• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permodelan Hardware Dalam Lab Jaringan Skala Kecil

BAB II. DASAR TEORI

3.2 Permodelan Hardware Dalam Lab Jaringan Skala Kecil

3.4 Diagram alir program failover (1) 31

3.5 Diagram alir program failover (2) 32

3.6 Diagram alir / flowchart ujicoba yang akan dilakukan 38 4.1 Bagan permodelan sistem dalam lab jaringan skala kecil 41 4.2 Perilaku program failover ketika dilakukan pemutusan

jalur yang terhubung ke ISP1

57

4.3 Perilaku program failover jalur ke ISP1 disambungkan kembali

57

4.4 Perilaku script failover ketika dilakukan pemutusan jalur yang terhubung ke ISP0

58

4.5 Perilaku script failover ketika jalur yang diputuskan (ISP0) disambung kembali

58

koneksi pada semua jalur

4.7 Analisis skenario 1 untuk traffic yang ada 60 4.8 Aktivitas download yang dilakukan dengan IDM 63

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

3.1 Konfigurasi ip address pada masing-masing pc yang digunakan

23

3.2 Perancangan routing table 26

3.3 Source nating 27

3.4 Perilaku program dan sinyal yang diberikan jika pemutusan koneksi dilakukan

28

3.5 Variabel awal yang digunakan beserta fungsinya 29 3.6 Situs yang dipilih untuk melakukan ujicoba 33

3.7 Urutan Situs yang Diakses 34

3.8 Skenario sistem uji yang akan dilakukan 35

3.9 Perbandingan koneksi dan trafficyang dilewatkan pada kedua jalur (ISP0 & ISP1)

36

3.10 Perilaku sistem yang dibuat ketika terjadi gangguan koneksi (skenario 4, 5, dan 6)

37

4.1 Aktivitas Browsing 1 skenario 1 49

4.2 Aktivitas Browsing 2 skenario 1 50

4.3 Aktivitas Browsing 3 skenario 1 50

4.4 Aktivitas Browsing 4 skenario 1 51

4.5 Aktivitas Browsing 1 skenario 2 52

4.6 Aktivitas Browsing 2 skenario 2 52

4.8 Aktivitas Browsing 4 skenario 2 53

4.9 Aktivitas Browsing 1 skenario 3 54

4.10 Aktivitas Browsing 2 skenario 3 54

4.11 Aktivitas Browsing 3 skenario 3 55

4.12 Aktivitas Browsing 4 skenario 3 56

4.13 Request traffic rata-rata pada suatu waktu 60 4.14 Received traffic rata-rata pada suatu waktu 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kenyamanan dan kelancaran browsing situs-situs Internet didukung oleh

banyak faktor antara lain: bandwidth yang besar, server-server dengan teknologi

processing terbaru dengan memory besar, media penyimpanan data yang cepat

diakses, dan daya tampung yang besar. Melihat begitu krusialnya kelancaran

ber-Internet, para penyedia jasa ber-Internet, penyedia web dan mail service, perusahaan

e-commerce, dan penyedia fasilitas Internet lainnya, harus benar-benar memperhatikan

kualitas dan reabilitas koneksi dan reliabilitas server-servernya.

Salah satu solusi untuk mengeliminasi waktu tunggu dan meningkatkan

kualitas koneksi ini adalah dengan terus meng-upgrade dan menggunakan

server-server canggih dengan disertai perbesaran bandwidth Internet-nya. Namun hal ini

bukan merupakan solusi yang ekonomis dan skalabel mengingat bandwidth Internet

relative mahal. Selain itu, menambah bandwidth belum tentu merupakan solusi untuk

masalah reabilitas.

Menggunakan server paling canggih juga bukan solusi yang dapat bertahan

lama mengingat pesatnya perkembangan teknologi. Upgrade bandwidth

terus-menerus bukan solusi yang bijaksana karena selain biayanya tinggi, downtime

mungkin akan terjadi.

