• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PIHAK TERKAIT

3. Permohonan Keberatan Dari PEMOHON Kabur Karena :

3.1. Permohonan PEMOHON Tidak Konsisten Antara Posita Dengan Petitum Permohonan.

3.1.1. Bahwa Permohonan Keberatan dari Pemohon kabur, karena tidak ada konsistensi antara dalil-dalil dalam posita dengan PETITUM Permohonan PEMOHON.

3.1.2. Bahwa dalam Permohonannya , PEMOHON mendalilkan mengenai pelanggaran administratif dalam masa Tahapan Pemilukada atau pra penghitungan suara yang bukan merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi, namun didalam PETITUM PEMOHON meminta agar Mahkamah Konstitusi membatalkan pasangan calon terpilih yang telah ditetapkan oleh TERMOHON yang dalam hal ini pemenangnya adalah PIHAK TERKAIT.

3.1.3. Bahwa apabila PEMOHON hendak membatalkan Keputusan TERMOHON yang telah menetapkan PIHAK TERKAIT sebagai pemenang Pemilukada kabupaten Bima tahun 2010, maka seharusnya Pemohon mendalilkan adanya kesalahan penghitungan suara yang dilakukan oleh TERMOHON secara jelas dan selanjutnya PEMOHON harus menjelaskan penghitungan yang benar menurut PEMOHON berikut alasan dan bukti-bukti yang mendukung.

Faktanya Pemohon hanya mendalilkan adanya pencoblosan surat suara tembus atau coblos dobel yang bersifat asumtif tanpa didukung bukti yang dapat membuktikan bahwa jumlah surat suara yang dicoblos tembus atau dicoblos dobel cukup signifikan untuk membatalkan Keputusan TERMOHON tentang Penetapan Calon Terpilih.

3.1.4. Bahwa meskipun dalam Perubahan Permohonan (yang tidak dikenal dalam Hukum Acara MK) pada persidangan pertama tanggal 24 Juni 2010 yang disusul dengan perbaikan permohonan yang dimasukkan pada tanggal 25 Juni 2010, PEMOHON mencoba membuat sampel tabulasi dengan mengambil sampel pada 43 TPS yang diklaim sebagai TPS dimana terdapat banyak coblos tembus untuk menciptakan kesan seolah-olah sengketa yang diajukan adalah mengenai sengketa penghitungan suara, namun PEMOHON hanya berasumsi serta membuat angka-angka yang tidak didukung bukti perihal berapa surat suara coblos tembus atau coblos dobel untuk PIHAK TERKAIT dan untuk PEMOHON yang dinyatakan sah oleh TERMOHON.

3.1.5. Bahwa tabel yang dibuat oleh PEMOHON dengan mengambil sampel pada 43 TPS yang diklaim terdapat surat suara coblos tembus atau coblos dobel yang menurut PEMOHON cukup siginifikan, kemudian dijadikan patokan oleh PEMOHON untuk membuat rata-rata prosentase dengan angka 50.98 % sehingga dengan angka 50.98 % x 154.735 = 78.883 surat suara coblos tembus atau coblos dobel untuk PIHAK TERKAIT menurut PEMOHON apabila surat suara coblos tembus atau coblos dobel tersebut dinyatakan tidak sah, maka hanya akan tersisa suara PIHAK TERKAIT sebesar 75.852 suara, sehingga akan jauh dibawah angka perolehan PEMOHON yang menurut PEMOHON sebesar 78.293 suara.

3.1.6. Bahwa sampel tabulasi yang dibuat PEMOHON (vide lampiran permohonan) terdapat beberapa TPS yang sama tapi disebutkan berulang oleh PEMOHON dengan angka yang berbeda antara lain : nomor 28 TPS 1/Raba Wawo jumlahnya 273 dan di No 42 TPS 1/Raba Wawo jumlahnya 408. Sehingga dengan demikian maka dalil dan tabel Pemohon tersebut sunggu menyesatkan dan patut ditolak.

3.1.7. Bahwa dalil PEMOHON dengan mengasumsikan prosentase surat suara coblos tembus atau coblos dobel pada sekitar 667 TPS tersebut adalah sebuah simplifikasi yang menyesatkan dan bahkan melecehkan akal sehat, karena seharusnya PEMOHON memahamai

bahwa penghitungan suara adalam Pemilu (Pemilu legislatif, Pemilukada maupun Pemilu Presiden) adalah penghitungan suara satu persatu yang artinya harus ada hitungan yang jelas dan pasti mengingat satu suara akan ikut menentukan siapa pemenangnya, sehingga dalil PEMOHON tersebut harus ditolak dan dikesampingkan oleh Mahkamah.

