• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

LUTHFI ANSYARI 090304054 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 3

(2)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

LUTHFI ANSYARI 090304054 AGRIBISNIS

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Ir. H. M. Mozart B. Darus, M.Sc.

NIP. 19621005 198703 1 005 NIP. 19630822 198803 2 003 Ir. Lily Fauzia, M.Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 3

(3)

ABSTRAK

LUTHFI ANSYARI (090304054), dengan judul skripsi “ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI

SUMATERA UTARA”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. M. Mozart B. Darus, M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Ibu

Ir. Lily Fauzia, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara. Secara khusus bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga daging ayam broiler, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara. Selain itu untuk menganalisis nilai elastisitas faktor- faktor tersebut terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 18 for Windows, menggunakan satu variabel terikat dan empat variabel bebas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series tahunan dari tahun 1998 sampai 2011. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, penelitian ini menyimpulkan bahwa harga daging ayam broiler dan harga telur ayam ras secara parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95% dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,903. Nilai koefisien harga daging ayam broiler yaitu sebesar -0,395 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga daging ayam broiler sebesar 10% dapat menyebabkan permintaan daging ayam broiler turun sebesar 3,95%. Nilai koefisien harga telur ayam ras yaitu sebesar 0,529 Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga telur ayam ras sebesar 10% dapat menyebabkan peningkatan permintaan daging ayam broiler sebesar 5,29%. Sementara variabel pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh nyata tehadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara. Dari keempat variabel, hanya jumlah penduduk yang bersifat elastis terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara.

Kata Kunci : Daging Ayam Broiler, Permintaan, Elastisitas

(4)

RIWAYAT HIDUP

LUTHFI ANSYARI lahir di Kota Medan pada tanggal 05 Januari 1990 dari Bapak Drs. Suyono dan Ibu Sri Hayati, S.Pd. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 020580 Binjai tahun 2002, sekolah menegah pertama di SMP Negeri 6 Binjai tahun 2005, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Binjai tahun 2008. Pada tahun 2008 hingga 2009 penulis mendapat kesempatan menyelesaikan program belajar 400 jam melalui Paket Kuliah Komputer Satu Tahun di Pusat Pendidikan Komputer TRICOM Medan.

Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rambung Estate, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dari tanggal 17 Juli hingga 30 Agustus 2013.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah: “Analisis Permintaan Daging Ayam Ras Pedaging (Broiler) di Sumatera Utara”. Di mana penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Kedua orang tua penulis Bapak Drs. Suyono dan Ibu Sri Hayati S.Pd., yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini.

2. Bapak Ir. H. M. Mozart B. Darus, M.Sc. dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

3. Untuk Ibu Sri dan Bapak Rasyid di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara, yang telah banyak membantu selama proses pengumpulan data.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih khusus kepada Fitria Adriani serta rekan-rekan seperjuangan Aldy, Alviza, Reza, Ummul, Sri, Ari, Roma, Litna, Heni, dan anggota Play yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.

Medan, November 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) ... 9

2.1.2. Karkas Ayam ... 10

2.1.3. Permintaan Daging Ayam ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Teori Permintaan ... 11

2.2.2. Konsep Elastisitas Permintaan ... 14

2.2.3. Teori Konsumsi ... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 18

2.4. Kerangka Pemikiran ... 19

2.5. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.3. Metode Analisis Data ... 23

3.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda ... 23

(8)

3.3.1.1. Uji Asumsi Klasik ... 24

3.3.1.2. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ... 27

3.3.2. Analisis Elastisitas ... 28

3.4. Definisi dan Batasan Operasional ... 29

3.4.1. Definisi ... 29

3.4.2. Batasan Operasional ... 30

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA 4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 31

4.2. Keadaan Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 33

4.3. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara ... 36

4.4. Karakteristik Data ... 37

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor-Faktor Permintaan Daging Ayam Broiler ... 38

5.2. Pemilihan Model ... 39

5.2.1. Regresi Linier Berganda Tanpa Log ... 39

5.2.2. Regresi Linier Berganda Double Log ... 40

5.3. Uji Asumsi Klasik ... 41

5.4. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ... 45

5.5. Interpretasi Model Secara Ekonomi ... 48

5.6. Analisis Elastisitas ... 50

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Perkembangan Permintaan Daging Menurut Beberapa Jenis Hewan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2011

Permintaan dan Harga Daging Ayam Broiler di Sumatera Utara Tahun 1998-2011

Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2010-2012 dalam Ton (Menurut Provinsi)

Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1995, 2000, dan 2010 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

Pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota 2011

Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha tahun 2008-2012

Karakteristik Data untuk Analisis Permintaan Daging Ayam Broiler di Sumatera Utara Tahun 1998-2011

Hasil Analisis Model Regresi Linier Berganda Tanpa Log Hasil Analisis Model Regresi Linier Berganda Double Log Output Collinearity Statistics

Output Uji Normalitas Menggunakan one-sample Kolmogorov- Smirnov Test

Hasil Pengujian Hipotesis Uji-T dengan nilai T tabel (2,262)

Hasil Analisis Elastisitas Model Regresi Linier Berganda Double Log

4 5 22 33 34 35 36 37 39 40 42 43 48 52

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal

1.

2.

3.

4.

Skema Kerangka Pemikiran

Posisi Koefisien dw pada Uji Autokorelasi Scatter Plot Uji Normalitas

Scatter Plot Uji Heterokedastisitas

20 42 44 45

(11)

DAFTAR GRAFIK

No. Judul Grafik Hal

1. Bentuk Umum Kurva Permintaan 12

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Data Permintaan Daging Ayam Broiler, Harga Daging Ayam Broiler, HargaTelur Ayam Ras, Harga Minyak Goreng, dan Jumlah Penduduk 1998–

2011

Data Permintaan Daging Ayam Broiler, Harga Daging Ayam Broiler, HargaTelur Ayam Ras, Harga Minyak Goreng, dan Jumlah Penduduk 1998–

2011 Setelah Ditransformasi ke Dalam Bentuk Logaritma Natural Output SPSS 18 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Tanpa Log Output SPSS 18 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Double Log Tabel F dengan α = 0,05

Tabel T dengan α = 0,05

Tabel Durbin-Watson (dw) dengan α = 0,05

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sumber protein hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (selanjutnya dipakai istilah ayam broiler).