Salah satu solusi untuk tetap menjaga kualitas koneksi dalam melayani

pengguna adalah dengan menggunakan sistem load balancing. Secara sederhana, load

balancing pada makalah ini adalah sebuah cara untuk membagi traffic (lalu lintas

data) dari sebuah jaringan yang terhubung ke internet menggunakan (melalui) dua

koneksi ISP (Internet Service Provider) yang berbeda. Dalam hal ini, bandwidth

masih merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh pada traffic yang

ada. Tetapi satu buah bandwidth (yang berarti satu buah jalur) berarti satu buah titik

masalah. Jika tiba-tiba terjadi down time maka masalah akan terjadi pada seluruh

jaringan yang terkoneksi ke ISP. Namun dengan menggunakan sistem load balancing,

apabila terjadi kegagalan koneksi pada salah satu ISP, maka ISP yang lain masih

dapat meng-cover-nya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mendistribusikan request traffic (load balancing) melalui lebih

dari 1 (satu) koneksi ISP ( Internet Service Provider ) dengan menggunakan metode

weighted roundrobin load balancing. Distribusi traffic bertujuan untuk lebih

menjamin koneksi internet tidak terputus.

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan terfokus pada rumusan masalah di atas, maka batasan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Port-port yang digunakan dalam skripsi ini adalah port http (80/8080),

icmp(5), ssh (22) karena port-port tersebut paling banyak digunakan.

2. Implementasi Load Balancing pada penelitian ini ditekankan dari sisi routing

dan scripting programming menggunakan shell.

3. Dalam skripsi ini penelitian akan membahas protokol TCP/IP saja, karena

TCP/IP sudah menjadi standar protokol umum dalam sistematika jaringan

internet.

4. Penelitian dilakukan pada layer aplikasi.

5. Router load balancing meneruskan trafic menggunakan parameter ICMP yang

menunjukkan host alive.

6. Penelitian ini memfokuskan load balancing dari sisi software.

7. Load balancing pada penelitian ini menggunakan metode load balancing

round robin.

8. Penelitian dalam skripsi ini menitik beratkan perancangan sistematika load

balancing, dan tidak membahas lebih lanjut tentang SNMP community yang

di gunakan untuk monitoring traffic TCP dari pengujian sistem.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah melakukan percobaan dan analisa

sistem load balancing sebagai alternatif yang reliable untuk membagi traffic dari

sebuah jaringan yang terhubung ke internet menggunakan (melalui) dua koneksi ISP

yang berbeda dalam bentuk simulasi.

1.5 Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut:

Studi Literatur. Kegiatan ini meliputi pendalaman materi yang berkaitan dengan

load balancing system”. Hal ini meliputi kegiatan studi referensi yang mendukung

seperti buku, website, tutorial dll.

Perancangan Sistem. Kegiatan ini dilakukan setelah semua informasi yang

diperlukan diperoleh dan dikaji secara cermat. Penggambaran sistem dalam bentuk

simulasi sederhana dilakukan pada tahap ini.

Implementasi Dalam Bentuk Simulasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mencoba dan

menguji sistem yang telah dirancang dan digambarkan sebelumnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penulisan, dan metode penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi dasar-dasar teori yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Berdasarkan batasan-batasan masalah yang telah di jelaskan diatas.

Perancangan sistem disini, membahas tentang langkah-langkah yang digunakan

oleh penulis untuk melakukan implementasi dan uji coba sistem dalam bentuk

simulasi sedangkan alat bantu lainnya menggunakan flowchart dan Grafik Report

Monitoring dari load balancing yang di uji.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Melakukan implementasi dan menunjukkan hasil dari perancangan yang

dilakukan sebelumnya ke dalam bentuk simulasi. Kemudian melakukan analisa

terhadap sistem yang telah diuji.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan penulis atas keseluruhan bahasan dalam penulisan tugas

akhir ini.

REFERENSI

Berisi daftar-daftar buku ataupun referensi yang digunakan untuk membuat

makalah ini.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Internet

Singkatan dari Interconnection Networking. The network of the networks. Diartikan sebagai sebuah global network of computer network atau sebuah jaringan komputer dalam skala global/mendunia. Jaringan komputer ini berskala internasional yang dapat membuat masing-masing komputer saling berkomunikasi. Network ini membentuk jaringan interkoneksi (Inter-connected network) yang terhubung melalui protokol TCP/IP. Dikembangkan dan diuji coba pertama kali pada tahun 1969 oleh US Department of Defense dalam proyek ARPAnet.