3.2. PETITUM Permohonan PEMOHON Bertentangan Satu dengan Yang Lain.

3.2.1. Bahwa selain tidak konsisten antara POSITA dan PETITUM, Permohonan Pemohon juga kabur karena Petitum yang satu dengan lainnya saling bertentangan.

3.2.2. Bahwa pada Petitum No. 4, Pemohon meminta agar Mahkamah menetapkan suara sah yang diperoleh Pasangan Drs. H. Zainul Arifin dan Drs. H. Usman AK sejumlah 77.443 suara dan menetapkan sebagai pasangan calon terpilih, namun pada Petitum No. 6 meminta agar Memerintahkan KPU Kabupaten Bima untuk melaksanakan pemungutan suara ulang pada seluruh wilayah Kabupaten Bima yang diikuti oleh 3 (tiga) Pasangan Calon yaitu : Pasangan Calon Drs. H. Suhaidin Abdullah. MM dan Drs. Sukirman Aziz, SH Nomor Urut 2 ; Pasangan Calon Drs. H. Zainul Arifin dan Drs. H. Usman AK Nomor Urut 3 ; dan Pasangan Calon Drs. H.M. Najib H.M. Ali dan Arie Wiryawan Harun Al-Rasyid, SE Nomor Urut 4 selambat-lambatnya enam bulan sejak Mahkamah Konstitusi dijatuhkan (mungkin maksudnya putusan Mahkamah Konstitusi dijatuhkan).

3.3. Bahwa mengingat antara dalil-dalil dalam POSITA dengan PETITUM maupun PETITUM satu dengan PETITUM lainnya saling bertentangan atau setidak-tidaknya tidak konsisten, maka Permohonan PEMOHON kabur sehingga harus dinyatakan ditolak atau setidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

III. DALAM POKOK PERKARA

4. Bahwa pada dasarnya PIHAK TERKAIT menolak seluruh dalil-dalil Permohonan Keberatan yang disampaikan oleh PEMOHON dan menganggap

bahwa Permohonan Keberatan tersebut bukan merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi, namun apabila Mahkamah Konstitusi ic. Majelis Panel menganggap bahwa Permohonan tersebut beralasan untuk dilanjutkan pada pemeriksaan Pokok Perkara maka PIHAK TERKAIT akan memberikan Tanggapan atau Keterangan dalam Pokok Perkara sebagaimana akan diuraikan dibawah ini.

5. Bahwa apa yang telah disampaikan oleh PIHAK TERKAIT pada bahgaian eksepsi adalah merupakan satu kesatuan dengan Pokok Perkara dan secara mutatis mutandis merupakan jawaban terhadap pokok perkara sepanjang ada kaitannya dengan pokok perkara.

6. Bahwa PIHAK TERKAIT akan fokus menanggapi apa yang dialamatkan dan berkaitan langsung dengan kepentingan PIHAK TERKAIT, namun tidak menutup kemungkinan PIHAK TERKAIT juga akan menanggapi tuduhan yang dialamatkan kepada TERMOHON apabila tuduhan itu dapat merugikan kepentingan PIHAK TERKAIT.

7. Bahwa dalil-dalil yang disampaikan oleh PEMOHON Keberatan secara keseluruhan tidak masuk dalam ranah atau jurisdiksi sengketa hasil pemeilihan umum yang menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi tetapi terkait dengan ranah proses Tahapan Pemilukada yang menjadi yurisdiksi peradilan umum melalui proses GAKKUMDU sehingga Permohonan Keberatan dari Pemohon sudah daluarsa dan salah alamat karena keberatan Pemohon tidak berkaitan dengan sengketa hasil penghitungan suara sehingga bukan merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi pasal 4 yang berbunyi :

Pasal 4 : Objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi :

1. penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada ; atau

2. terpilihnya Pasangan calon sebagai Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah.

8. Bahwa dengan demikian maka secara keseluruhan, penyelenggaraan Pemilukada Kabupaten Bima Tahun 2010 telah diselenggarakan sesuai Prosedur dan berdasarkan prinsip-prinsip yang demokratis, jujur dan adil Hal

ini juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi pemilih yang cukup baik. PIHAK TERKAIT pun telah mengikuti Prosedur dan ketentuan undang-undang berikut segala aturan yang ditetapkan oleh TERMOHON selaku penyelenggara PEMILUKADA.

IV. URAIAN JAWABAN “PIHAK TERKAIT” TERHADAP DALIL-DALIL