FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
DAN KETERSEDIAAN DAGING AYAM (BROILER) DI KOTA
MEDAN
SKRIPSI
OLRH:
HELMI MAWADDAH
080304015
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
DAN KETERSEDIAAN DAGING AYAM (BROILER) DI KOTA
MEDAN
SKRIPSI
OLRH:
HELMI MAWADDAH
080304015
AGRIBISNIS
Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
(Dr.Ir.Satia Negara Lubis, MEc)
(Emalisa, SP, MSi)
NIP: 196304021997031001
NIP:1972111819980220012
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Helmi Mawaddah (080304015) dengan judul skripsi “ Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Permintaan dan Ketersediaan Daging Ayam (Broiler) di Kota
Medan” di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, MSi sebagai Anggota Pembimbing.
Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan dan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan adalah model regresi linear berganda. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian antara lain: Secara serempak harga daging ayam broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan. Sedangkan secara parsial hanya harga daging ayam broiler yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan. Secara serempak produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan. Sedangkan secara parsial hanya produksi daging ayam broiler yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan.
RIWAYAT HIDUP
Helmi Mawaddah, lahir di Medan pada tanggal 29 Nopember 1990 putri pertama dari tiga bersaudara di keluarga Ayahanda Toguan Nasution dan Ibunda Ratna Sari Lubis.
Pendidikan formal yang sudah pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1995 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Nusa Indah dan lulus tahun 1996
2. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negri 064037 Medan dan lulus tahun 2002
3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama si Madeasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan dan lulus tahun 2005
4. Tahun 2005 masuk Sekolah Menenagah Atas si SMA Prayatna Medan dan lulus tahun 2008
5. Tahun 2008 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melelui jalur undangan (PMP)
6. Bulan Juli 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Ambalutu Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyeledaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Ketersediaan Daging Ayam (Broiler) di Kota Medan”. Tujuan dari penulisan skripsi ini aalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaika penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Toguan Nasution dan Ibunda Ratna Sari Lubis atas jerih payah dan do’anya selama ini kepada penulis, serta kedua adinda tersayang Mhd. Mizwar Nasution dan Lutfi Sakhbani Nasution yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini dan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Ir Satia Negara Lubis, MEc sebagai Ketua pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini
2. Ibu Emalis SP, MSi selaku Anggota pembimbing yang telah meluangkan waktunga membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
3. Ibu Dr.Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU DAN Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis MEc, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis dan seluruh pegawai di FP USU khususnya pegawai si Program Studi Agribisnis
maupun tidak langsung. Akhirnya penulis mengucapkan terima
kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...i
RIWAYAT HIDUP………ii
KATA PENGANTAR………...iii
DAFTAR ISI ………..v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR LAMPIRAN……….ix
PENDAHULUAN Latar Belakang………1
Identifikasi Masalah………8
Tujuan Penelitian……….8
Kegunaan Penelitian...8
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka...10
Landasan Teori...17
Permintaan...17
Ketersediaan...21
Harga...22
Konsumsi...23
Produksi...24
Barang Pengganti (substitusi)...25
KerangkaPemikiran...25
Hipotesis Penelitian...27
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel...28
Metode Penentuan Sampel...28
Metode Pengumpulan Data...28
Metode Analisis Data...28
Interpretasi Hasil...32
Uji One Sample Kolmogorov Smirnov...32
Uji Kesesuaian...33
Uji F...33
Uji Parsial (Uji t-statistik)...34
Uji Multikolinearitas...36
Uji Heteroskedastisitas...36
Definisi Batasan Operasional...38
Definisi...38
Batasan Operasional...39
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Kota Medan……….40
Kondisi Demografis Kota Medan………...41
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk……….42
Kota Medan Secara Ekonomi………42
Kota Medan Secara Sosial……….43
HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Broiler di Kota Medan………...44
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Daging Ayam Broiler di Kota Medan………...50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………...56
Saran………..56
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1 . Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2002-2011 6
2 . Ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan tahun 2010 7
3 . Analisis harga daging ayam (broiler) dan daging ayam (buras) pada
tahun 2002-2011 di Kota Medan 14
4 . Konsumsi protein masyarakat Kota Medan tahun 2002-2011 16
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
1 . Kurva permintaan 18
2 . Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang 26
mempengaruhi permintaan dan ketersediaan daging ayam
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan
1 . Permintaan daging ayam broiler di Kota Medan, harga daging ayam
broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging ayam broiler tahun
sebelumnya, konsumsi protein masyarakat Kota Medan
2 . Ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan, produksi daging ayam
broiler, permintaan daging ayam broiler, konsumsi daging ayam broiler
3 . Hasil analisis uji OS-KS pada permintaan daging ayam broiler di Kota
Medan
4 . Hasil analisis uji R², hasil analisis uji autokorelasi pada permintaan daging
ayam broiler di Kota Medan
5 . Hasil analisis uji F pada permintaan daging ayam broiler di Kota Medan
6 . Hasil analisis uji regresi linear berganda, hasil analisis uji t, hasil analisis
uji multikolinearitas pada permintaan daging ayam broiler di Kota Medan
7 . Hasil analisis uji heteroskedastisitas pada permintaan daging ayam broiler
di Kota Medan
8 . Hasil analisis uji OS-KS pada ketersediaan daging ayam broiler di Kota
Medan
9 . Hasil analisis uji regresi linear berganda, hasil analisis uji t, hasil analisis
uji multikolinearitas pada ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan
10 . Hasil analisis uji R², hasil analisis uji autokorelasi pada ketersediaan
daging ayam broiler di Kota Medan
11 . Hasil analisis uji F pada ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan
12 . Hasil analisis uji heteroskedastisitas pada ketersediaan daging ayam
ABSTRAK
Helmi Mawaddah (080304015) dengan judul skripsi “ Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Permintaan dan Ketersediaan Daging Ayam (Broiler) di Kota
Medan” di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, MSi sebagai Anggota Pembimbing.
Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan dan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan adalah model regresi linear berganda. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian antara lain: Secara serempak harga daging ayam broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan. Sedangkan secara parsial hanya harga daging ayam broiler yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan. Secara serempak produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan. Sedangkan secara parsial hanya produksi daging ayam broiler yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga
ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan
segala kemampuannya selalu berusaha mencukupi kebutuhannya dengan berbagai
cara. Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup
yang maju, mandiri, dalam suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin,
semakin di tuntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas dan merata. Oleh
karena itu, kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat
strategis untuk mewujudkan pembangunan sumberdaya manusia yang sehat, aktif
dan produktif (BKP Medan, 2010).