2.2 TCP/IP

TCP/IP adalah suatu protocol yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar komputer yang memiliki perbedaan karakteristik dari segi

hardware ataupun software. TCP/IP merupakan protokol yang paling sering digunakan dalam operasi jaringan. TCP/IP terdiri dari dua protokol utama, yaitu:

Transmission Control Protocol dan Internet Protocol.

2.2.1 TCP

TCP dikenal sebagai protocol “connection oriented”. Artinya, protokol membutuhkan koneksi terlebih dahulu untuk menghantarkan pesan sampai terjadi

proses pertukaran antar-program aplikasi. Ciri-ciri dari connection-oriented

adalah:

 Semua paket mendapatkan tanda terima (acknoledgement) dari sender.  Paket yang hilang atau tidak diterima akan dikirimkan ulang.

 Paket yang datang diurutkan kembali (sequence).

TCP bekerjasama dengan Internet Protocol (IP) untuk mengirimkan data antar-komputer melintasi jaringan atau internet. Jika IP menangani penghartaran data, maka TCP berperan mengawasi atau menjaga track unit individu data (yang dikenal paket).

2.2.2 IP

IP (Internet Protocol) merupakan metode yang digunakan untuk mengirim data dari satu komputer ke komputer lain melintasi jaringan. Setiap komputer (dikenal dengan host) memiliki paling tidak satu IP address yang berguna untuk memperkenalkan dirinya ke komputer lain di internet. IP yang umum digunakan adalah IPv4, yang mempunyai format sepanjang 32-bit. Sedangkan pengembangan dari IPv4 adalah IPv6, yang mempunyai format 128-bit. IP Address disebut Logic Address karena dibuat oleh software, dimana alamat tersebut secara dinamis dapat berubah jika peralatan dipindahkan ke dalam jaringan yang berbeda. IP header mempunyai elemen yang disebut time-to-live

(TTL) yang berguna untuk membatasi lamanya suatu paket “beredar” dalam jaringan. Hal ini bertujuan jika ada paket yang mempunyai informasi salah, paket tersebut tidak akan beredar terus-menerus, tetapi akan dihapus jika sudah

2.3 IP Routing

Routing adalah hal mendasar dalam perancangan jaringan. Konsep dasar routing adalah bagaimana memilih dan menetapkan address agar bias mencapai tujuan dengan cepat dan efisien. Seting IP address, netmask, dan default gateway dibutuhkan untuk membentuk routing. Setiap host (yang mendukung IP) setidaknya mengetahui tiga kelas tujuan, yaitu:

Dirinya sendiri. Sistem operasi (Linux) secara default telah memasukkan

dukungannya untuk device loopback. Device loopback, yang dinotasikan dengan “lo”, digunakan agar sebuah mesin dapat ‘berbicara’ dengan dirinya sendiri. Sistem Linux, dalam hal ini dapat berkomunikasi melalui IP address (yang terkonfigurasi secara local), baik untuk device loopback maupun bukan.

Computer atau host local. Kelas IP address kedua adalah dalam segmen

jaringan yang terkoneksi secara local. Setiap mesin yang tergabung dalam keluarga jaringan yang sama dapat mencapai keseluruhan IP address yang ada dengan melintasi interface.

Komputer atau host remote. Setiap IP address, yang bukan milik mesin

bersangkutan atau bukan mesin lain yang tergabung dalam jaringan lokal, hanya bias dicapai melalui device IP routing. Device IP routing

umumnya berupa mesin router atau gatway.

Pada penulisan tugas akhir ini, digunakan aplikasi iproute2 untuk membuat

2.4 Traffic

Traffic adalah besar atau jumlah TCP session yang membebani bandwidth dari suatu jaringan yang terkoneksi. Sedangkan bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung jalur koneksi ethernet agar dapat dilewati traffic paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second [bps]. Traffic jaringan berhubungan dengan paket data yang dibangkitkan oleh kartu ethernet pada komputer.

