• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DAGING AYAM

harus dilakukan secara terus menerus. Adapun faktor yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler adalah produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler.

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: Menyatakan pengaruh

: Menyatakan hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Ketersediaan Daging Ayam Broiler di Kota Medan

PERMINTAAN Faktor-faktor yang mempengaruhi: • Harga daging ayam (broiler) • Harga daging ayam (buras) • Konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya • Konsumsi protein masyarakat Kota Medan KETERSEDIAAN Faktor-faktor yang mempengaruhi: • Produksi daging ayam broiler • Permintaan daging ayam broiler • Konsumsi daging ayam broiler DAGING AYAM

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut :

• Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di

Kota Medan adalah harga daging ayam (broiler), harga daging ayam (buras), konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di

Kota Medan adalah produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler.

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui permintaan dan ketersediaan daging ayam.

Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data times series dengan

range tahun 2002-2011 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS

(Statistical Package for Sosial Science) dan berupa Data Sekunder.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah menggunakan data sekunder. Menurut Sugiono (2010), sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dari Badan Ketahanan Pangan, Biro Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian dan berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan segera ditabulasi, kemudian dibuat hipotesis, dilanjutkan dengan metode analisis yang sesuai dengan hipotesis tersebut. Metode

analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan dan ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan adalah model

regresi linear berganda.

Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2 peubah. Menurut Nawari (2010), Model regresi linier berganda yang memiliki variabel penduga lebih dari satu, yaitu Xi sampai dengan Xk (Anonimus, 2008). Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah sebagai berikut :

Untuk menguji identifikasi masalah (1) akan diuji dengan menggunakan regresi, dengan persamaan :

Permintaan Daging Ayam (broiler)

Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + a4 X4 + µ

Keterangan :

Y = Permintaan daging ayam (Kg)

a0 = Konstanta intersep

X1 = Harga daging ayam (broiler) (Rp/kg)

X2 = Harga daging ayam (buras) (Rp/kg)

X3 = Konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya

(gram/kapita/hari)

X4 = Konsumsi protein masyarakat Kota Medan (gram)

a1-a4 = Koefisien variabel regresi

Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Harga daging ayam (broiler), harga daging ayam (buras), konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan berpengaruh terhadap permintaan daging ayam.

H1 : Harga daging ayam (broiler), harga daging ayam (buras), konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan tidak berpengaruh terhadap permintaan daging ayam.

Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Harga daging ayam (broiler) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

H1 : Harga daging ayam (broiler) berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

H0 : Harga daging ayam (buras) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

H1 : Harga daging ayam (buras) berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

H0 : Konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

H1 : Konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

H0 : Konsumsi protein masyarakat Kota Medan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler.

permintaan daging ayam broiler.

Menurut Supriana (2009), kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika th ≤ t tabel, tidak diterima H1 ; terima H0 Jika th > t tabel, tidak diterima H0 ; terima H1

Dan untuk menguji identifikasi masalah (2) akan diuji dengan menggunakan regresi, dengan persamaan :

Ketersediaan Daging Ayam (broiler)

Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + µ

Keterangan :

Y = Ketersediaan daging ayam broiler (ton)

a0 = Konstanta intersep

X1 = Produksi daging ayam broiler (ton)

X2 = Permintaan daging ayam broiler (ton)

X3 = Konsumsi daging ayam broiler (gram/kapita/hari)

µ = Random error

a1-a3 = Koefisien variabel regresi

Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler berpengaruh terhadap ketersediaan daging ayam broiler. H1 : Produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler tidak berpengaruh terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Produksi daging ayam broiler tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

H1 : Produksi daging ayam broiler berpengaruh nyata terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

H0 : Permintaan daging ayam broiler tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

H1 : Permintaan daging ayam broiler berpengaruh nyata terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

H0 : Konsumsi daging ayam broiler tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

H1 : Konsumsi daging ayam broiler berpengaruh nyata terhadap ketersediaan daging ayam broiler.