Kecukupan pangan bagi manusia dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai kebutuhan harian yang paling sedikit memenuhi kebutuhan gizi, yaitu
sumber kalori atau energi yang dapat berasal dari semua bahan pangan tetapi
biasanya sebagian besar diperoleh dari karbohidrat dan lemak, sumber protein
untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan penggantian jaringan, dan sumber vitamin
serta mineral. Tetapi perlu di ketahui juga bahwa manusia dan juga semua
binatang dipengaruhi oleh rangsangan indra dari bahan pangan yaitu nilai hedonik
dari bahan tersebut. Dimana bahan pangan berlimpah dan sangat banyak pilihan,
manusia akan makan pertama untuk kelezatan dan baru yang kedua untuk
Dengan demikian ada dua sisi penting dalam upaya pemantauan ketahanan
pangan di Indonesia. Di satu sisi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pangan
yang bergizi, beragam dan berimbang dengan harga yang terjangkau oleh
rakyatnya. Salah satu caranya tentu saja dengan peningkatan daya beli
masyarakat, sehingga akan meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan
masyarakat (BKP Medan, 2010).
Secara umum, pangan di kelompokkan menjadi dua yaitu pangan hewani
dan nabati. Pangan hewani meliputi daging, ikan, kerang, telur, susu dan hasil
susu. Sementara, pangan nabati meliputi 1) serealia/biji dari famili Gramineae, 2)
kacang-kacangan/biji dari famili Leguminoseae, 3) sayuran dalam bentuk
akar-akaran, daun-daunan, pucuk-pucuk, labu sayur buah, 4) biji-bijian semua biji yang
tidak termasuk serealia dan kacang-kacangan, 5) buah-buahan segar dan kering,
bumbu dan rempah, serta 6) pangan lainnya seperti madu, gula, jamur. Pada
pangan hewani yaitu kelompok pangan yang antara lainnya terdiri dari daging.
Daging adalah bagian dari karkas hewan ternak unggas maupun ruminansia
(Farida dkk, 2010).
Perkembangan perunggasan selalu bergejolak setiap saat. Hal ini bisa di
lihat dari harga produk perunggasan yang selalu naik turun bahkan tidak hanya
mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga di pengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan
dan biaya untuk memproduksi produk perunggasan itu sendiri. Oleh karena itu,
usaha perunggasan dikategorikan sebagai usaha berisiko tinggi. Pelaku usaha
adalah perusahaan swasta, sehingga dalam perkembangannya tidak di perlukan
lagi campur tangan dari pemerintah. Namun pemerintah tetap saja berkewajiban
membantu untuk menjaga keseimbangan suplai dan permintaan sehingga tidak
terjadi gejolak suplai maupun permintaan (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Ayam pedaging (broiler) merupakan jenis daging unggas terbesar yang
dikonsumsi di Indonesia. Dari tahun ke tahun permintaan pasar akan daging ini
juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta
kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi dalam kesehatan. Selain itu,
disamping sebagai sumber protein hewani yang rasanya lezat dan digemari
banyak orang, ayam broiler juga mudah didapat karena tempat penjualannya ada
dimana-mana, mulai dari warung-warung, pedagang sayuran, pasar tradisional
hingga supermaket. Ditambah lagi dengan harganya yang relatif terjangkau
berbagai kalangan masyarakat. Dengan kondisi terus meningkatnya permintaan
pasar terhadap ayam pedaging tersebut maka peluang usaha di bidang
peternakannya otomatis menjadi semakin baik pula. Untuk itu, para peternak
dituntut memiliki pengetahuan yang memadai dalam pengelolaan bisnis
peternakan ayam pedagingnya (Anonimus, 2012).
Tingginya permintaan daging ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa
faktor, sebagai berikut:
• Elastisitas permintaan terhadap pendapatan relatif lebih tinggi sebesar 1,11
dan relatif paling tinggi dibandingkan produk ternak lainnya
• Dibandingkan dengan daging lainnya, daging ayam broiler dipercaya
• Harga relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga daging lainnya,
biasanya sekitar sepertiga dari harga daging sapi dan setengah dari harga
daging ayam buras
• Perkembangan usaha di tingkat off farm (proses hilir) yang sangat efektif
dalam mendukung sistem distribusinya seperti McDonald, Kentucky Fried
Chicken dan Texas Fried Chicken (Anonimus, 2011).
Hal ini dipandang perlu untuk dilakukan oleh produsen perunggasan
dalam meningkatkan daya serap daging yang merupakan sumber gizi paling
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Arahan Direktur Jendral Peternakan,
pada saat pertemuan dengan asosiasi peternak ayam ras adalah agar usaha di
bidang perunggasan dapat berjalan terus. Dengan cara ini diharapkan semua
pelaku dapat menerapkan strategi pemasaran yang baik sehingga permasalahan
suplai dan permintaan yang selalu terjadi setiap tahun dapat di cari solusinya. Para
peternak tidak hanya menghasilkan ayam hidup, akan tetapi secara berkelompok
membentuk pasar daging ayam beku dengan penyediaan cold storage kelompok
(Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Peningkatan jumlah penduduk dan perbaikan kesejahteraan masyarakat
Indonesia mendorong laju kebutuhan pangan yang cenderung meningkat sejalan
dengan dinamika kebutuhan konsumsi pangan. Kecukupan penyediaan pangan
sangat penting artinya mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan
rakyat. Prioritas peningkatan pangan melalui produksi sendiri merupakan prioritas
pembangunan utama. Masalah pangan tidak menjadi permasalahan jika dalam
selalu tersedia dan tersebar merata di seluruh wilayah pemukiman penduduk, serta
semua penduduk mampu membeli pangan yang dibutuhkan (Sudana, 2000).
Berdasarkan data BPS Kota Medan (2012), diketahui ada peningkatan
jumlah penduduk Kota Medan setiap tahunnya, yakni tahun 2002 jumlah
penduduk sebanyak 1.963.882 jiwa dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan
menjadi 1.993.602 jiwa, kemudian pada tahun 2004 masih mengalami
peningkatan jumlah penduduk menjadi 2.006.142 jiwa dan meningkat lagi
menjadi 2.036.185 jiwa pada tahun 2005. Pada tahun 2006 terus terjadi
peningkatan jumlah penduduk menjadi 2.067.288 jiwa dan pada tahun 2007
meningkat lagi menjadi 2.083.156 jiwa, kemudian pada tahun 2008 terus terjadi
peningkatan jumlah penduduk menjadi 2.102.105 jiwa. Pada tahun 2009 masih
terjadi peningkatan jumlah penduduk menjadi 2.121.053 jiwa, kemudian pada
tahun 2010 meningkat lagi menjadi 2.125.772 jiwa, dan pada tahun 2011 masih
mengalami peningkatan jumlah penduduk menjadi 2.173.224 jiwa.
Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2002 sampai 2011 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2002-2011
Tahun Jumlah penduduk (Jiwa)
2002 1.963.882 2003 1.993.602 2004 2.006.142
2005 2.006.142 2006 2.067.288 2007 2.083.156 2008 2.102.105
2009 2.121.053 2010 2.125.772
2011 2.173.224
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012
Kota Medan sebagai kota besar dengan jumlah penduduk padat
tentunya mempunyai kebutuhan konsumsi daging ayam yang tinggi baik dalam
penggunaan rumah tangga, usaha-usaha kecil maupun besar baik berupa
restaurant dan perkembangan usaha di tingkat off farm (proses hilir) yang sangat
efektif dalam mendukung sistem distribusinya seperti McDonald, Kentucky Fried
Chicken, dan Texas Fried Chicken, terlebih lagi menjelang hari besar keagamaan
dan awal-akhir tahun. Kemudian konsumsi ini dipenuhi oleh produksi daging
ayam maupun impor daging ayam dari luar Kota Medan. Adapun ketersediaan
daging ayam (ras) di Kota Medan pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2. Ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan tahun 2010
Ketersediaan daging ayam Jumlah (ton) Persentase (%)
Produksi 157 72,35%
Stok 0 0% Ekspor 0 0%
Impor 60 27,65%
Jumlah 217 100%
Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Jika dilihat dari tabel 3 diatas, sebesar 72,35 % ketersediaan daging
ayam broiler dipenuhi dari produksi, sisanya sebesar 27,65 % dipenuhi dari impor
dari luar Kota Medan. Tidak terdapat Ekspor dan stok daging ayam broiler di
Kota Medan. Sepenuhnya produksi daging ayam broiler di Kota Medan dan impor
daging ayam broiler dari kota/daerah di luar Kota Medan yang digunakan untuk
ketersediaan daging ayam broiler penduduk Kota Medan.
Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara
memiliki jumlah penduduk terbesar di Sumatera utara, tentunya memiliki
permintaan daging ayam yang tinggi untuk industri maupun konsumsi. Oleh sebab
itu, Kota Medan harus memiliki ketersediaan agar dapat memenuhi permintaan
pasar di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan
konsumsi masyarakat Kota Medan akan daging ayam yang merupakan salah satu
pangan hewani dari 9 bahan pokok dan melihat faktor-faktor apa sajakah yang
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dilatar belakang maka dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi permintaan daging ayam
broiler di Kota Medan?
2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam
broiler di Kota Medan?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan
daging ayam broiler di Kota Medan.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan
daging ayam broiler di Kota Medan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian dalam hal ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan dan ketersediaan daging ayam broiler di
Kota Medan.
2. Bagi Akademis, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
3. Sebagai bahan pertimbangan dan kajian bagi pemerintah khususnya dalam
pengambilan keputusan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan ketersediaan daging ayam broiler di Kota
Medan.
4. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha daging ayam untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan ketersediaan daging
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Ayam ras pedaging disebut juga broiler. Ayam ini merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang
kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang saat itu
semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat
Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen.
Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan. Oleh
karena itu, sekarang ini semakin banyak peternak baru serta peternak musiman
yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Ternak ayam ini telah
dikembangkan pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging
juga sudah dijumpai hampir disetiap provinsi (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Mengonsumsi ayam sudah menjadi hal umum. Daging ayam ini memang
cukup menjadi favorit karena rasanya yang gurih. Tidak hanya anak-anak
menyukai, para dewasa juga banyak yang jatuh hati. Sebagaimana diketahui,
daging ayam adalah sumber makanan sehat.
Daging ayam bersifat hangat, fungsi pengobatannya cukup luas,
keefektifannya sangat nyata untuk memperkuat badan, menghilangkan bengkak,
lemah pasca sakit dan untuk wanita hamil. Dianalisis dari gizinya, setiap 100gr
miligram zat fosfor dan 1,5 miligram zat besi. Daging ayam mengandung vitamin
A yang kaya, lebih-lebih ayam kecil. Selain itu, daging ayam juga mengandung
vitamin C dan E. Daging ayam selain rendah kadar lemaknya, lemaknya juga
termasuk asam lemak tidak jenuh, ini merupakan makanan protein yang paling
ideal bagi anak kecil, orang setengah baya dan orang lanjut usia, penderita
penyakit pembuluh darah jantung dan orang yang lemah pasca sakit. Daging ayam
lebih digemari masyarakat dari pada daging-daging lainnya, karena daging ayam
mudah dimasak (Alex, 2010).
Menurut Alex (2010) adapun perbedaan zat gizi pada bagian tubuh ayam
adalah sebagai berikut:
• Daging dada ayam, kadar lemaknya rendah, tapi rasanya kurang, dapat
dimasak dengan segala bumbu.
• Daging paha ayam, kadar lemaknya lebih tinggi sedikit dari pada daging
dada ayam, dan rasanya lezat.
• Tulang dada ayam, merupakan bahan ideal untuk memasak kuah.
• Daging rusuk ayam, nilai gizinya paling tinggi, tinggi kadar protein dan
rendah kadar lemaknya, makanan yang cocok untuk orang yang gemuk,
penderita penyakit pembuluh darah jantung, penderita sistem pencernaan
dan baru sembuh dari sakit.
• Sayap ayam, kadar lemak dan protein lebih tinggi dari pada daging paha
• Kaki ayam, kaya mengandung protein dan zat besi, cocok dimasak dengan
kecap dan bumbu-bumbu lain untuk dijadikan camilan atau makanan kecil
dan juga dapat dijadikan bahan kuah untuk menguatkan badan.
• Hati ayam,kaya mengandung vitamin-vitamin A, B1, B2, dan C serta zat
mineral seperti besi, fosfor dan kalsium, bagi mereka yang kurang darah,
daya lihatnya kurang baik, hipoplasia, dan badan lemah cocok makan hati
ayam.
• Jantung ayam, rasanya lezat, tapi kadar kolesterolnya agak tinggi, maka
tidak cocok untuk dikonsumsi orang gemuk, penderita lemak darah tinggi,
penyakit pembuluh darah jantungdan tekanan darah tinggi.
• Empela ayam, merupakan bahan makanan yang baik untuk menguatkan
lambung dan usus, paling cocok dipanggang atau dimasak dengan kecap
dan bumbu-bumbu.
• Usus ayam, sangat gurih, tidak berlemak, merupakan makanan sehat. Usus
ayam berkhasiat untuk penyakit beser, beser kemih dan bawasir,
lebih-lebih usus ayam jantan lebih-lebih tinggi khasiatnya.
Manfaat mengonsumsi daging ayam yaitu dapat menghilangkan gejala
diare, nafsu makan yang menurun, serta ketidakseimbangan hubungan antara kerja
limpa dan pankreas. Komposisi lain dalam daging ayam adalah haeme iron
(kandungan zat besi haeme) yang mudah dicerna bila dibandingkan dengan zat
mempertahankan simpanan zat besi, sehingga kita terhindar dari penyakit anemia
(Alex, 2010).