2.5 Traffic Control Pada Linux

Traffic control adalah suatu cara untuk me-manage traffic dari suatu jaringan yang terhubung via Ethernet card. Paket data yang dikirimkan oleh komputer lain diterima NIC (kartu ethernet), kemudian teruskan oleh driver kartu ethernet (Network Driver) ke bagian kernel linux untuk diproses. Proses ini hanya mengatur paket data yang keluar maupun masuk melalui satu kartu ethernet. Kernel linux yang bertanggung jawab mengatur aliran data tersebut adalah kernel

traffic control. Traffic control juga dapat meliputi pembagian traffic pada setiap Ethernet card yang terpasang. Traffic shapingadalah membagi kebutuhan traffic pada setiap Ethernet card yang terpasang pada sebuah router sesuai dengan ketentuan / aturan tertentu yang ditetapkan. Dalam penulisan tugas akhir ini, traffic shaping tidak dibahas.

2.6 Traffic Monitoring Traffic monitoring

yang berjalan pada jalur (software/tools) yang da komputer, misal: netwatch,

ini penulis menggunakan yang digunakan.

2.6.1 Iptraf

Iptraf adalah salah jaringan. Iptraf memiliki UDP, count, ARP, RARP capture dari iptraf.

Traffic Monitoring

monitoring adalah aktifitas yang dilakukan untuk mengama pada jalur koneksi (bandwidth). Terdapat banyak

yang dapat digunakan untuk memonitor traffic suatu

netwatch, speedometer, iptraf dll. Dalam penulisan tugas unakan iptraf sebagai salah satu aplikasi network monitoring

salah satu aplikasi untuk melakukan monitoring memiliki beberapa untuk melihat statistik termasuk info ARP, RARP dan ICMP. Gambar 2.2 di bawah ini adalah

Gambar 2.1Contoh captureiptraf

n untuk mengamati traffic

banyak aplikasi suatu jaringan penulisan tugas akhir

network monitoring

monitoring traffic

termasuk info TCP, ini adalah contoh

2.7 Iptables

IPTables adalah administrator tools untuk memfilter paket IPV4 dan NAT. IPTables diguanakan untuk men-setup, mangatur, dan memerikasa paket dari aturan pemfilteran paket IP pada kernel Linux. Masing-masing tabel berisi sejumlah chain dan dapat juga berisi chain dari user. Masing-masing chain adalah daftar dari aturan yang dapat disesuaikan dengan paket. Masing-masing aturan akan menetapkan apa yang akan dilakukan oleh paket. Ini semua disebut target

yang mungkin akan meloncatkannya kepada chain user pada tabel yang sama. IPTables memiliki format penulisan sebagai berikut :

iptables [-t table] command [match][target/jump]

IPTables memiliki tiga macam daftar aturan bawaan dalam table penyaringan, daftar tersebut dinamakan rantai firewall (firewall chain) atau sering disebut chain

saja. Ketiga chain tersebut adalah INPUT, OUTPUT dan FORWARD.

Gambar 2.2Chain pada IPTables

Jalannya sebuah paket melalui diagram di atas bisa dicontohkan sebagai berikut: Perjalanan paket yang diforward ke host yang lain

3. Paket masuk ke chain PREROUTING pada table Mangle. Chain ini berfungsi untuk me-mangle (menghaluskan) paket, seperti merubah TOS, TTL dan lain-lain.

4. Paket masuk ke chain PREROUTING pada tabel nat. Chain ini berfungsi utamanya untuk melakukan DNAT (Destination Network Address Translation).

5. Paket mengalami keputusan routing, apakah akan diproses oleh host lokal atau diteruskan ke host lain.

6. Paket masuk ke chain FORWARD pada tabel filter. Disinlah proses pemfilteran yang utama terjadi.

7. Paket masuk ke chain POSTROUTING pada tabel nat. Chain ini berfungsi utamanya untuk melakukan SNAT (Source Network Address Translation). 8. Paket keluar menuju interface jaringan, contoh eth1.

9. Paket kembali berada pada jaringan fisik, contoh LAN.

Perjalanan paket yang ditujukan bagi host lokal 1. Paket berada dalam jaringan fisik, contoh internet. 2. Paket masuk ke interface jaringan, contoh eth0.

3. Paket masuk ke chain PREROUTING pada tabel mangle. 4. Paket masuk ke chain PREROUTING pada tabel nat. 5. Paket mengalami keputusan routing.