Ayam broiler sebagai salah satu sumber pangan hewani dewasa ini dagingnya semakin banyak dikonsumsi sebagai salah satu alternatif penyediaan daging bagi masyarakat, yang dapat berfungsi sebagai pengganti daging sapi. Daging ayam disukai oleh berbagai kalangan masyarakat karena memiliki berbagai keistimewaan jika dibandingkan dengan sumber pangan asal hewani lainnya.

Selain harganya yang relatif lebih terjangkau, daging ayam broiler mudah diolah menjadi berbagai macam masakan sehingga banyak digunakan dalam rumah tangga maupun rumah makan karena dagingnya yang empuk dan tebal (Setiawan et al. 2006).

Selain ayam, kebutuhan protein bagi manusia dapat dicukupi dari hewan-hewan ternak lain dan sebagian dari sumber nabati atau tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pakar gizi, protein hewani jauh lebih baik kualitasnya dibandingkan protein nabati karena protein hewani memiliki kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Asam amino esensial yaitu zat pembangun protein tubuh yang tidak dapat diproduksi dalam tubuh dan harus disuplai dari makanan sehari-hari, diantaranya dari produk hewani seperti daging ayam ini (Narantaka, 2012).

(14)

Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan DIY; dalam penelitian Dewi Rahmawati (2009), secara umum daging ayam merupakan sumber protein dan mineral, mineral kalsium, fosfor, zat besi, vitamin Bkompleks yaitu niasin, riboflavin, dan tiamin. Keunggulan lainnya adalah protein daging ayam dapat lebih mudah dicerna daripada protein nabati. Dalam daging ayam terdapat pula vitamin B, B6 dan B12 yang berperan dalam pembentukan protein, sel darah merah, penyusunan DNA, sedang niasin dan folat bermanfaat mengendalikan kadar kolestrol darah dan mempertahankan daya ingat.

Pemenuhan kebutuhan pangan asal hewan sangat penting bagi bangsa Indonesia terutama di Provinsi Sumatera Utara karena menyangkut pemenuhan gizi bagi penduduk Sumatera Utara yang cenderung meningkat sepanjang tahun. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2011 tercatat sebanyak 13.103.596 jiwa. Dari total jumlah penduduk tersebut, sekitar 63,35% merupakan penduduk usia produktif. Usia produktif sangat memerlukan gizi yang cukup agar produktivitas dapat terus meningkat. Pemenuhan gizi ini dapat berasal dari protein hewani khususnya dari daging ayam.

Narantaka (2012) mengatakan bahwa secara kualitatif dapat dinyatakan hingga saat ini kebutuhan akan daging ayam broiler sebagai sumber bahan pangan yang kaya zat protein terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kenaikan taraf ekonomi masyarakat.

Perkembangan populasi ayam broiler di Indonesia tercatat dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an. Perkembangan itu mencapai puncaknya pada

(15)

awal tahun 1980-an. Faktor-faktor yang menentukan perkembangan populasi ayam broiler komersial di berbagai daerah di Indonesia antara lain sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan suatu daerah di Indonesia. Daerah perkembangan ayam broiler saat itu belum merata di seluruh wilayah di Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia bagian barat meliputi wilayah Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera (Narantaka, 2012).

Pemasok terbesar untuk permintaan daging berasal dari daging ayam ras (broiler) karena harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan harga daging ayam buras (kampung) dan daging sapi. Dari berbagai penelitian dan data statistik, peran ayam broiler cenderung semakin menggeser sapi potong sebagai sumber protein hewani di Indonesia. Setyono dan Ulfah (2011) menyatakan bahwa kemampuan daging ayam broiler dalam menggeser daging sapi selain cepat berproduksi, juga karena masyarakat cepat menerimanya sebagai konsumsi sehari-hari.

Berdasarkan Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara, sepanjang tahun 2010-2011 permintaan daging terbesar di Sumatera Utara berasal dari jenis unggas dengan kontribusi terbesar dari ayam broiler. Permintaan daging ayam broiler pada tahun 2011 tercatat sebanyak 47.041.910 kg/thn dengan pertumbuhan sebesar 1,5% per tahun. Jumlah tersebut tergolong tinggi dibandingkan dengan sumber pangan hewani lainnya. Seperti yang tersaji pada Tabel 1.

(16)

Tabel 1. Perkembangan Permintaan Daging Menurut Beberapa Jenis Hewan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2011 (kg /thn)

Komoditi Daging

Tahun Pertumbuhan

(%)

2010 2011

Sapi 15.708.467 18.213.998 15,95

Kerbau 6.231.458 4.979.366 -20,09

Kuda 90.875 91.725 0,94

Kambing 3.245.551 3.275.899 0,94

Domba 1.557.864 1.572.432 0,94

Babi 35.181.773 35.772.817 1,68

Ayam Petelur 5.063.060 5.241.438 3,52

Ayam Pedaging 46.346.468 47.041.910 1,50

Ayam Buras 13.112.026 13.365.668 1,93

Itik 1.298.220 1.310.360 0,94

Sumber: Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara 2011 (data diolah)

Menurut Rasyaf (1995), hal yang sangat wajar bila daging ayam diproduksikan karena adanya permintaan yang meningkat. Bayangkan pada Pelita II konsumsi daging ayam per kapita (kg/th) hanya mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,00% saja, tetapi dalam Pelita IV kenaikan itu sudah melonjak menjadi 38,58%.

Kenaikan konsumsi daging ayam itu jelas menunjukkan tingginya permintaan konsumen akibat semakin sadarnya masyarakat akan gizi yang baik. Bila dahulu orang makan ayam hanya di hari-hari tertentu saja, maka kini sudah menjadi hidangan rutin untuk setiap orang. Tingginya permintaan akibat semakin gemarnya orang makan ayam dan semakin mudah orang memperolehnya.