Menurut Supriana (2009), Kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika th ≤ t tabel, tidak diterima H1 ; terima H0 Jika th > t tabel, tidak diterima H0 ; terima H1

Interpretasi Hasil

Uji One Sample Kolmogorov Smirnov

Mengetahui distribusi populasi menjadi hal yang sangat penting untuk mengetahui teknik statistik yang akan digunakan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui distribusi populasi yang diamati adalah uji one sample kolmogorov smirnov (OS-KS). OS-KS adalah suatu metode yang

digunakan untuk membandingkan fungsi distribusi kumulatif pengamatan dengan fungsi distribusi kumulatif teoritis.

OS-KS dihitung dari perbedaan nilai absolute terbesar antara fungsi distribusi kumulatif pengamatan dengan fungsi distribusi kumulatif teoritis. Sebagai contoh, statistik parametrik mengisyaratkan data harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, OS-KS dapat digunakan untuk menguji apakah distribusi kumulatif pengamatan yang digunakan berdistribusi normal.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

• H0 diterima jika D ≤ Dα

• H1 diterima jika D > Dα

(Supriana, 2010).

Uji Kesesuaian (Test of Godness of Fit) Koefisien Determinasi (R²)

Besaran R² adalah yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan/kesesuaian (goodness of fit) dari garis regresi. R² mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi.

Uji F (Uji koefisien regresi secara bersama-sama)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tergantung.

Langkah-langkah pengujian pada uji F:

• Menentukan hipotesis

• Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi menggunakan

• Menentukan F hitung

• Menentukan F tabel. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α

= 5% dengan derajat kebebasan df = n-k-1 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen)

• Kriteria pengujian

Dengan Kriteria Uji:

- Jika |

F

h | >

F

t maka secara serempak pengaruh variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen

- Jika |

F

h | ≤

F

t maka secara serempak pengaruh variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen

• Membandingkan F hitung dengan F tabel

Uji Parsial (Uji t-Statistik)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Langkah-langkah pengujian pada uji t:

• Menentukan hipotesis

• Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi menggunakan

0,05

• Menentukan t hitung

• Menentukan t tabel. Tebel distribusi t dicari pada α = 5% dengan derajat kebebasan df = n-k-1 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen)

• Kriteria pengujian

- Jika |

t

h | >

t

t maka secara parsial ada pengaruh nyata variabel independen terhadap variabel dependen

- Jika |

t

h | ≤

t

t maka secara parsial tidak ada pengaruh nyata variabel independen terhadap variabel dependen

• Membandingkan t hitung dengan t tabel

Selanjutnya identifikasi masalah lainnya dianalisis secara deskriptif berdasarkan data sekunder dan fakta-fakta yang terjadi. Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Sifatnya sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kebanyakan pengolahan data didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antara anggota observasi dalam beberapa deret waktu (serial correlation) atau antara anggota observasi

berbagai objek atau ruang (spatial correlation). Uji autokorelasi terutama

digunakan untuk data time series. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala

autokorelasi dalam model regresi yang digunakan, maka cara yang digunakan dengan melakukan pengujian serial korelasi dengan metode Durbin-Watson:

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi pada uji Durbin Watson sebagai berikut :

• Bila nilai du < dw < 4 – du maka H0 diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.

• Bila nilai dw < dl atau dw > 4 – dl maka H0 ditolak, artinya terjadi autokorelasi

• Bila nilai dl < dw < du atau 4 – du < dw < 4 – dl, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :

• Jika nilai toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10

• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8

(Gujarati, 2007).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan antara lain uji korelasi Spearman.

Metode korelasi Spearman digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas antara residual dengan masing-masing variabel independen. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Definisi Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Permintaan daging ayam broiler Kota Medan adalah jumlah konsumsi

yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota Medan.

2. Ketersediaan daging ayam broiler adalah jumlah produksi daging ayam

broiler yang tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat Kota Medan.

3. Produksi daging ayam broiler adalah kegiatan atau proses menghasilkan,

menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah bentuk daging ayam tersebut.

4. Harga daging ayam (broiler) adalah harga daging ayam broiler yang

berada di Dinas Peternakan..

5. Harga daging ayam (buras) adalah harga daging ayam buras yang berada

di Dinas Peternakan.