6. Paket masuk ke chain INPUT pada tabel filter untuk mengalami proses penyaringan.

Perjalanan paket yang berasal dari host lokal

1. Aplikasi lokal menghasilkan paket data yang akan dikirimkan melalui jaringan.

2. Paket memasuki chain OUTPUT pada tabel mangle. 3. Paket memasuki chain OUTPUT pada tabel nat. 4. Paket memasuki chain OUTPUT pada tabel filter.

5. Paket mengalami keputusan routing, seperti ke mana paket harus pergi dan melalui interface mana.

6. Paket masuk ke chain POSTROUTING pada tabel NAT. 7. Paket masuk ke interface jaringan, contoh eth0.

8. Paket berada pada jaringan fisik, contoh internet.

2.8 Load balancing

Secara harafiah, load balancing berarti pembagian beban menjadi seimbang (balance). Dalam dunia Internet, server farm, dan jaringan komputer,

load balancing adalah proses distribusi beban terhadap sebuah servis yang ada pada sekumpulan server atau perangkat jaringan ketika ada permintaan dari pengguna.

Maksudnya adalah ketika sebuah server sedang diakses oleh para pengguna, maka server tersebut sebenarnya sedang dibebani karena harus melakukan proses terhadap permintaan para penggunanya. Jika penggunanya banyak, maka proses yang dilakukan juga menjadi banyak.

Session-session komunikasi dibuka oleh server tersebut untuk memungkinkan para penggunanya menikmati servis dari server itu. Jika satu server saja yang dibebani, tentu server tersebut tidak akan dapat melayani banyak pengguna karena kemampuannya dalam melakukan processing ada batasnya. Batasan ini bisa berasal dari banyak hal misalnya kemampuan processing-nya, bandwidth Internetnya, dan banyak lagi.

Untuk itu, solusi yang paling ideal adalah dengan membagi-bagi beban yang datang tersebut ke beberapa server. Jadi, yang bertugas melayani pengguna tidak hanya terpusat pada satu perangkat saja. Inilah apa yang disebut sistem load balancing.

Dalam penulisan tugas akhir ini load balancing dilakukan untuk pembagian koneksi traffic request (outgoing request) dari suatu jaringan yang terkoneksi ke internet. “Load” pada penulisan tugas akhir ini adalah koneksi

request traffic dari komputer pengguna/klien. Load balancing diartikan sebagai “cara untuk membagi koneksi request traffic dari sebuah jaringan yang terhubung ke internet menggunakan (melalui) lebih dari satu buah koneksi ISP ( Internet Service Provider)”.

Ketika pengguna suatu jaringan local mengakses suatu situs website (internet), pada saat inilah sebenarnya terjadi pembebanan jalur koneksi dari router ke ISP. Beban yang dimaksud di sini adalah traffic yang terjadi. Tanpa menggunakan load balancing maka semua request akan dilewatkan pada satu jalur saja. Sedangkan dengan menggunakan load balancing maka request yang

ada akan dibagi ke beberapa koneksi yang ada. Pada penulisan tugas akhir ini,

trafficakan dibagi ke dua ISP yang berbeda.

2.8.1 Manfaat Load balancing

Secara garis besar, manfaat dari menerapkan sistem load balancing

adalah:

Skalabilitas dan availabilitas bisa didapat. Pada suatu jaringan

komputer yang terhubung ke internet, satu buah sumber koneksi (dalam hal ini adalah ISP) berarti satu buah titik masalah. Jika tiba-tiba terjadi

down time, masalah pasti akan terjadi terhadap koneksi internet yang sedang berlangsung. Menggunakan sistem load balancing dengan menggunakan lebih dari satu sumber koneksi menjadi salah satu solusi. Artinya jika ternyata satu koneksi ISP terputus atau mati, maka masih ada koneksi ke ISP lain yang dapat meng-cover-nya. Dengan kata lain, titik masalah menjadi terpecah.

Menjamin reliabilitas servis. Reliabilitas sistem artinya adalah tingkat kepercayaan terhadap sebuah sistem untuk dapat terus melayani pengguna dengan sebaik-baiknya. Reliabilitas yang terjamin artinya tingkat kepercayaan yang selalu terjaga agar para penggunanya dapat menggunakan servis tersebut dan melakukan pekerjaannya dengan lancar.