Gejala back to nature memang telah melanda, khususnya dikalangan
masyarakat perkotaan. Masyarakat yang hidupnya berkecukupan, akhir-akhir ini
makin ketakutan dengan menu makanan yang di hasilkan oleh suatu industri.
Dewasa ini dengan makin membudayanya pola makan back to nature
menyebebkan popularitas daging ayam buras terus terangkat. Menu ayam buras
makin banyak dicari orang. Daging ayam buras dipercaya konsumen mempunyai
rasa lebih lezat dan lebih sehat. Namun pada ayam buras terdapat permasalahan
yang mengganjal, yaitu produktivitas yang rendah, sistem pemeliharaan yang
belum intensif, industri sarana produksi yang belum tersedia dan harga yang
tinggi. Secara genetik, produktivitas ayam buras masih lebih rendah daripada
ayam ras. Dengan mutu genetik demikian, upaya tata laksana sebaik apa pun tidak
akan membuahkan hasil sehebat ayam broiler (ras) (Suharno, 1997).
Sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani tidak harus selalu
mengonsumsi daging ayam buras dengan harga yang mahal, namun bisa juga
didapat dari daging ayam broiler yang harganya jauh lebih terjangkau. Karena
kandungan nutrisi daging ayam buras dan daging ayam broiler tidak berbeda jauh.
Karena itulah daging ayam broiler bisa jadi pilihan alternatif pengganti daging
lainnya dalam memenuhi kebutuhan harian (Anonimus, 2013).
Menurut Dinas Peternakan, analisis harga daging ayam broiler dan daging
ayam buras tahun 2002-2011 di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Analisis harga daging ayam (broiler) dan daging ayam (buras) pada
tahun 2002-2011 di Kota Medan
Tahun Satuan Harga (Rp)
Daging ayam (broiler) Daging ayam (buras)
2002 kg 12.000 17.500
2003 kg 12.400 17.500
2004 kg 12.843 18.500
2005 kg 12.166 23.186
2006 kg 13.291 24.000
2007 kg 14.698 30.900
2008 kg 14.000 32.000
2009 kg 18.480 34.576
2010 kg 20.500 37.200
2011 kg 21.673 38.125
Sumber: Dinas Peternakan
Jika dilihat dari tabel 4 diatas, harga daging ayam (broiler) dan daging
ayam (buras) pada tahun 2002-2011 di Kota Medan yaitu pada tahun 2002 harga
daging ayam (broiler) mencapai Rp 12.000/kg sedangkan harga daging ayam
(buras) mencapai Rp 17.500/kg, pada tahun 2003 harga daging ayam (broiler)
mengalami peningkatan yaitu Rp 12.400/kg sedangkan pada daging ayam (buras)
masih dengan harga tetap yaitu Rp 17.500/kg, sementara pada tahun 2004 harga
daging ayam (broiler) mengalami kenaikan yaitu Rp 12.843/kg dan harga daging
ayam (buras) juga mengalami kenaikan yaitu Rp 18.500/kg, untuk tahun 2005
harga daging ayam (broiler) mengalami penurunan yaitu Rp 12.166/kg sedangkan
harga daging ayam (buras) mengalami peningkatan yaitu Rp 23.186/kg, pada
tahun 2006 harga daging ayam (broiler) mengalami peningkatan yaitu Rp
13.291/kg sedangkan harga daging ayam (buras) mengalami kenaikan juga yaitu
Rp 24.000/kg, sementara pada tahun 2007 harga daging ayam (broiler) mengalami
kenaikan harga yaitu Rp 30.900/kg, untuk tahun 2008 harga daging ayam (broiler)
mengalami penurunan yaitu Rp 14.000/kg sedangkan harga daging ayam (buras)
masih mengalami peningkatan yaitu Rp 32.176/kg, dan tahun 2009 harga daging
ayam (broiler) mengalami kenaikan lagi yaitu Rp 18.480/kg sedangkan harga
daging ayam (buras) mengalami kenaikan juga yaitu Rp 34.576/kg, pada tahun
2010 harga daging ayam (broiler) mengalami kenaikan harga yaitu Rp 20.500/kg
dan harga daging ayam (buras) juga mengalami peningkatan harga yaitu Rp
37.200/kg, untuk tahun 2011 harga daging ayam (broiler) masih mengalami
peningkatan yaitu Rp 21.673/kg dan harga daging ayam (buras) juga mengalami
peningkatan yaitu Rp 38.125/kg.
Bagi penduduk berpenghasilan rendah di negara-negara berkembang,
produksi ternak yang merupakan pangan sumber protein dengan konsentrasi dan
mutu yang tinggi, umumnya harganya mahal atau tidak mudah diperoleh dan
makanan yang terbanyak di daerah ini terdiri atas bahan pangan serealia atau yang
banyak mengandung pati. Beras, gandum dan jagung adalah serealia yang
umumdengan kadar protein hanya 7-15%, dan akan berkurang jika digiling.
Berbagai jenis pisang atau ubi kayu merupakan bagian terbesar dari menu
makanan di beberapa wilayah dan bahan-bahan ini mempunyai protein yang lebih
sedikit dibandingkan dengan serealia. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau
selama dua puluh tahun sebelum 1971 masalah kekurangan gizi di negara-negara
berkembang lebih berpusat pada suplai protein dan ini merupakan awal dari usaha
banyak negara di dunia untuk menanggulangi kekurangan protein, untuk
Sebuah keluarga terdiri dari ayah (usia 38 tahun, berat badan 60 kg), ibu
hamil (usia 35 tahun,berat badan 55 kg), anak (perempuan usia 7 tahun, berat
badan 25 kg), anak (laki-laki usia 5 tahun, berat badan 19 kg). Kebutuhan protein
masing-masing anggota keluarga sebagai berikut:
• Kebutuhan protein ayah = 60 / 62 x 55 gr = 53,2 gr
• Kebutuhan protein ibu hamil = 55 / 54 x 48 + 12 gr = 60,9 gr
• Kebutuhan protein anak perempuan = 25 / 24 x 37 gr = 38,5 gr
• Kebutuhan protein anak laki-laki = 19 / 18 x 32 gr = 33,8 gr
• Kebutuhan gizi keluarga = 53,2 + 60,9 + 38,5 + 33,8 = 186,4 gr
(Baliwati dkk, 2002).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi protein Kota Medan tahun
2002-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Konsumsi protein masyarakat Kota Medan tahun 2002-2011
Tahun Protein (gram/hari)
2002 23,6
2003 26,9
2004 29,8
2005 31,1
2006 37,6
2007 45,4
2008 51,9
2009 55,6
2010 61,6
2011 74,3
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Jika dilihat dari tabel 5 diatas, setiap tahunnya Kota Medan mengalami
peningkatan konsumsi protein. Pada tahun 2002 konsumsi protein masyarakat
Kota Medan yaitu 23,6 gr/hari, dan pada tahun 2003 mengalami peningkatan yaitu
mengalami peningkatan yaitu 29,8 gr/hari, dan tahun 2005 konsumsi protein juga
meningkat yaitu 31,1 gr/hari. Pada tahun 2006 konsumsi protein masyarakat Kota
Medan mengalami peningkatan juga yaitu 37,6 gr/hari, sedangkan di tahun 2007
masih sama mengalami peningkatan yaitu 45,4 gr/hari. Tahun 2008 konsumsi
protein masyarakat Kota Medan meningkat lagi yaitu 51,9 gr/hari, di tahun 2009
juga meningkat lagi yaitu 55,6 gr/hari. Di tahun 2010 konsumsi protein
masyarakat Kota terus mengalami peningkatan yaitu 61,6 gr/hari dan di tahun
2011 juga terus meningkat yaitu 74,3 gr/hari.
