatifitas dan hobi maupun produk-produk kerajinan yang dapat mengangkat nilai ekonomi lokal melalui

pendekatan yang ramah lingkungan serta terjangkau oleh segenap warga kota.

Peningkatan daya saing daerah melalui peningkatan manejerial, mutu produksi dan penguasaan teknologi.

Kota Jambi sebagai ibukota Provinsi Jambi merupakan pusat dalam banyak aktivitas perekonomian dan sangat berpotensi menjadi simpul perdagangan regional karena letak geografisnya yang sangat mendukung. Disamping aksesnya yang mudah ke kota-kota utama di Sumatera, Kota Jambi juga berdekatan dengan pusat pertumbuhan regional seperti Batam, Singapura dan Johor.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa daya saing produk industri di Kota Jambi secara umum masih rendah, yang disebabkan antara lain karena sumber daya manusia pengusaha relatif rendah, teknologi mesin peralatan yang digunakan kurang efisien, pengepakan produk masih rendah.

Selain itu motivasi perajin industri kecil masih rendah, cepat puas dengan apa yang sudah diperoleh dan pengusaha kurang dapat mengadaptasi perkembangan globalisasi di sektor industri. Dari sisi pengelolaan usaha juga sebagian besar belum menerapkan manajemen usaha secara lebih baik, masih mencapurkan modal usaha dengan kebutuhan keluarga serta kurangnya promosi untuk merebut pasar.

Pembangunan bidang fisik, prasarana dan sumber daya alam

Sedangkan permasalahan-permasalahan dalam pembangunan bidang fisik, prasarana dan sumber daya alam dapat dijelaskan bahwa didalam RTRW Propinsi Jambi Kota Jambi merupakan pusat pengembangan Utama Provinsi dan didalam RTRW Nasional Kota Jambi merupakan Pusat Kegiatan Nasional wilayah I. Namun demikian saat ini kedudukan tersebut belum dapat berfungsi secara optimal. Tekanan Jumlah Penduduk serta aktivitas perkotaan menyebabkan daya dukung infrastruktur dan kualitas lingkungan perkotaan semakin menurun.

Kemampuan daya dukung dan kondisi yang kurang baik tersebut semakin terasa dampaknya sejalan dengan kemampuan keuangan daerah untuk perbaikan dan penyediaan utilitas perkotaan termasuk penyediaan

lahan bagi kegiatan pembangunan semakin sulit. Dengan keuangan pemerintah Kota Jambi yang terbatas tersebut pelaksanaan kegiatan pembangunan infra struktur dan SDA perkotaan tidak optimal dan tidak mampu menyelesaikan persoalan perkotaan yang semakin kompleks.

Masalah Lingkungan

1. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dan pelaku industri pengolahan terhadap dampak pencemaran lingkungan.

2. Belum optimalnya pemanfaatan CSR.

3. Belum optimalnya pengelolaan terkait lingkungan hidup.

4. Belum optimal pengelolaan dan penanganan persampahan sejak dari sumber sampai ke tempat pengolahan akhir sampah.

5. Belum optimalnya penyediaan Ruang Terbuka Hijau sesuai RTRW. 6. Belum optimalnya koordinasi antara OPD menangani Persampahan dan

OPD angkutan Persampahan. Masalah Penataan Ruang

1. Masih lemahnya fungsi penataan dan pemanfaatan ruang kota, 2. Masih lemahnya fungsi pengawasan pemanfaatan ruang,

3. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang peraturan mengenai tata ruang.

4. Masih kurangnya peraturan-peraturan mengenai penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan kota,

5. Rendahnya rasio ruang terbuka hijau. Masalah Perumahan

1. Tidak optimalnya penyediaan fasum dan fasos di kawasan perumahan, 2. Kurang optimalnya penanganan permukiman kumuh perkotaan,

3. Kurangnya daya dukung sarana dan prasarana pemadaman kebakaran; • Luas wilayah yang dilayani oleh pos pemadam kebakaran kota tidak

sebanding dengan jumlah pos kebakaran yang ada,

• Infra struktur kota belum memadai, yaitu penataan hidrant kota untuk keperluan pemadaman,

Masalah Perhubungan 1. Kemacetan lalu lintas,

2. Kurangnya lebar jalan pada lokasi-lokasi cepat tumbuh,

3. Kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja perhubungan 4. Kurangnya penegakan hukum terkait dengan penggunaan badan jalan

(larangan bagi kendaraan tertentu utk masuk kota, PKL), 5. Kurangnya disiplin pengguna jalan,

6. Fungsi terminal angkutan umum yang ada belum optimal, 7. Kurangnya ketersediaan lahan parkir,

8. Rendahnya penyediaan dan kapasitas sarana dan prasarana IT. Masalah Pekerjaan Umum

1. Belum optimalnya kuantitas dan kualitas infrastruktur dasar, 2. Rendahnya kuantitas dan kualitas gedung negara,

3. Belum optimalnya penanganan kawasan kumuh perkotaan,

4. Rendahnya kualitas infrastruktur pasar-pasar tradisional milik pemda, 5. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara infrastruktur kota, 6. Belum tercukupinya kebutuhan perumahan murah (RSH) dan Rusunawa

untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).