2.8.2 Metode Load balancing

Penulis menggunakan metode weighted round robin load balancingpada penulisan tugas akhir ini. Round robin load balancing adalah sebuah metode pembagian traffic request dari suatu jaringan yang terkoneksi ke internet secara rotasi. Misal: ada 3 buah traffic requestdari suatu jaringan lokal yang terkoneksi ke dua ISP yang berbeda (ISP1 dan ISP2). Dengan asumsi menggunakan round robin load balancingmaka request 1 akan diarahkan pada ISP1, request 2 akan diarahkan pada ISP2, dan request 3 akan diarahkan kembali ke ISP1. Weighted round robin load balancingadalah metode yang hampir sama dengan round robin load balancing.Perbedaannya adalah pembagian request traffic dapat disesuaikan dengan besar jalur (bandwidth) yang digunakan dari masing-masing ISP. Dengan metode weighted round robin load balancing, request traffic dapat diarahkan lebih banyak ke koneksi yang memiliki kapasitas bandwidth lebih besar. Keuntungan dari metode ini adalah kemudahan untuk menambah jalur koneksi yang akan digunakan. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat melihat utilisasi dari TCP session yang sedang berlangsung. Semua traffic akan dibagi secara bergiliran melalui jalur yang ada tanpa memperhatikan utilisasinya (apakah jalur sibuk atau tidak). Hal ini dapat menimbulkan antrian (queue) yang sangat panjang.Metode round robin load balancingdapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.3Request Traffic Load balancingmenggunakan metode round-robin

2.8.3 WAN Load Balancer Hardware

Load balancing request traffic menggunakan lebih dari satu ISP juga dapat dilakukan dengan bantuan hardware yang diciptakan khusus untuk menangani masalah ini. Hardware ini disebut WAN Load Balancer. Pada WAN load balancer,

fasilitas GUI (Graphical User Interface) untuk melakukan konfigurasi sudah disediakan oleh vendor penyedia. Gambar 2.3 adalah contohWAN Load Balancer Hardware berikut dengan contoh halaman untuk konfigurasinya.

Gambar 2.4Contoh WAN

Pada penulisan tugas karena load balancing

setting pada sebuah PC yang difungsikan

Contoh WANLoad Balancerbeserta konfigurasinya

penulisan tugas akhir ini, hardware load balancer tidak akan dititik beratkan pada sisi software dengan melakuka pada sebuah PC yang difungsikan sebagai load balancer router.

beserta konfigurasinya

tidak akan dibahas dengan melakukan

2.9 Load balancingBerbasis Linux

Penulis memilih untuk menggunakan Sistem Operasi Linux sebagai

platform dalam perancangan dan implementasi load balancing system.

2.9.1 Mengapa Linux

Linux didistribusikan di bawah bendera GPL (GNU Public License) yang menganut asas open source. Open source sangat memungkinkan setiap pengguna bebas meng-copy, menggunakan, memodifikasi, memperbanyak, dan menjualnya bahkan dapat membuat sendiri distro linux yang sesuai dengan stylemereka.

Linux saat ini dapat digunakan untuk segala aspek kebutuhan pengguna, selain konfigurasi yang jauh lebih mudah dibanding versi awal dulu, juga tampilan desktop yang semakin interactive. Linux banyak diaplikasikan untuk server-server jaringan skala kecil sampai skala besar, server aplikasi, print server, file server, router, security system, workstations, atau digunakan sebagai desktop perkantoran. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang networkingseperti ISP (Internet Service Provider), manufaktur, engineering, retail, publikasi, finansial, kesehatan, perbankan banyak mengaplikasikan dan mengandalkan linux pada sistem utama mereka. Pada penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan Linux distro Slackware versi 12.2.

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Perancangan Sistem

Pada penelitian ini hanya akan dibahas metode weighted round robin load

balancing. Metode ini akan diterapkan untuk kemudian dilakukan analisis.

Penulis menggunakan sistem operasi linux pada perancangan sistem ini. Gambar

Dokumen terkait