Permintaan terhadap daging ayam broiler di Sumatera Utara diharapkan akan terus meningkat, terutama permintaan yang berasal dari para pengusaha makanan (restoran) yang belakangan ini semakin marak menjajakan berbagai olahan makanan dari daging ayam.

Data Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara

(17)

sepanjang tahun 1998-2011. Namun kecenderungan peningkatan harga ini tidak selalu diikuti oleh penurunan permintaan daging ayam broiler. Seperti yang tersaji pada Tabel 2. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh berbagai faktor lain selain harga daging ayam broiler.

Tabel 2. Permintaan dan Harga Daging Ayam Broiler di Sumatera Utara Tahun 1998-2011

Tahun Permintaan Harga Daging Ayam (kg/thn) Broiler (Rp/kg) 1998 24.330.987,00 3.900,00 1999 16.378.898,00 13.500,00 2000 25.088.947,37 11.500,00 2001 25.906.497,37 11.500,00 2002 36.252.049,50 12.500,00 2003 36.979.140,89 12.500,00 2004 44.977.665,60 12.500,00 2005 42.527.039,10 12.166,67 2006 40.079.875,98 14.291,67 2007 50.310.734,32 15.364,58 2008 50.343.343,62 19.322,92 2009 51.668.705,40 19.489,58 2010 46.346.468,28 21.583,33 2011 47.041.909,64 23.000,00

Sumber: Statistik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumatera Utara 2011

Besar kecilnya jumlah permintaan terhadap daging ayam broiler dapat dipengaruhi oleh harga daging ayam broiler itu sendiri dan harga telur ayam ras sebagai barang pengganti (substitusi).

Menurut Lipsey et al. (1995), semakin rendah harga suatu barang maka permintaan terhadap barang tersebut akan semakin banyak. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Saat terjadi peningkatan harga suatu barang, konsumen cenderung mengkonsumsi produk lain dengan fungsi yang sama. Selain harga

(18)

barang itu sendiri, permintaan juga dipengaruhi oleh harga barang substitusi (pengganti). Saat terjadi peningkatan harga suatu barang, konsumen cenderung mengkonsumsi produk lain dengan fungsi yang sama.

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan yaitu tingkat pendapatan, di mana terjadi peningkatan pendapatan perkapita dengan sendirinya akan mendongkrak daya beli masyarakat. Soekartawi (2002) menyatakan bahwa perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Bahkan seringkali dijumpai di masyarakat dengan bertambahnya pendapatan seseorang, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah jumlahnya tetapi juga kualitas barang tersebut.

Selain faktor-faktor di atas permintaan terhadap daging ayam broiler juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Menurut Soekartawi (2002), peningkatan jumlah penduduk biasanya diiringi dengan penambahan kesempatan lapangan pekerjaan. Penambahan lapangan kerja maka masyarakat akan memperoleh pendapatan dan daya beli akan meningkat. Daya beli yang meningkat inilah yang akan menambah jumlah permintaan akan suatu barang.

Sesuai dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Permintaan Daging Ayam Ras Pedaging (Broiler) di Sumatera Utara”.

(19)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah faktor-faktor seperti harga daging ayam broiler, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara?

2. Berapakah besarnya nilai elastisitas permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor seperti harga daging ayam broiler, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis besarnya nilai elastisitas permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara.

(20)

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat:

1. Sebagai wacana dan sumber informasi yang bisa menjadi bahan pertimbangan dan pemikiran bagi lembaga pemerintahan yang bersangkutan dalam rangka perencanaan pembangunan sub sektor peternakan.

2. Dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam di Provinsi Sumatera Utara.

3. Sebagai wacana dan sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang yang bersangkutan.

4. Sebagai proyeksi kebutuhan permintaan daging ayam di masa mendatang.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler)

Menurut Rasyaf (2004), sebenarnya istilah “ayam broiler” merupakan istilah asing yang menunjukkan cara memasak ayam di negara-negara barat. Hingga kini belum ada istilah yang tepat untuk menggantikannya, namun istilah broiler sudah menjadi bahasa Indonesia yang baku. Ayam broiler yang dimaksud adalah ayam ras yang produksi utamanya daging dengan pertumbuhan berat badan yang sangat cepat dan tinggi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu pada umur 5-6 minggu berat badannya mencapai 1,3-1,6 kg. Ciri khas daging ayam broiler adalah dagingnya empuk dan tebal, rasanya yang khas dan enak serta pengolahannya yang mudah tetapi cepat hancur dalam perebusan yang lama. Ayam broiler mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur satu minggu hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, sehingga ayam broiler dapat dijual sebelum umur delapan minggu.

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa di Indonesia ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada usia lima sampai enam minggu dengan bobot hidup antara 1,3 sampai 1,6 kg per ekor. Namun demikian kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih banyak menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional.

(22)

Dalam kurun waktu 6-7 minggu ayam broiler akan tumbuh 40-50 kali dari bobot awalnya dan dapat rnenghasilkan daging dalam jumlah yang banyak. Ayam broiler sekarang ini kebanyakan tidak dipasarkan dalam bentuk utuh tetapi dalam potongan-potongan komersial. Karkas yang berukuran kecil 0,8-1 kg dipasarkan utuh, akan tetapi konsumen di Indonesia lebih suka membelinya dalam bentuk irisan komersial (Amrullah, 2004).

2.1.2. Karkas Ayam

Definisi karkas ayam pedaging menurut Dewan Standardisasi Nasional (1995) ialah bagian dari ayam pedaging hidup, setelah dipotong, dibului, dikerluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker).

Broiler selalu ditawarkan dalam bentuk karkas, yakni ayam yang telah disembelih dan dicabut bulunya, tanpa kaki, leher, kepala, dan jeroan. Karena broiler termasuk ayam yang mudah loyo dan mati, ia nyaris tak pernah ditawarkan dalambentuk hidup. Penawaran karkas broiler tanpa kepala ini sebenarnya menyesuaikan dengan standar internasional. Orang Barat pada umumnya enggan makan kepalaayam, beserta jeroan dan cekernya. Penawaran karkas ayam disesuaikan dengan selera orang Indonesia yang kebanyakan gemar makan kepala dan kaki ayam (Rahmawati, 2009).