6. Konsumsi protein masyarakat Kota Medan adalah sejumlah protein yang

akan dimakan oleh masyarakat Kota Medan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hayati.

7. Konsumsi daging ayam broiler adalah sejumlah daging ayam broiler yang

akan dimakan oleh masyarakat Kota Medan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hayati.

8. Stok daging ayam broiler adalah jumlah daging ayam broiler yang tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat Kota Medan.

9. Impor daging ayam broiler adalah pros

dari satu kota ke kota lain (di luar Kota Medan) secar dalam pros

10.Ekspor daging ayam broiler adalah proses transportasi daging ayam broiler dari satu kota ke kota lain (di luar Kota Medan) secara legal.

Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu tahun 2002 sampai

2011 meliputi permintaan dan ketersediaan daging ayam di Kota Medan.

2. Penelitian dilakukan dalam wilayah Kota Medan.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Kondisi Geografis Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom dengan ststus kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, sering dipakai sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka dibagian utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota lain yang berada di jalur perdagangan di kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No.140.22/2772.K/1996 tertanggal 30 september 1996 tentang pendefenitif 7 kelurahan Kotamadya daerah tingkat II Medan berdasarkan pemerintah Republik Indonesia nomor 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan kotamadya tingkat II, Medan dimekarkan menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2001 lingkungan.

Secara geografis Kota Medan terletak pada posisi 2º.27’ - 2º.47’ lintang utara dan 98º.35’ – 98º.44’ bujur timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut dengan batas:

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat

Malaka

Kota Medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun Polonia tahun 2011 berkisar antara 23.04ºC – 24.84ºC dan suhu maksimum berkisar antara 32.73ºC – 34.47ºC. Kelembapan udara di Kota Medan rata-rata 76.67 – 80% dan kecepatan angin rata sebesar 1,81 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 123.89 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2011 perbulannya 15.25 hari dengan rata-rata curah hujan perbulannya 161.67 mm.

Kondisi Demografis Kota Medan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku, etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.

Secara demografi Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa transisi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data BPS Kota Medan dan BKP Kota Medan diketahui ada peningkatan penduduk Kota Medan dari 2.121.053 jiwa pada tahun 2009 menjadi 2.125.772 jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan sebesar 0,22%. Sedangkan pada tahun 2011 penduduk Kota Medan berjumlah 2.173.224 jiwa atau tumbuh sebesar 2,1%. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 5,sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

2007 2.083.156 0,77

2008 2.102.105 0,901429757

2009 2.121.053 0,89332987

2010 2.125.772 0,221989941

2011 2.173.224 2,183484077

Sumber: BPS dan BKP Kota Medan

Kota Medan Secara Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan dan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi.

Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan, dan ketertiban agama lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan selama masa waktu 2007-2011 dimana mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama bersekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota Medan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Broiler di Kota Medan

Kota Medan memiliki permintaan daging ayam broiler yang terkadang meningkat dan terkadang menurun setiap tahunnya. Permintaan daging ayam broiler meningkat disebabkan oleh harga daging ayam broiler yang murah dibandingkan dengan harga daging lainnya serta kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi dan protein dalam kesehatan. Sedangkan permintaan daging ayam broiler menurun disebabkan oleh harga daging ayam broiler yang terkadang meningkat sehingga masyarakat beralih kedaging lainnya yang mungkin harganya tidak jauh berbeda dengan daging lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan adalah jumlah penduduk, harga daging ayam broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan. Untuk jumlah penduduk tidak dipergunakan karena dalam perhitungan permintaan daging ayam broiler menggunakan rumus dengan salah satu variabelnya adalah jumlah penduduk. Sehingga apabila dimasukkan kedalam model akan membiaskan pengaruh dari variabel lain. Dimana pengaruh variabel lain tidak terlihat dan tidak nyata.