Landasan Teori Permintaan
Menurut Hanafie (2010), teori permintaan diturunkan dari teori konsumsi.
Konsumen mau ”meminta” (dalam pengertian ekonomi) suatu barang dengan
harga tertentu karena barang tersebut dianggap berguna baginya. Makin rendah
harga suatu barang maka konsumen cenderung untuk membelinya dalam jumlah
yang lebih besar. Permintaan (demand) adalah jumlah dari suatu barang yang mau
dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka
waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Menurut Daniel (2002), permintaan (demand) adalah jumlah barang yang
diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat
terjadinya transaksi antara produsen dan konsumen atas barang-barang ekonomi.
Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang
yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada suatu tempat dan waktu tertentu
Menurut Sukirno (2004), Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan
suatu hipotesis yang menyatakan: semakin rendah harga suatu barang maka
semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Menurut Sudarsono (1990), tenaga beli seseorang tergantung pada atas dua
unsur pokok yaitu pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang
dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang
berubah maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah demikian juga
halnya harga barang yang dikehendaki juga dapat berubah. Secara matematis
pengaruh-pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah yang
diminta dapat diketahui secara serentak. Bahkan metode matematis ini tidak akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan pengaruh dari tiga atau lebih faktor atas
jumlah barang yang diminta.
Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut:
P
Q
Gambar 1. Kurva Permintaan
Dimana:
P : Harga
Q : Jumlah yang diminta
Menurut Hanafie (2010), kurva permintaan bergerak turun dari kiri
tegak P dan jumlah diukur pada sumbu horizontal Q). Kurva permintaan pasar
diperoleh dari penjumlahan berbagai jumlah barang yang mau dibeli oleh sekian
banyak konsumen pada masyarakat dengan harga tertentu.
Menurut Kadariah (1994), kurva permintaan menggambarkan
hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya
dianggap tetap kurva ini memiliki slope negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah
yang diminta (the quantity demanded) naik dengan turunnya harga.
Menurut Hanafie (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
yaitu:
1. Harga barang itu sendiri
Kuantitas permintaan akan menurun ketika harga nya naik dan
sebaliknya kuantitas permintaan akan meningkat ketika harganya turun. Jadi,
kuantitas yang diminta berhubungan secara negatif dengan harga. Hubungan
antara harga dengan kuantitas yang diminta seperti ini berlaku secara umum
dalam perekonomian. Fenomena ini dinamakan Hukum Permintaan: dengan
menganggap hal lainnya sama.
2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
Harga barang-barang lain dapat pula mempengaruhi permintaan,
memperbesar atau justru mengurangi permintaan, tergantung dari bagaimana
hubungan antara barang lain tersebut dengan barang dimaksud. Barang-barang
lain tersebut dikelompokkan menjadi: barang pelengkap (komplementer), barang
3. Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan zaman dan lingkungan sosial
Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan zaman dan lingkungan
sosial juga berpengaruh terhadap permintaan. Kemajuan zaman dapat
menyebabkan barang yang dulunya dipandang sebagai barang mewah, kini
menjadi barang yang biasa.
4. Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang
Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor
psikologis lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan mendadak dalam
permintaan masyarakat.Misalnya, desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga
akan naik mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik)
sehingga jumlah yang diminta akan naik pada harga yang sama.
Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel diatas semua
variabel lainnya dianggap tetap atau cateris paribus.
Menurut Djojodipuro (1991), hubungan antara permintaan (demand)
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dituangkan dalam fungsi
permintaan sebagai berikut:
Qx = f (Px, Y, Pop)
Dalam persamaan diatas, maka Qx adalah jumlah barang x yang
diminta, Px adalah harga barang x, Y adalah pendapatan dan Pop adalah jumlah
Ketersediaan
Ketersediaan pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu
wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan
pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi
pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di
wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan
bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya (Anonimus, 2009).
Dalam perkembangannya, ketersediaan pangan bermakna dua, yaitu
terdapat barangnya dan dapat dibeli dengan harga murah. Dengan demikian dalam
hal pangan diletakkan dalam konteks politik adalah pemerintah akan berusaha
mempertahankan ketersediaan pangan dalam jumlah cukup (bahkan kalau perlu
melimpah) dan dengan harga yang murah (bukan sekedar terjangkau)
(Sumodiningrat, 2001).
Ketersediaan pangan merupakan kondisi pangan yang mencakup makanan
dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya bagi
penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan
merupakan suatu sistem yang berjenjang (bierarchial systems) mulai dari
nasional, provinsi (regional), lokal (kabupaten/kota), dan rumah tangga.
Ketersediaan pangan dapat diukur pada tingkat makro (nasional, provinsi,
kabupaten/kota) maupun mikro (rumah tangga) (Farida dkk, 2010)
Menurut Thomas Robert Malthus menyebutkan dalam teorinya bahwa
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan pertumbuhan
permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan
ketersediaan pangan pun berkurang, hal ini merupakan pertimbangan yang kurang
menguntungkan (Wicaksono, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan yaitu:
1. Produksi
2. Permintaan
3. Konsumsi
Ketersediaan = produksi + ( impor – ekspor) + Stok
Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi, cadangan
maupun impor pangan setelah dikoreksi dengan ekspor dan berbagai penggunaan
seperti untuk bibit, pakan industri, pangan/nonpangan dan tercecer. Komponen
produksi pangan dapat dipenuhi dari produksi pertanian, peternakan dan industri
pangan. Berdasarkan kerangka tersebut, ketersediaan pangan rumah tangga dapat
dipenuhi dari produksi dan cadangan pangan sendiri maupun produksi dan
cadangan pangan kelompok (Baliwati dkk, 2002).