2.1.3. Permintaan Daging Ayam

Menurut Priyatno (2003), permintaan daging ayam meningkat paling pesat dibandingkan dengan daging sapi, kambing, ataupun babi. Beberapa alasan yang menyebabkan kebutuhan daging ayam mengalami peningkatan yang

(23)

cukup pesat adalah sebagai berikut : 1) daging ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan daging lainnya, 2) daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena kaya protein bila dibandingkan dengan sapi, kambing dan babi, 3) tidak ada agama apapun yang melarang umatnya untuk mengkonsumsi daging ayam, dan 4) daging ayam mempunyai rasa yang dapat diterima semua golongan masyarakat dansemua umur.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Permintaan

Kotler (1997) menyatakan bahwa permintaan adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesedian untuk membelinya.

Menurut Sukirno (2005), teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Sangat sukar untuk secara sekaligus menganalisis pengaruh berbagai faktor terhadap permintaan suatu barang. Oleh sebab itu, dalam membicarakan teori permintaan, ahli ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Jadi, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut.

Selanjutnya Sukirno (2005) menjelaskan bahwa dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus. Tetapi dengan asumsi yang dinyatakan ini tidaklah berarti bahwa kita mengabaikan faktor-faktor yang dianggap tetap tersebut. Setelah menganalisis hubungan antara jumlah permintaan dan tingkat harga maka kita selanjutnya boleh

(24)

mengasumsikan bahwa harga adalah tetap dan kemudian menganalisis bagaimana permintaan suatu barang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Dengan demikian dapatlah diketahui bagaimana permintaan terhadap suatu barang akan berubah apabila faktor-faktor lainnya juga mengalami perubahan.

Kurva Permintaan

Pindyck dan Rubinfeld (2003) menyebutkan kurva permintaan (demand curve) merupakan seberapa banyak konsumen bersedia membeli karena harga per unit berubah. Hubungan antara jumlah permintaan dengan harga ini dapat digambarkan pada kurva berikut :

Grafik 1. Bentuk Umum Kurva Permintaan

Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau harga turun, maka jumlah yang diminta akan naik, begitu pula sebaliknya.

0

D Harga (P)

Jumlah (Q)

(25)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Sudarsono (1990), mengatakan bahwa tujuan dari teori permintaan adalah mempelajari dan menentukan berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan.

Faktor-faktor yang dimaksud adalah harga barang itu sendiri, harga barang lainnya (bersifat substitusi atau komplementer), rata-rata pendapatan masyarakat, jumlah penduduk dan selera konsumen.

Harga daging ayam broiler tersebut menentukan jumlah daging ayam yang diminta oleh konsumen. Semakin rendah harga suatu barang maka permintaan terhadap barang tersebut akan semakin banyak. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Lipsey et al., 1995).

Lipsey et al. (1995) menyatakan bahwa selain harga barang itu sendiri, permintaan juga dipengaruhi oleh harga barang substitusi (pengganti). Saat terjadi peningkatan harga suatu barang, konsumen cenderung mengkonsumsi produk lain dengan fungsi yang sama.

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu tingkat pendapatan, di mana terjadi peningkatan pendapatan perkapita dengan sendirinya akan mendongkrak daya beli masyarakat. Soekartawi (2002) menyatakan bahwa perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Bahkan seringkali dijumpai di masyarakat dengan bertambahnya pendapatan seseorang, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah jumlahnya tetapi juga kualitas barang tersebut.

(26)

Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga dapat mempengaruhi peningkatan permintaan suatu barang. Selanjutnya Soekartawi (2002) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah penduduk maka semakin besar pula jumlah barang yang dikonsumsi. Peningkatan jumlah penduduk biasanya diiringi dengan penambahan kesempatan lapangan pekerjaan. Penambahan lapangan kerja maka masyarakat akan memperoleh pendapatan dan daya beli akan meningkat. Daya beli yang meningkat ini akan menambah jumlah permintaan akan suatu barang atau jasa.

Fungsi Permintaan

Sudarsono (1990) mengelompokkan kerangka pemikiran Marshall bersifat parsial karena berdasarkan konsep ceteris paribus dimana permintaan dianggap sebagai kurva. Sementara itu Leon Walras lebih bersifat general karena memasukkan semua variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta, dan secara matematis dapat digambarkan dalam bentuk umum sebagai berikut :

Dimana :

Qd : jumlah barang yang diminta Pd : harga barang yang diminta.

Ps : harga barang substitusi.

Pk : harga barang komplementer.

Y : pendapatan konsumen yang tersedia untuk dibelanjakan.

e : faktor lain yang tidak dibahas.

2.2.2. Konsep Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan adalah ukuran besarnya tanggapan (respon) jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu, terhadap perubahan harga. Elastisitas permintaan adalah persentase perubahan jumlah yang diminta dibagi dengan

Qd = ƒ(Pd, Ps, Pk, ……., Y, e)

(27)

persentase perubahan harga yang menyebabkannya. Perubahan persentase biasanya dihitung sehagai perubahan dibagi nilai rata-rata (Lipsey et al., 1995).

Selanjutnya Mankiw (2006) menyatakan bahwa permintaan suatu barang dikatakan elastis jika jumlah permintaan berubah banyak, sedangkan permintaan dikatakan inelastis apabila jumlah permintaan mengalami sedikit perubahan ketika harga berubah. Dengan demikian rumus untuk menghitung besarnya nilai elastisitas permintaan adalah :

Keterangan:

Ed : Nilai elastisitas permintaan

𝒅𝒅𝒅𝒅

𝒅𝒅𝒅𝒅𝒊𝒊 :Turunan pertama fungsi permintaan terhadap variabel ke-i Xi : Rata-rata variabel ke-i

Y : Rata-rata jumlah permintaan

Menurut Sukirno (2005), elastisitas permintaan dibedakan kepada tiga konsep yaitu elastisitas permintaan harga, elastisitas permintaan silang dan elastisitas permintaan pendapatan.