Uji One Sample Kolmogorov Smirnov (OS-KS)

Sebelum menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan, maka data-data yang telah dikumpulkan diuji

terlebih dahulu apakah memiliki sebaran normal atau tidak. Data yang telah

dikumpulkan segera ditabulasi dengan menggunakan metode uji one sample

kolmogorov smirnov (OS-KS) dengan bantuan software SPSS, maka hasil yang diperoleh: permintaan daging ayam broiler di Kota Medan (y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,941 ≥ α0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, harga daging ayam broiler (x1) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,531 ≥ α0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, harga daging ayam buras (x2) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,943 ≥ α0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya (x3) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,403 ≥ α0,05

(lampiran 3) maka H0 diterima dan H1 ditolak, konsumsi protein masyarakat Kota Medan (x4) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,959 ≥ α0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak: artinya semua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa semua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan menggunakan regresi linear berganda.

Persamaan Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Broiler Di Kota Medan

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis adalah:

Y = 3319895 – 198,378 X1 + 24,068 X2 – 62432,7 X3 + 244360,4 X4

(gram/kapita/hari)

X1 = Harga daging ayam broiler (Rp) X2 = Harga daging ayam buras (Rp)

X3 = Konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya (gram/kapita/hari)

X4 = Konsumsi protein masyarakat Kota Medan (gram)

Tanda koefisien yang negatif untuk harga daging ayam broiler (X1)

memberikan arti bahwa pengaruh antara permintaan daging ayam broiler di Kota Medan dengan harga daging ayam broiler bersifat negatif, semakin tinggi harga daging ayam broiler maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan semakin menurun, dan sebaliknya. Koefisien regresi sebesar – 198,378 (lampiran 6) artinya apabila harga daging ayam broiler meningkat 1, maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan akan menurun sebesar 198,378.

Tanda koefisien yang positif untuk harga daging ayam buras (X2)

memberikan arti bahwa pengaruh antara permintaan daging ayam broiler di Kota Medan dengan harga daging ayam buras bersifat positif, semakin tinggi harga daging ayam buras maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan semakin tinggi, dan sebaliknya. Koefisien regresi sebesar +24,068 (lampiran 6) artinya apabila harga daging ayam buras meningkat 1, maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan akan meningkat sebesar 24,068.

Tanda koefisien yang negatif untuk konsumsi daging ayam broiler tahun

sebelumnya (X3) memberikan arti bahwa pengaruh antara permintaan daging

ayam broiler di Kota Medan dengan konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya bersifat negatif, semakin tinggi konsumsi daging ayam broiler tahun

sebelumnya maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan semakin menurun, dan sebaliknya. Koefisien regresi sebesar – 62432,7 (lampiran 6) artinya apabila konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya meningkat 1, maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan akan menurun sebesar 62432,7.

Tanda koefisien yang positif untuk konsumsi protein masyarakat Kota

Medan (X4) memberikan arti bahwa pengaruh antara permintaan daging ayam

broiler di Kota Medan dengan konsumsi protein masyarakat Kota Medan bersifat positif, semakin tinggi konsumsi protein masyarakat Kota Medan maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan semakin tinggi, dan sebaliknya. Koefisien regresi sebesar + 244360,4 (lampiran 6) artinya apabila konsumsi protein masyarakat Kota Medan meningkat 1, maka permintaan daging ayam broiler di Kota Medan akan meningkat sebesar 244360,4.

Uji R²

Dari hasil analisis di atas dihasilkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,893 (lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa 89,3% variabel harga daging ayam broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan secara bersama-sama mampu menerangkan variasi variabel permintaan daging ayam broiler di Kota Medan dan sisanya sebesar 10,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari model diatas.

Uji F

Berdasarkan uji F (secara serempak) yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,412 > Ftabel 5,19 (lampiran 5), ini artinya bahwa secara serempak harga daging ayam broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging

ayam broiler tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan.

Uji t

Berdasarkan uji t (secara parsial) yang dilakukan, untuk harga daging ayam broiler diperoleh nilai t hitung sebesar – 3,832 > t tabel 2,015 (lampiran 6). Artinya bahwa secara parsial harga daging ayam broiler berpengaruh terhadap permintaan daging ayam broiler di Kota Medan. Nilai t hitung negatif, maka pengaruh yang terjadi adalah bersifat negatif, artinya semakin tinggi harga daging ayam broiler maka semakin menurunkan permintaan daging ayam broiler di Kota

Dokumen terkait