Harga
Menurut Supriana (2011), interaksi permintaan dan penawaran akan
menentukan tingkat harga dan jumlah komoditi yang akan diproduksi. Dari sisi
permintaan, jika harga naik konsumen akan mengurangi permintaannya,
sementara jumlah yang ditawarkan tetap. Hal ini akan menyebabkan terjadi
kelebihan jumlah barang dipasar. Kelebihan yang disebabkan penurunan
Sebaliknya jika harga turun, jumlah permintaan konsumen akan bertambah.
Meningkatnya jumlah permintaan ini akan mendorong harga kembali naik pada
harga keseimbangan. Dari sisi penawaran, jika harga naik produsen akan
menambah jumlah yang ditawarkan, sementara jumlah permintaan tetap.
Pertambahan jumlah barang ini akan mendorong harga kembali pada harga
keseimbangan. Demikian pula jika harga turun, akan menyebabkan produsen
mengurangi produksi. Berkurangnya jumlah barang dipasar akan mendorong
harga kembali pada harga keseimbangan. Demikian proses tercapainya
keseimbangan harga dan jumlah barang di pasar.
Konsumsi
Menurut Supriana (2011), konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan
yang dapat dibelanjakan. Fungsi konsumsi memiliki karakteristik:
• Kecendrungan mengkonsumsi merupakan fungsi yang stabil dan besarnya
konsumsi agregat ditentukan oleh besarnya pendapatan agregat
• Konsumsi akan meningkat jika pendapatan meningkat, tetapi peningkatan
konsumsi yang terjadi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan
• Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin besar jarak antara pendapatan
dan konsumsi. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendapatan, semakin besar proporsi dari pendapatan yang di tabung
• Peningkatan pendapatan akan diikuti dengan pendapatan, dan turunnya
pendapatan akan diikuti dengan penurunan tabungan dalam jumlah yang
Produksi
Menurut Supriana (2011), kurva kemungkinan produksi merupakan
gambaran asumsi dasar bahwa jika masyarakat memilih untuk memproduksi
barang, misalnya barang X dan Y. Jika memproduksi barang X lebih banyak dari
barang Y, maka harga barang X per unit menjadi lebih mahal, baik dalam
sumberdaya yang digunakan maupun dalam unit barang Y. Hal ini disebabkan
karena semakin banyak produksi barang X dipilih, maka semakin banyak
sumberdaya yang kurang produktif digunakan dalam produksi barang X.
Demikian pula jika masyarakat memilih untuk memproduksi barang Y lebih
banyak dari barang X, maka harga barang Y per unit menjadi lebih mahal karena
semakin banyak produksi Y dipilih, maka semakin banyak sumberdaya yang
kurang produktif digunakan dalam produksi barang Y.
Menurut Hanafie (2010), fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan teknis antara hasil produksi fisik (output) dengan
faktor-faktor produksi (input). Produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor
produksi sekaligus, yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Untuk menggambarkan
atau menganalisis peranan masing-masing faktor produksi terhadap produksi fisik,
dari sejumlah faktor produksi yang digunakan, salah satu faktor produksi
dianggap sebagai variabel (berubah-ubah), sementara faktor produksi lainnya
diasumsikan konstan (tidak berubah).
Barang Pengganti (substitusi)
Menurut Hanafie (2010), untuk dua barang yang mempunyai hubungan
jumlah yang diminta akan barang pengganti justru akan meningkat. Pengaruh
substitusi (substitution effect), jika harga suatu barang naik maka orang akan
mencari barang lain yang fungsinya sama, tetapi harganya lebih murah.
Menurut Gaspersz (2001), perubahan harga barang substitusi terhadap
permintaan adanya adalah ∆QDX/∆Pr (> 0, jika barang substitusi), berarti
pengaruh perubahan dari variabel harga barang lain yang berkaitan (Pr) terhadap
kuantitas permintaan barang dan jasa X (QDX) bersifat positif untuk barang
substitusi. Dengan demikian, apabila harga dari barang atau jasa lain yang
berkaitan (bukan X) juga ikut naik/turun (cateris paribus) maka hubungan antara
barang lain bukan X dan barang X itu dikatakan bersifat substitusi (saling
mengganti).
Kerangka Pemikiran
Permintaan daging ayam broiler adalah banyaknya daging ayam broiler
yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu, besar kecilnya
permintaan daging ayam broiler umumnya dipengaruhi oleh harga daging ayam
broiler, harga substitusi atau harga komplemennya (harga daging ayam buras),
konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya, serta konsumsi protein
masyarakat Kota Medan.
Ketersediaan daging ayam broiler merupakan hal penting dalam upaya
pemenuhan kebutuhan daging ayam broiler untuk dikonsumsi masyarakat. Seiring
dengan perkembangan penduduk dan kondisi masyarakat, kebutuhan akan
ketersediaan daging ayam broiler yang cukup, aman dan berkualitas semakin
harus dilakukan secara terus menerus. Adapun faktor yang mempengaruhi
ketersediaan daging ayam broiler adalah produksi daging ayam broiler,
permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler.
Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
: Menyatakan pengaruh
[image:38.595.99.557.232.586.2]: Menyatakan hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan dan Ketersediaan Daging Ayam Broiler di Kota Medan PERMINTAAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
• Harga daging
ayam (broiler)
• Harga daging
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka
pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut :
• Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di
Kota Medan adalah harga daging ayam (broiler), harga daging ayam
(buras), konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya dan konsumsi
protein masyarakat Kota Medan.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di
Kota Medan adalah produksi daging ayam broiler, permintaan daging
ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler.
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Sampel
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Daerah
penelitian ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini
merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui permintaan dan ketersediaan
daging ayam.
Metode Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data times series dengan
range tahun 2002-2011 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS
(Statistical Package for Sosial Science) dan berupa Data Sekunder.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah menggunakan data
sekunder. Menurut Sugiono (2010), sumber data sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui
orang lain atau melalui dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dari Badan Ketahanan Pangan, Biro
Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan Dinas Pertanian dan berbagai
literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan segera ditabulasi, kemudian dibuat hipotesis,
analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan dan ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan adalah model
regresi linear berganda.
Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu
statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2
peubah. Menurut Nawari (2010), Model regresi linier berganda yang memiliki
variabel penduga lebih dari satu, yaitu Xi sampai dengan Xk (Anonimus, 2008).
Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah sebagai berikut :
Untuk menguji identifikasi masalah (1) akan diuji dengan menggunakan
regresi, dengan persamaan :
• Permintaan Daging Ayam (broiler)
Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + a4 X4 + µ
Keterangan :
Y = Permintaan daging ayam (Kg)
a0 = Konstanta intersep
X1 = Harga daging ayam (broiler) (Rp/kg)
X2 = Harga daging ayam (buras) (Rp/kg)
X3 = Konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya
(gram/kapita/hari)
X4 = Konsumsi protein masyarakat Kota Medan (gram)
a1-a4 = Koefisien variabel regresi
Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Harga daging ayam (broiler), harga daging ayam (buras), konsumsi daging
ayam (broiler) tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota
Medan berpengaruh terhadap permintaan daging ayam.
H1 : Harga daging ayam (broiler), harga daging ayam (buras), konsumsi daging
ayam (broiler) tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota
Medan tidak berpengaruh terhadap permintaan daging ayam.
Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Harga daging ayam (broiler) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
daging ayam broiler.
H1 : Harga daging ayam (broiler) berpengaruh nyata terhadap permintaan daging
ayam broiler.
H0 : Harga daging ayam (buras) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan
daging ayam broiler.
H1 : Harga daging ayam (buras) berpengaruh nyata terhadap permintaan daging
ayam broiler.
H0 : Konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan daging ayam broiler.
H1 : Konsumsi daging ayam (broiler) tahun sebelumnya berpengaruh nyata
terhadap permintaan daging ayam broiler.
H0 : Konsumsi protein masyarakat Kota Medan tidak berpengaruh nyata terhadap
permintaan daging ayam broiler.
permintaan daging ayam broiler.
Menurut Supriana (2009), kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika th ≤ t tabel, tidak diterima H1 ; terima H0
Jika th > t tabel, tidak diterima H0 ; terima H1
Dan untuk menguji identifikasi masalah (2) akan diuji dengan
menggunakan regresi, dengan persamaan :
• Ketersediaan Daging Ayam (broiler)
Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + µ
Keterangan :
Y = Ketersediaan daging ayam broiler (ton)
a0 = Konstanta intersep
X1 = Produksi daging ayam broiler (ton)
X2 = Permintaan daging ayam broiler (ton)
X3 = Konsumsi daging ayam broiler (gram/kapita/hari)
µ = Random error
a1-a3 = Koefisien variabel regresi
Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi
daging ayam broiler berpengaruh terhadap ketersediaan daging ayam broiler.
H1 : Produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi
daging ayam broiler tidak berpengaruh terhadap ketersediaan daging ayam
Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Produksi daging ayam broiler tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan
daging ayam broiler.
H1 : Produksi daging ayam broiler berpengaruh nyata terhadap ketersediaan
daging ayam broiler.
H0 : Permintaan daging ayam broiler tidak berpengaruh nyata terhadap
ketersediaan daging ayam broiler.
H1 : Permintaan daging ayam broiler berpengaruh nyata terhadap ketersediaan
daging ayam broiler.
H0 : Konsumsi daging ayam broiler tidak berpengaruh nyata terhadap
ketersediaan daging ayam broiler.
H1 : Konsumsi daging ayam broiler berpengaruh nyata terhadap ketersediaan
daging ayam broiler.
Menurut Supriana (2009), Kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika th ≤ t tabel, tidak diterima H1 ; terima H0
Jika th > t tabel, tidak diterima H0 ; terima H1
Interpretasi Hasil
Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
Mengetahui distribusi populasi menjadi hal yang sangat penting untuk
mengetahui teknik statistik yang akan digunakan. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui distribusi populasi yang diamati adalah uji one
digunakan untuk membandingkan fungsi distribusi kumulatif pengamatan dengan
fungsi distribusi kumulatif teoritis.
OS-KS dihitung dari perbedaan nilai absolute terbesar antara fungsi
distribusi kumulatif pengamatan dengan fungsi distribusi kumulatif teoritis.
Sebagai contoh, statistik parametrik mengisyaratkan data harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu, OS-KS dapat digunakan untuk menguji apakah distribusi
kumulatif pengamatan yang digunakan berdistribusi normal.
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
• H0 diterima jika D ≤ Dα
• H1 diterima jika D > Dα
(Supriana, 2010).
Uji Kesesuaian (Test of Godness of Fit) Koefisien Determinasi (R²)
Besaran R² adalah yang paling lazim digunakan untuk mengukur
kebaikan/kesesuaian (goodness of fit) dari garis regresi. R² mengukur proporsi
(bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi.
Uji F (Uji koefisien regresi secara bersama-sama)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel tergantung.
Langkah-langkah pengujian pada uji F:
• Menentukan hipotesis
• Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi menggunakan
• Menentukan F hitung
• Menentukan F tabel. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α
= 5% dengan derajat kebebasan df = n-k-1 (n adalah jumlah data dan k
adalah jumlah variabel independen)
• Kriteria pengujian
Dengan Kriteria Uji:
- Jika |
F
h | >F
t maka secara serempak pengaruh variabel dependendapat dijelaskan oleh variabel independen
- Jika |
F
h | ≤F
t maka secara serempak pengaruh variabel dependentidak dapat dijelaskan oleh variabel independen
• Membandingkan F hitung dengan F tabel
Uji Parsial (Uji t-Statistik)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah pengujian pada uji t:
• Menentukan hipotesis
• Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi menggunakan
0,05
• Menentukan t hitung
• Menentukan t tabel. Tebel distribusi t dicari pada α = 5% dengan
derajat kebebasan df = n-k-1 (n adalah jumlah data dan k adalah
jumlah variabel independen)
• Kriteria pengujian
- Jika |
t
h | >t
t maka secara parsial ada pengaruh nyata variabelindependen terhadap variabel dependen
- Jika |
t
h | ≤t
t maka secara parsial tidak ada pengaruh nyata variabelindependen terhadap variabel dependen
• Membandingkan t hitung dengan t tabel
Selanjutnya identifikasi masalah lainnya dianalisis secara deskriptif
berdasarkan data sekunder dan fakta-fakta yang terjadi. Penelitian deskriptif
terbatas pada usaha mengungkapkan masalah, keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya. Sifatnya sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil
penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang
keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki. Penelitian deskriptif melakukan
analisis hanya sampai pada taraf deskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan
fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.
Kebanyakan pengolahan data didasarkan pada analisis persentase dan analisis
kecenderungan.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antara anggota observasi
dalam beberapa deret waktu (serial correlation) atau antara anggota observasi
berbagai objek atau ruang (spatial correlation). Uji autokorelasi terutama
digunakan untuk data time series. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
autokorelasi dalam model regresi yang digunakan, maka cara yang digunakan
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi pada uji Durbin Watson sebagai
berikut :
• Bila nilai du < dw < 4 – du maka H0 diterima, artinya tidak terjadi
autokorelasi.