Elastisitas Permintaan Harga (Ep)

Sukirno (2005) menyebutkan elastisitas permintaan harga lebih kerap dinyatakan sebagai elastisitas permintaan. Nilai perbandingan antara persentasi perubahan jumlah diminta dengan persentase perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan. Koefisien elastisitas permintaan adalah suatu angka penunjuk yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah barang yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan

𝑬𝑬𝒅𝒅 = 𝒅𝒅𝒅𝒅 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒊𝒊𝒅𝒅𝑿𝑿𝒊𝒊

𝒀𝒀

(28)

dikatakan elastis apabila Ep> 1; dikatakan inelastis apabila Ep< 1; dan disebut elastisitas tunggal apabila Ep = 1. Dalam menghitung koefisien elastisitas ini, akan diperoleh nilai yang negatif. Menurut Sukirno (2005), ini merupakan keadaan yang selalu akan terjadi. Nilai yang negatif disebabkan karena harga dan jumlah barang yang diminta mengalami perubahan ke arah yang berkebalikan. Di mana penurunan harga menaikkan permintaan, dan kenaikan harga menurunkan permintaan. Namun, tanda negatif itu biasanya diabaikan.

Elastisitas Permintaan Silang (Ec)

Menurut Sukirno (2005), koefisien yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang. Atau dengan kata lain apabila perubahan harga barang X menyebabkan permintaan barang Y berubah. Kedua barang tersebut mempunyai hubungan subtitusi apabila Ec>0; kedua hubungan tersebut komplementer apabila Ec< 0. Barang subtitusi memiliki nilai elastisitas positif. Artinya, kenaikan barang subtitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang subtitusinya berkurang). Barang komplementer memiliki nilai elastisitas negatif. Artinya, kenaikan harga barang komplemen berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya).

Elastisitas Permintaan Pendapatan (Er)

Koefisien yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen dinamakan elastisitas permintaan pendapatan atau secara ringkas elastisitas

(29)

untuk barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai 0< Er<1, dan untuk barang superior Er>1. Barang inferior memiliki nilai elastisitas negatif. Artinya jumlah yang diminta menurun jika pendapatan naik. Barang normal dan superior bernilai elastisitas positif. Artinya jumlah yang diminta meningkat jika pendapatan naik (Sukirno, 2005).

2.2.3. Teori Konsumsi

Menurut Reksoprayitno (2000), teori konsumsi menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya untuk membeli sesuatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan konsumen dan harga barang yang bersangkutan juga berubah.

Nainggolan (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa teori konsumsi merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Teori konsumsi juga mengenal asumsi rasionalitas, dimana konsumen berusaha untuk menggunakan pendapatannya walaupun jumlahnya terbatas untuk memperoleh kombinasi barang atau jasa dengan kepuasan maksimum.

Selanjutnya Sukirno (2005) menyatakan bahwa analisis mengenai teori konsumsi menerangkan dua hal, yaitu : 1) alasan para konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada harga yang lebih rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi; dan 2) bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.

(30)

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Rahmawati (2009) mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam di Jawa Tengah Tahun 1986-2006” menyatakan bahwa dari analisis regresi double logaritma permintaan daging ayam di Jawa Tengah, variabel harga daging ayam secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam. Koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0,009062.

Artinya bahwa jika harga daging ayam naik 10% maka permintaan akan turun sebesar 0,09%, begitu pula sebaliknya. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai elastisitas harga daging ayam lebih < 1, maka permintaannya bersifat inelastis.

Untuk variabel harga telur ayam secara parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam, dengan nilai koefisien regressi sebesar 0,028357.

Artinya jika harga telur ayam naik sebesar 10% maka permintaan daging ayam akan naik sebesar 0,28%. Nilai elastisitas yang diperoleh < 1, maka permintaan daging ayam tidak elastis terhadap harga telur.

Variabel pendapatan perkapita secara parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,017327. Artinya jika pendapatan naik sebesar 10% maka permintaan daging ayam akan naik sebesar 0,17%. Nilai elastisitas yang diperoleh < 1, maka permintaan daging ayam tidak elastis terhadap pendapatan perkapita.

Selanjutnya variabel jumlah penduduk secara parsial berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,592524. Artinya jika jumlah penduduk meningkat sebesar 10% maka permintaan daging ayam akan naik sebesar 5,92 %.

(31)

2.4. Kerangka Pemikiran

Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam broilerperlu disusun suatu skema kerangka pemikiran dengan tujuan agar dalam menyusun penelitian ini mempunyai alur yang jelas selain juga diharapkan tujuan penelitian ini dapat tercapai dengan maksimal dan efisien.

Secara teori, permintaan terhadap suatu komoditi pertanian merupakan banyaknya komoditi yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar kecilnya permintaan terhadap komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang substitusi atau barang komplementernya, dan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang semakin bertambah akan menggeser kurva permintaan ke sebelah kanan yang berarti bahwa pada harga yang sama jumlah barang yang diminta bertambah besar, ceteris paribus tetapi untuk permintaan perkapita, kurva permintaan dapat bergerak ke kanan atau kekiri atau bahkan tidak bergeser sama sekali (Soekartawi, 2002).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis regresi linier berganda dan analisis respon elastisitas. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara, yaitu harga daging ayam broiler, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk.

Lalu analisis respon elastisitas untuk mengetahui persentase kenaikan atau penurunan jumlah permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara jika terjadi perubahan harga (harga daging ayam ras dan harga telur ayam ras) dan pendapatan. Berikut skema kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan

(32)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor seperti harga daging ayam broiler, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara.

2. Permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara terhadap harga dan pendapatan bersifat elastis.

Keterangan :

: Mempengaruhi / hubungan

: Faktor-faktor yang mempengaruhi

Permintaan Daging Ayam Broiler Harga Daging Ayam Broiler

Harga Telur Ayam Ras Pendapatan Perkapita Jumlah Penduduk

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dipilih secara purposive (sengaja) yaitu Provinsi Sumatera Utara dengan pertimbangan selain karena agar mudah dijangkau dalam memperoleh data juga karena Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi daging ayam broiler di Indonesia seperti yang tersaji pada tabel 3.

Dari data yang disajikan pada tabel 3, terlihat bahwa secara nasional sentra produksi daging ayam broiler di Indonesia berturut-turut berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten , DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. Dan untuk Pulau Sumatera sendiri, Provinsi Sumatera Utara menempati urutan pertama.

(34)

Tabel 3. Produksi Daging Ayam Broiler Tahun 2010-2012 dalam Ton (Menurut Provinsi)

No. Provinsi Tahun

2010 2011 2012*)

1. Aceh 4.982 6.439 6.890

2. Sumatera Utara 53.979 47.051 48.227 3. Sumatera Barat 16.012 16.441 16.583 4. Riau 38.083 34.910 36.486 5. Jambi 14.802 13.360 16.600 6. Sumatera Selatan 27 31 36 7. Bengkulu 1.838 2.358 3.022 8. Lampung 26.768 27.149 27.571 9. Kepulauan Bangka Belitung 10.898 13.368 13.502 10. Kepulauan Riau 5.917 6.155 7.579 11. DKI Jakarta 106.260 108.642 109.728 12. Jawa Barat 399.745 492.413 565.973 13. Jawa Tengah 100.904 104.774 107.939 14. D I Yogyakarta 25.274 31.295 31.721 15. Jawa Timur 159.671 159.822 163.093 16. Banten 86.089 114.568 117.204 17. Bali 20.679 2.375 24.275 18. Nusa Tenggara Barat 14.539 15.176 16.721 19. Nusa Tenggara Timur 228 525 528 20. Kalimantan Barat 26.700 19.284 11.079 21. Kalimantan Tengah 5.436 4.463 4.680 22. Kalimantan Selatan 34.670 39.319 36.328 23. Kalimantan Timur 32.169 27.943 29.425 24. Sulawesi Utara 5.090 5.164 5.422 25. Sulawesi Tengah 6.685 5.952 6.742 26. Sulawesi Selatan 10.692 11.594 12.870 27. Sulawesi Tenggara 978 948 1.096 28. Gorontalo 1.419 218 477 29. Sulawesi Barat 245 786 818 30. Maluku 117 125 112 31. Maluku Utara 343 1.021 3.228 32. Papua Barat 436 588 401 33. Papua 2.663 2.277 2.453 INDONESIA 1.214.339 1.337.911 1.428.809

*) Angka Sementara / Preliminary Figures

Sumber : Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (http://ditjennak.deptan.go.id)

(35)

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data sekunder berupa data panel, yaitu gabungan data runtut waktu (time series) dari tahun 1998 hingga 2011. Data sekunder ini diperoleh dari instansi dan dinas terkait seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, serta literatur-literatur lain seperti jurnal dan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

3.3. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan analisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis regresi linier berganda dan analisis respon (elastisitas).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel-variabel ekonomi yang terdapat dalam persamaan model. Sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara. Sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah harga daging ayam broiler, harga telur ayam ras (barang substitusi), pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk.

3.3.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menguji hipotesis pertama, dilakukan analisis Regresi Linier Berganda (multiple regresion) dengan 5 (lima) variabel, yaitu 1 (satu) variabel terikat dan 4 (empat) variabel bebas. Analisis ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan bantuan program SPSS 18. Pada penelitian ini digunakan dua model untuk menggambarkan permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara.

Model pertama adalah model linier berganda tanpa log:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

(36)

Sedangkan model kedua dalam bentuk logaritma natural dua sisi (double log) yang merupakan transformasi dari model Cobb-Douglas:

ln Y = ln β0+ β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 +β4 ln X4 + e

Keteangan :

Y = Jumlah permintaan daging ayam broiler (kg/thn) β0 = Nilai konstanta (intercept)

β1s/d β4 = Koefisien regresi variabel bebas X1 = Harga daging ayam broiler (Rp/kg) X2 = Harga telur ayam ras (Rp/butir) X3 = Pendapatan Perkapita (Rp) X4 = Jumlah penduduk (jiwa) e = Kesalahan pengganggu (error)

Setelah kedua model dianalisis kemudian dipilih model yang terbaik dengan membandingkan nilai Adjusted R. Square (R2) yang terbesar. Selanjutnya dilakukan beberapa pengujian agar mendapatkan model terbaik yang dapat merepresentasikan permintaan daging ayam secara baik. Beberapa uji yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

3.3.1.1. Uji Asumsi Klasik

Agar mendapatkan model yang terbaik dalam regresi linier berganda harus memenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi-asumsi tersebut yaitu autokorelasi, multikolinearitas, normalitas, dan heterokedastisitas.

Autokorelasi

Gujarati (1997) menyebutkan bahwa suatu model dikatakan terdapat autokolerasi jika terdapat korelasi serial diantara variabel pengganggu, sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Autokorelasi ini sering terjadi

(37)

pada analisis yang menggunakan data time series. Salah satu metode untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi adalah dengan Uji d Durbin Watson (Durbin-Watson d test).

Senjutnya Nachrowi dan Usman (2008) mengatakan bahwa uji Durbin-Watson dilakukan dengan menggunakan Tabel Durbin-Watson dengan melihat perbandingan nilai Durbin-Watson hasil perhitungan (dw) dengan nilai Durbin- Watson tabel (dL dan dU).

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Bila dw < dL→ artinya ada autokorelasi yang positif.

2) Bila dL ≤ dw ≤ dU → artinya tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa (berada pada daerah ketidakpastian).

3) Bila dU≤ dw ≤ 4 – dU → artinya tidak ada korelasi positif maupun negatif.