• Bila nilai dw < dl atau dw > 4 – dl maka H0 ditolak, artinya terjadi
autokorelasi
• Bila nilai dl < dw < du atau 4 – du < dw < 4 – dl, artinya tidak ada
kepastian atau kesimpulan yang pasti
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan
yang linear antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan
beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :
• Jika nilai toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari
0,1 atau nilai VIF melebihi 10
• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8
(Gujarati, 2007).
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke
heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan antara
lain uji korelasi Spearman.
Metode korelasi Spearman digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas antara residual dengan masing-masing variabel independen.
Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih dari 0,05
Definisi Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai
pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan
batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Permintaan daging ayam broiler Kota Medan adalah jumlah konsumsi
yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota Medan.
2. Ketersediaan daging ayam broiler adalah jumlah produksi daging ayam
broiler yang tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat Kota Medan.
3. Produksi daging ayam broiler adalah kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas
kembali dan atau mengubah bentuk daging ayam tersebut.
4. Harga daging ayam (broiler) adalah harga daging ayam broiler yang
berada di Dinas Peternakan..
5. Harga daging ayam (buras) adalah harga daging ayam buras yang berada
di Dinas Peternakan.
6. Konsumsi protein masyarakat Kota Medan adalah sejumlah protein yang
akan dimakan oleh masyarakat Kota Medan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hayati.
7. Konsumsi daging ayam broiler adalah sejumlah daging ayam broiler yang
akan dimakan oleh masyarakat Kota Medan dengan tujuan memenuhi
8. Stok daging ayam broiler adalah jumlah daging ayam broiler yang tersedia
untuk dikonsumsi oleh masyarakat Kota Medan.
9. Impor daging ayam broiler adalah pros
dari satu kota ke kota lain (di luar Kota Medan) secar
dalam pros
10.Ekspor daging ayam broiler adalah proses transportasi daging ayam broiler
dari satu kota ke kota lain (di luar Kota Medan) secara legal.
Batasan Operasional
1. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu tahun 2002 sampai
2011 meliputi permintaan dan ketersediaan daging ayam di Kota Medan.
2. Penelitian dilakukan dalam wilayah Kota Medan.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Kondisi Geografis Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom dengan ststus kota, maka kedudukan,
fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, sering
dipakai sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan
memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka
dibagian utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota lain yang berada di jalur
perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara
No.140.22/2772.K/1996 tertanggal 30 september 1996 tentang pendefenitif 7
kelurahan Kotamadya daerah tingkat II Medan berdasarkan pemerintah Republik
Indonesia nomor 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan
kotamadya tingkat II, Medan dimekarkan menjadi 21 kecamatan dengan 151
kelurahan dan 2001 lingkungan.
Secara geografis Kota Medan terletak pada posisi 2º.27’ - 2º.47’ lintang
utara dan 98º.35’ – 98º.44’ bujur timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas
permukaan laut dengan batas:
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat
Malaka
Kota Medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun
Polonia tahun 2011 berkisar antara 23.04ºC – 24.84ºC dan suhu maksimum
berkisar antara 32.73ºC – 34.47ºC. Kelembapan udara di Kota Medan rata-rata
76.67 – 80% dan kecepatan angin rata sebesar 1,81 m/sec, sedangkan
rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 123.89 mm. Hari hujan di Kota Medan
pada tahun 2011 perbulannya 15.25 hari dengan rata-rata curah hujan perbulannya
161.67 mm.
Kondisi Demografis Kota Medan
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku, etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan
karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.
Secara demografi Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa
transisi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan
dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah pola pikir masyarakat
dan perubahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor perbaikan gizi,
kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data BPS Kota Medan dan BKP Kota Medan diketahui ada
peningkatan penduduk Kota Medan dari 2.121.053 jiwa pada tahun 2009 menjadi
2.125.772 jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan sebesar 0,22%.
Sedangkan pada tahun 2011 penduduk Kota Medan berjumlah 2.173.224 jiwa
atau tumbuh sebesar 2,1%. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan dapat dilihat
[image:54.595.113.513.336.443.2]pada tabel 5,sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan
Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
2007 2.083.156 0,77
2008 2.102.105 0,901429757
2009 2.121.053 0,89332987
2010 2.125.772 0,221989941
2011 2.173.224 2,183484077
Sumber: BPS dan BKP Kota Medan
Kota Medan Secara Ekonomi
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha
dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja dan pemerataan dan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja
pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena
keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas
bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu aspek ekonomi
secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan,
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya
kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan
menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing
sektor ekonomi.
Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
keamanan, dan ketertiban agama lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.
IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami
peningkatan selama masa waktu 2007-2011 dimana mengindikasikan bahwa
tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik.
Selain itu peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan
masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat
pendidikan yang ditandai bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama
bersekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Broiler di
Kota Medan
Kota Medan memiliki permintaan daging ayam broiler yang terkadang
meningkat dan terkadang menurun setiap tahunnya. Permintaan daging ayam
broiler meningkat disebabkan oleh harga daging ayam broiler yang murah
dibandingkan dengan harga daging lainnya serta kesadaran akan pentingnya
pemenuhan gizi dan protein dalam kesehatan. Sedangkan permintaan daging ayam
broiler menurun disebabkan oleh harga daging ayam broiler yang terkadang
meningkat sehingga masyarakat beralih kedaging lainnya yang mungkin harganya
tidak jauh berbeda dengan daging lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
permintaan daging ayam broiler di Kota Medan adalah jumlah penduduk, harga
daging ayam broiler, harga daging ayam buras, konsumsi daging ayam broiler
tahun sebelumnya dan konsumsi protein masyarakat Kota Medan. Untuk jumlah
penduduk tidak dipergunakan karena dalam perhitungan permintaan daging ayam
broiler menggunakan rumus dengan salah satu variabelnya adalah jumlah
penduduk. Sehingga apabila dimasukkan kedalam model akan membiaskan
pengaruh dari variabel lain. Dimana pengaruh variabel lain tidak terlihat dan tidak
nyata.
Uji One Sample Kolmogorov Smirnov (OS-KS)
Sebelum menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
terlebih dahulu apakah memiliki sebaran normal atau tidak. Data yang telah
dikumpulkan segera ditabulasi dengan menggunakan metode uji one sample
kolmogorov smirnov (OS-KS) dengan bantuan software SPSS, maka hasil yang
diperoleh: permintaan daging ayam broiler di Kota Medan (y) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,941 ≥ α0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, harga daging
ayam broiler (x1) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,531 ≥ α0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak, harga daging ayam buras (x2) diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,943 ≥ α0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, konsumsi daging ayam
broiler tahun sebelumnya (x3) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,403 ≥ α0,05
(lampiran 3) maka H0 diterima dan H1 ditolak, konsumsi protein masyarakat Kota
Medan (x4) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,959 ≥ α0,05 maka H0 diterima
dan H1