4) Bila 4 – dU≤ dw ≤ 4 – dL → artinya tidak dapat mengambil kesimpulan apa- apa (berada pada daerah ketidakpastian).

5) Bila dw > 4 – dL→ artinya ada autokorelasi yang negatif.

Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah keadaan dimana antara dua variable bebas atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna.

Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah mutikolinearitas.

Dampak adanya multikolinearitas antara lain: nilai standard error untuk masing- masing koefisien menjadi tinggi, sehingga t-hitung menjadi rendah; standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya variable bebas; serta pengaruh masing-masing variabel bebas sulit dideteksi (Priyatno, 2009).

(38)

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan VIF. Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika Tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Normalitas

Menurut Gujarati (1997), model regresi linier berganda harus mengasumsikan variabel pengganggu (residual) µi terdistribusi secara normal, yang artinya nilai µ (untuk setiap nilai Xi) menyebar simetris. Karena itu, model regresi yang baik adalah yang mengikuti garis normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.

Salah satu cara untuk mengetahui apakah variabel µi berdistribusi normal atau tidak adalah dengan Uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal, dan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Priyatno, 2009).

Heteroskedastisitas

Priyatno (2009) menyatakan bahwa heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastisitas.

Heterokedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat pola titik-titik pada scatter plot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang

(39)

tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi (Priyatno, 2009).

3.3.1.2. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)

Untuk dapat memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik yang disebut BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) maka ada beberapa uji siatistik yang harus dipenuhi yaitu Analisis Koefisien Determinasi (R2), Uji-F (uji simultan), dan Uji-T (uji parsial).

Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk melihat kekuatan variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Koefisien determinasi mempunyai range antar nol sampai satu (0 ≤ R 2 ≤ 1), semakin besar R2 (mendekati satu) maka semakin baik, dan semakin mendekati nol maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan permintaan daging ayam broiler.

Uji – F (Uji Simultan)

Uji-F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan daging ayam broiler sebagai variabel terikat. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.

H1 : variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung

dengan F tabel, dengan menggunakan α sebesar 0,05 yaitu dengan kriteria:

(40)

- Jika F hitung≥ F tabel, maka H0 ditolak.

- Jika F hitung< F tabel, maka H0 diterima.

Uji – T (Uji Parsial)

Uji-T digunakan untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas secara indiviu terhadap permintaan daging ayam broiler sebagai variabel terikat.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

H1 : variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai T hitung

dengan T tabel, dengan menggunakan α sebesar 0,05 yaitu dengan kriteria:

- Jika T hitung ≥ T tabel, maka H0 ditolak.

- JikaT hitung < T tabel, maka H0 diterima.

3.3.2. Analisis Elastisitas

Untuk menguji hipotesis kedua, dilakukan analisis elastisitas permintaan. Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan jumlah permintaan daging ayam broiler di Sumatera Utara jika terjadi perubahan harga dan pendapatan.

Untuk model dalam bentuk logaritma natural dua sisi (double log) besarnya nilai elastisitas dapat langsung diperoleh dari nilai koefisien variabelnya. Karena besarnya nilai koefisien variabel tersebut sesungguhnya merupakan ukuran elastisitas Y terhadap Xi, atau dengan kata lain koefisien tersebut merupakan tingkat perubahan pada variabel Y (dalam persen) bila terjadi perubahan pada

(41)

Secara matematis, besarnya nilai elastisitas permintaan dapat dilihat sebagai berikut:

Keterangan:

E (Xi) : Nilai elastisitas permintaan βi : Nilai koefisien variabel ke-i

Kriteria yang digunakan sebagai berikut:

- Jika E (Xi) > 1, maka permintaan elastis.

- Jika E (Xi) = 1, maka permintaan uniter (elastisitas tunggal).

- Jika E (Xi) < 1, maka permintaan tidak elastis.

3.4. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghidari kesalahan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional.

3.4.1. Definisi

1. Permintaan daging ayam adalah jumlah konsumsi daging ayam broiler Sumatera Utara per tahun, yang dinyatakan dalam satuan kg/thn.

2. Harga daging ayam broiler adalah harga rata-rata per kilogram daging ayam broiler di Sumatera Utara dalam bentuk karkas dalam satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

3. Harga telur ayam ras adalah harga rata-rata per butir telur ayam ras di Sumatera Utara dalam satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan Rp/butir.

𝑬𝑬 (𝑿𝑿𝒊𝒊) = 𝜷𝜷𝒊𝒊

(42)

4. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga konstan dalam satu tahun yang dinyatakan dalam satuan (Rp).

5. Jumlah penduduk adalah jumlah populasi penduduk Sumatera Utara yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

3.4.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian mulai dilaksanakan pada tahun 2013.

3. Data yang diambil adalah data sekunder dalam kurun waktu 14 tahun, yaitu dari tahun 1998 sampai 2011.

(43)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DATA

4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur. Secara geografis batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah meliputi Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Secara regional pada letak geografisnya, Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran internasional Selat Malaka yang berdekatan dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Provinsi Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km2 yang terdiri dari luas daratan seluas 71.680,68 km2 atau 14,95% dari luas Pulau Sumatera, dan 3,73% dari seluruh luas wilayah Republik Indonesia. Serta luas lautan seluas 110.000,65 km2 yang sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau-pulau batu serta beberapa pulau kecil, baik di perairan bagian barat maupun di bagian timur Pulau Sumatera dan memiliki perairan laut seluas 110.000 km2.

Di Provinsi Sumatera Utara terdapat kurang lebih 213 pulau yang telah memiliki nama dengan 6 pulau di wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan Selat Malaka dan sisanya 207 pulau di wilayah Pantai Barat dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuksebagai pulau terluar di wilayah Pantai Barat.

(44)

Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24% dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74% dari total luas Sumatera Utara. Kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,09% dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas Sumatera Utara.

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi ke dalam tiga kelompok wilayah/kawasan yaitu pantai barat, dataran tinggi, dan pantai timur.

Kawasan pantai barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kota Sibolga, dan Kota Gunung Sitoli.

Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis dikarenakan letaknya yang dekat dengan garis Khatulistiwa. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bias mencapai 34,2°C. Sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dans ebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bias mencapai 20°C.

(45)

4.2. Keadaan Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (tabel 4).

Tabel 4. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1995, 2000, dan 2010

No. Provinsi 1990 2000 2010

1. Aceh 3.416.156 3.930.905 4.494.410

2. Sumatera Utara 10.256.027 11.649.655 12.982.204 3. Sumatera Barat 4.000.207 4.248.931 4.846.909

4. Riau 3.303.976 4.957.627 5.538.367

5. Jambi 2.020.568 2.413.846 3.092.265

6. Sumatera Selatan 6.313.074 6.899.675 7.450.394

7. Bengkulu 1.179.122 1.567.432 1.715.518

8. Lampung 6.017.573 6.741.439 7.608.405

9. Kepulauan Bangka Belitung - 900.197 1.223.296

10. Kepulauan Riau - - 1.679.163

11. DKI Jakarta 8.259.266 8.389.443 9.607.787 12. Jawa Barat 35.384.352 35.729.537 43.053.732 13. Jawa Tengah 28.520.643 31.228.940 32.382.657 14. D I Yogyakarta 2.913.054 3.122.268 3.457.491 15. Jawa Timur 32.503.991 34.783.640 37.476.757

16. Banten - 8.098.780 10.632.166

17. Bali 2.777.811 3.151.162 3.890.757

18. Nusa Tenggara Barat 3.369.649 4.009.261 4.500.212 19. Nusa Tenggara Timur 3.268.644 3.952.279 4.683.827 20. Kalimantan Barat 3.229.153 4.034.198 4.395.983 21. Kalimantan Tengah 1.396.486 1.857.000 2.212.089 22. Kalimantan Selatan 2.597.572 2.985.240 3.626.616 23. Kalimantan Timur 1.876.663 2.455.120 3.553.143 24. Sulawesi Utara 2.478.119 2.012.098 2.270.596 25. Sulawesi Tengah 1.711.327 2.218.435 2.635.009 26. Sulawesi Selatan 6.981.646 8.059.627 8.034.776 27. Sulawesi Tenggara 1.349.619 1.821.284 2.232.586

28. Gorontalo - 835.004 1.040.164

29. Sulawesi Barat - - 1.158.651

30. Maluku 1.857.790 1.205.539 1.533.506

31. Maluku Utara - 785.059 1.038.087

32. Papua Barat - - 760.422

33. Papua 1.648.708 2.220.934 2.833.381

INDONESIA 179.378.946 206.264.595 237.641.326 Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (http://bps.go.id)

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 1990, penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa.

Dan dari hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar

(46)

11,65 juta jiwa. Serta pada tahun 2011 tercatat jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 13.103.596 jiwa (dapat dilihat pada tabel 5).

Tabel 5. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

No. Kabupaten/Kota Luas Wilayah (km2)

JumlahPenduduk (Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/ km2)

1. Nias 980,32 132.605 135

2. Mandailing Natal 6.620,70 408.731 62

3. Tapanuli Selatan 4.352,86 266.282 61

4. Tapanuli Tengah 2.185,00 314.142 146

5. Tapanuli Utara 3.764,65 281.868 75

6. Toba Samosir 2.352,35 174.748 74

7. Labuhanbatu 2.561,38 418.992 164

8. Asahan 3.675,79 674.521 184

9. Simalungun 4.386,60 825.366 189

10. Dairi 1.927,80 272.578 141

11. Karo 2.127,25 354.242 167

12. Deli Serdang 2.486,14 1.807.173 727

13. Langkat 6.263,29 976.582 156

14. Nias Selatan 1.625,91 292.417 180

15. HumbangHasundutan 2.297,20 173.255 75

16. Pakpak Bharat 1.218,30 40.884 34

17. Samosir 2.433,50 120.772 50

18. SerdangBedagai 1.913,33 599.941 314

19. Batu Bara 904,96 379.400 419

20. Padang Lawas Utara 3.918,05 225.621 58

21. Padang Lawas 3.892,74 227.365 58

22. Labuhanbatu Selatan 3.116,00 280.269 90

23. Labuhanbatu Utara 3.545,80 333.793 94

24. Nias Utara 1.501,63 128.434 86

25. Nias Barat 544,09 82.572 152

26. Sibolga 10,77 85.271 7.917

27. Tanjungbalai 61,52 155.889 2.534

28. Pematangsiantar 79,97 236.893 2.962

29. TebingTinggi 38,44 146.606 3.814

30. Medan 265,10 2.117.224 7.987

31. Binjai 90,24 248.456 2.753

32. Padangsidimpuan 114,65 193.322 1.686

33. GunungSitoli 469,36 127.382 271

Sumatera Utara 71.680,68 13.103.596 183

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Sumatera Utara Dalam Angka 2012)

Gambar

Grafik 1. Bentuk Umum Kurva Permintaan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Posisi Koefisien dw pada Uji Autokorelasi
Tabel 12. Output Uji Normalitas Menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov  Test
+3

Referensi

Dokumen terkait

ayam (buras) • Konsumsi daging ayam broiler tahun sebelumnya • Konsumsi protein masyarakat Kota Medan KETERSEDIAAN Faktor-faktor yang mempengaruhi: • Produksi daging ayam

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktoi yang mempengaruhi jumlah permintaan dan besarnya elastisitas permintaan daging ayam broiler oleh konsumen nunah tangga di

Berikut dijabarkan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap daging ayam broiler : Income (pendapatan), Harga barang subtitusi (Harga

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara produksi dan permintaan ayam buras (bukan ras) tahun 2004-2014 di Provinsi Sumatera Utara dan untuk

Data Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ayam

Penawaran daging ayam broiler secara parsial dipengaruhi oleh harga daging ayam broiler, harga daging sapi, jumlah penduduk dan harga bibit ayam broiler ,

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara adalah harga telur ayam ras dan populasi ayam ras petelur..

Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kedelai di Sumatera Utara.. Variables